Anda di halaman 1dari 17

KONSEP MATA UANG DINAR-DIRHAM

MENURUT AL-GHAZALI DAN KEMUNGKINAN


APLIKASINYA DI INDONESIA

IRNA YOLIANA PUTRI1

ABSTRAK

Dinar dan dirham merupakan mekanisme alternatif yang dicadangkan oleh ahli-ahli
ekonomi dunia sebagai penyelesaian kepada krisis mata wang global. Yang bahkan telah ada
sejak zaman rasulullah. Bahkan banyak para cendikiawan islam yang menafsirkan dan mengkaji
dinar dan dirham dalam aplikasi kehidupan pada zamannya. Justru, kajian ini bertujuan untuk
menilai realiti semasa penggunaan dinar dan dirham pada masa kini khususnya di Negara
Indonesia sendiri, dan mengkaji sejarah atau pengaplikasian dinar dirham pada zaman dahulu.
Hasil kajian ini menunjukkan terdapat pelbagai bentuk pengaplikasian dinar emas di Negara
indonesia, sama ada ia digunakan sebagai mata uang atau komoditi. Dinar dan Dirham
merupakan salah satu alat transaksi yang cukup stabil. Kestabilan uang Dinar dan Dirham,
sebenarnya juga telah diakui dunia. Contohnya, ketika Amerika Serikat menggunakan uang
standar emas tahun 1879, tingkat inflasi menurun drastis menyamai tingkat inflasi tahun 1861.
Penelitian ini menggunakan Diskriptif kualitatif yaitu peneliti mencari informasi dari berbagai
sumber. Karena sifat kajian ini merupakan teoritis. Tujuan peneliti melakukan penelitian ini
untuk mengetahui apakah Dinar dan Dirham memiliki kelayakan sebagai mata uang untuk alat
transaksi Muamalah dan menganalisis Nilai Dinar dan Dirham apabila digunakan sebagai mata
uang di Indonesia.

Kata Kunci: uang, dinar dan dirham

A. PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi di dunia berpengaruh terhadap tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Selama perekonomian Negara dapat teratasi dengan baik dan dikelola dengan
sistem yang benar,pastinya akan memberikan dampak positif bagi penduduk di negara
tersebut.Tidak sedikit negara yang dulunya terpuruk akibat lemahnya perekonomian, sekarang
bangkit dan berdiri kokoh dengan sistem perekonomian yang canggih dan lebih maju.
pemerintah sebagai pusat regulasi ekonomi memberikan dorongan yang kuat kepada pihak

1
Mahasiswa semester 3, jurusan muamalah, fakultas syariah dan hukum, uin sunan gunung djati bandung,
yolianairna@rocketmail.com

1
pelaksana kegiatan pemerintahan, guna mendukung peningkatan perekonomian negara agar lebih
maju dan siap mengahadapi persiangan pasar global.
Dinar emas merupakan mekanisme alternatif yang dicadangkan oleh ahli-ahli ekonomi
dunia sebagai penyelesaian kepada krisis mata wang global. kajian ini bertujuan untuk menilai
realiti semasa penggunaan dinar emas pada masa kini, di negra Indonesia. Penggunaannya dalam
aspek mata uang ialah seperti transaksi pembayaran secara fizikal dan elektronik (e-dinar) serta
pembayaran zakat. Manakala penggunaan dinar emas dalam aspek komoditi dilaksanakan dalam
bentuk pelaburan, simpanan (wadiah), urusan haji, pemberian cenderamata dan juga dijadikan
sebagai hantaran perkahwinan. Kajian ini amat releven kerana ia dapat memenuhi keperluan
umat Islam untuk kembali kepada penggunaan dinar emas. Namun demikian, realiti semasa
memperlihatkan penggunaan dinar emas adalah lebih sesuai.

B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan mengumpulkan data-data dari
mulai teori dan pemikiran para ahli.yang kemudian mengidentifikasiinformasi. yang di perlukan
untuk memecahkan masalah. Selanjutnya Pemilihan atau pengembangan pengumpulan data.
Hingga sampai akhirnya Analisis data atau kesimpulan.

C. PEMBAHASAN

1. Konsep Mata Uang Menurut Al-Ghazali


Jauh sebelum Adam Smith menulis buku “The Wealth of Nations” pada tahun 1766 di
Eropa., Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” telah membahas fungsi uang
dalam perekonomian. Beliau menjelaskan, uang berfungsi sebagai media penukaran, namun
uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Maksudnya, adalah uang diciptakan untuk
memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut, dan uang
bukan merupakan sebuah komoditi.
Menurut al-Ghazali, uang tidak mempunyai harga, tetapi dapat merefleksikan harga semua
barang atau jasa. Semua barang dan jasa akan dapat dinilai atau diukur dengan uang. Ibarat
cermin, semua jenis benda yang dihadapkan pada sebuah cermin maka cermin tersebut akan
dapat memantulkan gambar benda yang ada didepannya. Demikian juga dengan uang, semua
benda atau produk yang dihadapkan dengannya akan dapat dinilai harganya. Dengan demikian
uang dapat digunakan sebagai satuan unit penilai semua barang dan jasa. Ia menekankan bahwa
uang tidak diinginkan karena uang itu sendiri. Artinya uang dibutuhkan masyarakat bukan
karena masyarakat menginginkan mempunyai emas dan perak yang merupakan bahan uang
tersebut, tetapi kebutuhan tersebut lebih pada menggunakan uang sebagai alat tukar. Uang hanya

