Anda di halaman 1dari 21

MENGANALISIS UANG DALAM ISLAM

Disusun Demi Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Kebijakan Fiskal
& Moneter Pascasarjana UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary
Padangsidimpuan

DOSEN PENGAMPU :

Dr. DARWIS HARAHAP, M.Si

DISUSUN OLEH :

SINDI ANDRIANA (2250200004)

MATA KULIAH EKONOMI MAKRO ISLAM

PASCA SARJANA EKONOMI SYARIAH


UIN SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY PADANGSIDIMPUAN2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang di tentukan dan
tidak terlambat. Penulisan makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas
Kebijakan Fiskal Dan Moneter di UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYEIKH ALI
HASAN AHMAD ADDARY KOTA PADANGSIDIMPAN.

Dalam penyusunan makalah ini apabila terdapat penulisan maupun penyususan kata
atau kalimat dan tata serta jika ada kekurangan dan kekhilafan, baik kata ataupun
kalimat penulis meminta maaf yang sebesar besarnya.

Untuk kebaikan dan kesempurnaan dalam makalah ini penulis mengharapkan kritik dan
saran dari dosen pengampu yang membimbing sehingga dalam pembuatan tugas
selanjutnya penulis dapat memperbaikinya.

Dan penulis juga mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini kita semua
mendapatkan manfaat baik penulis atau pembaca. Apabila ada saran dan segenap
kritikan bagi penulis demi lebih baiknya makalah ini penulis ucapkan terimakasih
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya menambah wawasan kita.

Padangsidimpuan, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ................................................................................. 2


BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi uang menurut islam dan ilmu konvensional .................................... 3

B. Sejarah pemakaian uang pada zama rasul ...................................................... 5

C. Dinar dan Dirham .......................................................................................... 8

D. Alasan dinar dan dirham tidak bisa dipakai di indonesia saat ini .................. 10

E. Pandangan ulama klask dan kontemporer tentang uang ................................ 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 17

B. Saran ............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan ekonomi modern, peran uang sebagai medium pertukaran dan

penyimpan nilai telah menjadi hal yang sangat penting. Namun, peran uang dalam

perspektif Islam tidak hanya sebatas sebagai alat transaksi semata, tetapi juga mencakup

aspek spiritual, sosial, dan moral. Kajian mendalam terhadap konsep uang dalam Islam

menjadi semakin penting dalam menghadapi kompleksitas sistem keuangan global saat

ini, di mana pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan menjadi tantangan yang

nyata.

Orang Arab padda zaman Rasulullah tidak mengenal kata Nuqud mereka

menggunakan kata Dinar dan dirham sebagai alat tukar. Sedangkat fulus adalah uang

tembaga yang juga merupakan uang tambahan untuk membeli barang-barang yang

murah.

Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang

dapat diterima secara umum. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai

sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian

barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya sertauntuk pembayaran

utang

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana defenisi uang menurut islam dan ilmu konvensional ?

2. Bagaimana sejarah pemakaian uang pada zama rasul ?

3. Apa yang dimaksud dinar dan dirham ?

4. Mengapa dinar dan dirham tidak bisa dipakai di indonesia saat ini ?

5. Bagaimana pandangan ulama klask dan kontemporer tentang uang ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui tentang defenisi uang menurut islam dan ilmu konvensional

2. Mengetahui sejarah pemakaian uang pada zama rasul

3. Mengetahui Apa yang dimaksud dinar dan dirham

4. Mengetahui Mengapa dinar dan dirham tidak bisa dipakai di indonesia saat ini

5. Mengetahui pandangan ulama klasik dan kontemporer tentang uang

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI UANG

Definisi Uang menurut Islam


Secara etimologi , definisi uang (nuqud) adalah :

1. Al-Naqdu :yaitu yang baik dari dirham

2. Al-Naqduyaitu tunai (lawan dari tunda) yakni memberikan bayaran dengan segera.
Dalam hadist jabir disebutkan bahwa “Naqadani at-tsaman “ yakni membayarku
dengan tunai kemudian digunakan barang yang sudah dibayarkan termasuk
penggunaan kata masdar.

