Disusun Demi Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Kebijakan Fiskal
& Moneter Pascasarjana UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary
Padangsidimpuan
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur atas kehadirat allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang di tentukan dan
tidak terlambat. Penulisan makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas
Kebijakan Fiskal Dan Moneter di UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYEIKH ALI
HASAN AHMAD ADDARY KOTA PADANGSIDIMPAN.
Dalam penyusunan makalah ini apabila terdapat penulisan maupun penyususan kata
atau kalimat dan tata serta jika ada kekurangan dan kekhilafan, baik kata ataupun
kalimat penulis meminta maaf yang sebesar besarnya.
Untuk kebaikan dan kesempurnaan dalam makalah ini penulis mengharapkan kritik dan
saran dari dosen pengampu yang membimbing sehingga dalam pembuatan tugas
selanjutnya penulis dapat memperbaikinya.
Dan penulis juga mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini kita semua
mendapatkan manfaat baik penulis atau pembaca. Apabila ada saran dan segenap
kritikan bagi penulis demi lebih baiknya makalah ini penulis ucapkan terimakasih
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya menambah wawasan kita.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
D. Alasan dinar dan dirham tidak bisa dipakai di indonesia saat ini .................. 10
A. Kesimpulan .................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ekonomi modern, peran uang sebagai medium pertukaran dan
penyimpan nilai telah menjadi hal yang sangat penting. Namun, peran uang dalam
perspektif Islam tidak hanya sebatas sebagai alat transaksi semata, tetapi juga mencakup
aspek spiritual, sosial, dan moral. Kajian mendalam terhadap konsep uang dalam Islam
menjadi semakin penting dalam menghadapi kompleksitas sistem keuangan global saat
ini, di mana pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan menjadi tantangan yang
nyata.
Orang Arab padda zaman Rasulullah tidak mengenal kata Nuqud mereka
menggunakan kata Dinar dan dirham sebagai alat tukar. Sedangkat fulus adalah uang
tembaga yang juga merupakan uang tambahan untuk membeli barang-barang yang
murah.
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima secara umum. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai
sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian
utang
1
B. Rumusan Masalah
4. Mengapa dinar dan dirham tidak bisa dipakai di indonesia saat ini ?
C. Tujuan Pembahasan
4. Mengetahui Mengapa dinar dan dirham tidak bisa dipakai di indonesia saat ini
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI UANG
2. Al-Naqduyaitu tunai (lawan dari tunda) yakni memberikan bayaran dengan segera.
Dalam hadist jabir disebutkan bahwa “Naqadani at-tsaman “ yakni membayarku
dengan tunai kemudian digunakan barang yang sudah dibayarkan termasuk
penggunaan kata masdar.
Orang Arab padda zaman Rasulullah tidak mengenal kata Nuqud mereka
menggunakan kata Dinar dan dirham sebagai alat tukar. Sedangkat fulus adalah uang
tembaga yang juga merupakan uang tambahan untuk membeli barang-barang yang
murah. Adapun pengertian dinar dan dirham adalah :
a. Dinar merupakan barasal dari bahasa romawi yaitu kata Denarius yang artinya
emas cetakan
b. Adapun dirham berasal dari bahasa yunani yaitu Drachma yang berarti perak
cetakan.
Cendikiawan muslim Al-ghazali dan Ibn Khaldun uang dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang digunakan sebagai :
2. Media transaksi
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi dari uang yang
terpenting adalah stadarnya bukan bentuk uang itu sendiri. Uang emas diterbitkan ole
Raja Dinarius dari kerajaan Romawi. Uang emas sendiri memiliki nilai yang stabil. Hal
ini juga berlaku untuk dirham yang berasal dari persia tepatnya dari keraan Sasanid.
Oleh sebab itu walaupun bukan diterbitkan oleh negara Islam Rasululla SAW
3
mempergunakannya sebagai alat tukar.1 ( Susanti, 2017 :34-35)
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima secara umum. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai
sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi
pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya sertauntuk
pembayaran utang.2 (Abdul Mukhi, 2011 : 1 dalam fadilla, 2017 : 26-27)
3. Alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya
beli dari masa sekarang kemasa mendatang.
Para ahli Ekonomi sudah memnahas tentang standar sesbuah benda dapat di jadikan
sebagai uang. Benda tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan, syarat tersebun
antara lain :
1
Susanti, Resi. 2017. Sejarah Transformasi Uang dalam Islam. Jurnal Aqlam. Vol.2 No.1
2
Fadilla. 2016. Pengaruh Nilai Akuntansi Terhadap Pengelolaan Keuangan Mahasiswa (STEBIS IGM).