2
akan memiliki nilai jika digunakan dalam suatu pertukaran. Tujuan utama dari emas dan perak
adalah untuk dipergunakan sebagai uang. Uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri. 2
Dalam istilah ekonomi klasik disebutkan bahwa uang tidak memberikan kegunaan
langsung (direct utility function), yang artinya adalah jika uang digunakan untuk membeli
barang, maka barang itu yang akan memberikan kegunaan.
Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” yang ditulis pada awal abad ke-11
telah membahas fungsi uang dalam perekonomian. Beliau menjelaskan, bahwa ada kalanya
seseorang mempunyai sesuatu yang tidak dibutuhkannya dan membutuhkan sesuatu yang tidak
dimilikinya. Dalam ekonomi barter, transaksi hanya terjadi jika kedua pihak mempunyai dua
kebutuhan sekaligus, yakni pihak pertama membutuhkan barang pihak kedua dan sebaliknya
pihak kedua membutuhkan barang pihak pertama, misalnya seseorang mempunyai onta dan
membutuhkan kain.
Menurut al-Ghazali, walaupun dalam ekonomi barter, dibutuhkan suatu alat pengukur
nilai yang disebut sebagai “uang”. Sebagaimana contoh di atas, misalnya nilai onta adalah 100
dinar dan kain senilai 1 dinar. Dengan adanya uang sebagai alat pengukur nilai, maka uang akan
berfungsi sebagai media penukaran.
Persamaan fungsi uang dalam sistem ekonomi Syariah dan konvensional adalah uang
sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dan satuan nilai (unit of account), sedangkan
perbedaannya ekonomi konvensional menambah satu fungsi lagi sebagai penyimpan nilai (store
of value) yang kemudian berkembang menjadi “motif money demand for speculation” yang
merubah fungsi uang sebagai salah satu komoditi perdagangan. Jauh sebelumnya, Imam al-
Ghazali telah memperingatkan bahwa “Memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi
uang, jika banyak uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat berfungsi
sebagai uang.”
Uraian-uraian Al-Gahzali berikutnya, tentang konsep-konsep ekonomi Islam, sungguh
menakjubkan. Tapi sayang, banyak di antara umat Islam yang mengutip dan menelaah aspek
tasawufnya, tanpa mengkaji secara utuh isi kitab itu, sehingga wacana ekonomi Islam terabaikan.
Pemikiran Al-Ghazali yang juga cukup menakjubkan tentang fungsi uang adalah teorinya
yang menyatakan bahwa uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat
merefleksikan semua warna. Maksudnya, uang tidak memiliki harga (intrinsik) tetapi dapat dapat
merefleksikan semua harga. Atau dalam istilah ekonomi klasik dikatakan, uang tidak memberi
kegunaan langsung (direct utility function). Hanya bila uang itu digunakan untuk membeli
barang, barulah barang itu memiliki kegunaan.
Merujuk pada Al-Qur’an, al-Ghazali mengecam orang yang menimbun uang. Orang
demikian, dikatakannya sebagai penjahat. Yang lebih buruk lagi adalah orang yang melebur

2
Peradaban pemikiran ekonomi islam,Bandung: CV pustaka setia, 2010, hlm.244.

3
dinar dan dirham menjadi perhiasan emas dan perak. Mereka ini dikatakannya sebagai orang
yang bersyukur kepada sang pencipta Allah Swt, dan kedudukannya lebih rendah dari orang
yang menimbun uang. Menimbun uang berarti menarik uang secara sementara dari peredaran.
Sedangkan meleburnya berarti menariknya dari peredaran untuk selamanya.3
Dalam teori moneter modern, penimbunan uang berarti memperlambat perputaran uang.
Ini berarti memperkecil terjadinya transaksi sehingga perekonomian lesu. Adapun peleburan
uang, sama saja artinya dengan mengurangi jumlah penawaran uang yang dapat digunakan untuk
melakukan transaksi.
Dalam ekonomi Islam sebagaimana dijelaskan al-Ghazali, fungsi uang adalah sebagai
media pertukaran dan standar harga barang. Siapa yang menggunakan uang tidak sesuai dengan
fungsinya, bererti dia telah kufur nikmat dalam penggunaan uang. Menimbun uang merupakan
tindakan tercela dalam perspektif ekonomi Islam, karena ia telah memenjarakan uang dan
mencegah fungsi sebenarnya. Kata al-Ghazali, penimbunan uang persis seperti orang yang
memenjarakan hakim kaum muslimin, sehingga kelancaran perasidangan hukum terhambat.
Kalau uang itu disimpan saja, maka hikmat-hikmatnya pun akan hilang dan tujuan dari adanya
uang itu tidak terwujud.
Dinar dan dirham dalam ekonomi Islam, bukan dikhususkan untuk individu-individu
tertentu, tetapi dinar dan dirham diciptakan supaya beredar di antara manusia, lalu menjadi
hakim di antara mereka, menjadi standar harga dan alat tukar.
Pilihan kepada uang emas sebagal alat tukar yang mempunyai nilai melekat pada zatnya
(nilai intrinsik) sama dengan nilai rielnya, nyatanya berlaku di seluruh dunia selama berabad-
abad lamanya.
Fungsi uang sebagai satuan nilai (unit of account), di mana uang berfungsi sebagai
standar alat ukur atas suatu barang dan jasa menimbulkan konsequensi uang menjadi mempunyai
daya beli. Uang Dinar emas dan Dirham perak akan tetap mempunyai daya beli apabila uang-
uang tersebut masih tetap dalam standar kualitasnya. Kualifikasi Dinar dan Dirham klasik sesuai
hukum Islam yang dibakukan oleh Khalifah Umar bin Khatab adalah mas 22 karat seberat 4,25
gram dengan diameter 23 mm dan perak murni seberat 3 gram dengan diameter 25 mm. Sedang
nisabnya masing-masing adalah 1 untuk Dinar berbanding 10 untuk Dirham. Untuk saat
sekarang ini standarisasi Dinar dan Dirham dilakukan oleh World Islamic Trade Organization
(WITO).
Dalam ekonomi Islam, peredaran uang palsu sangat dikecam. Pada zaman klasik Islam,
khususnya masa al-Ghazali, uang palsu dipandang sebagai uang yang kandungan emas/peraknya
tidak sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah. al-Ghazali mengatakan, mencetak atau
mengedarkan uang sejenis ini lebih berbahaya daripada mencuri seribu dirham. Karena mencuri
adalah satu dosa, sedangkan mencetak dan mengedarkan uang palsu dosanya akan terus menerus

3
Ibid, hlm. 245

4
berulang setiap kali uang itu dipergunakan, dan akan merugikan siapapun yang menerimanya
dalam jangka waktu lama. Begitulah cerdasnya al-Ghazali, jauh sebelum ekonom Barat tampil,
dia sudah memiliki pemikiran yang cemerlang tentang fungsi uang, penimbunan uang, dan
implikasi uang palsu.
Selanjutnya, al-Ghazali membahas konsep ekonomi Islam tentang jenis mata uang.
Beliau membolehkan peredaran mata uang yang sama sekali tidak mengandung emas dan perak,
asalkan pemerintah menyatakan sebagai alat bayar resmi.4

