Oleh
2021
REFLEKSIVITAS SHALAT DAN HAHSLM PADA UANG DAN
PERANANNYA DALAM PEREKONOMIAN YANG DINAMIS
Abstract
Abstrak
Uang sebagai instrumen yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Uang telah
menjadi motif manusia untuk hidup dan bertahan hidup. Seiring peran uang yang
sangat kuat inilah menjadikan eksistensi dan esensi uang itu sendiri jauh dari kata
uang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Uang dapat
direfleksivitaskan dengan teori Shalat dan Hahslm dan kemudian bagaimana
pengaruhnya terhadap perekonomian yang dinamis sebagai dampak dari Covid-
19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deksriptif yang diambil dari
data-data sekunder, teori-teori Shalat dan Hahslm yang sudah ada sebelumnya,
serta penelitian-penelitian terdahulu. Hasilnya ialah bahwa semua penciptaan alam
dari yang mikro maupun yang makro akan kembali kepada yang menciptakan
yakni Tuhan (Allah SWT). Refleksivitas sebagai suatu gambaran objek
didepannya yang menjadi suatu gambaran jika menentukan pilihan, dijadikan
sebagi cerminan atau asal penetuan penilaian. Shalat sebagai faktor dalam
penilaian yang menjadi bagian dari ibadah. Metode Hahslm digunakan untuk
menggambarkan Shalat sebagai faktor penentu nilai.
1. Pendahuluan
Begitu Pentingnya shalat itu pada dasarnya adalah untuk manusia itu sendiri.
sehingga Allah mewajibkan setiap manusia yang diciptakan-Nya untuk beribadah
(shalat) kepada-Nya. Firman Allah:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (Adh-Dzariyat: 56)
Ilmu Ekonomi sebagai suatu studi yang mempelajari tentang bagaimana cara
memenuhi kebutuhan hidup, mulai dari prilaku ekonomi, motif ekonomi, tindakan
ekonomi, serta sistem dengan segala aturan yang mengaturnya baik itu ekonomi
mikro dan makro.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dinamis diartikan sebagai keadaan
penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan
diri dengan keadaan dan sebagainya.
Dalam ilmu ekonomi tradisional, uang didefinisikan sebagai alat tukar yang
dapat diterima secara umum, dapat berupa benda atau apapun yang dapat diterima
oleh masyarakat dalam kegiatan pertukaran barang dan jasa.( www.merriam.com
Diakses tanggal 01 April 2021 pukul 08.20)
Kemudian dalam ilmu ekonomi modern uang diartikan sebagai sesuatu yang
tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran dalam transaksi
barang dan jasa serta hal-hal berharga lainnya. (media kompas cyber. “Uang:
pengertian, sejarah, fungsi dan jenisnya halaman all”. KOMPAS.com. Diakses
tanggal 01 April 2021 pukul 08.20)
Dalam sejarah Islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari peradaban
romawi dan persia. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep uang
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dinar adalah mata uang emas yang
diambil dari Romawi dan dirham adalah mata uang perak warisan Persia. Dalam
al-Qur‟an dan Hadits dua logam mulia ini, emas dan perak telak disebutkan baik
dalam fungsinya 21 sebagai mata uang atau sebagai harta dan lambang kekayaan
yang disimpan (Nurul Huda, dkk: 2008: 90).
Uang dalam Islam awalnya dicerminkan dalam dirham sebagai alat tukar
dan alat nilai, kemudian berkembang menjadi uang emas dan perak dengan nama
dinar (Negara Arab). Uang dan fungsinya sebagai alat tukar dan alat nilai
dikemukakan juga oleh Ibn Khaldun dan al-Ghazali. (Mursyidi, Uang, Kapitalisme
dan Islam, (online), tersedia: ((http://jurnalekis.blogspot.com, 2011))
Mata Uang
Selanjutnya mata uang yang direkomendasikan dalam Ekonomi Islam
adalah dinar (emas), dan dirham (perak). Dinar emas adalah koin emas berkadar
22 karat (91,70%) dengan berat 4,25 gram. Sedangkan Dirham perak adalah koin
perak murni (99.95%) dengan berat 2.975 gram. Standar Dinar dan Dirham ini
telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW, pada tahun 1 Hijriyah, dan kemudian
ditegakkan oleh Khalifah Umar ibn Khattab pada tahun 18 Hijriyah. Pada saat itu
untuk pertama kalinya Khalifah Umar Ibn Khattab mencetak koin Dirham.