Jurnal Ecoment Global. Vol.1 No.2
3
Opcit, Fadilla 2017
4
g. Harus mudah dibawa (portable) dan mudah dibagi tanpa mengurangi nilai
(divisibility)
h. memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value)4.
(Abdul Mukhi, 2011 : 2 dalam fadilla 2017)
Adapun jenis uang sendiri, dibagi menjadi beberapa macam yaitu menurut
bentuknya, jenisnya bahan pembuatnya dan nilainya.
1. uang kartal (sering pula disebut sebagai (common money) adalah alat bayar yang
sahdan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli
sehari-hari.
2. uang giral, adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan
(deposito)yang dapat ditarik sesuai kebutuhan.5 (Abdul Mukhi, 2011 : 3 dalam
fadilla 2017)
Ketika Nabi Muhamad SAW diutus sebagai nabi dan Rasul, beliau menetapkan apa
yang sudah menjadi tradisi penduduk mekkah. Beliau memerintahkan penduduk madinah
untuk mengikuti ukuran timbangan penduduk Mekkah ketika itu mereka bertransaksi
bersabda :
Madinah”
Karena adanya perintah tersebut adanya pernedaan ukurn dirham di Persia karena
a. Ukuran 20 karat
b. Kuran 12 karat
4
Opcit, Fadilla 2017
5
Opcit, Fadilla 2017
5
c. Ukuran 10 karat
Lalu ditetapkan dalam dirham Islam menjadi 14 karat dengan membagi semuanya
20+12+ 10
dengan rata-rata 3. Dengan perhitungan = 14 Nilai ini sama dengan nilai daniq
3
a. Abu Bakar
Pada masa pemetrintahan Khalifah Abu Bakar keadaan bentuk uang masih sama
dengan masa Rasulullah SAW yaitu menggunakan mata uang Dinnar dan dirham.
Pada tahun 18 H yaitu pada masa Khalifah Ummar di cetaklah dirham Islam.
masa ini bentuk uang hampir sama dengan persia namun ada tulisan tambahan
seperti “Al-hamdulillah”.
2) Ditetapkan standar dirham yaitu sama dengan dinnar 1 dirham sama dengan
7/10 dinar atau setara dengan 2,97 gram dengan landasan standar nilai dinar
3) Dibuat uang dalam bentuk lain yaitu kulit hewan dengan pemikiran bahwa
bahan dasar kulit hewan mudah dibawah, namu hal itu diurungkan karena
banyak sahabat yang tidak setuju dengan pertimbangann bahwa kulit tidak
khalifah Ummar menetapkan standar koin dinnar dan dirham berat 7 dinnar
sama dengan 10 dirham. Standar dinar emas memakai 22 karat dengan berat
gram. Keputusan ini telah ditetapkan para ulama pada masa itu.
6
c. Utsman bin Affan
Pada masa ini perkembangan percetakan uan dinar dan dirham dengan
tertulis “Allahu akbar”. Di batas koin terdapat kata-kata aksara kuffi yang artinya “
Rahmat dengan asmaAllah, dengan asma Tuhanku bagi Allah daan Muhammad.
Pada masa khalifah Ali pencetakan dirham mengikuti khalifah Ustman bin affan
hanya saja menuliskan di salah satu lingkarannya kalimat Bismillah, Bismillah Rabbi,
Pencetakan uang pada Dinasti Umayah semenjak Muawiyah bin Abi Sofyan
masih meneruskan model Sasanid dengan menambahkan beberapa kata tauhid. Pada
tahun 76 H Andul Malik bin Marwan membuat mata uang yang bernafaskan model Islam
mengurangi pemalsuan dan manipulasi terhadap mata uang. Pada masa Abdul Malik dan
Hisyam bin Abdul Malik bahkan beliau menghukum orang yang memalsukan uang
dengan hukuman 1000 cambuk dan jumlahnyan lebih dari 100 orang. Pada Akhirnya
Dinnar pada Dinasti Ummayyah terkenal halus, akurat dan murni. 7(Susanti, 2017 ; 39)
masa Ummayah.Pada masa Al-Saffah dirham pada mulanya dikurangi menjadi satu butir
kemudian dikurangi satu butir kemudian dilanjutkan dengan 2 butir, terus berlanjut pada
masa Abu jafar Al-Mansur. Pada masa Dinansti Fathimiyah, dirham-dirham campuran
6
Susanti, Resi. 2017. Sejarah Transformasi Uang dalam Islam. Jurnal Aqlam. Vol.2 No.1
7
Opcit, susanti 2017
7
turun.
