Anda di halaman 1dari 13

Konsep Uang dalam Perspektif Islam

“Ekonomi Makro Islam”

Dosen Pengampu:
Patimatu Jahra, S.Ag, M.SI

Kelompok 3:
Denissa Salsabila Maulina : 210105020117
Desy Syafitri : 210105020144
Muhammad Alief Khadafi : 210105020130

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI PERBANKAN SYARIAH

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
dapat menyelesaikan makalah berjudul “Konseep Uang dalam Perspektif Islam” ini tepat pada
waktunya.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari Ibu Patimatu Jahra,
S.Ag, M.SI pada mata kuliah Ekonomi Makro Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan keilmuan bagi pembaca dan penulis mengenai materi pada Ekonomi Makro
Islam bagian Konsep Uang dalam Perspektif Islam.

Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Patimatu Jahra, S.Ag, M.SI selaku dosen pengampu
mata kuliah Ekonomi Makro Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
ilmu dan wawasan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi ilmunya sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan membantu untuk kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1


A. Latar Belakang..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2


A. Definisi Uang ...................................................................................................................... 2
B. Fungsi Uang dalam Islam ................................................................................................... 2
C. Jenis-jenis Uang. ................................................................................................................. 4
D. Konsep Time Value of Money ............................................................................................ 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 9


A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat tidak dapat melakukan semuanya
seorang diri. Ada kebutuhan yang dihasilkan oleh pihak lain, dan untuk mendapatkannya
seorang individu harus menukarnya dengan barang atau jasa yang dihasilkan. Seiring dengan
kemajuan zaman, merupakan suatu hal yang tidak praktis jika untuk memenuhi suatu
kebutuhan, setiap individu harus menunggu atau mencari orang yang mempunyai barang atau
jasa yang dibutuhkannya dan secara bersamaan membutuhkan barang atau jasa yang
dimilikinya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sarana lain yang berfungsi sebagai media
pertukaran dan satuan pengukur nilai untuk melakukan sebuah transaksi.

Jauh sebelum bangsa barat menggunakan uang dalam setiap transaksinya, dunia Islam telah
mengenal alat pertukaran dan pengukur nilai tersebut, bahkan Al Quran secara eksplisit
menyatakan alat pengukur nilai tersebut berupa emas dan perak dalam berbagai ayat. Para
fuqaha menafsirkan emas dan perak tersebut sebagai dinar dan dirham. Sebelum manusia
menemukan uang sebagai alat tukar, ekonomi dilakukan dengan menggunakan sistem barter,
yaitu barang ditukar dengan barang atau barang dengan jasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Uang?
2. Apa Saja Fungsi dari Uang?
3. Apa Saja Jenis-jenis Uang?
4. Bagaimana Konsep Time Value of Money?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Definisi dari Uang
2. Mengetahui Kegunaan Uang
3. Mengetahui Jenis-jenis Uang
4. Mengetahui Konsep Time Value of Money

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Uang
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-nuqud.
Pengertiannya ada beberapa makna, yaitu al-naqdu yang berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam al-
Qur‟an dan hadist karena bangsa arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk
menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang
terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak.
Mereka juga menggunakan wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata “ain untuk
menunjukkan dinar emas. Sementara itu kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan
yang digunakan untuk membeli barang-barang murah (Rozalinda, 2014: 279).

Definisi nuqud menurut Abu Ubaid (wafat 224 H), dirham dan dinar adalah nilai harga
seseuatu sedangkan segala sesuatu tidak bisa menjadi harga bagi keduanya, ini berarti dinar dan
dirham adalah standar ukuran yang dibayarkan dalam transaksi barang dan jasa. Al-Ghazali
(wafat 505 H) menyatakan, Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah
diantara seluruh harta sehingga seluruh harta bisa bisa diukur dengan keduanya. Ibn al-Qayyim
(wafat 751H) berpendapat, dinar dan dirham adalah nilai harga barang komoditas. Ini
mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran untuk nilai harga komoditas (Ahmad
Hasan, 2005:5-8).

Uang adalah standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga. Uang didefenisikan
sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan tenaga. Misalkan harga
adalah standra untuk barang, sedangkan upah adalah standar untuk manusia, yang masing-
masing merupakan perkiraan masyarakat terhadap nilai barang dan tenaga orang. Perkiraan
nilai-nilai barang dan jasa ini dinegeri manapun dinyatakan dengan satuan-satuan, maka satuan-
satuan inilah yang menjadi standar yang dipergunakan untuk mengukur kegunaan barang dan
tenaga yang kemudian menjadi alat tukar (medium of exchange) dan disebut dengan satuan uang
(Taqiyuddin An-Nabhani,2000: 297).