2. Dinar Dan Dirham

Dinar adalah emas dengan kadar 22 karat seberat 4,25 gram. Dirham adalah perak murni
dengan berat 2,975 gram. Dinar yang dimaksud bukanlah uang kertas di negara Irak. Emas dan
perak tersebut telah digunakan sebagai mata uang sebelum Islam dan setelah Islam datang. Dinar
adalah satuan yang digunakan dalam menghitung zakat mal sehingga menghidupkan dinar
sebagai bentuk syariat Islam tentunya akan mendapatkan balasan dari Alloh SWT. Kekuatan
dinar dan dirham sebagai mata uang (store value). Pada zaman Rasulullah, seekor kambing bisa
dibeli dengan satu dinar. Saat ini pun seekor kambing masih bisa dihargai dengan 1 Dinar (Nilai
1 Dinar per 1 Juni 2010 adalah Rp 1.542.000) 5

Koin dinar emas adalah koin emas 22 karat (91,7%) dengan berat 4,25 gram yang dapat
berfungsi sebagai alat investasi dan proteksi nilai kekayaan.

Mengapa 4,25 gram?

Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam bersabda “Timbangan mengikuti yang digunakan


penduduk Mekah, Takaran mengikuti yang digunakan penduduk Madinah”.

Dari hadits Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam tersebut, Dr. Qaradawi menyimpulkan
bahwa berat 1 Dinar atau 1 Mithqal adalah sama dengan 4.25 gram timbangan saat ini,
sedangkan berat 1 Dirham adalah 2.975 gram.

Mengapa 22 karat?

Berikut adalah fakta-fakta sejarah:

1. Semasa Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam masih hidup; beliau belum


(memerintahkan ) mencetak Dinar Islam sendiri. Berarti Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa

4
http://www.dakwatuna.com/2012/05/17/20558/konsep-uang-dalam-islam, diakses tgl 24 oktober 2014, pukul
21:31
5
http://attawazun.wordpress.com/tentang-dinar-dan-dirham/ diakses tgl 26 oktober 2014, pukul 10;01

5
Salam menggunakan Dinar yang diproduksi oleh dunia di luar Islam. Apa yang ada
sebelum Islam atau di luar Islam kemudian juga digunakan oleh beliau, maka ini menjadi
ketetapan atau taqrir beliau – yang ber ati Dinar (uang emas) diluar Islam-pun boleh
digunakan oleh umat Islam.
2. Dinar baru mulai dicetak di Kekhalifahan Islam pada jaman Kekhalifahan Mu’awiyah bin
Abu Sufyan (41-60H) ; namun pada jaman itu uang emas dari Byzantine tetap juga
digunakan bersama Dinar Islam.
3. Pada jaman Kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan (75 H-76 H) barulah beliau
melakukan reformasi finansial, dimana hanya Dinar dan Dirham Islam yang dipakai di
Kekhalifahan.
4. Sampai abad 19 koin-koin emas yang ada di dunia hanya berkadar antara 0.900 % –
0.9166 % atau yang paling mendekati adalah 22 karat ( 22 karat = 22/24 = 0.917%). 6

Dunia Islam tidak hanya mengenal mata uang dinar emas, tapi juga dirham perak. Dirham
merupakan mata uang yang digunakan sejak awal Islam hingga berakhirnya Kekhalifahan
Usmaniah Turki tahun 1924. Penggunaan dirham sama seperti dinar, tapi memiliki nilai berbeda.
Dirham digunakan sebagai alat transaksi perdagangan dan juga membayar zakat dan denda
(diyat).

Standardisasi berat uang dinar dan dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW, "Timbangan
adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah" (HR. Abu
Daud).

Sementara, pada masa Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi, pencetakan dirham
pertama dalam masa kekhalifahan Islam dilakukan yaitu berat tujuh dinar sama dengan berat 10
dirham. Sementara, berat satu dinar emas adalah sekitar 4,25 gram. Dengan demikian, berat satu
dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2,975 gram.

Dirham memang sudah ada sejak sebelum Islam lahir. Bahkan, mata uang perak telah
digunakan sejak lama di Yunani. Dalam sejarah, istilah dirham sebetulnya berasal dari koin
Yunani, Drachma.

Saat itu, Kekaisaran Romawi menggunakan drachma sebagai alat perdagangan dengan
pedagang Arab sebelum masa Islam. Penggunaan drachma sebagai alat tukar memiliki alasan
serupa dengan dinar emas. Hal itu karena drachma memiliki nilai instrinsik karena terbuat dari
perak.

Nilai pada 26 oktober 2014:7

6
http://dinaremasku.com/2010/12/apa-itu-dinar-dan-dirham, diakses tgl 26 oktober 2014, pukul 10:10

6
Item Jual (Rp) Beli (Rp)
Dinar 1,880,186 1,804,979
Dirham 61,781 59,310

Emas
Rp/Gr 442,397 424,701

Berikut petikan pernyataan al-ghazali tentang ini:


“Jika seseorang menimbun dirham dan dinar, ia berdosa. Dinar dan dirham tidak
memiliki guna langsung pada dirinya. Dinar dan dirham diciptakan supaya beredar dari tangan
ke tangan, untuk mengatur dan memfasilitasi pertukaran…. (sebagai) simbol untuk mengetahui
nilai dan kelas barang. Siapapun yang mengubahnya menjadi peralatan-peralatan emas dan perak
berarti ia tidak bersyukur kepada penciptanya, dan lebih buruk daripada penimbun uang, karena
orang yang seperti itu adalah seperti orang yang memaksa penguasa untuk melakukan fungsi-
fungsi yang tidak cocok. Seperti menenun kain, mengumpulkan pajak, dan lain-lain. Menimbun
koin masih lebih baik dibandingkan mengubahnya, karena ada logam dan material lainnya
seperti tembaga, perunggu, besi, tanah liat yang dapat digunakan untuk membuat peralatan.
Namun tanah liat tidak dapat digunakan untuk mengganti fungsi dan dijalankan oleh dirham dan
dinar.”8
Hal yang menjadi dasar utama dari kita semua kembali mengamalkan dinar dan dirham
adalah kepada keimanan dan ketakwaan, bukan yang lain, karena ini bagian dari perintah Allah
yang merupakan urusan akidah Islam dan berkaitan erat dengan salah satu rukun Islam yaitu
tiang zakat maal, dimana semua 4 Ulama Madhab menyatakan bahwa zakat maal harus ditarik
sebanyak 20 Mitsqal untuk Zakat Emas dan 200 Dirham untuk Zakat Perak, dan kesemuanya
dihitung bahan emas dan perak murni.9
Penggunaan dinar dan dirham sebenarnya sudah terjadi sekian lama, jauh sebelum
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam lahir, yaitu yang pertama kali menggunakan dinar dan
dirham adalah Nabi Adam alaihis salam, dapat di lihat dalam Tafsir ad-Durrul Mantsur fi Tafsir
bil Ma’tsur yang disusun oleh Imam Jalaluddin Suyuthi mengatakan, (dikeluarkan oleh Ibn Abi
Syuibah dalam Kitab Al-Mushonnaf). Pada masa Nabi Idris ‘alaihis salam, 9000 tahun Sebelum
Masehi, sebagai Rasul Ke-2 yang pertama kali hidup menetap, mengenal tambang emas dan