Orang Arab padda zaman Rasulullah tidak mengenal kata Nuqud mereka
menggunakan kata Dinar dan dirham sebagai alat tukar. Sedangkat fulus adalah uang
tembaga yang juga merupakan uang tambahan untuk membeli barang-barang yang
murah. Adapun pengertian dinar dan dirham adalah :

a. Dinar merupakan barasal dari bahasa romawi yaitu kata Denarius yang artinya
emas cetakan

b. Adapun dirham berasal dari bahasa yunani yaitu Drachma yang berarti perak
cetakan.

Cendikiawan muslim Al-ghazali dan Ibn Khaldun uang dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang digunakan sebagai :

1. standar ukuran nilai harga

2. Media transaksi

3. Media penyimpan nilai

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi dari uang yang
terpenting adalah stadarnya bukan bentuk uang itu sendiri. Uang emas diterbitkan ole
Raja Dinarius dari kerajaan Romawi. Uang emas sendiri memiliki nilai yang stabil. Hal
ini juga berlaku untuk dirham yang berasal dari persia tepatnya dari keraan Sasanid.
Oleh sebab itu walaupun bukan diterbitkan oleh negara Islam Rasululla SAW
3
mempergunakannya sebagai alat tukar.1 ( Susanti, 2017 :34-35)

Definisi Uang dalam Ilmu Konvensional

Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima secara umum. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai
sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi
pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya sertauntuk
pembayaran utang.2 (Abdul Mukhi, 2011 : 1 dalam fadilla, 2017 : 26-27)

Ada beberapa macam fungsi uang antara lain :

1. Alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran.

2. Satuan hitung (unit of account) digunakan untukmenunjukan nilai berbagai


macam barang/jasa yangdiperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan,
danmenghitung besar kecilnya pinjaman, juga dipakai untukmenentukan harga
barang/jasa (alat penunjuk harga).

3. Alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya
beli dari masa sekarang kemasa mendatang.

4. Standar pembayaran dimasa mendatang (standar of demand payment).3 (Abdul


Mukhi, 2011 : 2 dalam fadilla 2017: 26-27)

Para ahli Ekonomi sudah memnahas tentang standar sesbuah benda dapat di jadikan
sebagai uang. Benda tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan, syarat tersebun
antara lain :

a. Harus diterima secara umum (acceptability).

b. Memiliki nilai tinggi atau dijamin keberadaannya olehpemerintah yang berkuasa.

c. Bahan yang dijadikan uang juga harus tahan lama (durability),

d. kualitasnya cenderung sama (uniformity),

e. jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

f. tidak mudah dipalsukan (scarcity).

1
Susanti, Resi. 2017. Sejarah Transformasi Uang dalam Islam. Jurnal Aqlam. Vol.2 No.1
2
Fadilla. 2016. Pengaruh Nilai Akuntansi Terhadap Pengelolaan Keuangan Mahasiswa (STEBIS IGM).
Jurnal Ecoment Global. Vol.1 No.2
3
Opcit, Fadilla 2017
4
g. Harus mudah dibawa (portable) dan mudah dibagi tanpa mengurangi nilai
(divisibility)

h. memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value)4.
(Abdul Mukhi, 2011 : 2 dalam fadilla 2017)

Adapun jenis uang sendiri, dibagi menjadi beberapa macam yaitu menurut
bentuknya, jenisnya bahan pembuatnya dan nilainya.

Pembagian uang menurut jenisnya antara lain :

1. uang kartal (sering pula disebut sebagai (common money) adalah alat bayar yang
sahdan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli
sehari-hari.