Selain itu uang didefenisikan sebagai segala sesatu (benda) yang diterima oleh masyarakat
sebagai alat perantara dalam melakukan tukar-menukar atau perdagangan.

B. Fungsi Uang dalam Islam


Dalam sistem ekonomi Islam, uang hanya berfungsi sebagai media/alat pertukaran
(medium of exchange) dan sebagai standar ukuran harga (unit of account). Sedangkan fungsi
uang sebagai penyimpan nilai (store of value) dan standar pembayaran di masa mendatang
(standard of deffered payment) masih diperdebatkan oleh ahli ekonomi Islam.

1. Uang sebagai satuan nilai atau standar harga (unit of account)

2
Uang adalah satuan nilai atau standar ukuran harga dalam transaksi barang dan jasa.
Dengan adanya uang sebagai satuan nilai akan memudahkan terlaksananya transaksi dalam
kegiatan ekonomi masyarakat. Uang sebagai standar nilai harus memiliki kekuatan dan
daya beli yang bersifat tetap agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Al-Ghazali
berpendapat bahwa, uang adalah ibarat cermin, dalam artian uang berfungsi sebagai ukuran
nilai yang dapat merefleksikan harga benda yang ada di hadapannya.Dengan demikian
jelaslah bahwa uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri, karena uang tidak mempunyai
harga tetapi uang sebagai alat untuk menghargai semua barang. Ibnu Taimiyah (1263-
1328) menjelaskan bahwa, uang berfungsi sebagai alat ukur nilai dan alat
pertukaran.Melalui uang sejumlah benda dapat diketahui nilainya. Uang bukan ditujukan
untuk dirinya sendiri akan tetapi sebagai untuk mengukur nilai benda atau dibayar sebagai
alat tukar benda lain. Pemikiran Ibnu Taimiyah ini kembali dimunculkan setelah dua
setengah abad kemudian oleh pakar ekonomi modern Sir Thomas Gresham (1519-1579)
yang terkenal dengan Hukum Gresham.

2. Uang sebagai alat tukar (medium of exchange)


Uang sebagai alat tukar menukar yang digunakan setiap individu untuk transaksi
barang dan jasa. Misalnya seseorang yang memiliki kelapa untuk memenuhi kebutuhannya
terhadap beras, maka ia cukup menjual kelapanya dengan menerima uang sebagai gantinya.
Kemudian ia dapat membeli beras yang ia butuhkan dengan uang tersebut. Seperti itulah
uang berfungsi sebagai alat tukar pada setiap transaksi dalam rangka pemenuhan kebutuhan
hidup manusia. Fungsi uang sebagai alat tukar dalam setiap kegiatan dalam kehidupan
modern ini menjadi satu hal yang sangat penting. Seseorang tidak akan mampu untuk
memproduksi setiap barang kebutuhan hariannya, karena keahlian manusia berbeda-beda.
Pada kondisi itulah uang memegang peranan yang sangat penting agar manusia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mudah.

3. Uang sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value atau store of wealth)
Uang sebagai penyimpan kekayaan maksudnya adalah bahwa orang yang
mendapatkan uang terkadang tidak mengeluarkan seluruhnya dalam satu waktu, akan tetapi
ia akan sisihkan sebagian atau disimpan untuk membeli barang atau jasa yang ia butuhkan
pada waktu yang ia inginkan. Hal ini disebabkan motif yang mempengaruhi seseorang
untuk mendapatkan uang di samping untuk transaksi juga untuk berjaga-jaga dari
kemungkinan yang terduga. Di kalangan ekonom Islam terjadi perbedaan pendapat terkait
fungsi uang sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value atau store of wealth).
Mahmud Abu Su’ud berpendapat bahwa uang sebagai alat penyimpan kekayaan adalah
ilusi yang batil, karena uang tidak bisa dianggap sebagai komoditas layaknya barang-
barang pada umumnya. Uang sama sekali tidak mengandung nilai pada bendanya. Uang
hanya sebagai alat tukar beredar untuk proses tukar-menukar. Pendapat ini sejalan dengan
apa yang diungkapkan oleh al-Ghazali bahwa uang ibarat cermin yang hanya dapat menilai
sesutau yang ada di depannya namun tidak dapat menilai dirinya sendiri.