Pada masa Shalahudian Al-Ayyubi bahan baku emas sudah tidak mencukupi
untuk pencetakan dinar hal ini disebabkan karena peperangan. Karena mata uang utama
tidak murni begitupun jua dengan perak bahkan separuhnya adalah tembaga maka
pencetakan uang seperti ini terus berlanjut pada masa Bani Ayub.
Pada masa pemerintaham Mamalik pencetakan uang tembaga tersebar luas. Bahkan raja
Al-Zhahir Barquq dan anaknya Fajr, uang tembaga menjadi mata uang utama karena :
Penerapan mata uang dinar emas dan dirham perak, sudah di awali zaman
Conference di Universitas Trisakti: the Prophet Muhammad determined that gold and
silver be used as money and exclusively made them the monetary measure to evaluate
goods and services9. Rosul Muhammad SAW sudah menetapkan bahwa emas
(dinar) dan perak (dirham) di gunakan sebagai mata uang dan membuatnya sebagai
ukuran sistem moneter guna mengevaluasi barang- barang dan jasa. Ada beberapa
keunggulan dari mata uang emas (dinar) dan juga perak (dirham).
Dinar adalah mata uang emas atau koin berlapis emas 22 karat seberat 4,25 gram
dan berdiameter 23 mm, sedangkan dirham terbuat perak murni seberat 3 gram yang
berdiameter 25 mm. Spesifikasi bentuk dinar dan dirham sekarang sama dengan
8
Opcit, susanti 2017
9
Abul Hasan, Money and The Real Economy: Creating A Common Islamic Currency (Dinar), The
Anchor Of The Islamic Monetary System. This paper ha been presented at 2004 International
Conference, Trisakti University-Jakarta, January 26-27 th ,2004, page 11.
8
bentuk dinar saat awal digunakan oleh kerajaan Bizantium (Romawi Timur) lalu koin
dirham merupakan salinan perak dirham dari kerajaan Persia (Yezdigird Sassanian
III). Kedua kerajaan tersebut menjadi sentral dalam bidang kemiliteran dan
Pada mulanya mata uang uang dinar (emas) dan dirham (perak) yang pakai
pada saat itu bukan berasal dari kawasan dunia Islam, sebab ketika itu kaum
muslimin tidak begitu pandai dalam industri mata uang. Maka tidak aneh manakala
yang berlogo perang salib dan disisi sebelahnya bergambar rumah persempahan
api.
Namun semenjak khalifah Ustman r.a, membe- dakan dengan koin aslinya
dengan adanya tulisan Arab yang berlafazkan “Bismillah”, sejak saat itulah
pandangan bahwa itu mata uang yang dicetak oleh kaum muslimin. Berdasarkan
ketetapan yang diemban oleh Umar Ibn Khattab r.a, pada tahun 20 Hijriyah
dalam sistem dua logam harus ditentukan suatu perbandingan yang sifatnya
tetap dalam berat maupun kemurnian antara satuan mata uang emas dengan
perak.
Dinar yakni koin emas 22 karat seberat 4,25 gram emas, spesifikasi teknis
dinar sama dengan dinar klasik dan dirham ialah koin perak murni seberat 3
gram10. Beliau mencetak uang dirham baru berdasarkan pola dirham Persia. Berat,
gambar, maupun tulisan hanya ditambah dengan lafadz yang ditulis dengan huruf
Arab gaya Kufi, seperti “Bismillah” (Dengan nama Allah) dan Bismillahi Rabbi
10
Ismail Yusanto, ”Mencari Solusi Krisis Ekonomi", dalam Ismail Yusanto dkk, Dinar Emas; Solusi Krisis
Moneter, (Jakarta: Bekerjasama PIRAC, SEM Institute dan Infid, 2001), hal. 14.
11
Muhammad, Kebijakan..,, hal 20
9
Pada tahun 75 H (695 M) Khalifah Abdul Malik memerintahkan Al-Hajjaj
untuk mencetak dirham yang pertama dengan lafadz-lafaz Islam yang ditulis
dengan huruf Arab gaya Kufi, dan baru tahun 77 H ( 697 M ) memulai Dinar
dimunculkan. Ia memesan koin yang diberi cap dengan kalimat “Allahu Ahad”
serta “Laa ilaha illallah” memberikan perubahan figur hewan dan manusia dalam
Segala sesuatu yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya Islam,
dalam penggunaan hal tersebut tidak dilarang atau bahkan diterapkan oleh
zaman Rasulullah, maka hal itu menjadi ketetapan (Taqrir) pada Rasulullah
SAW, ini dimaksudkan sudah menjadi bagian keimanan dan keislaman itu
sendiri.