2. uang giral, adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan
(deposito)yang dapat ditarik sesuai kebutuhan.5 (Abdul Mukhi, 2011 : 3 dalam
fadilla 2017)

B. SEJARAH PEMAKAIAN UANG PADA ZAMAN RASUL

Ketika Nabi Muhamad SAW diutus sebagai nabi dan Rasul, beliau menetapkan apa

yang sudah menjadi tradisi penduduk mekkah. Beliau memerintahkan penduduk madinah

untuk mengikuti ukuran timbangan penduduk Mekkah ketika itu mereka bertransaksi

menggunakan dirham dalam jumlah bilangan bukan timbangan Rasulullah SAW

bersabda :

“Timbangan adalah timbangan penduduk Mekkah sedangkan takaran penduduk

Madinah”

Karena adanya perintah tersebut adanya pernedaan ukurn dirham di Persia karena

terdapat 3 bentuk pencetakan uang yaitu :

a. Ukuran 20 karat

b. Kuran 12 karat

4
Opcit, Fadilla 2017
5
Opcit, Fadilla 2017
5
c. Ukuran 10 karat

Lalu ditetapkan dalam dirham Islam menjadi 14 karat dengan membagi semuanya

20+12+ 10
dengan rata-rata 3. Dengan perhitungan = 14 Nilai ini sama dengan nilai daniq
3

seukuran dengan 7 mitscal di masa sekarang disamakan dengan gram.

Masa Khalifah Rasyidin

a. Abu Bakar

Pada masa pemetrintahan Khalifah Abu Bakar keadaan bentuk uang masih sama

dengan masa Rasulullah SAW yaitu menggunakan mata uang Dinnar dan dirham.

b. Ummar Bin Khatab

Pada tahun 18 H yaitu pada masa Khalifah Ummar di cetaklah dirham Islam.

Khalifah Ummar melakukan hal- hal pentingdalam masalah uang seperti:

1) Pencetakan uang dirham dengan ciri-ciri yang menunjukkan keIslaman. Pada

masa ini bentuk uang hampir sama dengan persia namun ada tulisan tambahan

seperti “Al-hamdulillah”.

2) Ditetapkan standar dirham yaitu sama dengan dinnar 1 dirham sama dengan

7/10 dinar atau setara dengan 2,97 gram dengan landasan standar nilai dinar

sebesar 4,25 gram.

3) Dibuat uang dalam bentuk lain yaitu kulit hewan dengan pemikiran bahwa

bahan dasar kulit hewan mudah dibawah, namu hal itu diurungkan karena

banyak sahabat yang tidak setuju dengan pertimbangann bahwa kulit tidak

dapat dijadikan standar penilaian karena harga kulit berfluktuasi. Akhirnya

khalifah Ummar menetapkan standar koin dinnar dan dirham berat 7 dinnar

sama dengan 10 dirham. Standar dinar emas memakai 22 karat dengan berat

4,25 gram. Sedangkan dirham harus menggunakan perak murniseberat 3,0

gram. Keputusan ini telah ditetapkan para ulama pada masa itu.

6
c. Utsman bin Affan

Pada masa ini perkembangan percetakan uan dinar dan dirham dengan

memodifikasinys dengan menggunakan simbol-simbol Isla. Didalam uang dinnar tersebut

tertulis “Allahu akbar”. Di batas koin terdapat kata-kata aksara kuffi yang artinya “

Rahmat dengan asmaAllah, dengan asma Tuhanku bagi Allah daan Muhammad.

d. Ali bin Abi Thalib

Pada masa khalifah Ali pencetakan dirham mengikuti khalifah Ustman bin affan

hanya saja menuliskan di salah satu lingkarannya kalimat Bismillah, Bismillah Rabbi,

dan Rabiyallah dengan tulisan kufi.6(Susanti, 2017 : 37-39)

Masa Bani Dinasti Umayah

Pencetakan uang pada Dinasti Umayah semenjak Muawiyah bin Abi Sofyan

masih meneruskan model Sasanid dengan menambahkan beberapa kata tauhid. Pada

tahun 76 H Andul Malik bin Marwan membuat mata uang yang bernafaskan model Islam

tersendiri. Abdul Malik Mampu merealisasikan stebilitas politik dan ekonomi,

mengurangi pemalsuan dan manipulasi terhadap mata uang. Pada masa Abdul Malik dan

Hisyam bin Abdul Malik bahkan beliau menghukum orang yang memalsukan uang

dengan hukuman 1000 cambuk dan jumlahnyan lebih dari 100 orang. Pada Akhirnya

Dinnar pada Dinasti Ummayyah terkenal halus, akurat dan murni. 7(Susanti, 2017 ; 39)

Pada Masa Abbasiah dan setelahnya.