4. Uang sebagai standar pembayaran tunda (standard of deferred payment)

3
Sebagian ahli ekonomi, berpendapat bahwa, uang adalah unit ukuran dan standar
untuk pembayaran tunda. Misalnya transaksi terjadi pada waktu sekarang dengan harga
tertentu, tetapi uang diserahkan pada masa yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan standar
ukuran yang digunakan untuk menentukan harga. Ahmad Hasan menyatakan bahwa, uang
sebagai ukuran dan standar pembayaran tunda tidak bisa diterima.Jika yang dimaksudkan
adalah menunda pembayaran harga, maka yang ditunda adalah uang.Bagaimana mungkin
dikatakan bahwa uang adalah ukuran dan standar pembayaran tunda?, karena uang menjadi
standar uang. Jadi, tidak tepat ungkapan yang menyatakan bahwa uang adalah standar
pembayaran tunda karena fungsi ini merupakan pengulangan (tahsilul hasil) terhadap
fungsi uang sebagai standar nilai.Uang adalah ukuran dan standar harga komoditas dan jasa
baik bersifat tunai atau tunda. Muhammad Usman Syabir juga menjelaskan, karena nilai
uang itu fluktuatif maka tidak layak untuk menjadi ukuran nilai pembayaran tunda.

C. Jenis-jenis Uang
Uang adalah sesuatu yang diterima masyarakat sebagai alat untuk pembayaran atau
transaksi. Oleh karena itu, uang dapat berbentuk apa saja, akan tetapi bukan berarti segala
sesuatu itu adalah uang. Misalnya penggunaan uang kertas sebagai alat transaksi, tetapi tidak
semua kertas adalah uang, bukan karena harga kertasnya yang murah melainkan karena tidak
diterima/dipercaya oleh masyarakat sebagai alat pembayaran.

Mengikuti perjalanan sejarah dan perkembangan ekonomi, uang kemudian bisa


dikategorikan menjadi 4 jenis:

1. Uang Barang (Commodity Money)


Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa
diperjualbelikan apabila barang tersebut digunakan bukan sebagai uang. Namun tidak
semua barang bisa menjadi uang, diperlukan tiga kondisi agar barang bisa dijadikan uang;
a. Kelangkaan (scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas.
b. Daya tahan (durability), barang tersebut harus tahan lama.
c. Nilai tinggi, barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi sehingga tidak
memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
Dalam sejarah, pemakaian uang barang pernah juga disyaratkan barang yang digunakan
sebagai barang kebutuhan seharai-hari seperti beras. Namun kemudian uang barang ini
dianggap mempunyai banyak kelemahan, diantaranya uang barang tidak memiliki pecahan,
sulit untuk disimpan, dan sulit untuk diangkut.

2. Uang Logam (Metalic Money)


Penggunaan uang logam merupakan fase kemajuan dalam sejarah uang. Logam
pertama yang digunakan sebagai alat tukar adalah perunggu.Kemudian, besi yang
digunakan oleh orang Yunani, tembaga digunakan oleh orang Romawi, terakhir logam
mulia emas dan perak.Pada saat volume perdagangan semakin meningkat dan meluas maka
muncullah penggunaan emas dan perak sebagai uang. Pada awal penggunaan logam
sebagai uang, standar yang dipakai adalah timbangan. Hal ini menimbulkan kesulitan

4
karena setiap kali melakukan transaksi harus menimbang logam terlebih dahulu. Melihat
kesulitan itu Negara melakukan pencetakan uang logam untuk mempermudah proses
transaksi.
Dalam sejarah penggunaan uang logam ada dua sistem yang dipergunakan;
a. Gold Standard, emas sebagai standar nilai,
b. Bimetallic (sistem dua jenis logam) yaitu emas dan perak yang digunakan sebagai
standar nilai.

3. Uang Bank (Bank Money)


Uang bank disebut juga dengan uang giral yaitu uang yang dikeluarkan oleh bank
komersial melalui cek atau alat pembayaran giro lainnya. Cek merupakan perintah yang
ditunjukkan oleh pemilik deposit kepada bank untuk membayarkannya kepada orang lain
atau pemegang sejumlah uang. Uang giral merupakan simpanan nasabah bank yang dapat
diambil setiap saat dan dapat ipindahkan kepada orang lain untuk melakukan pembayaran.
Cek dan giro yang dikeluarkan oleh bank manapun bisa digunakan sebagai alat pembayaran
barang dan jasa. Uang giral berkembang luas di negara-negara maju dimana kesadaran
perbankan atau tradisi perbankannya sudah semakin meningkat.

