Anda di halaman 1dari 22

NILAI UANG DALAM KONSEPSI KONVENSIONAL DAN SYARIAH

Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syariah 1

Dosen pengampu: Alfa Yenicha Nandafita

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Kurnia Barokah Widuri 1702100051


2. Nur Aini Zahra 1704100231
3. Risal Yuriwansyah 1702100079
4. Ulfatul Hasanah 1704100183

KELAS F

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (S1 PBS)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

TA 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Uang sudah tidak aneh lagi didalam masyarakat atau bisa disebut lumrah.
Karena pada dasarnya setiap manusia pasti membutuhkan uang sebagai alat
transaksaksi dalamkehidupan sehari-hari. Sebelum ditemukan uang sebagai alat tukar,
perdagangan dilakukan secara barter, yaitu penukaran barang dengan barang lain.
Sebelum masyarakat mengenal alat tukar (dinar, dirham dan uag), masyarakat lebih
dahulu mengenal yang disebut dengan barter, yang mana sistem barteritu adalah
menukar barangdengan barang yang berbeda.
Dinar dan dirham pada saat itu menjadi sebuah alat tukar bagi masyarakat,
yang mana suatu barang akan di ukur kadar nya oleh dinar dan dirham, sehingga
ketika dinar dan dirham menjadi salah satu alat tukar guna menjadi patokan nilai dari
suatu barang yang akan di tukarkan, akan menjadi jelas, dan maslahat bagi semua
masyarakat. Karena dengan adanya alat tukar dinar dan dirham semua masalah dalam
bertransaksi terpecahkan. Namun dalam perkembangannya fungsi utama uang
sebagai alat tukar itu mulai bergeser, dalam ekonomi sistem kapitalis fungsi uang
selain sebagai alat tukar, juga dijadikan sebagai komoditas sehingga uang diperjual
belikan layaknya sebagai suatu komoditas.
Dalam konsep keuangan modern yang diajarkan oleh kaum Kapitalis dan
Sosialis, uang menjadi obyek perdagangan. Dalam konsep keuangan modern,
perdagangan uang merupakan instrumen penting dalam sistem perekonomian. Inilah
yang menjadi perdebatan dalam sistem ekonomi Islam, bagaimana fungsi uang yang
sesungguhnya. Apakah uang hanya berfungsi sebagai alat tukar, sebagaimana fungsi
uang pada masa awalnya ataukah uang bisa dianggap sebagai komoditi yang bisa
diperjualbelikan. Tulisan ini akan mengulas bagaimana persepektif ekonomi Islam
tentang uang. Uang dalam ekonomi konvensional diartikan sebagai uang secara
interchangeability (bolak-balik),yaitu yaitu uang sebagai alat tukar dan uang sebagai

1
capital. Namun,sering kali uang diidentikkan dengan modal (capital). Sedangkan di
dalam Islam uang bersifat flow concept dan merupakan public goods. Arti flow
concept adalah uang harus mengalir. Ketika mengalir uang adalah public goods, lalu
mengendap ke dalam kepemilikan seseorang (stock concept). Uang tersebut menjadi
milik pribadi (private goods).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan uang?
2. Bagaimana sejarah uang?
3. Bagaimana peranan uang dalam perekonomian?
4. Apa yang dimaksud dengan nilai waktu uang?
5. Apa itu time value of money vs economi value of time?
6. Apa konsep uang dalam islam?
7. Bagaimana uang dalam pandangan islam?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan uang
2. Untuk mengetahui sejarah uang
3. Untuk mengetahui peran uang dalam perekonomian
4. Untuk mengetahui apa itu nilai waktu uang
5. Untuk mengetahui apa itu time value of economi value of time
6. Untuk mengetahui abagaimana konsep uang dalam islam
7. Untuk mengetahui bagaimana uang dalam pandangan islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Uang

Secara etimologi uang berasal dari kata Al naqdu-nuqud. pengertiannya ada


beberapa makna, yaitu al-naqdu yang berarti yang baik dari dirham, menggenggam
dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam alqur’an dan
al hadits karena bangsa arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk
menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang
yang terbuat dari emas dan kata dirham untukmenunjukkan kata tukar yang terbuat
dari perak. Mereka juga menggunakan wariq untuk menunjukkan dirha perak, kata
“ain” menunjukkan dinar emas. Sementara itu kata fulus (uang tembaga) adalah alat
tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang murah.

