Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DAN TEORI UANG

Tugas Kelompok 3 Mata Kuliah Ekonomi Makro Syariah

Oleh Kelompok 3:

Eka Fitria Ningsi


90500121100

Rizal Zulhisyam
90500121014

Dosen Pengampu:

Samsul Arifai S.A.B., MA


2101018501

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penyusunan proposal usaha ini dapat diselesaikan.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Mauhammad saw, keluarga

dan para sahabatnya. Judul makalah ini yaitu "Konsep Dan Teori Uang" ini

dimaksudkan untuk memenuhi salah satu Tugas pada mata kuliah manajemen

syariah. Penulis menyadari bahwa penyelesaian proposal usaha ini tidak akan

terwujud tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.Maka dari

itu saran,kritik dan juga koreksi sangat di harapkan untuk mencapai hasil yang

lebih baik.

Makassar, 6 April 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Pengertian Dan Sejarah Uang ........................................................................ 3


B. Kriteria Dan Fungsi Uang.............................................................................. 6
C. Jenis-Jenis Uang ........................................................................................... 8

D. Teori Permintaan Uang ................................................................................ 10

E. Uang Dalam Ekonomi Konvensional .......................................................... 12

F. Uang Dalam Ekonomi Islam ....................................................................... 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 14

A. Kesimpulan .................................................................................................... 14

B. Saran .............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban perekonomian dunia. Posisi
uang sangat strategis dalam satu sistem ekonomi, dan sulit digantikan dengan
variabel lainnya. Bisa dikatakan uang merupakan bagian yang terintegrasi dalam
satu sistem ekonomi. Sepanjang sejarah keberadaannya, uang memainkan peran
penting dalam perjalanan kehidupan modern.
Uang berhasil memudahkan dan mempersingkat waktu transaksi pertukaran
barang dengan uang. Ketika jumlah manusia semakin bertambah, maka
peradabannya pun semakain maju sehingga kegiatan dan transaksi antar sesama
manusia semakin beragam. Maka dari itu, diperlukan alat tukar yang dapat
diterima semua pihak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Alat tukar ini lah yang
disebut dengan uang.
Sejak dulu manusia telah mempergunakan berbagai cara untuk
melangsungkan pertukaran barang, guna memenuhi kebutuhan mereka. Pada
peradaban yang masih sangat sederhana, manusia melakukan tukar menukar
kebutuhan dengan cara barter. Namun barter ini mensyaratkan adanya double
coincidence of wants dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Semakin
banyak dan kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit melakukan barter
sehingga mempersulit muamalah antar manusia. Itulah sebabnya manusia dari
dulu sudah memikirkan perlunya suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua
pihak. Alat tukar demikian disebut uang.
Pada zaman sekarang ini banyak orang menyalah artikan tentang uang,
apalagi dunia ini sudah berabad-abad didoktrin oleh prinsip konvensional yang
tidak mengenal arti haram dan halal. Bahkan uang juga bisa berfungsi untuk hal
yang haram, bahkan di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya muslim
mendefinisikan uang berdasarkan konvensional yang mempunyai konsep yang
salah. Padahal Islam mempunyai konsep tentang uang yang lebih baik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan sejarah uang?
2. Bagaimana kriteria dan fungsi uang?
3. Apa jenis-jenis uang?
4. Bagaimana teori permintaan uang?
5. Bagaimana uang dalam ekonomi konvensional?
6. Bagaimana uang dalam ekonomi islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah uang.
2. Untuk mengetahui kriteria dan fungsi uang.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis uang.
4. Untuk mengetahui teori permintaan uang.
5. Untuk mengetahui uang dalam ekonomi konvensional.
6. Untuk mengetahui uang dalam ekonomi islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Uang dan Sejarah Uang


Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu,
pengertiannya ada beberapa makna yaitu: al-naqdu berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, membedakan dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai.
Kata nuqud tidak terdapat dalam al-Quran dan hadis, karena bangsa Arab
umumnya tidak menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka
menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas
dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka
juga menggunakan wari’ untuk menunjukkan dirham perak, kata ‘ain untuk
menunjukkan dinar emas. Sedangkan kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar
tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang murah.
Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang dicetak, tapi
mencakup seluruh jenisnya dinar, dirham dan fulus.Untuk menunjukkan dirham
dan dinar mereka mengunakan istilah naqdain. Namun mereka berbeda pendapat
apakah fulus termasuk dalam istilah naqdain atau tidak.Menurut pendapat yang
mu’tamad dari golongan Syafi’iyah, fulus tidak termasuk naqd, sedangkan
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa naqd mencakup fulus. Defenisi nuqd menurut
Abu Ubaid (wafat 224 H), seperti yang dikutip Ahmad Hasan dirham dan dinar
adalah nilai harga sesuatu. Ini berarti dinar dan dirham adalah standar ukuran nilai
yang dibayarkan dalam transaksi barang dan jasa.Senada dengan pendapat ini, Al-
Ghazali (wafat 595 H) menyatakan, Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai
hakim penengah diantara seluruh harta, sehinga seluruh harta bisa diukur dengan
keduanya. 1
1. Sejarah Uang
Masyarakat Mekkah pada masa jahiliyah telah melakukan perdagangan
dengan mempergunakan uang dari Roma dan Persia. Menurut al-Balazuri
seperti yang dikutip Muhammad Usman Syabir, uang yang digunakan ketika
itu adalah dinar Hercules, Bizantium, dan dirham dinasti Sasanid Irak dan
sebagian mata uang bangsa Himyar dan Yaman. Ini berarti Bangsa Arab pada