Pada masa lalu, dinar dan dirham merupakan mata uang yang digunakan di
beberapa peradaban Muslim klasik, seperti dinasti Umayyah, Abbasiyah, dan lain-lain.
Namun, di zaman modern, mata uang yang digunakan di sebagian besar negara di dunia
adalah mata uang fiat, yang nilainya ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga moneter.
Ada beberapa alasan mengapa dinar dan dirham tidak dapat digunakan secara luas
kembali dinar dan dirham sebagai mata uang utama akan memerlukan
12
Ibid., hal 21
10
2. Infrastruktur keuangan: Sistem keuangan modern, termasuk perbankan,
transaksi elektronik, dan lembaga keuangan lainnya, telah didasarkan pada mata
uang fiat. Untuk menggunakan dinar dan dirham, infrastruktur keuangan yang
sesuai akan perlu dikembangkan, yang memerlukan investasi besar dan waktu
3. Fluktuasi nilai: Nilai dinar dan dirham berdasarkan nilai emas dan perak, yang
cenderung fluktuatif tergantung pada pasar logam mulia. Hal ini dapat
mengatur ekonomi.
yang kompleks dan adopsi yang luas sebelum dapat menjadi alternatif yang
Menurut Al-Ghazali, ada dua fungsi uang (function of money) yaitu membuat orang
11
harus membawa barang (harta miliknya) dalam memenuhi kebutuhannya untuk
ditukarkan dengan milik orang lain. Kedua fungsi uang tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pertama, Allah SWT menjadikan (mata uang) dinar dan dirham, sebagai hakim
dan dua penengah (double justice and concidence) diantara harta benda yang lain-
lainnya. Kedua, keduanya dinar dan dirham itu menjadi perantara (wasilah) kepada
barang-barang yang lainnya (medium of exchenge for goods and service). Karena
keduanya adalah barang milik pada dirinya dan tidak ada maksud pada diri
keduanya, dan perbandingan keduanya kepada harta-harta yang lain adalah satu
perbandingan13.
Jadi uang tidaklah dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Ada beberapa larangan
uang dari peredaran untuk sementara, sedangkan melebur uang berarti menarik uang
melesukan perekonomian.
2) Larangan peredaran uang palsu dimana tidak berlaku di negara manapun sehingga
menurutnya mencetak uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri seribu dirham.
halnya dengan memenjarakan fungsi uang tersebut, karena semakin banyak uang
yang diperdagangkan, semakin sedikit yang dapat berfungsi sebagai alat tukar.
13
Abdul Aziz, Ekonomi Sufistik Model Al-Ghazali; Pemikiran Al-Ghazali Tentang Moneter dan Bisnis,
(Jakarta: CV. Wangsa Merta, 2003), hal 62-63.
12
b. Teori Uang Menurut Ibnu Taimiyah
Eropa adalah bagian dari bisnis uang. Ada beberapa catatan penting tentang uang,
yakni:
2) Hilangnya kepercayaan orang akan stablitas nilai tukar uang akan mencegah
berpenghasilan tetap.
Menurut Ibnu Khaldun, kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya
uang, tetapi oleh tingkat produksi dan neraca pembayaran positif negara tersebut.
Bisa saja satu negara mencetak uang sebanyak- banyaknya. Namun, bila hal itu
melimpah itu tidak menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya ada
kerja, meningkatkan pendapatan pekerja dan negara yang mampu mengekspor adalah
Pendapatnya Ibnu Khaldun sejalan dengan Al Ghazali, mengenai uang tidak harus
14
Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam (Suatu Kajian Ekonomi Makro), (Jakarta: IIIT, 2002), hal. 12.
15
Muhammad, Kebijakan .,hal 13.
13
mengandung emas dan perak. Yang penting itu semua dijadikan emas dan perak
konsisten. Maka beliau menyarankan harga emas dan perak dijaga agar konstan.
Harga-harga lain boleh berfluktuasi, tetapi tidak untuk harga emas dan perak.
Penggunaan mata uang apapun tidak dikategorikan uang haram. Yang dinamakan
uang haram ialah uang yang diperoleh melalui jalan, cara atau pekerjaan yang
dilarang oleh agama, sebab uang sendiri adalah benda atau alat, dimana tidak disifati
atau dihukumi dengan halal atau haram50. Yang perlu kita garisbawahi yakni sesuatu
yang disifati atau dihukumi ialah perbuatannya manusia dalam menggapai itu
semua.
