Anda di halaman 1dari 12

0

KONSEP UANG DALAM PERSPEKTIF ISLAM

”Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu

Matakuliah Dasar-dasar Ekonomi Islam”

Dosen Pengampu:

Fitra Rizal, S.E.I, M.E.

Disusun Oleh :

1. Herpian Indrayana (210716178)


2. Linda Wahyu Pratiwi (210716)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PONOROGO

2017
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Uang adalah segala sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat


umum sebagai alat tukar menukar dalam lalu lintas perekonomian. Kebutuhan
menghendaki adanya alat pembayaran yang memudahkanpertukaranbarang
agar pekerjaan dapat lebih mudah.1

Perbedaan sistem ekonomi yang berlaku, akan memiliki pandangan


yang berbeda tentang uang. Konsep uang dalam perspektif islam berbeda
dengan konsep uang dalam perspektif konvensional. Dalam perspektif islam,
konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, uang bukan
capital. Sebaliknya, konsep uang dalam perspektif konvensional sering kali
diartikan secara bolak balik, yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai
capital. Karena besarnya peranan uang dalam kehidupan di dunia, serta
adanya keracuan konsep uang dalam pemikiran konvensional, maka
dibutuhkan kajian-kajian mendalam mengenai uang, agar keberadaan uang
tersebut dapat menciptakan maslahah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan sejarah uang?
2. Apa kriteria dan fungsi uang?
3. Bagaimana konsep uang dalam ekonomi konvensional?
4. Bagaimanakonsepuangdalam Islam?
5. Apa time value of money dan economic value of time?

BAB II
1
EkoSuprayitno, Ekonomi Islam (Yogyakarta:GrahaIlmu, 2005), 187.
2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Sejarah Uang

Menurut Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun, uang adalah apa yang


digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi
pertukaran, dan media simpanan.Boumoul dan Gandlre berkata: “Uang
mencakup seluruh sesuatu yang diterima secara luas sebagai alat pembayaran,
diakui secara luas sebagai alat pembayaran utang-utang dan pembayaran
harga barang dan jasa”.2

Pada peradapan awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara


mandiri. Karena jenis kebutuhannya masih sederhana, mereka belum
membutuhkan orang lain. Masing-masing individu memenuhi kebutuhannya
secara mandiri. Dalam periode awal ini manusia belum mengenal transaksi
perdagangan atau kegiatan jual beli.

Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya


semakin maju, kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun semakin
meningkat. Satu sama lain mulai saling membutuhkan, karena tidak ada
individu yang secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Sejak saat itulah, manusia mulai mempergunakan berbagai cara dan alat
untuk melangsungkan pertukaran barang dalam rangka memenuhi
kabutuhan mereka. Pada tahapan peradaban manusia yang masih sangat
sederhana mereka dapat menyelenggarakan tukar-menukar kebutuhan
dengan cara barter. Maka periode itu disebut zaman barter.

Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada


waktu yang bersamaan (double coincidence of wants) dari pihak-pihak yang
melakukan pertukaran. Namun semakin beragam dan kompleks kebutuhan
manusia, semakin sulit menciptakan kondisi double coincidence of wants ini.

2
Nurul Huda, EkonomiMakro Islam PendekatanTeoritis (Jakarta:KencanaPrenada
Media Group, 2013), 75.
3

Misalnya, pada suatu ketika seseorang yang memiliki beras membutuhkan


garam. Namun pada saat yang bersamaan, pemilik garam tidak membutuhkan
beras melainkan membutuhkan daging, sehingga syarat terjadinya barter
antara beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaan demikian tentu akan
mempersulit muamalah antar manusia. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat
tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar demikian kemudian
disebut uang. Pertama kali uang dikenal dalam peradaban Sumeria dan
Babylonia.

Uang kemudian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan


sejarah. Dari perkembangan inilah, uang kemudian bisa dikategorikan dalam
4 jenis, yaitu uang barang, uang logam, uang kertas, dan uang giral atau uang
kredit.3

Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa
diperjual belikan apabila barang tersebut digunakan sebagai uang. Namun
tidak semua barang bisa menjadi uang, di perlukan 3 kondisi utama, agar suatu
barang bisa dijadikan uang, antara lain:

1. Kelangkaan (scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas.


2. Daya tahan (durability), barang tersebut harus tahan lama.
3. Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi,
sehingga tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan
transaksi.

Ketika uang logam masih digunakan sebagai uang resmi dunia, ada
beberapa pihak yang melihat peluang meraih keuntungan dari kepemilikan
mereka atas emas dan perak. Pihak-pihak ini adalah bank, orang yang
meminjamkan uang dan pandai emas atau toko-toko perhiasan. Mereka
melihat bukti peminjaman, penyimpanan atau penitipan emas dan perak di
tempat mereka juga bisa diterima di pasar.