1
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.267
3
masa itu belum memiliki mata uang tersendiri. Ketika diangkat menjadi Rasul,
Nabi Muhammad tidak mengubah mata uang tersebut karena kesibukannya
memperkuat sendi-sendi agama Islam di jazirah Arab. Pada awal
pemerintahannya, Umar Ibn Khatab juga tidak melakukan perubahan mata
uang ini karena kesibukannya melakukan ekspansi wilayah kekuasaan Islam.
Barulah tahun ke-18 H mulai dicetak dirham Islam yang masih mengikuti
model cetakan Sasanid berukiran Kisra dengan tambahan beberapa kalimat
tauhid dalam bentuk tulisan Kufi, seperti kalimat Alhamdulillah pada sebagian
dirham, dan kalimat Muhammad Rasulullah pada dirham yang lain, juga
kalimat Umar, kalimat Bismillah, Bismillahirabbi, pada dirham yang lainnya.
Malah pada masa ini juga sempat terpikir oleh Umar untuk mencetak uang
dari kulit unta. Namun, diurungkannya karena takut akan terjadi kelangkaan
unta. Percetakan uang dirham yang bertuliskan kalimat Allahu Akbar,
Bismillah, Barakah, Bismilahirabbi, Allah, Muhammad dalam bentuk tulisan
Albahlawiyah.2
Pada Masa Abdul Malik ibn Marwan (65-86 H), Khalifah ke tiga dinasti
Umaiyyah, dinar dan dirham Islami mulai dicetak dengan model tersendiri
yang tidak lagi ada lambang-lambang Bizantium dan Persia pada tahun 76 H.
Dinar yang dicetak setimbangan 22 karat dan dirham setimbangan 15 karat.
Tindakan yang dilakukan Abdul Malik ibn Marwan ini ternyata mampu
merealisasikan stabilitas politik dan ekonomi, mengurangi pemalsuan, dan
manipulasi terhadap uang. Kebijakan pemerintah ini terus dilanjutkan kedua
penggantinya, Yazid ibn Abdul Malik dan Hisyam ibn Abdul Malik. Keadaan
ini terus berlanjut pada masa awal pemerintahan dinasti Abasiyah (132 H)
yang mengikuti model dinar Umaiyah dan tidak mengubah sedikitpun, kecuali
pada ukirannya.
Namun di akhir dinasti ini tepatnya pada masa pemerintahan mulai
dicampuri oleh para Mawali (pembantu dan orang-orang Turki, mulai terjadi
penurunan nilai bahan baku uang dan malah dicampur dengan tembaga dalam
proses percetakan mata uang yang dilakukan penguasa dalam rangka meraup
keuntungan dari percetakan uang tersebut. Akibatnya, terjadi inflasi harga-
harga melambung tinggi. Namun, masyarakat masih menggunakan dirham-
dirham tersebut dalam interaksi perdagangan. Keadaan ini terus berlanjut
2
Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: Rajawali Pers
4
sampai dinasti Fatimiyah, kurs dinar terhadap dirham adalah 34 dirham.
Padahal selama ini kurs dan dirham adalah 1:10.
Percetakan uang tembaga (fulus) mulai dilakukan pada masa Mamalik
tepatnya masa khalifah al-Zhahir Barquq. Di masa ini mata uang fulus
menjadi mata uang utama, sedangkan percetakan dirham dihentikan, karena
ketika itu terjadi penjualan perak ke Eropa dan impor tembaga dari Eropa
semakin meningkat. Kemudian, terjadi peningkatan produksi pelana kuda dan
bejana dari perak. Akibat kebijakan ini, inflasi terus terjadi . Al-Maqrizi
menyikapi keadaan ini dengan menulis kitab Syuzur al-Nuqud Fi Zikr al-
Nuquq. Ia menyatakan, penyebab terjadinya inflasi adalah pengukuhan sistem
mata uang tembaga.
Ibnu Taimiyah (1263-1328) juga mengungkapkan hal sama sebagai bentuk
tanggapan dari kondisi turunnya nilai mata uang yang terjadi di Mesir pada
masa dinasti Mamluk. Ia menganjurkan pemerintah agar tidak mempelopori
bisnis mata uang dengan membeli tembaga. Kemudian mencetaknya menjadi
mata uang koin. Pemerintah harus mencetak mata uang dengan nilai yang
sebenarnya tanpa mencari keuntungan dari percetakan tersebut. Pemerintah
harus melaksanakan kebijakan moneter, yakni mencetak mata uang sesuai
dengan nilai transaksi di tengah masyarakat, tanpa ada unsur kezaliman di
dalamnya. Ini menunjukkan Ibn Taimiyah sangat memperhatikan nilai
instrinsik mata uang sesuai dengan nilai logamnya. Lebih lanjut Ibn Taimiyah
menjelaskan , jika dua mata uang koin memiliki nilai nominal yang sama
tetapi dibuat dari logam yang tidak sama nilainya, mata uang lainnya dalam
peredaran. Mata uang yang berasal dari logam yang lebih baik akan ditimbun,
dilebur atau diekspor karena dianggap lebih menguntungkan. Teori Ibnu
Taimiyah (1263-1328) inilah yang kemudian dikenal dengan hukum Gresham
bad money drives out good money” yang dilahirkan oleh Sir Thomas Gresham
(1519-1579).
Di masa daulat Usmaniyah, tahun 1534 mata uang resmi yang berlaku
adalah emas dan perak dengan perbandingan 1:15 kemudian, pas tahun 1839
pemerintah Usmaniyah menerbitkan mata uang yang berbentuk kertas
banknote dengan nama yang sama. Namun nilainya terus merosot sehingga
rakyat tidak mempercayainya. Pada perang Dunia I tahun 1914, Turki seperti
negara-negara lainnya memberlakukan uang kertas sebagai uang yang sah dan
5
membatalkan berlakunya emas dan perak sebagai mata uang. Sejak ini
mulailah diberlakukan uang kertas sebagai satu-satunya mata uang di seluruh
dunia.