7
ibid
8
Tim P3EI, ekonomi islam, jakarta: UII 2008, hlm. 110-111.
9
Allammah Abdurrahman bin Muhammad Ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Madzhab, Bab Zakat Emas dan Perak.

7
perak, dan mengolahnya menjadi sebuah mata uang yang diberi nama raqim10 untuk mata uang
emas, dan wariq11 untuk mata uang perak.
Sejarah mata uang raqim dan wariq ini, berlangsung cukup lama mulai dari periode Nabi
Idris, dilanjutkan ke periode Nabi Nuh, ke periode Hud, ke periode Nabi Sholih, ke periode Nabi
Dzulqarnain, ke periode Ashabulkahfi, ke periode Nabi Ibrahim, ke periode Nabi Luth, ke
periode Nabi Isma’il dan ke periode Nabi Ishaq. Peristiwa penting ini secara implisit dijelaskan
dalam Al-Qur’an di 403 ayat dalam Al-Qur’an.12
Penamaan Dinar sebagai mata uang emas, dan Dirham sebagai mata uang perak, baru
terjadi Periode Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf. Hal ini termaktub dalam Surah Ali-Imran (3): 75,
dan Surah Yusuf 12: 20.
Standarisasi ukuran dinar dan dirham pada masa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
sama dengan ukuran raqim dan wariq pada masa Nabi Idris sampai Nabi Ishaq, dan sama pula
ukurannya dengan dinar dan dirham pada masa Nabi Ya’qub sampai Nabi Muhammad
Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam. Ukuran ini adalah ukuran yang telah disepakati oleh Jumhur
Ulama’. Yaitu: nisab zakat harta yang harus ditarik sebanyak 20 Dinar untuk Zakat Emas dan
200 Dirham untuk Zakat Perak.13
Al-Qur’an Tentang Dinar dan Dirham
Memang al-Qur’an dan al-Hadist tidak pernah mengklaim bahwa Dinar dan Dirham
adalah satu-satunya mata uang yang sah digunakan umat Islam dalam melakukan setiap
transaksi dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya. Namun demikian, kata-kata Dinar dan
Dirham yang terdapat dalam ayat-ayat berikut secara implisit menunjukkan pengakuan Allah
terhadap superioritas Dinar dan Dirham. Sebutan Dinar dan Dirham, misalnya terdapat dalam
ayat-ayat berikut:
“Dan di antara Ahli Kitab, ada orang yang kalau engkau amanahkan dia menyimpan sejumlah
besar harta sekalipun, ia akan mengembalikannya (dengan sempurna) kepadamu, dan ada pula
di antara mereka yang kalau engkau amanahkan menyimpan sedinar pun, ia tidak akan
mengembalikannya kepadamu kecuali kalau engkau selalu menuntutnya…” (Q.S. Ali Imran:
75);
“Dan (setelah terjadi perundingan) mereka menjualnya dengan harga yang murah, yaitu
beberapa dirham saja bilangannya…” (Q.S. Yusuf: 20).

10
Ar-Raqim adalah nama mata uang emas, sebelum dinamakan menjadi dinar. Lihat Surah Al-Kahfi [18]: 9
11
Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rasyad Al-Qurthubi (w.450 H), Bab Kitab Zakat Adz-Dzahab Wa Al-Waraq,
Beirut-Libanon: Penerbit Darul Gharbi Al-Islami, Cet.2, tahun 1988, Jilid 2, halaman 355- 422
12
Ibnu Katsir, Kitab Qishohul Anbiya’
13
Allammah Abdurrahman bin Muhammad Ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Madzhab,, Bab Zakat Emas dan Perak. Dan
Kitab Fiqih Hanafi, Bab Zakat Emas, halaman 119, juga bisa dibaca dalam Kitab Bidayatul Mujtahid Ibnu Ruysd dan
Kitab Al-Umm Imam Syafi’I, Volume 2, halaman 39. Tentang Zakat Wariq, dan Al-Umm, Volume 2, tentang Zakat
Emas, halaman 40

8
Sedangkan dalam ayat lain, perkataan emas dan perak direkamkan untuk menjelaskan
fungsi dari emas dan perak tersebut. Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, lalu mati sedang mereka tetap kafir, maka tidak
sekali-kali akan diterima dari seseorang di antara mereka: emas sepenuh bumi, walaupun ia
menebus dirinya dengan (emas yang sebanyak) itu…” (Q.S. Ali Imran: 91); dan “…Dan
(ingatlah) orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak membelanjakannya pada
jalan Allah, maka khabarkanlah kepada mereka dengan (balasan) azab siksa yang tidak terperi
sakitnya” (Q.S. at-Taubah: 34).
Semua ayat di atas tidak menjelaskan bahwa hanya uang Dinar emas dan Dirham perak
yang sah dan halal digunakan umat Islam dalam melakukan berbagai aktivitas ekonomi. Ayat-
ayat di atas hanya menjelaskan fungsi emas (Dinar) dan perak (Dirham) sebagai alat
penyimpan nilai (store of value), alat penukar (medium of exchange), dan alat pengukur nilai
(standard of measurement). Merujuk pada ayat-ayat di atas, mayoritas para Fuqaha (Ahli
Fiqh) bersetuju bahwa selain Dinar dan Dirham, Dolar, Euro, Rupiah atau berbagai jenis uang
hampa (fiat money) lainnya dapat digunakan sebagai mata uang negara asal saja tidak
terkontaminasi dengan unsur-unsur spekulasi, riba, gharar, dan gambling. Walaupun
demikian, para ulama lebih menggalakkan agar umat Islam menggunakan Dinar dan Dirham
dibandingkan dengan Dolar dan berbagai jenis mata uang hampa lainnya, kerana Dinar dan
Dirham memiliki tingkat kestabilan yang lebih tinggi. 14