Kelebihan uang giral sebagai alat pembayaran adalah:


a. Kalau hilang dapat dilacak kembali sehingga tidak bisa diuangkan oleh yang tidak
berhak.
b. Dapat dipindahkan dengan cepat dan ongkos yang rendah.
c. Tidak diperlukan uang kembali sebab cek dapat ditulis sesuai dengan nilai transaksi.

Dibalik kelebihan dari uang giral ini, juga terdapat kelemahan ataupun bahaya yang
besar. Kemudahan perbankan menciptakan uang giral dan ditambah dengan instrument
bunga bank membuka peluang terjadinya uang beredar yang lebih besar daripada transaksi
riilnya.Situasi inilah yang dapat menyebabkan terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu
(bubble economy).

4. Uang Kertas (Token Money)


Uang kertas yang digunakan pada masa sekarang pada awalnya adalah dalam
bentuk bank note atau bank promise berupa kertas, yaitu janji bank untuk membayar uang
logam kepada pemilik bank note ketika ada permintaan. Dikarenakan kertas ini didukung
oleh kepemilikan atas emas dan perak, masyarakat umum menerima keberadaan uang
kertas ini sebagai alat tukar. Dalam sejarahnya, uang kertas digunakan pada tahun 910 M
di Cina.Pada awalnya, penduduk Cina menggunakan uang kertas atas dasar topangan 100%
emas dan perak. Pada abad ke-10 M, pemerintah Cina menerbitkan uang kertas yang tidak
lagi ditopang oleh emas dan perak.

Pada saat ini uang kertas menjadi alat tukar yang berlaku di dunia internasional.
Bahkan sekarang uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui bank sentral tidak
lagi didukung oleh cadangan emas. Sehingga apabila pemerintah mencabut keputusannya

5
dan menggunakan uang dari jenis yang lain, maka uang kertas tidak akan memiliki bobot
sama sekali atau dengan kata lain tidak berlaku lagi.

Ditinjau dari sisi syariah, mata uang dapat dibuat dari benda apa saja dan ketika
benda tersebut telah ditetapkan sebagai mata uang yang sah, maka benda atau barang
tersebut telah berubah fungsinya dari barang biasa menjadi alat tukar dengan segala fungsi
turunannya. Jumhur ulama telah sepakat bahwa illat dalam emas dan perak yang
diharamkan pertukarannya kecuali serupa dengan serupa, sama dengan sama oleh
Rasulullah SAW adalah karena tsumuniyyah yaitu barang-barang tersebut menjadi alat
tukar, penyimpan nilai dimana semua barang dittimbang dan dinilai dengan nilainya.

Oleh karena itu, ketika uang kertas telah menjadi alat pembayaran yang sah,
sekalipun tidak dilatarbelakangi lagi oleh emas maka kedudukannya dalam hukum sama
dengan kedudukan emas dan perak,dimana pada waktu Al-Qur’an diturunkan telah
dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah. Dengan demikian, riba juga berlaku pada uang
kertas.Uang kertas juga diakui sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat
daripadanya. Zakat pun sah dikeluarkan dalam bentuk uang kertas.

D. Konsep Time Value of Money


Konsep Time Value of Money atau yang disebut oleh para ekonom sebagai positive
preference menyebutkan bahwa nilai komoditi pada saat ini lebih tinggi dibanding nilainya di
masa depan. Konsep capital and interest dan positive theory of capital yang dikembangkan oleh
ekonom menyebutkan bahwa positive preference merupakan pola ekonomi yang normal,
sistematis, dan rasional. Islam mengenal prinsip bahwa uang dan kekayaan harus digunakan
untuk kebiasaan baik bukan dieksploitasi, tidak boleh berlebih-lebihan, dan tidak dibiarkan sia-
sia menganggur (Iwan Triyono dan Moh. As‟udi, 2001: 41).

Islam sangat menghargai waktu, tetapi penghargaannya tidak diwujudkan dalam rupiah
tertentu atau persentase bungan tetap. Karena hasil yang nyata dari optimalisasi waktu itu
variable, tergantung jenis usaha, sektor industri, lama usaha, keadaan pasar, stabilitas politik,
produk yang dijual, jaringan pemasaran, termasuk siapa pengelolanya (Iwan Triyono dan Moh.
As‟udi, 2001: 42).