Dalam keadaan ini berarti nilai mata uang tidak berubah, tetapi faktor kekuatan
penurunan harga. Segala nilai barang tentunya terdapat nilai atau harga
tertentu, maka persedian tidak terbatas sehingga harga makanan menjadi murah
demikian sebaliknya.
Masalah mata uang yang terbuat dari emas sudah kita lihat di zaman Rasulullah
dari berbagai literatur yang ada. Pada zaman tersebutlah pola-pola transaksi dengan
menggunakan mata uang dinar (emas) dan dirham (perak) sudah menunjukkan azas
berkeadilan dalam aspek muamalah, walaupun ketika itu tidak membuat melainkan
hanya menjalankan roda perekonomian yang sudah ada sebelumnya dengan mata
14
Uang yaitu standar kemanfaatan pada barang dan tenaga. Oleh karena itu, uang
dijabarkan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan
tenaga. Sistem uang di dalam Islam dari segi asasnya mengikuti emas dan perak
tembaga atau uang kertas. Dengan catatan uang tersebut mempunyai penjamin,
dimana yang menjadi penjaminnya adalah emas dan perak. Kedua, uang apapun
baik uang kertas juga dinar dan dirham apapun yang dipergunakan dalam transaksi
Dalam mempelajari ilmu Hadist, kita mengenal istilah Taqrir yakni hadits ini tidak
diucapkan oleh Rasulullah, tetapi beliau menggunakan mata uang emas dan perak
memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang benar menurut Islam hanya
emas, yakni:
larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta (maal) itu mencakup semua
2. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak
3. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai uang dan beliau
4. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat
5. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi uang
15
hanya dilakukan dengan emas dan perak, semua transaksi dalam bentuk finansial
yang dinyatakan dalam Islam hanya dinyatakan dengan emas dan perak.
Pendapat ini dapat dibenarkan kalau kita merujuk hadits-hadits Nabi SAW tentang
transaksi dengan menggunakan mata uang emas, diantaranya: Dari Abu Hurairah,
Nabi bersabda: (boleh menjual) tamar dengan tamar, gandum dengan gandum,
syair dengan syair, garam dengan garam, sama sebanding, tunai dengan tunai.
Barang siapa menambah atau minta tambah maka telah berbuat riba kecuali yang
Tokoh ini, bagaimana Umer Chapra melihat, menganalisis berbagai literatur yang
ada, juga yang tidak kalah pentingnya yakni fakta dilapangan mengenai kebijakan
1. Hanya pemerintah yang dapat menerbitkan uang sebagai alat pembayaran yang
2. Pemerintah harus menjamin stabilitas nilai uang agar dapat berfungsi sebagai
ukuran nilai, alat tukar, dan alat penyimpan daya beli melalui (cadangan) harta
3. Pemerintah harus mengelola permintaan uang melalui pengelolaan (i) nilai moral,
(ii) lembaga yang mempengaruhi mekanisme harga, dan (iii) tingkat keuntungan
usaha.
wajib, (ii) rasio likuiditas, (iii) pagu kredit, dan (iv) nisbah bagi hasil
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada masa Rasulullah pertukaran uang menggunakan emas dan perak (dinnar dan
dirham) hal ini berlajut sampai pada masa khalifah dan Bani Umayah dan
Abbasiyah. Pada
Shalahudian Al-Ayyubi bahan baku emas sudah tidak mencukupi untuk pencetakan
3. Akhirnya pada saat perang dunia pertama tahun 1914 Turki dan negara-negara
dalam penggunaannya.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terkhuss pemakalah sendiri, dan
semoga kedepan nya kita mampu menabung dinar dan dirham sebagaimana yang
kita ketahui bahwa dinar dan dirham adalah satu satunya barang yang 0% inflasi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abul Hasan, Money and The Real Economy: Creating A Common Islamic Currency
(Dinar), The Anchor Of The Islamic Monetary System. This paper ha been
Ismail Yusanto, ”Mencari Solusi Krisis Ekonomi", dalam Ismail Yusanto dkk, Dinar
Emas; Solusi Krisis Moneter, (Jakarta: Bekerjasama PIRAC, SEM Institute dan
Susanti, Resi. 2017. Sejarah Transformasi Uang dalam Islam. Jurnal Aqlam. Vol.2 No.1
18