3. Kelebihan Dan Kekurangan Mata Uang Dinar Dirham


Kelebihan Dinar-dirham:
1. Memiliki sifat unit account, mudah dijumlahkan dan dibagi. Kalau kita punya 100 dinar
hari ini mau kita pakai 5 dinar maka tinggal dilepas yang 5 dinar dan yang disimpan yang
95 dinar.
2. Sangat liquid ( mudah diuangkan) untuk diperjualbelikan karena kemudahan dibagi dan
dijumlahkan.
3. Memiliki nilai dakwah tinggi karena sosialisasi dinar akan mendorong sosialisasi syariat
Islam itu sendiri. Nishab Zakat misalnya ditentukan dengan dinar dan dirham- umat akan
sulit menghitung zakat dengan benar apabila tidak mengetahui dinar dan dirham ini .
4. Nilai jual kembali tinggi, mengikuti perkembangan harga emas internasional, hanya akan
dikurangkan biaya administrasi dan penjualan sekitar 4 persen dari harga pasar. Jadi
kalau sepanjang tahun lalu dinar mengalami kenaikan 31 persen, maka setelah dipotong
biaya 4 persen tersebut, hasil investasi kita masih sekitar 27 persen.
5. Mudah diperjualbelikan sesama pengguna karena tidak ada kendala model dan ukuran.

14
mendaulatkan dinar dan dirham sebagai mata uang tunggal dunia islam: 2008

9
Kelemahan Dinar-dirham :
1. Di Indonesia masih dianggap perhiasan, penjual terkena PPN 10 persen ( Sesuai
KEPMEN KEUANGAN RI No. 83/KMK.03/2002 bisa diperhitungkan secara netto
antara pajak keluaran dan pajak masukan toko emas maka yang harus dibayar toko emas
penjual dinar adalah 2 %).
2. Ongkos cetak masih relatif tinggi yaitu berkisar antara 3%-5% dari nilai barang
bergantung dari jumlah pesanan.15

4. Praktek Penggunaan Uang Kertas Di Indonesia


Sistem peredaran uang kertas dikendalikan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional
(IMF) yang didirikan pada tahun 1944 dan menjadikan dolar Amerika sebagai standar sistem
peredaran uang kertas internasional. Dengan demikian, orang-orang Yahudi yang berada di balik
IMF, Bank Dunia, dan pemerintahan AS berhasil menjalankan prinsip “penghematan” yang
membuat bangsa-bangsa lain melakukan “pemborosan”. Penghematan ini dilakukan dengan
hanya mencetak lembaran-lembaran kertas “dolar” dan sebagainya yang ditukar dengan berbagai
kekayaan alam, seperti dengan sekian ton emas di berbagai manca negara. Oleh karena itu,
Weatherford menulis bahwa emas-emas tersebut kini ditimbun di perbukitan Kentucky Utara,
sebagai timbunan emas terbesar. Di kawasan ini, The Fort Knox Bullion Depository menyimpan
sekitar 4.600 ton emas murni. Timbunan itu bersama 1.781 ton di West Point, 1.368 di Denver,
dan sekitar 1.000 ton di bagian-bagian lain Federal Reserve, memberi AS sejumlah total 8.000
ton emas.16
Ilmu ekonomi yang sudah mereka simpangkan pemaknaannya juga berhasil menciptakan
krisis pemahaman manusia terhadap istilah moneter dan nama-nama lainnya yang terkait dengan
alat tukar. Kata “moneter” dapat dipastikan berasal dari kata “money”. Menurut Jack
Weatherford dalam buku The History of Money, “money” berasal dari kata “moneta”. Kata ini
adalah nama seorang penguasa Romawi bernama Juno Moneta yang membimbing bermacam-
macam aktivitas negara, termasuk aktivitas utama menerbitkan uang. Pada tahun 269 SM,
bangsa Romawi memperkenalkan koin baru yang dibuat di kuil Juno Moneta. Pada koin itu
terpampang gambar Moneta dan keluarganya. Dari kata ini muncul kata-kata Inggris mint
(mencetak uang) dan money (uang). Kata-kata seinduk dalam bahasa-bahasa Eropa lainnya juga
berasal dari moneta, termasuk kata Spanyol moneda, yang berarti koin. Seringnya peleburan dan
pemberlakuan kembali koin menjadikan percetakan di Kuil Juno nyaris tak pernah berhenti
beroperasi, tidak peduli pasokan emas dan perak meningkat atau tidak. Koin-koin itu tampaknya

15
http://sentramulia.wordpress.com/ diakses tgl.26 oktober 2014, pukul. 11:30
16
Jack Weatherford, Sejarah Uang (terjemahan Noor Cholis dari The History of Money), (Yogyakarta: Bentang
Pustaka, 2005), hal.263