Sedangkan orang yang pertama kali mencetak Dinar emas Islam adalah Khalifah
Malik ibn Marwan pada tahun 70 Hijriah, dengan tetap mengacu kepada
ketentuan dari Rasulullah Saw. maupun Umar ibn Khattab ra., yaitu dalam rasio
berat 7/10 (7 Dinar berbanding 10 Dirham).
2. Konsep Syirkah
3. Konsep Mudharabah/Qiradh (Bagi Hasil)
4. Konsep Ariyah/Pinjaman
Uang Komoditi
Menurut Syafi‟i Antonio (2001: 185) pada dasarnya Islam memandang uang
hanyalah sebagai alat tukar bukan komoditas atau barang dagangan, oleh karena
itu, motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi
(money demand for transaction), bukan spekulasi atau trading.
Pada dasarnya Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai
barang dagangan (komoditas). Oleh karena itu motif permintaan akan uang adalah
untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan
untuk spekulasi. Islam juga sangat menganjurkan penggunaan uang dalam
pertukaran karena Rasulullah telah menyadari kelemahan dari salah satu bentuk
pertukaran di zaman dahulu yaitu barter (bai' al-muqayadah), di mana barang
saling dipertukarkan (Zainul Arifin, 2003: 16).
Uang Kertas
1
Lihat QS. al-Baqarah (2): 29.
2
7Lihat QS. al-Jatsiyah (45): 13; QS. Luqman (31): 20; QS. Hud (11): 7; QS. al-Mulk (67): 2.
Seperti penjelasan sebelumnya sebenarnya pandangan Islam terhadap uang
kertas itu sendiri ialah bahwasanya Islam tidak melarang penggunaan uang kertas
akan tetapi Islam lebih mengarahkan pada penggunaan uang dinar-dirham,
dikeranakan nilainya yang stabil dan tidak berflktuktuatif seperti uang kertas.
Uang kertas saat ini telah menjadi alat pembayaran yang memiliki harga dan
berperan layaknya emas dan perak dalam penggunaannya. Dan uang kertas telah
menjadi standar ukuran nilai barang-barang saat ini.
a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada
penerbit;
b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip;
Dalam konsep ekonomi Islam uang adalah milik masyarakat (money is public
goods). Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak produktif berarti
mengurangi jumlah uang beredar yang dapat mengakibatkan tidak jalannya
perekonomian. Jika seseorang sengaja menumpuk uangnya tidak dibelanjakan,
sama artinya dengan menghalangi proses atau kelancaran jual beli. Implikasinya
proses pertukaran dalam perekonomian terhambat. Di samping itu penumpukan
uang/harta juga dapat mendorong manusia cenderung pada sifat-sifat tidak baik
seperti tamak, rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat
tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap kelangsungan
perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang penumpukan / penimbunan harta,
memonopoli kekayaan.
Menurut Adiwarman A. Karim (2002: 21), konsep uang dalam Islam berbeda
dengan konsep konvensional, perbedaan itu ia tunjukkan sebagai berikut:
Konsep uang dalam pandangan Islam tidak dikenal money demand for
speculation, karena spekulasi tidak diperbolehkan. Kebalikan dari sistem
konvensional yang memberikan bunga atas harta, Islam malah menjadikan harta
sebagai obyek zakat. Uang adalah milik masyarakat sehingga menimbun uang di
bawah bantal (dibiarkan tidak produktif) dilarang, karena hal itu berarti
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Namun, tak dapat dipungkiri berbagai prediksi yang sempat mencuit dunia
kalau amerika akan runtuh pada waktunya dan saat ini sedang terjadi. Iklim
kejatuhan pasar saat ini masih menghantui AS, sebagai Negara yang paling awal
merasakan dampak dari kegagalan pasar sub prime mortgage AS saat ini
berhadapan dengan berbagai masalah yang sangat kritis dan mengancam
keberlangsungan hegemoninya atas dunia. (dilansir dari detikNews pukul 16.18
Wita, Tanggal 01 April 2021)
Hegemoni mata uang dolar AS ini mau tak mau harus terganti dengan
peranan mata uang digital atau cryptocurrency. Sehingga saat ini Negara lawan
AS yakni China mulai merancang berbagai strategi untuk menguasai
perekonomian dunia. Salah satunya dengan cara Bank Sentral China mulai
menerbitkan Fiat digital.
2. Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, yakni suatu
penelitian yang menggambarkan kondisi apa adanya tanpa menambahkan atau
memanipulasi pada variabel yang diteliti. Penelitian ini bersifat apa adanya dan
menekankan pada hasil yang didapatkan. Tekhnik analisis data yang digunakan
adalah naratif dengan melakukan studi kepustakaan yakni menggunakan data-data
sekunder seperti jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku, dan beberapa data web (jika
diperlukan).
Berpikir Sistem
Berpikir sistem sebagai sebuah metode pendekatan yang saling
berhubungan satu sama lain, bukan merupakan metode yang independen atau
berdiri sendiri. Karena untuk mencapai sebuah sistem yang utuh dibutuhkan rantai
penghubung antar elemen yang tak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi.
Menurut Aziz (2012), berpikir sistem memiliki paradigma baru seperti solusi
komprehensif artinya berpikir secara menyeluruh dan tidak bertindak sendiri-
sendiri.
Berpikir sistem ini merupakan jawaban atas teori-teori konvensional yang
sudah mulai berkembang sejak revolusi industri di Inggris pada tahun 1800. Yang
mana teori-teori tersebut meniadakan variabel Tuhan dalam sistem perekonomian.
Seperti halnya teori Malthus dan pengembangan atas teori Smith yang kita kenal
dengan konsep ke-sekuleran-nya. Teori ini banyak dianut diberbagai dunia
sebagai penganut teori faham kapitalisme/liberalisme. Teori konvensional ini
dianut sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi.
Akan tetapi lain halnya sekarang pada era ini, ternyata setelah melihat
keadaan lebih jauh teori konvensional ini tidak menjadi solusi untuk masa depan
dunia, lebih-lebih lagi era pandemi Covid-19 yang mengancam perekonomian
dunia diatas keterbatasan SDA yang semakin hari semakin berkurang.
Menurut Aziz, (Aziz, 2012) Metode System Dynamics menjadi konsep
baru untuk menyempurnakan teori yang sudah ada. Dan metode Sinlammim
merupakan paradigma baru untuk memiliki teori baru yang didasarkan pada al-
Quran dan Hadis. Dalam bentuk piramida yang terbagi menjadi 3 bagian, terdapat
3 tingkatan pendekatan berpikir untuk menggambarkan asimilasi konsep Islam ke
dalam sistem berpikir. Di piramida atas menunjukkan teori Berpikir Sistem, di
tengah piramida merupakan metode Dinamika Sistem, dan di bawahnya terdapat
Powersim sebagai alat.
3. Hasil dan Pembahasan
Dalam Islam Uang dan peranannya sudah diatur dalam al-Quran
diantaranya terdapat dalam QS Yusuf [12]: 20 dan QS al-Kahfi [18]:19
QS Yusuf [12]:20
20. “Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa
dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. ” (Sumber
al-Quran digital)
QS al-Kahfi[18]:19
19. “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka:
Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)." Mereka menjawab: "Kita
berada (disini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan
kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah
salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka
hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku
lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seorangpun”. (Sumber al-Quran digital)
Jika kita merujuk pada Hahslm, bahwa dalam surah al-Hijr [15]: 87
diposisikan sebagai sumber, sehingga posisi Hahslm adalah sebagai sumber
dari Qur’an. dalam pemosisiannya pun menggunakan berbagai proses analisis.