Dalam Islam tidak dikenal dengan adanya time value of money, yang dikenal adalah
economic value of time. Teori time value of time adalah sebuah kekeliruan besar karena
mengambil dari ilmu pertumbuhan populasi dan tidak ada di ilmu finance.
Dalam menghitung pertumbuhan populasi digunakan rumus:
Pt = Po (1+r)
Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam ilmu finance sebagai teori bunga majemuk
menjadi:
FV = PV (1+r)

6
Jadi, future value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-t, present value
dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke=0, sedangkan tingkat suku bunga
dianalogikan dengan tingkat pertumbuhan populasi. Jadi hal ini keliru besar , karena uang
bukanlah mahkluk hidup yang dapat berkembang biak dengan sendirinya (Adiwarman A
Karim, 2007: 88).

Dalam ekonomi konvensional penerapan time value of money tidak senaif yang
dibayangkan, misalnya dengan mengabaikan ketidakpastian return yang akan diterima. Bila
unsur ketidakpastian return ini dimasukkan, ekonomi konvensional menyebut kompensasinya
sebagai discount rate. Jadi discount rate lebih bersifat umum dibandingkan istilah interest rate.
Dalam ekonomi konvensional, ketidakpastian return dikonversi menjadi suatu kepastian
melalui premium for uncertainty. Dalam setiap investasi tentu selalu ada probabilitas untuk
mendapat positive return, negative return, dan no return. Adanya probabilitas inilah yang
menimbulkan ketidakpastian. Probabilitas untuk mendapatkan negative return dan no return
yang dipertukarkan dengan sesuatu yang pasti yaitu premium for uncertainty. landasan atau
keadaan yang digunakan oleh ekonomi konvensional inilah yang ditolak dalam ekonomi
syariah, yaitu keadaan mendapatkan hasil tanpa memperhatikan suatu risiko (alghunmu bi al
ghurni) dan memperoleh hasil tanpa mengeluarkan suatu biaya.

Dalam Islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia, namun yang dicari adalah
keuntungan di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, pemanfaatan waktu itu bukan saja harus
efektif dan efisien namun ia juga harus didasari keimanan. Keimanan inilah yang akan
mendatangkan keuntungan di akhirat. Sebaliknya, keimanan yang tidak mampu mendatangkan
keuntungan di dunia, berarti keimanan yang tidak diamalkan.

Dalam Al-Qur‟an disebutkan nilai waktu, termasuk nilai ekonomi waktu ditentukan oleh
keimanan, amal baik, saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan kesabaran. Hal ini
terkandung dalam firman Allah surah Al-Ashr ayat 1-3:

ْ َّ َ َ َْ َ َ ٰ ّٰ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ َّ ْ ُ َ َ ْ ْ َّ ْ َ ْ
)3-1 :103/‫﴿ َوالعص ِرِۙ ِان ال ِان َسان ل ِف ْي خسرِۙ ِالا ال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت َوت َواص ْوا ِبالح ِق ەِۙ َوت َواص ْوا ِبالصب ِر ࣖ ﴾ ( العصر‬

Artinya: demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Departemen Agama RI, 2004:
913).

Dari surah al-Ashr ini menunjukkan bahwa waktu bagi semua orang adalah sama
kuantitasnya, yaitu 24 jam sehri, 7 hari dalam seminggu. Namun nilai dari waktu tersebut adalah
tergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkan waktu. Semakin efektif dan efisien, maka
akan semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efisien akan mendatangkan keuntungan didunia
bagi siapa saja yang melaksanakannya (Muhammad, 2005: 49).

7
Selain itu juga dalam Islam tidak dikenal dengan money demand of speculation, karena
spekulasi tidak diperbolehkan. Kebalikan dari sistem konvensional yang memberikan bunga
atas harta, Islam malah menjadikan harta sebagai obyek zakat. Uang adalah milik masyarakat
sehingga menimbun uang di bawah bantal (dibiarkan tidak produktif) dilarang, karena hal itu
berarti mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam pandangan Islam, uang
adalah flow concept, sehingga harus selalu berputar dalam perekonomian, semakin cepat uang
berputar dalam perekonomian, maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan
semakin baik perekonomian (Zainul Arifin, 2006: 16).