B. Kriteria Dan Fungsi Uang


1. Kriteria uang
Untuk dapat terima sebagai alat tukar, uang harus memenuhi persayaratan
tertentu yakni:
a. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
b. Tahan lama.
c. Bendanya mempunyai mutu yang sama.
d. Mudah dibawa-bawa.
e. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya.
f. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan).
g. Dicetak dan di sahkan penggunaannya oleh pemegang otoritas moneter
(pemerintah).
h. Tidak mudah dipalsukan.3
2. Fungsi Uang
Dalam sistem ekonomi Islam, uang hanya berfungsi sebagai media/alat
pertukaran (medium of exchange) dan sebagai standar ukuran harga (unit of
account).Sedangkan fungsi uang sebagaipenyimpan nilai (store of value) dan
standar pembayaran di masa mendatang (standard of deffered payment) masih
diperdebatkan oleh ahli ekonomi Islam.
a. Uang sebagai satuan nilai atau standar harga (unit of account)
Uang adalah satuan nilai atau standar ukuran harga dalam transaksi
barang dan jasa. Dengan adanya uang sebagai satuan nilai akan
memudahkan terlaksananya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Uang sebagai standar nilai harus memiliki kekuatan dan daya beli yang
bersifat tetap agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Al-Ghazali
berpendapat bahwa, uang adalah ibarat cermin, dalam artian uang
berfungsi sebagai ukuran nilai yang dapat merefleksikan harga benda yang
ada di hadapannya. Dengan demikian jelaslah bahwa uang tidak

3
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
6
dibutuhkan untuk uang itu sendiri, karena uang tidak mempunyai harga
tetapi uang sebagai alat untuk menghargai semua barang. Ibnu Taimiyah
(1263-1328) menjelaskan bahwa, uang berfungsi sebagai alat ukur nilai
dan alat pertukaran.
b. Uang sebagai alat tukar (medium of exchange)
Uang sebagai alat tukar menukar yang digunakan setiap individu
untuk transaksi barang dan jasa. Misalnya seseorang yang memiliki
kelapa untuk memenuhi kebutuhannya terhadap beras, maka ia cukup
menjual kelapanya dengan menerima uang sebagai gantinya.
Kemudian ia dapat membeli beras yang ia butuhkan dengan uang
tersebut. Seperti itulah uang berfungsi sebagai alat tukar pada setiap
transaksi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Fungsi uang sebagai alat tukar dalam setiap kegiatan dalam
kehidupan modern ini menjadi satu hal yang sangat penting. Seseorang
tidak akan mampu untuk memproduksi setiap barang kebutuhan
hariannya, karena keahlian manusia berbeda-beda. Pada kondisi itulah
uang memegang peranan yang sangat penting agar manusia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mudah.
c. Uang sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value atau store of
wealth)
Uang sebagai penyimpan kekayaan maksudnya adalah bahwa orang
yang mendapatkan uang terkadang tidak mengeluarkan seluruhnya
dalam satu waktu, akan tetapi ia akan sisihkan sebagian atau disimpan
untuk membeli barang atau jasa yang ia butuhkan pada waktu yang ia
inginkan. Hal ini disebabkan motif yang mempengaruhi seseorang
untuk mendapatkan uang di samping untuk transaksi juga untuk
berjaga-jaga dari kemungkinan yang terduga. Di kalangan ekonom
Islam terjadi perbedaan pendapat terkait fungsi uang sebagai alat
penyimpan kekayaan (store of value atau store of wealth).Mahmud
Abu Su’ud berpendapat bahwa uang sebagai alat penyimpan kekayaan
adalah ilusi yang batil, karena uang tidak bisa dianggap sebagai
komoditas layaknya barang-barang pada umumnya. Uang sama sekali
tidak mengandung nilai pada bendanya. Uang hanya sebagai alat tukar
beredar untuk proses tukar-menukar.
7
d. Uang sebagai standar pembayaran tunda (standard of deferred payment)
Sebagian ahli ekonomi, berpendapat bahwa, uang adalah unit
ukuran dan standar untuk pembayaran tunda. Misalnya transaksi terjadi
pada waktu sekarang dengan harga tertentu, tetapi uang diserahkan
pada masa yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan standar ukuran
yang digunakan untuk menentukan harga. Ahmad Hasan menyatakan
bahwa, uang sebagai ukuran dan standar pembayaran tunda tidak bisa
diterima.Jika yang dimaksudkan adalah menunda pembayaran harga,
maka yang ditunda adalah uang. Analisis yang telah dilakukan akan
menunjukkan apakah SDM yang ada sudah mencukupi atau masih
kurang. Jika masih kurang maka perlu dilakukan rekrutmen untuk
menjamin kelancaran tugas dan optimalisasi layanan nasabah.