3
Ibid.
4

Berdasarkan hal ini, pandai emas dan bank mengeluarkan surat (uang
kertas) dengan nilai yang besar dari emas atau perak yang dimilikinya. Karena
kertas ini didukung oleh kepemilikan atas emas dan perak, masyarakat umum
menerima uang kertas ini sebagai alat tukar, jadi aspek penerimaan
masyarakat secara luas dan umum berlaku, sehingga menjadikan uang kertas
berlaku sebagai alat tukar yang sah.

Uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial


melalui pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya. Uang giral ini
merupakan simpanan nasabah di bank yang dapat diambil setiap saat dan
dapat dipindahkan kepada orang lain untuk melakukan pembayaran. Artinya
cek dan giro yang dikeluarkan oleh bank manapun bisa digunakan sebagai alat
pembayaran barang, jasa, dan utang.

B. Kriteria Dan Fungsi Uang

Untuk dapat diterima sebagai alat tukar, uang harus memenuhi


persayaratan tertentu yakni:4

1. Ada jaminan dan diterima secara umum.


2. Nilainya yang stabil dan tidak mengalami perubahan dari waktu kewaktu.
3. Tahan lama dan tidak mudah rusak.
4. Mudah dibawa-bawa.
5. Mudah disimpant anpa mengurangi nilainya.
6. Penawaran harus elastis.
7. Dicetakdan di sahkan penggunaannya oleh pemegang otoritas moneter
(pemerintah).
8. Tidak mudah dipalsukan.

Secara umum, fungsi uang adalah sebagai berikut:

1. Alat tukar menukar,

4
NurRianto Al Arif, PengantarEkonomiSyariahTeori Dan Praktik
(Bandung:PustakaSetia, 2015), 169.
5

. yaitu digunakan sebagai alat untuk membeli atau menjual suatu


barang ataupun jasa Dengan kata lain, uang dapat dilakukan untuk
membayar barang yang akan dibeli atau diterima sebagai akibat dari
penjualan barang dan jasa.
2. Satuan hitung
Yang dimaksud dengan satuan hitung adalah uang sebagai alat
yang digunakan untuk menunjukkan nilai barang dan jasa yang diperjual
belikan dipasar dan besarnya kekayaan yang bisa dihitung berdasarkan
penentuan harga dari barang tersebut.
3. Penimbun kekayaan
Dengan menyimpan uang berarti kita menyimpan atau menimbun
kekayaan. Uang yang disimpan menjadi kekayaan dapat berupa uang tunai
atau uang yang disimpan di bank dalam bentu krekening.
4. Standar pencicilan utang
Dengan adanya uang, secaramudahdapatditentukanbesarnilai
utangpi utang yang harus diterima atau dibayar sekarang atau pada masa
yang akan datang.

C. Konsep Uang Dalam Ekonomi Konvensional


Dalam ekonomi konvensional uang diidentikkan dengan
modal(capital) uang atau modal adalah private goods. Uang tidak hanya
sebagai alat tukar yang sah tetapi juga sebagai komoditas, inilah yang
mengkibatkan perekonomian dunia saat ini cenderung tidak stabil dan rawan
terhadap terjadinya krisis ekonomi. Menurut sistem kapitali suang dapat
disewakandan diperjualbelikan dengan kelebihan.
Dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian. Frederick
S. Meski mengemukakan konsep Irving Fisher yang menyatakan bahwa
semakin cepat perputaran uang, maka semakin besarincome yang di peroleh.
Persamaan ini juga berarti bahwa uang adalah Flow Concept bukan stock
concept.Fisher juga mengatakan bahwa sama sekali tidk kada korelasi antara
6

kebutuhan memeganguang (demand for holding money) dengan tingkat suku


bunga.