Pada masa Abbasiyahpencetakan uang masihmelajutkan sistem pencetakan pada

masa Ummayah.Pada masa Al-Saffah dirham pada mulanya dikurangi menjadi satu butir

kemudian dikurangi satu butir kemudian dilanjutkan dengan 2 butir, terus berlanjut pada

masa Abu jafar Al-Mansur. Pada masa Dinansti Fathimiyah, dirham-dirham campuran

sangat banyak menyebabkan banyaknya dirham campuran sehingga nilanya menjadi

6
Susanti, Resi. 2017. Sejarah Transformasi Uang dalam Islam. Jurnal Aqlam. Vol.2 No.1
7
Opcit, susanti 2017
7
turun.

Pada masa Shalahudian Al-Ayyubi bahan baku emas sudah tidak mencukupi

untuk pencetakan dinar hal ini disebabkan karena peperangan. Karena mata uang utama

tidak murni begitupun jua dengan perak bahkan separuhnya adalah tembaga maka

pencetakan uang seperti ini terus berlanjut pada masa Bani Ayub.

Pada masa pemerintaham Mamalik pencetakan uang tembaga tersebar luas. Bahkan raja

Al-Zhahir Barquq dan anaknya Fajr, uang tembaga menjadi mata uang utama karena :

1. Penjualan perak di negara eropa

2. Impor tembaga dari negara-negara eropa

3. Meningkatnya konsumsi perak8 (Susanti, 2017 : 37-39)

C. DINAR DAN DIRHAM

Penerapan mata uang dinar emas dan dirham perak, sudah di awali zaman

Rasulullah dan para sahabatnya. Pernyataan Abul Hassan dalam International

Conference di Universitas Trisakti: the Prophet Muhammad determined that gold and

silver be used as money and exclusively made them the monetary measure to evaluate

goods and services9. Rosul Muhammad SAW sudah menetapkan bahwa emas

(dinar) dan perak (dirham) di gunakan sebagai mata uang dan membuatnya sebagai

ukuran sistem moneter guna mengevaluasi barang- barang dan jasa. Ada beberapa

keunggulan dari mata uang emas (dinar) dan juga perak (dirham).

Dinar adalah mata uang emas atau koin berlapis emas 22 karat seberat 4,25 gram

dan berdiameter 23 mm, sedangkan dirham terbuat perak murni seberat 3 gram yang

berdiameter 25 mm. Spesifikasi bentuk dinar dan dirham sekarang sama dengan

8
Opcit, susanti 2017
9
Abul Hasan, Money and The Real Economy: Creating A Common Islamic Currency (Dinar), The
Anchor Of The Islamic Monetary System. This paper ha been presented at 2004 International
Conference, Trisakti University-Jakarta, January 26-27 th ,2004, page 11.

8
bentuk dinar saat awal digunakan oleh kerajaan Bizantium (Romawi Timur) lalu koin

dirham merupakan salinan perak dirham dari kerajaan Persia (Yezdigird Sassanian

III). Kedua kerajaan tersebut menjadi sentral dalam bidang kemiliteran dan

perekonomian pada jamannya.

Pada mulanya mata uang uang dinar (emas) dan dirham (perak) yang pakai

pada saat itu bukan berasal dari kawasan dunia Islam, sebab ketika itu kaum

muslimin tidak begitu pandai dalam industri mata uang. Maka tidak aneh manakala

diantara kaum muslimin menggunakan transaksinya dengan mata uang tersebut

yang berlogo perang salib dan disisi sebelahnya bergambar rumah persempahan

api.