Uang adalah seperti yang kita bayangkan, yaitu suatu benda yang dapat
ditukarkan dengan benda lain, dapat digunakan untuk menilai benda lain, dan dapat
kita simpan. Selanjutnya, jangan lupa bahwa uang dapat juga digunakan untuk
membayar utang di waktu yang akan datang. Dengan kata lain, uang adalah suatu
benda yang pada dasarnya dapat berfungsi sebagai: (1) alat tukar (medium of
exchange), (2) alat penyimpan nilai (store of value), (3) satuan hitung (unit of
account), dan (4) ukuran pembayaran yang tertunda (standard for deffered payment).
Perlu dikemukakan pula bahwa pada awalnya uang hanya berfungsi sebagai alat
penukar saja tetapi, sejalan dengan perkembangan peradaban manusia dalam
memenuhi kebutuhan ekonominya, fungsi tersebut telah berkembang dan bertambah
sehingga mempunyai fungsi seperti uang pada saat ini.

Di bawah ini akan diuraikan secara singkat keempat fungsi dasar uang yang
telah disampaikan di atas. Uang sebagai alat tukar. Dapat dibayangkan betapa
sulitnya hidup dalam perekonomian moderen ini tanpa adanya benda yang dapat
digunakan sebagai alat penukar. Apabila tidak ada uang maka transaksi hanya

3
dilakukan dengan cara tukar-menukar antara barang yang satu dengan barang yang
lain. Misalnya, seseorang yang memiliki ayam dan ingin menukarkannya dengan
garam – karena ia mempunyai ayam yang banyak dan sangat membutuhkan garam –
harus bertemu dengan orang lain yang memiliki garam dan ingin menukarkan garam
dengan ayam.Selanjutnya, mereka saling menukarkan ayam dengan garam. Kondisi
ini dinilai terlalu kaku dan sulit dipenuhi. Dengan adanya uang, seseorang dapat
secara langsung menukarkan uang tersebut dengan barang yang dibutuhkannya
kepada orang lain yang menghasilkan barang tersebut. Uang sebagai alat penyimpan
nilai. Sesuai dengan sifatnya, manusia adalah mahluk yang gemar mengumpulkan
dan menyimpan kekayaan dalam bentuk barang-barang yang berharga untuk
dipergunakan di masa yang akan datang. Barang-barang berharga tersebut pada
umumnya berupa tanah, rumah, dan benda berharga lain. Walaupun kekayaan yang
dapat disimpan beragam bentuknya, tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan
salah satu pilihan untuk menyimpan kekayaan.Uang sebagai satuan hitung. Apabila
tidak ada satuan hitung yang diperankan oleh uang, dapat dibayangkan kesulitan
dalam melakukan penilaian terhadap suatu barang. Tanpa satuan hitung seseorang
mungkin akan menilai seekor sapi sama dengan dua ekor kambing dsb. Dengan
adanya uang, tukar-menukar dan penilaian terhadap suatu barang akan lebih mudah
dilakukan.
Selain itu, dengan uang pertukaran antara dua barang yang berbeda secara fisik
juga dapat dilakukan. Uang sebagai ukuran pembayaran yang tertunda. Fungsi uang
ini terkait dengan transaksi pinjam-meminjam; uang merupakan salah satu cara untuk
menghitung jumlah pembayaran pinjaman tersebut. Lebih masuk akal untuk
meminjamkan uang sebesar satu juta rupiah selama lima tahun daripada
meminjamkan satu ekor kambing dalam waktu yang sama mengingat keadaan
kambing dalam lima tahun mendatang akan berbeda dengan keadaan kambing
semula.1

1
Rahmat Ilyas,konsep uang dalam perspektif ekonomi islam,”bisnin dan manajemen
islam”,vol.04(juni 2016)h.36

4
B. Peranan Uang Dalam Perekonomian
Dalam mekanisme pasar, uang memegang peranan penting sebagai alat tukar.
Kuatnya peranan uang dalam berbagai kegiatan ekonomi didasarkan pada beberapa
alasan, yaitu: pertama, pelayanan besar yang diberikan oleh uang bagi kehidupan
perekonomian. Hal ini dikarenakan fungsi uang sebagai alat tukar, tolak ukur nilai,
sarana perlindungan kekayaan, serta alat pembayaran hutang dan pembayaran tunai.
Kedua, hubungan yang kuat antara uang dengan berbagai kegiatan ekonomi, dan
pengaruh yang saling berkaitan diantaranya. Kekuatan uang bersandar pada kekuatan
ekonomi, dan ekonomi yang kuat bersandar pada uang yang kuat, demikian pula
sebaliknya. Ketiga, munculnya pengaruh uang dalam kehidupan perekonomian
modern yang semakin kompleks. Gejolak krisis moneter dapat terjadi tiba-tiba. Hal
ini menunjukkan bahwa problem keuangan juga merupakan problem ekonomi.
Keempat, uang merupakan salah satu faktor kekuasaan dan kemandirian ekonomi.
Hal tersebut dapat dilihat pada fakta bahwa uang merupakan salah satu bidikan utama
dalam perang ekonomi antar negara di dunia.
Ketika uang memiliki peranan yang demikian penting dalam perputaran roda
perekonomian dunia, maka menjadi suatu keniscayaan bahwa Islam memberikan
perhatian yang sangat besar terhadap uang. Islam memberikan perhatian yang sangat
besar terhadap uang sesuai dengan urgensi yang dimiliki uang itu sendiri. Perhatian
Islam diwujudkan dalam penetapan kaidahkaidah yang mampu menjamin
keselamatan berkenaan dengan interaksi keuangan dalam rangka menghindarkan
kemudharatan terhadap uang.