D. Konsep Uang Dalam Islam


Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang
dalam ekonomi konvensioal. Dalam ekonomi Islam, konsepuangsangatjelas
dan tegas bahwa uang adalah uang bukan modal. Sebaliknya, konsep uang
dalam ekonomi konvensional diartikan secara bolak balik, yaitu uang dan
uang sebagai capital.
Konsep uang dalam ekonomi Islam adalah sebagai berikut:5
1. Money as public goods dan capital is private goods
Uang adalah barang untuk masyarakat luas, bukanmonopoli
perorangan. Sebagai barang umum masyarakat berhak memiliki uang
yang berlaku di suatu Negara dan dapat menggunakannya tanpa ada
hambatan dari orang lain. Olehkarenaitu, di dalam Islam dilarang
menumpuk uang karena akan mengganggu orang lain yang akan
menggunakannya. Sebagai public goods uangtidakbolehdiperdagangkan.
Modal mengandungartibarang yang
dihasilkanolehalamataubuatanmanusia, yang
diperlukanbukanuntukmemenuhisecaralangsungkeinginanmanusia,
melainkanuntukmembantumemproduksibarang lain yang
akanmemenuhikebutuhanmanusiasecaralangsungdanmenghasilkankeuntu
ngan. Modal menurutislamadalahbarangpribadiataumilikperorangan.
2. Money as flow concept dan capital is a stock concept
Uangadalahsuatu yang
bersifatflowconceptyaituhartatidakbolehditumpuktetapiharusdisirkulasika
ndandiputarterussehinggaakanmenghasilkankeuntungan yang lebihbesar.
Jikauangditahandapatmenyebabkanmacetnyarodaperekonomiandanuang
yang
diputardalamkegiatanproduksiakanmenimbulkankemakmurandankesehat

5
EkoSuprayitno, Ekonomi Islam (Yogyakarta:GrahaIlmu, 2005), 198.
7

anekonomimasyarakat. Untukitu, uangperludigunakanuntukinvestasi di


sektorriil.

E. Time Value Of Money Dan Economic Value of Time


1. Time value of money
Dalam Islam tidak mengenal adanya time value of money, yang
dikenal adalah economic value of time. Nilai uang tidak bisa didasarkan
pada bertambahnya waktu karena uang itu sendiri sebenarnya tidak
memiliki nilai waktu, uang bukanlah makhluk hidup yang dapat
berkembang biak dengan sendirinya. Namun, waktulah yang memiliki
nilai ekonomi (economic value of time).6

Dalamekonomikonvensional, time value of money


didefinisikansebagai: “A dollar today is worth more than a dollar in the
future because a dollar today can be invested to get a return.
Definisiinitidakakuratkarenasetiapinvestasiselalumempunyaikemu
ngkinanuntukmendapatkanhasilpositif,
hasilnegatifatautidakmendapatkanhasil. Islam menolak al-qhumu bi
qhurmi (mengadakan hasil tanpa memperoleh resiko) dan al-kharaj bi la
dhama (memperoleh hasil tanpa mengeluarkan biaya). Time mempunyai
economic value jika dan hanya jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan
faktor produktifitas sehingga menjadi capital dan dapat memperoleh
return.
2. Economic value of time
Teori economic value of time berkembang pada abad ke-7 masehi.
Pada masa saat digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar. Logam
ini diterima sebagai alat tukar disebabkan nilai intrinsiknya, bukan karena
mekanisme untuk dikembangkan, sehingga hubungan debetur/kreditur
yang muncul bukan kerena akibat transaksi secara langsung, namun jelas
merupakan transaksi “permintaan uang”.

6
NurRianto Al Arif, PengantarEkonomiSyariahTeori Dan Praktik, 181.
8

Economic value of time adalah sebuah konsep dimana waktulah


yang memiliki nilai ekonomi, bukanlah uang memiliki nilai
waktu. Economic value of time memiliki arti memaksimumkan nilai
ekonomis suatu dana pada periodik waktu.
Dasar perhitungan pada kontrak berbasis time value of
money adalah bunga. Sedangkan Dasar perhitungan pada kontrak
berbasis Economic value of time adalah nisbah. Economic value of time
relatif lebih adil dalam perhitungan kontrak yang bersifat pembiayaan bagi
hasil (profit sharing). Konsep bagi hasil (profit sharing) berdampak pada
tingkat nisbah yang menjadi perjanjian kontrak dua belah pihak.
Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau
transaksi sewa menyewa, karena dalam transaksi bagi hasil hubungannya
bukan antara penjual dengan pembeli atau penyewa dengan yang
menyewakan. Dalam transaksi bagi hasil, yang ada adalah hubungan
antara pemodal dengan yang memproduktifkan modal tersebut. Jadi, tidak
ada pihak yang telah melaksanakan kewajiban namun masih tertahan
haknya. Shahibul maal telah melaksanakan kewajibannya, yaitu
memberikan sejumlah modal, yang memproduktifkan (mudharib) juga
telah melaksanakan kewajibannya, yaitu memproduktifkan modal tersebut.
Hak bagi shahibul maal dan mudharib adalah berbagi hasil atas
pendapatan atau keuntungan tersebut, sesuai kesepakatan awal apakah bagi
hasil itu akan dilakukan atas pendapatan atau keuntungan.
Ajaran Islam medorong pemeluknya untuk selalu
menginvestasikan tabungannya. Di samping itu, dalam melakukan
investasi tidak menuntut secara pasti akan hasil yang akan datang. Hasil
investsi dimasa yang akan datang sangat dipengaruhi beberapa faktor,
baik faktor yang dapat diprediksikan maupun tidak. Faktor-faktor yang
dapat diprediksikan atau dihitung sebelumnya adalah berapa banyak
modal, berapa nisbah yang disepakati, berapa kali modal dapat diputar.
Sementara faktor efeknya tidak dapat dihitung secara pasti atau sesuai
dengan kejadian return (perolehan usaha).
9