Namun semenjak khalifah Ustman r.a, membe- dakan dengan koin aslinya

dengan adanya tulisan Arab yang berlafazkan “Bismillah”, sejak saat itulah

pandangan bahwa itu mata uang yang dicetak oleh kaum muslimin. Berdasarkan

ketetapan yang diemban oleh Umar Ibn Khattab r.a, pada tahun 20 Hijriyah

dalam sistem dua logam harus ditentukan suatu perbandingan yang sifatnya

tetap dalam berat maupun kemurnian antara satuan mata uang emas dengan

perak.

Dinar yakni koin emas 22 karat seberat 4,25 gram emas, spesifikasi teknis

dinar sama dengan dinar klasik dan dirham ialah koin perak murni seberat 3

gram10. Beliau mencetak uang dirham baru berdasarkan pola dirham Persia. Berat,

gambar, maupun tulisan hanya ditambah dengan lafadz yang ditulis dengan huruf

Arab gaya Kufi, seperti “Bismillah” (Dengan nama Allah) dan Bismillahi Rabbi

(Dengan nama Allah Tuhanku) yang terletak pada tepi lingkaran11.

10
Ismail Yusanto, ”Mencari Solusi Krisis Ekonomi", dalam Ismail Yusanto dkk, Dinar Emas; Solusi Krisis
Moneter, (Jakarta: Bekerjasama PIRAC, SEM Institute dan Infid, 2001), hal. 14.
11
Muhammad, Kebijakan..,, hal 20
9
Pada tahun 75 H (695 M) Khalifah Abdul Malik memerintahkan Al-Hajjaj

untuk mencetak dirham yang pertama dengan lafadz-lafaz Islam yang ditulis

dengan huruf Arab gaya Kufi, dan baru tahun 77 H ( 697 M ) memulai Dinar

dimunculkan. Ia memesan koin yang diberi cap dengan kalimat “Allahu Ahad”

serta “Laa ilaha illallah” memberikan perubahan figur hewan dan manusia dalam

koin tersebut digantikan dengan kalimat yang bercorak Islami12.

Segala sesuatu yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya Islam,

dalam penggunaan hal tersebut tidak dilarang atau bahkan diterapkan oleh

zaman Rasulullah, maka hal itu menjadi ketetapan (Taqrir) pada Rasulullah

SAW, ini dimaksudkan sudah menjadi bagian keimanan dan keislaman itu

sendiri.

D. ALASAN DINAR DIRHAM TIDAK BERLAKU DI INDONESIA

Pada masa lalu, dinar dan dirham merupakan mata uang yang digunakan di

beberapa peradaban Muslim klasik, seperti dinasti Umayyah, Abbasiyah, dan lain-lain.

Namun, di zaman modern, mata uang yang digunakan di sebagian besar negara di dunia

adalah mata uang fiat, yang nilainya ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga moneter.

Ada beberapa alasan mengapa dinar dan dirham tidak dapat digunakan secara luas

pada zaman sekarang, terutama di Indonesia:

1. Kepercayaan dan kebiasaan masyarakat: Sebagian besar masyarakat telah

terbiasa menggunakan mata uang fiat seperti rupiah di Indonesia. Pengenalan

kembali dinar dan dirham sebagai mata uang utama akan memerlukan

perubahan besar dalam kebiasaan dan kepercayaan masyarakat.

12
Ibid., hal 21
10
2. Infrastruktur keuangan: Sistem keuangan modern, termasuk perbankan,

transaksi elektronik, dan lembaga keuangan lainnya, telah didasarkan pada mata

uang fiat. Untuk menggunakan dinar dan dirham, infrastruktur keuangan yang

sesuai akan perlu dikembangkan, yang memerlukan investasi besar dan waktu

yang cukup lama.