C. Nilai Waktu Uang


Teori tentang nilai waktu uang dikenal dengan teori economic value of time
yang berkembang pada abad ke-7 masehi. Teori ini muncul pada masa saat
digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar. Logam mulia emas dan perak

5
diterima sebagai alat tukar karena nilai intrinsiknya, bukan karena mekanisme untuk
dikembangkan. Karena bukan pengembangan mekanisme, maka hubungan
debitur/kreditur yang muncul bukanlah hubungan yang terjadi akibat transaksi secara
lansung. Hubungan debitur dan kreditur dapat dimaknai sebagai transaksi permintaan
uang.
Konsep time value of money mengasumsikan sejumlah uang yang ada pada
saat ini akan lebih berharga daripada sejumlah uang dalam jumlah yang sana yang
akan dimiliki pada waktu yang akan datang. Konsep ini dikembangkan oleh Von
Bhom-Bawerk dalam bukunya yang berjudul Positive Theory of Capital. Konsep ini
juga dikenal dengan konsep preferensi waktu positif. Bawerk mengemukakan
beberapa alasan tentang mengapa nilai barang di waktu yang akan datang akan
berkurang, yaitu:
1. Keuntungan masa kini sangat jelas dan pasti, sedangkan keuntungan di masa yang
akan datang belum jelas dan pasti.
2. Kepuasan masa kini lebih bernilai bagi seseorang daripada kepuasan yang bisa
diperoleh di masa yang akan datang. Pada masa yang akan datang keinginan
seseorang dapat berubah.
3. Barang-barang pada waktu sekarang lebih penting dan berguna daripada pada
masa yang akan datang. Dengan demikian, barang-barang sekarang bernilai lebih
tinggi dibandingkan dengan barang-barang di masa mendatang.

Bagi ekonomi konvensional ada 2 hal yang menjadi alasan intuisi mereka
akan konsep time value of money, yaitu:
1. Presence of Inflation
Alasan ini dapat dipahami melalui ilustrasi berikut: pada tingkat suku bunga
inflasi 10% per tahun. Seseorang dapat membeli 10 buah roti isi hari ini dengan
membayar sejumlah Rp. 10.000,. Namun bila ia membelinya tahun depan, dengan
jumlah uang yang sama yaitu Rp. 10.000,_ ia hanya dapat membeli 7 buah roti isi.
Hilangnya daya beli uang tersebut terjadi sebagai akibat inflasi.

6
2. Preference present consumption to future consumption
Pada umumnya, setiap individu lebih menyukai konsumsi pada saat sekarang
dibandingkan konsumsi pada masa mendatang. Alasan ini dapat dipahami dengan
ilustrasi sebagai berikut: jika diasumsikan tidak terdapat tingkat inflasi, dengan uang
Rp. 10.000, seseorang tetap bisa membeli 10 buah roti isi pada saat ini maupun pada
tahun depan. Bagi kebanyakan orang, mengkonsumsi 10 buah roti isi saat ini lebih
disukai dibandingkan dengan mengkonsumsi 10 buah roti isi tahun depan. Pada
kerangka pikir ini, meskipun dalam suatu struktur perekonomian tidak terdapat
tingkat inflasi seseorang tetap lebih menyukai Rp. 10.000, saat ini untuk melakukan
kegiatan konsumsi pada saat ini juga. Tertundanya konsumsi ke masa yang akan
datang akan diperhitungkan kompensasinya oleh seseorang, meski tetap bisa
mengkonsumsi sejumlah barang yang sama.