10
mengalir dari percetakan dalam arus konstan, dan dari kata lain curere, yang artinya “berlari”
atau “mengalir”, itulah kata modern currency berasal.17
Di tengah kian lazimnya penggunaan Dinar emas dan Dirham perak oleh masyarakat muncul
pernyataan seorang pejabat Bank Indonesia (BI): 'Dilarang bertransaksi dengan Dinar dan
Dirham.' Ia mengacu UU no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang yang memidana penggunaan selain
rupiah di dalam wilayah RI, dengan hukuman penjara 1 tahun atau denda Rp 200 juta. Meskipun
ada juga pengecualiannya yaitu transaksi non-rupiah diizinkan bila diperjanjikan terlebih dahulu
atau untuk perdagangan internasional.
Adanya pengecualian itu saja sebenarnya sudah membuat undang-undang ini tidak efektif.
Sebab, bukankah dengan mudah setiap orang dapat menyatakan bahwa transaksi yang dilakukan
dengan dolar AS atau yen atau mata uang nonrupiah lainnya telah diperjanjikan terlebih dahulu?
Adapun terhadap Dinar dan Dirham undang-undang di atas sama sekali tidak relevan. Pernyataan
pejabat BI itu muncul karena kesalahpahaman, atau tepatnya pemahaman yang salah, tentang
Dinar dan Dirham.18
Uang kertas yang merupakan kertas tak bernilai dan penerbitannya dimonopoli oleh satu
pihak, dan pemakaiannya untuk umum dipaksakan, adalah alat tukar yang batil dan bertentangan
dengan syariat Islam. Kebebasan bertransaksi dijamin langsung oleh Allah, subhanahu wa ta'ala,
dan dijaga melalui sunnah Rasul, sallalahu alayhi wa sallam,, dan diatur melalui syariat Islam.
Memaksakan setiap orang (Indonesia) untuk bertransaksi hanya dengan uang kertas rupiah, dan
melarang bahkan menghukum transaksi yang dilakukan dengan alat tukar lain atas dasar suka
sama suka, berarti memberangus kebebasan bertransaksi.
Tanpa undang-undang mata uang, rakyat Indonesia telah menjalani kehidupan ekonomi
dengan normal, selama ratusan tahun, bahkan sejak kita mengenal uang kertas rupiah 66 tahun
lalu. Tanpa undang-udang mata uang perbankan kita juga telah berjalan, diatur mula-mula oleh
Undang-undang (UU) No 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan UU No. 23 tahun 1999 tentang
BI. UU No 7/1992 tersebut membolehkan bank untuk 'melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip bagi hasil' (syariat Islam). Dalam UU yang baru, yakni UU No 10/1998, secara eksplisit
ditetapkan bahwa bank boleh beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Bahkan, kemudian,
UU No 23/1999 tentang BI juga menetapkan bahwa BI sebagai bank sentral dapat 'melakukan
pengendalian moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah'.
Pemakaian kembali Dinar dan Dirham bukan hanya berdasarkan kepada prinsip syariah,
tetapi merupakan pengamalan dari syariah itu sendiri. Maka, UU Mata Uang itu bertentangan
dengan UU No 10/1998 tentang Perbankan dan UU No 23 tahun 1999 tentang BI itu sendiri
bukan? Lagi pula, secara asasi, kebebasan menjalankan ibadah sesuai syariat Islam, menguasai

17
Ibid, hlm.56-57
18
http://Dinar.dan.Dirham.htm/diakses, tgl. 26 oktober 2014, pukul.16:39

11
hak milik, berpartisipasi memajukan masyarakat dan bangsa, menggunakan identitas budaya dan
tradisi, semuanya dijamin oleh konstitusi RI, yaitu UUD 1945 (yang telah diamandemen). 19

5. Penerapan Dinar Dan Dirham Solusi Dalam Sistem Moneter Di Indonesia Tinjauan
Perspektif Islam
Dinar dan dirham sebuah alat pembayaran yang sebenarnya telah lama dikenal sejak zaman
Romawi dan Persia, kedua negara tersebut merupakan dua negara adidaya yang cukup besar
pada masa itu. Dinar terbuat dari emas dan dirham terbuat dari perak. Dinar (emas) dalam
sejarah dunia pertama kali diperkenalkan melalui Romawi kuno pada tahun 211 SM. Karena
dinar adalah mata uang yang dipergunakan sebagai alat tukar pembayaran transaksi ekonomi
pada masa itu dan juga nilainya stabil yang disebabkan adanya kadar emas dalam mata uang
tersebut.
Pada masa rasulullah saw, beliau membuat suatu kebijakan terhadap perekonomian. Dalam
hal transaksi beliau menetapkan alat pembayaran yang digunakan kaum muslimin pada saat itu
berupa dinar dan dirham. Dalam hal Rasulullah menetapkan suatu kebijakan pada praktik
muamalah tidak secara mutlak dan resmi, pada saati itu juga tidak semua kaum muslimin
memakai kedua mata uang tersebut, ada juga yang memakai system barter dikarenakan pada
zaman itu rasulullah masih terfokus pada system dakwah dengan tujuan menyusun kekuatan dan
menambah jumlah umat muslin. Penggunaan kedua mata uang ini berlanjut tanpa ada perubahan
sedikitpun hingga tahun 18 H ketika khalifah Umar bin Khattab menambahkan lafadz-lafadz
islam pada kedua mata uang tersebut.
Pada tahun 1997 indonesia pernah mengalami dan negara asia lainnya dalam krisis moneter
yang melanda. Ungkapan Dr Mahathir Muhammad, PM Malaysia dalam sebuah seminar di
Hongkong mengungkapkan "kegiatan perdagangan dan spekulasi mata uang diharamkan karena
uang kertas tidak memiliki nilai intrinsik (nilai sebenarnya) yang pasti, seperti katanya "system
keuangan dunia yang didasari dengan uang kertas dan cek bukanlah islami". System yang ada
pada saat ini yang telah mengusai dunia hingga negara lain mau tidak mau terpaksa
menggunakannya".
Seperti mata uang Dollar AS terdapat ketidakseimbangan nilai, dimana nilai intrinsic (nilai
sebenarnya) dari uang kertas jauh lebih rendah dibandingkan nilai nominalnya (nilai yang tertera
dalam mata uang), misal : US Dollar dalam biaya pembuatannya, biaya produksi dari selembar
mata uang AS tersebut adalah 4,2 seri mata uang AS. Dengan begitu, bila diberikan nilai nominal
yang tertera adalah satu dollar AS, maka nilainya adalah 24 kali lipat lebih besar daripada nilai
itu sendiri.