3. Fluktuasi nilai: Nilai dinar dan dirham berdasarkan nilai emas dan perak, yang

cenderung fluktuatif tergantung pada pasar logam mulia. Hal ini dapat

menyebabkan ketidakstabilan nilai tukar dan sulit bagi pemerintah untuk

mengatur ekonomi.

4. Keterbatasan penggunaan: Sementara dinar dan dirham mungkin cocok untuk

perdagangan logam mulia dan beberapa transaksi lainnya, penggunaannya

mungkin terbatas dalam transaksi modern yang kompleks dan beragam,

termasuk transaksi keuangan internasional.

5. Meskipun demikian, beberapa kelompok di berbagai negara masih

memperjuangkan penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang alternatif,

terutama dalam konteks perdagangan atau komunitas tertentu. Namun, perlu

dipertimbangkan bahwa penggunaan dinar dan dirham memerlukan pengaturan

yang kompleks dan adopsi yang luas sebelum dapat menjadi alternatif yang

berkelanjutan bagi mata uang fiat.

E. PANDANGAN ULAMA KLASIK DAN KONTEMPORER TENTANG UANG

Pandangan Ulama Klasik

a. Teori Uang Menurut Imam Al-Ghazali

Menurut Al-Ghazali, ada dua fungsi uang (function of money) yaitu membuat orang

dapat mudah memanfaatkannya, serta mudah menggunakan secara efektif tanpa

11
harus membawa barang (harta miliknya) dalam memenuhi kebutuhannya untuk

ditukarkan dengan milik orang lain. Kedua fungsi uang tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Pertama, Allah SWT menjadikan (mata uang) dinar dan dirham, sebagai hakim

dan dua penengah (double justice and concidence) diantara harta benda yang lain-

lainnya. Kedua, keduanya dinar dan dirham itu menjadi perantara (wasilah) kepada

barang-barang yang lainnya (medium of exchenge for goods and service). Karena

keduanya adalah barang milik pada dirinya dan tidak ada maksud pada diri

keduanya, dan perbandingan keduanya kepada harta-harta yang lain adalah satu

perbandingan13.

Jadi uang tidaklah dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Ada beberapa larangan

berkenaan tentang uang, yakni:

1) Al-Ghazali mengecam penimbunan uang. Karena penimbunan uang berarti menarik

uang dari peredaran untuk sementara, sedangkan melebur uang berarti menarik uang

dari peredaran selamanya. Lambatnya perputaran uang maka bisa mengakibatkan

melesukan perekonomian.

2) Larangan peredaran uang palsu dimana tidak berlaku di negara manapun sehingga

menurutnya mencetak uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri seribu dirham.

3) Melarang perdagangan uang, menurutnya perdagangan dinar dengan dinar sama

halnya dengan memenjarakan fungsi uang tersebut, karena semakin banyak uang

yang diperdagangkan, semakin sedikit yang dapat berfungsi sebagai alat tukar.

13
Abdul Aziz, Ekonomi Sufistik Model Al-Ghazali; Pemikiran Al-Ghazali Tentang Moneter dan Bisnis,
(Jakarta: CV. Wangsa Merta, 2003), hal 62-63.
12
b. Teori Uang Menurut Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa praktek mengimpor tembaga dari negara-negara

Eropa adalah bagian dari bisnis uang. Ada beberapa catatan penting tentang uang,

yakni:

1) Perdagangan uang akan memicu inflasi

2) Hilangnya kepercayaan orang akan stablitas nilai tukar uang akan mencegah

orang melakukan kontrak jangka panjang dan mendzalimi golongan masyarakat

berpenghasilan tetap.

3) Perdagangan domestik akan menurun karena adanya kekhawatiran terdapat

stabilitas nilai uang.

4) Logam berharga akan mengalir keluar negeri.

5) Perdagangan internasional akan menurun14

c. Teori Uang Menurut Ibnu Khaldun

Menurut Ibnu Khaldun, kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya

uang, tetapi oleh tingkat produksi dan neraca pembayaran positif negara tersebut.