D. Nilai Ekonomis Waktu


Dalam pandangan Islam mengenai waktu, waktu bagi semua orang selalu
sama dari sisi kuantitas; yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, dan
seterusnya. Nilai waktu antar individu dalam masyarakat berbeda dari sisi
kualitasnya. Faktor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana seseorang
mampu memanfaatkan waktu itu sendiri. Semakin maksimal seseorang
memanfaatkan waktu dalam bekerja menghasilkan sesuatu, maka akan semakin
bernilai waktu yang ia miliki, dan demikian pula sebaliknya.
Dalam ekonomi Islam, penggunaan sejenis discount rate dalam menentukan
harga bai’ mu’ajjal (membayar tangguh) dapat digunakan. Hal ini dibenarkan karena:
(1) Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic value
added (nilai tambah ekonomis); (2) Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran)
yang telah melaksanakan kewajiban (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia
tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.
Konsep nilai waktu atas uang dalam Islam diterbitkan dari fakta bahwa Islam
melarang pertukaran yang saling menguntungkan atas emas, perak, atau nilai

7
monetary kecuali ketika hal tersebut dilakukan dalam waktu bersamaan. Sebagai
contoh, dalam skim syariah dikenal kontrak salam. Kontrak salam menyediakan
ilustrasi yang lengkap atas konsep nilai waktu dari uang melalui pemberian harga
barang. Salam merupakan forward kontract yang memudahkan sebuah komoditi
dibeli untuk pembayaran secara berkala atas harga dan pengiriman di kemudian hari.
Elemen dasar pada kontrak ini adalah bahwa harga yang dibayar di muka untuk
pengiriman di kemudian hari atas barang lebih kecil daripada harga cash and carry
pada waktu kontrak salam dijalankan. Hal tersebut mengacu pada prinsip syariah
bahwa penilaian waktu sangat mungkin dalam bisnis dan perdagangan atas barang
dan tidak dalam pertukaran nilai monetary dan pinjaman (debt).
Ajaran Islam medorong pemeluknya untuk selalu menginvestasikan dananya.
Di samping itu, dalam melakukan investasi tidak menuntut secara pasti akan hasil
yang diperoleh pada masa yang akan datang. Hasil investsi di masa yang akan datang
sangat dipengaruhi beberapa faktor, baik faktor yang dapat diprediksikan maupun
tidak. Faktor faktor yang dapat diprediksikan atau dihitung sebelumnya adalah:
berapa banyak modal, berapa nisbah yang disepakati, serta berapa kali modal dapat
diputar. Sementara faktor yang tidak dapat dihitung secara pasti atau sesuai dengan
kejadian adalah return (perolehan usaha).

E. Time Value of Money Versus Economic Value of Time


Ekonomi konvensional hanya mengakui inflasi sebagai faktor yang
mempengaruhi nilai waktu atas uang. Bila keadaan inflasi menjadi alasan adanya time
value of money. Seharusnya, di samping inflasi, keberadaan deflasi juga turut
mempengaruhi nilai waktu atas uang karena deflasi menjadi alasan adanya negative
time value of money. Contohnya pada tingkat deflasi 10% per tahun, seseorang dapat
membeli 10 buah roti saat ini dengan jumlah Rp. 10.000. Namun bila seseorang
tersebut membelinya tahun depan dengan jumlah uang yang sama yaitu Rp. 10.000, ia
dapat membeli 12 buah roti. Namun ternyata faktor ini tidak diakomodir dalam
konsep time value of money. Hanya satu kondisi yang diakomodir oleh konsep time

8
value of money, yaitu kondisi inflasi. selain itu, dengan mengabaikan ketidak pastian
return yang akan diterima, ekonomi konvensioanal menyebut kompensasinya sebagai
discount rate. Tingkat bunga riil ditentukan oleh preferensi konsumsi saat ini. Jadi,
istilah discount rate lebih bersifat umum dibandingkan istilah interest rate.
Hal tersebut diilustrasikan secara formulatif sebagai berikut:
Nominal interest rate = real interest rate + expected

Discount rate = real interest rate + expected inflation +


premium for uncertainty

Certainty of Return = Kepastian akan Keuntungan


Uncertainty of Return = Ketidakpastian dari Keuntungan
Interest rate = suku bunga
Discount rate = tingkat diskonto
Real interest rate = Tingkat bunga riil
Preferensi current consumption = Preferensi konsumsi saat ini
Expected inflation = Inflasi yang diharapkan
premium for uncertainty = Premium bagi ketidakpastian

Jadi, dalam ekonomi konvensional ketidakpastian return dikonversi menjadi


suatu kepastian melalui premium for uncertainty. Dalam setiap investasi selalu
terdapat kemungkinan untuk memperoleh positif return, negatif return, dan no return.
Adanya probability (kemungkinan) inilah yang menimbulkan uncertainty (kondisi
ketidakpastian) dengan sesuatu yang pasti, yaitu premium for uncertainty. Keadaan
ini yang ditolak dalam ekonomi Islam, yaitu keadaan al ghunmu bi la ghurmi (gaining
return without responsible for any risk) dan al kharaj bi la dhaman (gaining income
without responsible for any expense).