19
ibid

12
Hal itulah muncul ide-ide untuk mepopulerkan kembali penggunaan mata uang dinar (emas)
dan dirham (perak) sebagai alat pembayaran dalam kegiatan transaksi ekonomi dikarenakan
adanya kegunaan-kegunaan yang dapat dilihat daripada dinar dan dirham itu, yaitu:
a. dalam rangka menegakkan rukun islam untuk pembayarn zakat dan menegakkan sunnah
rasul
b. dapat berfungsi sebagai hal jual beli
c. dapat dipergunakan untuk disimpan dan nilainya tidak akan mengalami penurunan
d. dapat dipergunakan sebagai mas kawin
e. untuk menegakkan kedaulatan umat
Perkembangan Penerapan dinar dan dirham di Indonesia. Rencana tekhnis dalam penerapan
penggunaan dinar dan dirham dalam perekonomian di Indonesia tampaknya akan segera
terwujud secara nyata dengan adanya cetak biru (blue print) tentang pemakaian dinar dan
dirham yang akan segera dipersiapkan oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
dalam konferensi dijakarta tahun 2003. menurut sugiharto (Ketua Departemen Ekonomi ICMI)
penyusunan blue print ini sudah disepakati oleh 10 institusi yang telah menaruh perhatian besar
terhadap perkembangan system ekonomi islam, terutama terhadap pemakaian mata uang dinar
dan dirham. Lembaga-lembaga tersebut antara lain : ICMI, MUI, Yayasan Dinar-Dirham, PNM,
Wakala Adina, MES, Asbisindo, dan FOZ. Tujuan pembuatan cetak biru ini adalah untuk
menciptakan keseragaman dalam penerapan mata uang berupa dinar dan drihamdi Indonesia.
Untuk memperkenalkan mata uang ini diperlukan sejumlah lembaga pengendali, seperti
lembaga sertifikasi yang akan menilai pihak yang berhak mencetak dinar dan dirham agar tidak
mudah dipalsukan. Dalam cetak biru itu akan diatur system distribusi dinar dan dirham yang
disebut dengan wakala. Wakala berfungsi sebagai tempat penukaran mata uang (money
changer).
Model Transaksi Dinar dan Dirham Tidak saja secara teoritis, dalam implementasinya mata
uang Dinar dan Dirham telah terbukti lebih stabil dibandingkan dengan fiat money yang
digunakan dunia internasional sekarang. Dalam artikelnya "The Islamic Gold Dinar: Socio-
economic Perspective", Meera dan Aziz (2002) menjelaskan secara detail kelebihan sistem mata
uang Islam (Dinar dan Dirham). Tidak seperti uang hampa, Dinar dan Dirham tidak dapat
dicetak ataupun dimusnahkan dengan sekendak-hati pihak berkuasa (pemerintah), karena ia
memiliki nilai intrinsik 100%. Ini tentunya akan menghindari terjadinya kelebihan uang dalam
masyarakat, atau dengan kata lain akan menghalang terjadinya inflasi.
Tidak seperti uang hampa, Dinar dan Dirham juga akan diterima masyarakat dengan hati
terbuka tanpa perlu "legal tender" atau penguatan hukum. Kalau masyarakat yang melakukan
transaksi dihadapkan pada dua pilihan, untuk dibayar dengan uang hampa atau Dinar, sudah
tentu mereka akan lebih memilih Dinar karena kestabilan nilainya. Kestabilan Dinar ini
tentunya akan mempromosikan perdagangan internasional. Bertransaksi dengan menggunakan
Dinar akan mengurangi biaya transaksi. Bila Dinar digunakan sebagai mata uang tunggal dunia

13
Islam, maka biaya untuk menukar uang dari satu jenis mata uang ke mata uang lainnya dalam
dunia Islam tidak diperlukan lagi. Dan yang paling luar biasa adalah penggunaan Dinar akan
lebih menjamin kedaulatan negara dari dominasi ekonomi, budaya, politik dan kekuatan asing.
Sebagai contoh, dengan hanya mencetak Dolar tanpa perlu di-back up oleh emas dan kemudian
dipinjamkan ke Indonesia, Amerika kini dengan mudah mendikte dan mencampuri urusan
dalam negeri Indonesia. Inilah sebabnya Dinar diyakini mampu mewujudkan sistem moneter
global yang berkeadilan (just world monetary system).20
Perkembangan literatur kontemporer tentang dinar dan dirham serta penggunaannya
merupakan fenomena yang patut menjadi bahan penelitian Puslitbang Lektur Keagamaan Badan
Litbang dan Diklat Departemen Agama. Hasil penelitian terhadap literatur tentang dinar dan
dirham ini dapat didukung dengan penelitian filologi terhadap istilah keuangan yang terdapat
dalam naskah klasik dan penelitian folklor terhadap istilah keuangan dalam tradisi lisan di
masyarakat, serta penelitian arkeologi terhadap uang emas dan uang perak kuno yang tersimpan
di museum atau di masyarakat. Dengan demikian, hasil-hasil penelitian tersebut dapat
menghasilkan rekonstruksi sejarah sistem keuangan yang adil yang pernah berlaku di Indonesia,
juga termasuk di dalamnya pelaksanaan filantropi atau berderma, seperti pelaksanaan zakat,
infak dan sedekah dalam ajaran Islam.
Pada perkembangan selanjutnya, selain sebagai alat tukar yang kini sudah mulai
memasyarakat, dinar dan dirham pun dapat direkomendasikan untuk menjadi alternatif dalam
Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dan kewajiban dalam menunaikan zakat. Sebab, dalam
kitab-kitab klasik disebutkan bahwa nisab zakat uang hanya berlaku untuk nuqud (uang yang
terbuat dari emas dan perak) yaitu sebesar 20 dinar dan 200 dirham serta tidak berlaku untuk
fulus (uang yang tidak terbuat dari emas dan perak, seperti dari tembaga, timah, dan kertas). Hal
ini sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang ulama Nusantara yaitu Syekh Ahmad Khatib
Al-Jawi. Beliau mempersamakan uang kertas yang disebut nuth dengan fulus sehingga tidak
termasuk dalam syariah zakat.

Penggunaan Dinar Emas Di Indonesia


Indonesia merupakan antara negara yang telah lama mengamal dan menggunakan dinar
emas sebagai salah satu instrumen dalam sistem kewangan mereka. Antaranya ialah dalam
pembayaran zakat, simpanan untuk menunaikan haji, pelaburan dan transaksi sebagai mata
wang.

i) Simpanan Untuk Menunaikan Haji ke Mekah


Pada tahun 1997 sehingga 1998 krisis mata wang telah menjatuhkan rupiah Indonesia
hampir 600% (Mahathir 2000). Rentetan krisis ini ramai rakyat Indonesia yang menyimpan
rupiah tidak dapat ke Mekah pada tahun tersebut. Oleh itu, pengenalan dan penggunaan ONH

20
http://EKONOM/RABBANI/PenerapanDinar/dan/Dirham/Solusi/dalam/Sistem/Moneter/di/Indonesia/Tinjauan/P
erspektif/Islam.html, diakses tgl.26 oktober 2014, pukul.17:00