Implikasi konsep Time Value of Money adalah adanya bunga. Sedangkan bunga erat
kaitannya dengan riba, dan riba adalah haram serta Zulm. Dan agama melarangnya. Sehinga
dianggap tidak sesuai dengan keadilan dimana “al-al-qhumu bi qhurni” (mendapatkan hasil
tanpa mengeluarkan resiko), dan “al-khraj bil adhaman” (memperoleh hasil tanpa
mengeluarkan biaya). Hal ini didasarkan pada firman Allah surah al-Baqarah ayat 278:

َ ْ ُْ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ّٰ ُ َّ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
)278 :2/‫الر ٰبوٓا ِان كنت ْم ُّمؤمِ ِن ْين ﴾ ( البقرة‬
ِ ‫﴿ يايها ال ِذين امنوا اتقوا اّٰلل وذروا ما ب ِقي ِمن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

Adanya ijma menentang bunga, mengantarkan pada pembicaraan tentang alternatif


terhadap sistem intermediasi keuangan modern yang berbasis bunga. Sistem yang diajukan ini
dimaksudkan .untuk lebih banyak mengandalkan pada modal sendiri (equity) dan sedikit pada
kredit, yang terdiri dari kombinasi mode-mode primer seperti seperti mudarabah (kemitraan
pasif), musyarakah (kemitraan aktif), dan model- model sekunder seperti murabahah (cost plus
service charge), ijrah (sewa), ijarah wa iqtina‟ (sewa-beli), salam (forward delivery contract),
dan istisna (contracted production) (M Umar Capra, 2001:223).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Uang adalah standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga. Uang didefenisikan
sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan tenaga. Misalkan
harga adalah standra untuk barang, sedangkan upah adalah standar untuk manusia, yang
masing-masing merupakan perkiraan masyarakat terhadap nilai barang dan tenaga orang.
Perkiraan nilai-nilai barang dan jasa ini dinegeri manapun dinyatakan dengan satuan-
satuan, maka satuan-satuan inilah yang menjadi standar yang dipergunakan untuk
mengukur kegunaan barang dan tenaga yang kemudian menjadi alat tukar (medium of
exchange) dan disebut dengan satuan uang.
2. Dalam sistem ekonomi Islam, uang hanya berfungsi sebagai media/alat pertukaran
(medium of exchange) dan sebagai standar ukuran harga (unit of account). Sedangkan
fungsi uang sebagai penyimpan nilai (store of value) dan standar pembayaran di masa
mendatang (standard of deffered payment) masih diperdebatkan oleh ahli ekonomi Islam.
3. Uang adalah sesuatu yang diterima masyarakat sebagai alat untuk pembayaran atau
transaksi. Oleh karena itu, uang dapat berbentuk apa saja, akan tetapi bukan berarti segala
sesuatu itu adalah uang. Misalnya penggunaan uang kertas sebagai alat transaksi, tetapi
tidak semua kertas adalah uang, bukan karena harga kertasnya yang murah melainkan
karena tidak diterima/dipercaya oleh masyarakat sebagai alat pembayaran.
a. Uang Barang (Commodity Money)
b. Uang Logam (Metalic Money)
c. Uang Bank (Bank Money)
d. Uang Kertas (Token Money)
4. Islam sangat menghargai waktu, tetapi penghargaannya tidak diwujudkan dalam rupiah
tertentu atau persentase bungan tetap. Karena hasil yang nyata dari optimalisasi waktu itu
variable, tergantung jenis usaha, sektor industri, lama usaha, keadaan pasar, stabilitas
politik, produk yang dijual, jaringan pemasaran, termasuk siapa pengelolanya. Dalam Islam
tidak dikenal dengan adanya time value of money, yang dikenal adalah economic value of
time. Teori time value of time adalah sebuah kekeliruan besar karena mengambil dari ilmu
pertumbuhan populasi dan tidak ada di ilmu finance.

B. Saran
Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Kami mengambil dari berbagai
sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan, maka kami sarankan
untuk mencari referensi yang lebih baik. Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat
membaca buku yang menjadi referensi secara lengkap.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Rahmat. "Konsep Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam." BISNIS: Jurnal Bisnis Dan
Manajemen Islam 4.1 (2016): 35-57
Affandi, Faisal. "Fungsi Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam." Eksya: Jurnal Ekonomi
Syariah 1.1 (2020): 82-91.

10

Anda mungkin juga menyukai