9
Discount rate dapat pula digunakan dalam menentukan nisbah bagi hasil.
Dalam hal ini, nisbah dikalikan dengan actual return, bukan dengan expected return.
Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau transaksi sewa menyewa.
Dalam transaksi bagi hasil hubungan yang timbul bukan seperti hubungan antara
penjual dan pembeli, atau penyewa dengan yang menyewakan. Yang terjadi adalah
hubungan antara pemodal dan pengelola modal tersebut. Hak bagi mereka berdua
akan timbul ketika usaha memproduktifkan modal tersebut telah menghasilkan
pendapatan atau keuntungan sesuai dengan kesepakatan awal. Bagi hasil dapat
didistribusikan berdasarkan pendapatan (revenue sharing) atau berdasarkan
keuntungan (profit sharing).
Ukuran rate of return berdasarkan Islam adalah:
1. Persoalan nilai waktu uang yang diformulasikan dalam bentuk bunga adalah
tidak dapat diterima. Formula pengganti yang seiring jiwa Islam adalah:

Y = (QR) vW

Di mana:
Y = Pendapatan
Q = Nisbah Bagi Hasil
R = Return riil usaha (Return Realisasi)
v = Tingkat pemanfaatan harta
W = Harta yang ditabung
2. Dalam Islam, mekanisme ekonomi yang digunakan adalah nisbah bagi hasil
dan return usaha yang terjadi secara riil.
3. Ajaran Islam menganjurkan menggunakan konsep economic value of time
waktulah yang memiliki nilai ekonomis, bukan uang yang memiliki nilai
waktu.

Terdapat beberapa model untuk menentukan rate of return, yaitu:

10
1. Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Merupakan model penetapan harga aset ekuilibrium yang menyatakan bahwa


ekspektasi imbal hasil atas sekuritas tertentu adalah fungsi linear positif dari
sensitivitas sekuritas terhadap return portofolio pasarnya. Model ini mengasumsikan
bahwa return sekuritas berbanding lurus dengan risikonya. CAPM tergantung pada
risk-free rate (SBI-ind) dan market portofolio. Secara sederhana, model ini dapat
dimaknai sebagai sudut pandang investor dalam melihat berbagai reaksi pasar.
Kondisi pasarnya selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan terhadap berbagai keadaan, seperti risiko dan imbal hasil,
serta harga keseimbangan pada suatu sekuritas.

Risk free rate dalam Islam tidak diperbolehkan karena hal tersebut berbasis
bunga. Dalam konteks Islam CAPM sulit untuk digunakan.

2. Arbitrage Pricing Theory (APT)

Teori ini merupakan pengembangan dari teori CAPM. Teori ini menyatakan
bahwa harga suatu aset dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. APT merupakan
alternatif model untuk menjawab permasalahan suatu hubungan antara pendapatan
dengan risiko saham. Terdapat tiga asumsi dalam APT, yaitu: (a) pasar modal dalam
kondisi pasar persaingan sempurna, (b) para investor selalu lebih menyukai kekayaan
yang lebih daripada kurang dengan kepastian, dan (c) hasil dari proses stochastic,
artinya bahwa pendapatan aset dapat dianggap sebagai K model faktor.16
Penggunaan teori ini bergantung pada kemampuan menemukan dan menentukan
daftar faktor yang dapat dimasukkan dalam model. Dengan demikian modifikasi
dengan penyesuaian kondisi pasar keuangan Islami mungkin dilakukan.

Perbedaan antara time value of money dan economic value of time pada
penerapan ekonomi Islam dan ekonomi konvensionalnya yaitu:

11
1. Rasionalitas ekonomi konvensional adalah rational economic man. Menurut
rasionalitas ini, tindakan individu dianggap rasional jika tertumpu kepada
kepentingan diri sendiri (self interest) yang menjadi satu-satunya tujuan bagi
seluruh aktivitas. Ekonomi konvensional mengabaikan moral dan etika dalam
pembelanjaan. Unsur waktu terbatas hanya di dunia saja tanpa memperkirakan
waktu akhirat. Sedangkan dalam ekonomi Islam jenis manusia yang hendak
dibentuk adalah Islamic man. Islamic man dianggap rasional perilakunya jika
konsisten dengan prinsip-prinsip Islam yang bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang seimbang. Keauhidan individu mendorong keyakinannya bahwa
Allah-lah yang berhak membuat berbagai aturan untuk mengantarkan seseorang
dapat meraih kesuksesan hidup. Ekonomi Islam menawarkan konsep rasionaliti
secara lebih menyeluruh tentang tingkah laku agen-agen ekonomi yang
berlandaskan etika dengan tujuan mencapai falah.
2. Tujuan utama ekonomi Islam adalah mencapai falah di dunia dan akhirat
(maslahah), sedangkan ekonomi konvensional semata-mata kesejahteraan duniawi
(utility).
3. Sumber utama ekonomi Islam adalah Al-Quran dan AlSunnah atau ajaran Islam.
Berbeda dengan ekonomi konvensional yang berdasarkan pada hal-hal yang
bersifat positivistik.
4. Islam lebih menekankan pada konsep need (kebutuhan) daripada want (keinginan)
dalam menuju maslahah, karena need lebih bisa diukur daripada want. Menurut
Islam, manusia harus mampu mengendalikan dan mengarahkan keinginan dan
kebutuhannya sehingga dapat membawa manfaat untuk kehidupan dunia dan
akhirat.
5. Orientasi dari keseimbangan konsumen dan produsen melalui mekanisme pasar
dalam ekonomi konvensional hanya mengutamakan keuntungan. Seluruh
kegiatan ekonomi diarahkan untuk memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin. Jika tidak demikian dianggap tidak rasional. Lain halnya dengan
ekonomi Islam yang tidak hanya ingin mencapai keuntungan ekonomi akan tetapi

12
juga mengharapkan keuntungan rohani (falah). Keseimbangan antara konsumen
dan produsen yang terbentuk melalui mekanisme pasar dapat diukur dengan
asumsi-asumsi secara jelas.

Secara jelas perbedaan konsepsi nilai uang dalam pandangan ekonomi


konvensional dan syariah dapat dilihat dalam tabel berikut:

Time Value of Money Economic Value of Time


Nilai uang hari ini lebih bermakna faktor yang menentukan nilai dari suatu
daripada nilai uang di masa mendatang waktu adalah bagaimana seseorang
memanfaatkan waktu
Dibangun berdasarkan sistem interest Dibangun atas dasar keuntungan/
yang menghendaki kepastian imbal kerugian dalam investasi/jual beli
hasil
Didasarkan pada:
a. Presence of inflation
b. Preferensi terhadap present
consumption to future consumption

Esensi yang melandasi konsep time value of money pada dasarnya adalah
bunga. Bunga tidak lain dan tidak bukan telah sejalan dengan konsep riba. Saat
pertanyaan tentang apakah penggunaan diskonto dalam evaluasi inveatasi
bertentangan dengan prinsip pelarangan riba, maka terdapat beberapa pendapat yang
mengemuka, di antaranya:

1. Shabir F. Ulgener membolehkan interest rate dipakai sebagai faktor diskonto.


Menurutnya harus dibedakan antara riba dengan interest sebagai faktor
penghitungan efisiensi ekonomi. Ia menyatakan:

13
“selain itu, aspek paling sederhana sebagai pembayaran premi kepada pemberi
pinjaman, bunga bertindak sebagai faktor diskonto paling dapat diandalkan
dalam mengevaluasi dan membandingkan investasi yang berbeda serta
memainkan peranan utama dalam menentukan keseluruhan struktur dari
investasi dan produksi. Hal yang sangat penting bagi negara-negara
terbelakang adalah untuk membedakan antara bunga sebagai surplus dan
bunga sebagai faktor dalam menghitung keseluruhan efisiensi dalam
perekonomian mereka.”
2. NH Naqfi mengakui bahwa riba harus diharpuskan, namun secara individual
menerima preferensi waktu positif. Ia menyatakan:
“karena penyimpangan Islam terhadap riba tidak harus meniadakan penjelasan
Fisherian untuk keberadaan dari tingkat bunga positif yaitu produktivitas
bersih dari metode “roundabout” dari produksi dan preferensi positifuntuk
konsumsi saat ini dibandingkan dengan konsumsi dimasa yang akan datang.
Fakta tersebut ditunjukkan dalam diskusi berikut bahwa preferensi waktu
individual akan terus berlangsung menjadi positif...”
3. Anas Zarqa dan ‘The Report of the Workshop on Elimination of Interest from
Goverment Transactions” mengaplikasikan tingkat penegmbalian sebagai
ganti dari tingkat bunga sebagai faktor diskonto adalah penggantian satu figur
ke figur lainnya. Fakta dalam analisis ini bukan tingkatnya melainkan konsep
dari nilai waktu terhadap uang. Pendiskontoan calon arus kas dari proyek akan
mengakibatkan efisiensi dalam investasi. Hal ini agak dapat diterima secara
islami.
4. Khan menyetujui bahwa tingkat keuntungan yang sudah mencakup risiko
dapat digunakan sebagai tingkat diskonto untuk proyek-proyek swasta. Risiko
terbagi menjadi 2 (dua), yakni risiko yang terkait waktu dan risiko yang tidak
terkait waktu. Tingkat keuntungan harus dipisah sesuai dengan risikonya.
Hanya bagian yang terkait waktu yang digunakan sebagai tingkat diskonto.
Tingkat diskonto inilah yang disebut dengan nilai waktu uang yang murni.