Dalam pandangan Islam mengenai waktu, waktu bagi semua orang


adalah sama kuantitasnya, yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam
sepekan. Nilai waktu antara satu orang dengan orang lainnya, akan
berbeda dari sisi kualitasnya. Jadi faktor yang menentukan nilai waktu
adalah bagaimana seseorang memanfaatkan waktu itu. Semakin efektif
(tepat guna) dan efisien (tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai
waktunnya. Efektif dan efisien akan mendatangkan keuntungan di dunia
bagi siapa saja yang melaksanakan. Oleh karena itu, siapapun pelakunya
tanpa memandang suku, agama, dan ras, secara sunatullah akan
mendapatkan keuntungan di dunia.
Didalam Islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia,
namun yang dicari adalah keuntungan di dunia dan di akhirat. Oleh
karena itu, pemanfaatan waktu itu bukan saja harus efektif dan efisien,
namun harus juga didasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang akan
mendatangkan keuntungan di akhirat. Sebaliknya, keimanan yang tidak
mampu mendatangkan keuntungan di dunia berarti keimanan yang tidak
di amalkan. Dalam Al-Qur’an disebutkan nilai waktu, termasuk nilai
ekonomi waktu ditentukan oleh keimanan, amal baik, saling
mengingatkan dalam hal kebaikan dan kesabaran. Firman Allah Q.S Al-
Ashr:

‫ت‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫ ِإال الَّذِينَ آ َمنُوا َو‬,‫سانَ لَ ِفي ُخس ٍْر‬
َّ ‫ع ِملُوا ال‬ َ ‫ ِإ َّن اإل ْن‬,‫ص ِر‬ ْ ‫َو ْال َع‬
.‫صب ِْر‬ َ ‫ق َوتَ َوا‬
َّ ‫ص ْوا بِال‬ ِ ِّ ‫ص ْوا بِ ْال َح‬
َ ‫َوتَ َوا‬

Artinya:
“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat
menasihati supaya menetapi kesabaran.”
10

BAB 111
KESIMPULAN

Uang adalah apa yang digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai
harga, media transaksi pertukaran, dan media simpanan. Pertama kali uang
dikenal dalam peradaban Sumeria dan Babylonia.Uang kemudian berkembang
dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Dari perkembangan inilah, uang
kemudian bisa dikategorikan dalam 4 jenis, yaitu uang barang, uang logam, uang
kertas, dan uang giral atau uang kredit.

Untuk dapat diterima sebagai alat tukar, uang harus memenuhi


persayaratan tertentu yaituada jaminan dan diterima secara umum, nilainya yang
stabil dan tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, tahan lama dan tidak
mudah rusak, mudah dibawa-bawa, mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya,
penawaran harus elastis, dicetak dan di sahkan penggunaannya oleh pemegang
otoritas moneter (pemerintah), dan tidak mudah dipalsukan. Fungsi uang secara
umum adalah sebagai alat tukar menukar, satuan hitung, peimbun kekayaan, dan
standar pencicilan hutang.

Konsep uang dalam ekonomi konvensional yaitu uang diidentikkan


dengan modal, uang(modal) adalah private goods, uang(modal) adalahflow
conceptbagi Fisher. Dalam konsep ini uang dijadikan sebagai komoditas.

Konsepuangdalam Islam yaitu uang tidak identic dengan modal, uang


adalah public goods, uang adalahflow concept, dan modal adalahstock concept.

Economic value of time adalah sebuah konsep dimana waktulah yang


memiliki nilai ekonomi, bukanlah uang memiliki nilai waktu. Economic value of
time memiliki arti memaksimumkan nilai ekonomis suatu dana pada periodik
waktu.
11

DAFTAR PUSTAKA

Al Arif, NurRianto. PengantarEkonomiSyariahTeori Dan Praktik. Bandung:


PustakaSetia, 2015.

Huda, Nurul. EkonomiMakro Islam PendekatanTeoritis. Jakarta: KencanaPrenada


Media Group, 2013.

Suprayitono, Eko. Ekonomi Islam. Yogyakarat: GrahaIlmu, 2005.

Anda mungkin juga menyukai