Bisa saja satu negara mencetak uang sebanyak- banyaknya. Namun, bila hal itu

bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi, uang yang

melimpah itu tidak menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya ada

nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga

kerja, meningkatkan pendapatan pekerja dan negara yang mampu mengekspor adalah

negara yang berproduksi lebih besar daripada tuntunan kebutuhan domestiknya,

sekaligus lebih efisien dalam berproduksi15.

Pendapatnya Ibnu Khaldun sejalan dengan Al Ghazali, mengenai uang tidak harus

14
Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam (Suatu Kajian Ekonomi Makro), (Jakarta: IIIT, 2002), hal. 12.
15
Muhammad, Kebijakan .,hal 13.
13
mengandung emas dan perak. Yang penting itu semua dijadikan emas dan perak

sebagai standar nilai uang, sementara pemerintah menetapkan nilainya secara

konsisten. Maka beliau menyarankan harga emas dan perak dijaga agar konstan.

Harga-harga lain boleh berfluktuasi, tetapi tidak untuk harga emas dan perak.

Penggunaan mata uang apapun tidak dikategorikan uang haram. Yang dinamakan

uang haram ialah uang yang diperoleh melalui jalan, cara atau pekerjaan yang

dilarang oleh agama, sebab uang sendiri adalah benda atau alat, dimana tidak disifati

atau dihukumi dengan halal atau haram50. Yang perlu kita garisbawahi yakni sesuatu

yang disifati atau dihukumi ialah perbuatannya manusia dalam menggapai itu

semua.

Dalam keadaan ini berarti nilai mata uang tidak berubah, tetapi faktor kekuatan

penawaran dan permintaan yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga ataupun

penurunan harga. Segala nilai barang tentunya terdapat nilai atau harga

keseimbangan. Analogi sederhana, apabila disatu kota banyak tersedia makanan

tertentu, maka persedian tidak terbatas sehingga harga makanan menjadi murah

demikian sebaliknya.

Pandangan Ulama Kontemporer

a. Teori Uang Menurut Taqyuddin An-Nabhani

Masalah mata uang yang terbuat dari emas sudah kita lihat di zaman Rasulullah

dari berbagai literatur yang ada. Pada zaman tersebutlah pola-pola transaksi dengan

menggunakan mata uang dinar (emas) dan dirham (perak) sudah menunjukkan azas

berkeadilan dalam aspek muamalah, walaupun ketika itu tidak membuat melainkan

hanya menjalankan roda perekonomian yang sudah ada sebelumnya dengan mata

uang dinar dan dirham.

14
Uang yaitu standar kemanfaatan pada barang dan tenaga. Oleh karena itu, uang

dijabarkan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan

tenaga. Sistem uang di dalam Islam dari segi asasnya mengikuti emas dan perak

(dinar dan dirham).

Pertama, uang yang dipergunakan dalam melakukan transaksi, meskipun berupa

tembaga atau uang kertas. Dengan catatan uang tersebut mempunyai penjamin,

dimana yang menjadi penjaminnya adalah emas dan perak. Kedua, uang apapun

baik uang kertas juga dinar dan dirham apapun yang dipergunakan dalam transaksi

untuk dapat ditukarkan menjadi emas dan perak.

Dalam mempelajari ilmu Hadist, kita mengenal istilah Taqrir yakni hadits ini tidak

diucapkan oleh Rasulullah, tetapi beliau menggunakan mata uang emas dan perak

dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga Syekh Taqyuddin An-Nabhani

memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang benar menurut Islam hanya

emas, yakni:

1. Ketika Islam melarang praktek penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan

larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta (maal) itu mencakup semua

barang yang bisa dijadikan kekayaan,

2. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak

berubah-ubah, ketika Islam mewajibkan diyat tersebut dengan ukuran tertentu

dalam bentuk emas,

3. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai uang dan beliau

menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang,

4. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat

tersebut dengan nisab emas dan perak,

5. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi uang

15
hanya dilakukan dengan emas dan perak, semua transaksi dalam bentuk finansial

yang dinyatakan dalam Islam hanya dinyatakan dengan emas dan perak.