14
Faktor diskonto digunakan sebagai cost of capital tergantung dari aset dan
risiko yang digunakan. Islam membolehkan pinjam meminjam dan berinvestasi
berbasis profit loss sharing. Investasi selalu mengandung risiko, sehingga
penghitungan cost of capital dalam pendanaan Islam akan menjurus pada cost of
equity, karena debt diperlakukan sebagai equity.2

F. Konsep Uang Dalam Islam

Dalam sistem perekeonomian manapun, fungsi utama uang adalah sebagai alat
tukar. Syaikhul Islam Ibnu Tymiyah juga berpendapat bahwa uang sebagai alat
menukar bahannya dapat diambil dari apa saja yang disepakati oleh adat yang
berlaku(‘urf) dan istilah yang dibua oleh manusia. Ia tidak harus terbatas oleh emas
dan perak. Pada umumnya, para ulama dan ilmuan sosial islam menyepakati fungsi
uang sebagai alat tukar saja. Deretan ulama ternama seperti Imam Ghazali, Ibnu
Taymiyah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Ar-Raghib Al-Ashbahani, Ibnu Kaldun,Al,Al
Maqrizi,Dan Ibnu Abidin dengan jelas menandaskan fungsi pokok uang sebagai alat
tukar.

Dalam perjalanan sejarah, berkembang pemikiran bahwa uang tidak hanya


dapat dibuat dari emas dan perak. Dalam pikiran para sahabat rasulullahpun telah
berkembang kemungkinan telah membuat uang dari bahan lain. Misanya Umar Bin
Khattab pernah mengatakan “aku ingin (suatu saat) menjadikan kulit unta sebagai alat
tukar”. Pernyataan ini keluar dari bibir seornag yang amat paham tentang hakikat
uang dan fungsinya dalam ekonomi. Menurut umar, sesungguhnya uang sebagai alat
tukar tidak harus terbatas pada dua logam mulia saja seperti emas dan perak. Kedua
logam mulia ini akan mengalami ketidakstabilan pada sisi permintaan maupun
pnawaran. Karena itu, apapun, sesungguhnya dapat berfungsi menjadi uang termasuk
kulit unta. Dalam pandangannya suatu barang yang telah berubah fungsinya menjadi

2
Zumaroh, Nilai uang dalam perspektif ekonomi islam,”hukum dan ekonomi
syariah”,vol.03(September 2005) h.250-263

15
alat tukar uang(uang), maka fungsi moneternya akan meniadakan fungsinya atau
paling tidak akan mendominasi fungsinya sebagai komoditas biasa.

Dari penjelasan diatas, jelas bahwa pendapat yang menyatakan bahwa uang
sebagai Medium Of Xchange yaitu tidak diperlukan untuk dirinya sendiri, melainkan
untuk menjadi perantara dalam memenuhi kebutuhan manusia yang lain adalah
pendapat yang mencerminkan kebenaran. Nilai yang kemudian menjadi acuan jumhur
ulama hingga sekarang.

G. Uang Dalam Pandangan Islam

Dalam sejarah islam, uangmerupakan sesuatu yang diadopsi dari peradaban


romawi dan Persia. Ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep uang tidak
bertentangan dakam ajaran islam. Dinar adalah mata uang emas yang dimbil dari
romawi dan dirham adalah mata uang perak warisan peradaban Persia. Perihal dalam
alqur’an dan hadits dua logam mulia ini,emas dan perak telah dibeutkan baik dalam
fungsinya sebaai mata uang atau sebagai harta dan lambang kekayaan yang disimpan.
Misalnya dalam Q.S At-Taubah 34 disebutkan:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-


orang alim yahudi dan rahib-rabib nasrani benar-benar memakan harta orang dengan
jalan batil dan merak menghalang-halangi (manusia) dijalan allah. Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.

16
Selain dirham, masyarakat arab sebelum islam juga tekah menganal dinar,
mata uang yang terbuat dari emas. Dinar dan dirham diperoleh bangsa arab darihasil
lerdagangan yang merka lakukan dengan bangsa-bangsa diseputar jazirah arab. Para
pedagang kalau pulang dari syams mereka membawa dinar emas romawi (bizantium)
dan dari irak merka membawa dirham perak Persia (Sassanid). Kadang-kadang
mereka membawa dirham himyar dari yaman. Jasi, pada masa itu sudah banyak mata
uang asing yang masuk dinegeri hijaz. Mata uang itu digunakan hingga runtuhnya
khalifah Utsmaniah di turki paska- peraang dunia I.