14
(Ongkos Naik Haji) yang berteraskan dinar emas sebagai simpanan harta untuk urusan haji
mampu merealisasikan impian rakyat Indonesia. Simpanan kepada bakal haji Indonesia dalam
bentuk dinar emas telah dilaksanakan bermula tahun 2000. Urusan ini diselenggara oleh ONH
Menurut Hamidi (2007) jemaah haji yang menyertai ONH ini terlibat dengan aktiviti
menyimpan dan melaburkan dinar emas melalui Gold Accumulation Plans Scheme (GAPs).

ii) Transaksi Menggunakan Dinar dan Dirham


Di Indonesia terdapat beberapa tempat yang menggunakan transaksi dalam bentuk dinar dan
dirham seperti kedai-kedai buku. Di samping itu juga, di sana sudah terdapat pelbagai wakala
atau syarikat yang mengeluar dan mengedar dinar dan dirham. Antara wakala-wakala tersebut
seperti; Wakala Syauki, Wakala Adina, Wakala Griya Dinar, Wakala IMN, Wakala Ribat
Jakarta, Wakala al-Kautsar MUI Depok, GeraiDinar dan banyak lagi (Zaim 2005).

iii) Dinar Emas Sebagai Simpanan, Pembayaran Zakat dan Maskahwin


Di Indonesia juga sudah terdapat beberapa tempat yang menerima dinar emas sebagai alat
bayaran zakat dengan mewujudkan wakala atau institusi khas (Hamidi 2007). Selain itu, apabila
syiling dinar dan dirham semakin banyak beredar di Indonesia, rakyat Indonesia mula meyakini
kelebihan dinar dan dirham dan mereka mula menabung dan menyimpan aset di dalam bentuk
dinar dan dirham. Wakala-wakala dinar dan dirham di Indonesia juga memberi perkhidmatan
penyimpanan contohnya menabung dalam BADAR yang diwujudkan di bawah Wakala Adina
(Zaim 2005).

iv) Dinar Emas Sebagai Pelaburan


Pelaburan dinar emas telah dilakukan secara rasmi pada tahun 2008 oleh GeraiDinar yang
dikendalikan oleh Saudara Muhaimin Iqbal (Pemilik GeraiDinar dan Presiden Dinar Club,
Indonesia). Pelaburan dinar emas ini berasaskan prinsip Mudharabah antara Mudharib
(GeraiDinar) dan Sohibul al-mal (pelabur). Peringkat awal program pelaburan ini, Mudharib di
bawah GeraiDinar adalah terdiri daripada syarikat-syarikat atau wakala percetakan dinar dan
Logam Mulia-PT Antam. Pembahagian keuntungan adalah 50% - 50% antara Mudharib dan
Sohubul al-mal. Skim pelaburan ini mendapat sambutan yang baik di kalangan rakyat
Indonesia, lebih-lebih lagi daripada syarikat-syarikat yang beraitan dengan dinar dirham
cenderong untuk menjadi Mudharib dalam skim ini (Muhaimin 2009).21

21
http://core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/11492185.pdf, diakses tgl.26 oktober 2014, pukul.19:22

15
D. KESIMPULAN
Menurut al-Ghazali, uang tidak mempunyai harga, tetapi dapat merefleksikan harga
semua barang atau jasa. Semua barang dan jasa akan dapat dinilai atau diukur dengan uang. Ia
menekankan bahwa uang tidak diinginkan karena uang itu sendiri. Dalam ekonomi Islam,
peredaran uang palsu sangat dikecam. Pada zaman klasik Islam, khususnya masa al-Ghazali,
uang palsu dipandang sebagai uang yang kandungan emas/peraknya tidak sesuai dengan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Penggunaan dinar dan dirham sebenarnya sudah terjadi sekian lama,
jauh sebelum Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam lahir, yaitu yang pertama kali
menggunakan dinar dan dirham adalah Nabi Adam alaihis salam, dapat di lihat dalam Tafsir ad-
Durrul Mantsur fi Tafsir bil Ma’tsur yang disusun oleh Imam Jalaluddin Suyuthi mengatakan,
(dikeluarkan oleh Ibn Abi Syuibah dalam Kitab Al-Mushonnaf).
Sistem peredaran uang kertas dikendalikan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional
(IMF) yang didirikan pada tahun 1944 dan menjadikan dolar Amerika sebagai standar sistem
peredaran uang kertas internasional. Dengan demikian, orang-orang Yahudi yang berada di balik
IMF, Bank Dunia, dan pemerintahan AS berhasil menjalankan prinsip “penghematan” yang
membuat bangsa-bangsa lain melakukan “pemborosan”. selain sebagai alat tukar yang kini sudah
mulai memasyarakat, dinar dan dirham pun dapat direkomendasikan untuk menjadi alternatif
dalam Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dan kewajiban dalam menunaikan zakat. Sebab,
dalam kitab-kitab klasik disebutkan bahwa nisab zakat uang hanya berlaku untuk nuqud (uang
yang terbuat dari emas dan perak) yaitu sebesar 20 dinar dan 200 dirham serta tidak berlaku
untuk fulus (uang yang tidak terbuat dari emas dan perak, seperti dari tembaga, timah, dan
kertas). Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang ulama Nusantara yaitu Syekh
Ahmad Khatib Al-Jawi.

16
E. DAFTAR PUSTAKA

Peradaban pemikiran ekonomi islam,Bandung: CV pustaka setia, 2010


Tim P3EI, ekonomi islam, jakarta: UII 2008
Imam Asy-Syafi’I, Kitab Al-Umm, Volume 2
Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rasyad Al-Qurthubi (w.450 H), Bab Kitab Zakat
Adz-Dzahab Wa Al-Waraq, Beirut-Libanon: Penerbit Darul Gharbi Al-Islami,
Cet.2: 1988
Mendaulatkan dinar dan dirham sebagai mata uang tunggal dunia islam: 2008
Jack Weatherford, Sejarah Uang (terjemahan Noor Cholis dari The History of Money),
Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005

Sumber –sumber dari internet:

http://www.dakwatuna.com/2012/05/17/20558/konsep-uang-dalam-islam,
http://attawazun.wordpress.com/tentang-dinar-dan-dirham/
http://dinaremasku.com/2010/12/apa-itu-dinar-dan-dirham
http://sentramulia.wordpress.com/

17

Anda mungkin juga menyukai