Pendapat ini dapat dibenarkan kalau kita merujuk hadits-hadits Nabi SAW tentang

transaksi dengan menggunakan mata uang emas, diantaranya: Dari Abu Hurairah,

Nabi bersabda: (boleh menjual) tamar dengan tamar, gandum dengan gandum,

syair dengan syair, garam dengan garam, sama sebanding, tunai dengan tunai.

Barang siapa menambah atau minta tambah maka telah berbuat riba kecuali yang

berlainan warnanya (HR.Muslim).

b. Teori Uang Menurut Umer Chapra

Tokoh ini, bagaimana Umer Chapra melihat, menganalisis berbagai literatur yang

ada, juga yang tidak kalah pentingnya yakni fakta dilapangan mengenai kebijakan

moneter kaitannya uang, maka beliau menyimpulkan diantaranya:

1. Hanya pemerintah yang dapat menerbitkan uang sebagai alat pembayaran yang

sah di negara itu sendiri.

2. Pemerintah harus menjamin stabilitas nilai uang agar dapat berfungsi sebagai

ukuran nilai, alat tukar, dan alat penyimpan daya beli melalui (cadangan) harta

yang dimiliki pemerintah.

3. Pemerintah harus mengelola permintaan uang melalui pengelolaan (i) nilai moral,

(ii) lembaga yang mempengaruhi mekanisme harga, dan (iii) tingkat keuntungan

usaha.

4. Pemerintah harus mengelola penawaran uang melalui instrument (i) cadangan

wajib, (ii) rasio likuiditas, (iii) pagu kredit, dan (iv) nisbah bagi hasil

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

1. Pada masa Rasulullah pertukaran uang menggunakan emas dan perak (dinnar dan

dirham) hal ini berlajut sampai pada masa khalifah dan Bani Umayah dan

Abbasiyah. Pada

2. Masa Fathimiyah dirham-dirham campran banyak dijadikan uang. Pada masa

Shalahudian Al-Ayyubi bahan baku emas sudah tidak mencukupi untuk pencetakan

dinar hal ini disebabkan karena peperangan.

3. Akhirnya pada saat perang dunia pertama tahun 1914 Turki dan negara-negara

lainnya memberlakukan uang kertas sebagaialat pembayaran yang sah dan

membatalkan berlakuknya uang emas dan perak.

4. Pada masa sekarang dengan kecanggihan teknologi sudah banyak yang

menggunakan uang elektronik (E-Money) dikarenakan lebih simpel dan mudah

dalam penggunaannya.

B. SARAN

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terkhuss pemakalah sendiri, dan

semoga kedepan nya kita mampu menabung dinar dan dirham sebagaimana yang

kita ketahui bahwa dinar dan dirham adalah satu satunya barang yang 0% inflasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abul Hasan, Money and The Real Economy: Creating A Common Islamic Currency

(Dinar), The Anchor Of The Islamic Monetary System. This paper ha been

presented at 2004 International Conference, Trisakti University-Jakarta,

January 26-27 th ,2004, page 11.

Fadilla. 2016. Pengaruh Nilai Akuntansi Terhadap Pengelolaan Keuangan

Mahasiswa (STEBIS IGM). Jurnal Ecoment Global. Vol.1 No.2

Ismail Yusanto, ”Mencari Solusi Krisis Ekonomi", dalam Ismail Yusanto dkk, Dinar

Emas; Solusi Krisis Moneter, (Jakarta: Bekerjasama PIRAC, SEM Institute dan

Infid, 2001), hal. 14.

Muhammad, Kebijakan..,, hal 20

Susanti, Resi. 2017. Sejarah Transformasi Uang dalam Islam. Jurnal Aqlam. Vol.2 No.1

18

Anda mungkin juga menyukai