Uang kertas yang berlaku pada zaman sekarang disebut fiat money.
Dinamakan demikian karena kemampuan uang untuk berfungsu sebagai alat tukar
yang memeiliki daya beli tidak disebabkan karena uang tersbut dilatarbelakangi oleh
emas. Dahulu kerika dunia masih mengikuti standar emas (gold standar) memang
benar ang dikatarbelakangi oleh emas. Namun rezim ini telah lama ditinggalkan oleh
perekonomian dunia pada pertengahan dasawarsa 1930-an (inggris meninggalkannya
pada tahun 1931) dan seluruh dunia telah meninggalkanpada tahun 1976).

Lalu bagaimana hukum uang kertas ditinjau dari sisi syariah? Ada yang
berpendapat bahwa uang kertas tidak berlaku riba sehingga kalau ada orang
berhutang Rp. 100.000 kemudian memberikan kepada pemberi utang sebanyak Rp.
120.000 dalam tempo tiga bulan tidak termasuk riba. Mereka beranggapan bahwa
yang berlaku pada zaman Nabi Saw. adalah uang emas dan perak dan yang
diharamkan tukar menukar dengan kelebihan emas dan perak, karena itu, uang kertas
tidak berlaku hukum riba kepadanya. Karena uang dalam islam bukan sebagai
komoditas yang bisa di disewakan atau dijual belikan dengan kelebihan. Ia
dibutuhkan sebagai alat tukar saja. Tetapi ia memiliki return on capital bila
dikembangkan dalam bentuk mudhorobah. Ia juga dapat dipinjamkan tapi tidak
diperbolehkan pengembaliannya melebihi pokoknya. Kelebihan demikian termasuk
dalam kategori riba.3
3
Nurul Huda,Lembaga Keuangan Islam, Jakarta:kencana,2010,hlm,12-20

17
18
BAB III

KESIMPULAN

Uang adalah seperti yang kita bayangkan, yaitu suatu benda yang dapat
ditukarkan dengan benda lain, dapat digunakan untuk menilai benda lain, dan dapat
kita simpan. Selanjutnya, jangan lupa bahwa uang dapat juga digunakan untuk
membayar utang di waktu yang akan datang.

Dalam mekanisme pasar, uang memegang peranan penting sebagai alat tukar.
Kuatnya peranan uang dalam berbagai kegiatan ekonomi didasarkan pada beberapa
alasan, yaitu: pertama, pelayanan besar yang diberikan oleh uang bagi kehidupan
perekonomian.

Teori tentang nilai waktu uang dikenal dengan teori economic value of time
yang berkembang pada abad ke-7 masehi. Teori ini muncul pada masa saat
digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar. Logam mulia emas dan perak
diterima sebagai alat tukar karena nilai intrinsiknya, bukan karena mekanisme untuk
dikembangkan.
Faktor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana seseorang mampu
memanfaatkan waktu itu sendiri. Semakin maksimal seseorang memanfaatkan waktu
dalam bekerja menghasilkan sesuatu, maka akan semakin bernilai waktu yang ia
miliki, dan demikian pula sebaliknya.
Ekonomi konvensional hanya mengakui inflasi sebagai faktor yang
mempengaruhi nilai waktu atas uang. Bila keadaan inflasi menjadi alasan adanya time
value of money.
Dalam sistem perekeonomian manapun, fungsi utama uang adalah sebagai alat
tukar. Syaikhul Islam Ibnu Tymiyah juga berpendapat bahwa uang sebagai alat
menukar bahannya dapat diambil dari apa saja yang disepakati oleh adat yang
berlaku(‘urf) dan istilah yang dibuat oleh manusia.

19
Dalam sejarah islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari peradaban
romawi dan Persia. Ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep uang tidak
bertentangan dakam ajaran islam. Dinar adalah mata uang emas yang dimbil dari
romawi dan dirham adalah mata uang perak warisan peradaban Persia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Ilyas,konsep uang dalam perspektif ekonomi islam,”bisnis dan


manajemen islam”,vol.04(juni 2016)

Zumaroh,Nilai uang dalam prspektif ekonomi islam,”hukum dan ekonomi


syariah”,vol.03(September 2005)

Nurul Huda,Lembaga Keuangan Islam, Jakarta:kencana,2010

21

Anda mungkin juga menyukai