Dan jika merujuk dari segi makna dalam QS. Al-Hijr[15]: 87, sebagai
sumber dari Quran maka dalam QS Yusuf [12]: 20 dan QS al-Kahfi [18]:19
pula menjelaskan bahwa setiap amal atau perbuatan yang kita lakukan itu
semua akan kembali kepada yang menciptakan dalam hal ini pencipta sebagai
reflektor. Sebagaimana yang dijelaskan dalam dalam QS.adz-Zariyat[51]:56
yang memiliki makna yang sama dengan QS. Al-Hijr[15]:87, yakni tentang
segala penciptaan alam semesta bersumber dari ibadah yang mana ibadah
sebagai bentuk refleksi dari pencipta.
Berikut ini analisis matematis dari peneliti terhadap refleksivitas Hahslm
pada uang dan peranannya dalam Islam.
QS Yusuf [12]:20
12x20=240 , apabila difaktorkan akan menjadi 2x4x6x5
- 2 menunjukkan bahwasanya Allah menciptakan siang dalan malam
- 4 menunjukkan jumlah kitab yang diturunkan Allah SWT
- 6 menunjukkan rukun iman
- 5 menunjukkan rukun Islam
Saat kita refleksikan dengan 4 maka akan menjadi:
4x240=960>>>9+6+0, sehingga kita akan mendapatkan
4=9+6>>>>4=9+2=3, maka
H=mhs (variable yang terdapat dalam Hahslm)
QS al-Kahfi [18]:19
18x19=342, maka kita akan mendapatkan 2x3x3x19>>>>2+(3+3+9),
sehingga:
- 2 menunjukkan bahwasanya Allah menciptakan siang dan malam
- 25 adalah jumlah Nabi dan rasul yang wajib kita ketahui.
Saat kita refleksikan dengan 4>>>4x342=1368
Maka kita dapatkan 1+3+6+8=18
Sehingga 4=18>>>>4=2x9
Jadi H=hm (variable yang terdapat dalam Hahslm)
4. Kesimpulan
Pada dasarnya, ibadah merupakan tujuan dari penciptaan alam semesta
beserta isinya. Sehingga tak dapat dipungkiri Tuhan (Allah SWT) adalah tempat
kembalinya sebagai sang pencipta yang merefleksikan segala ciptaan-Nya pada
diri-Nya. Berbagai pertanda (ayat-ayat) yang Tuhan berikan kepada makhluk-Nya
untuk terus beribadah kepada-Nya. Mulai dari hal-hal yang memang ada aturan
tentang Aqidah didalamnya, Akhlaq, dan lebih-lebih lagi masalah Syari’at
memuat di dalamnya Muamalah yaitu bagaimana mengatur hubungan sesama
manusia dan Tuhan.
Seperti halnya pada penelitian ini tentang konsep uang dalam Islam yang
mengedepankan nilai moral. Kita ketahui bahwa substansi dari Ekonomi yang
berasal dari Tuhan adalah ‘moral’, berbeda dengan ekonomi yang diciptakan oleh
manusia yang hanya mengedepankan return. Dalam hal inipun Allah masih
mengingatkan kita akan diri-Nya. Maka dari itu, uangpun diciptakan bukan
semata-semata untuk memuaskan keinginan pribadi melainkan sebagai sebuat alat
untuk mempermudah kita untuk lebih dekat dengan Tuhan. Dan dapat peneliti
simpulkan bahwa semua akan kembali kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
Daftar Pustaka
Aziz, Roikhan M. 2012. Paradigma Baru dalam Sinlammim Kaffah dalam
Ekonomi Islam. Sinifikan Vol.1 No.2. h. 139-148
Aziz, Roikhan M. 2015. Rumus Tuhan Hahslm dalam Berpikir
Menyeluruh Sebagai Metodologi Ekonomi Islam. Proceeding ICEF’15 Mataram.
Hal. 1125-1137.
Aziz, Roikhan M. 2018. Metodologi Ekonomi Islam Hahslm. International
Conference on Sosial Economic Culture.
Aziz, Roikhan M. 2020. Ilmu Gerakan Penjualan pada Era Covid-19 dan
Ekonomi Turbulensi. Jurnal As-Salam, Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2020. 124-142.
CNBC
KOMPAS.com
World Health Organization (www.who.com)
www.Ojk.co.id
www.who.int>news>qa-for-public
www.merriam.com