C. Jenis Uang
Uang adalah sesuatu yang diterima masyarakat sebagai alat untuk pembayaran
atau transaksi. Oleh karena itu, uang dapat berbentuk apa saja, akan tetapi bukan
berarti segala sesuatu itu adalah uang. Misalnya penggunaan uang kertas sebagai
alat transaksi, tetapi tidak semua kertas adalah uang, bukan karena harga
kertasnya yang murah melainkan karena tidak diterima/dipercaya oleh masyarakat
sebagai alat pembayaran.
bisa dikategorikan menjadi 3 jenis:
1. Uang Barang (Commodity Money)
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa
diperjualbelikan apabila barang tersebut digunakan bukan sebagai uang.
Namun tidak semua barang bisa menjadi uang, diperlukan tiga kondisi agar
barang bisa dijadikan uang;
a. Kelangkaan (scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas.
b. Daya tahan (durability), barang tersebut harus tahan lama.
c. Nilai tinggi, barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi sehingga
tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
Dalam sejarah, pemakaian uang barang pernah juga disyaratkan barang
yang digunakan sebagai barang kebutuhan seharai-hari seperti beras. Namun
kemudian uang barang ini dianggap mempunyai banyak kelemahan,
diantaranya uang barang tidak memiliki pecahan, sulit untuk disimpan, dan
8
sulit untuk diangkut.
2. Uang Logam (Metalic Money)
Penggunaan uang logam merupakan fase kemajuan dalam sejarah
uang.Logam pertama yang digunakan sebagai alat tukar adalah
perunggu.Kemudian, besi yang digunakan oleh orang Yunani, tembaga
digunakan oleh orang Romawi, terakhir logam mulia emas dan perak.Pada
saat volume perdagangan semakin meningkat dan meluas maka muncullah
penggunaan emas dan perak sebagai uang.
3. Uang Kertas (Token Money)
Uang kertas yang digunakan pada masa sekarang pada awalnya adalah
dalam bentuk bank note atau bank promise berupa kertas, yaitu janji bank
untuk membayar uang logam kepada pemilik bank note ketika ada permintaan.
Dikarenakan kertas ini didukung oleh kepemilikan atas emas dan perak,
masyarakat umum menerima keberadaan uang kertas ini sebagai alat
tukar.Dalam sejarahnya, uang kertas digunakan pada tahun 910 M di
Cina.Pada awalnya, penduduk Cina menggunakan uang kertas atas dasar
topangan 100% emas dan perak.Pada abad ke-10 M, pemerintah Cina
menerbitkan uang kertas yang tidak lagi ditopang oleh emas dan perak.
Pada saat ini uang kertas menjadi alat tukar yang berlaku di dunia
internasional.Bahkan sekarang uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah
melalui bank sentral tidak lagi didukung oleh cadangan emas. Sehingga
apabila pemerintah mencabut keputusannya dan menggunakan uang dari jenis
yang lain, maka uang kertas tidak akan memiliki bobot sama sekali atau
dengan kata lain tidak berlaku lagi. Ditinjau dari sisi syariah, mata uang
dapat dibuat dari benda apa saja dan ketika benda tersebut telah ditetapkan
sebagai mata uang yang sah, maka benda atau barang tersebut telah berubah
fungsinya dari barang biasa menjadi alat tukar dengan segala fungsi
turunannya.
Jumhur ulama telah sepakat bahwa illat dalam emas dan perak yang
diharamkan pertukarannya kecuali serupa dengan serupa, sama dengan sama
oleh Rasulullah SAW adalah karena tsumuniyyah yaitu barang-barang
tersebut menjadi alat tukar, penyimpan nilai dimana semua barang dittimbang
dan dinilai dengan nilainya.
Oleh karena itu, ketika uang kertas telah menjadi alat pembayaran yang
9
sah, sekalipun tidak dilatarbelakangi lagi oleh emas maka kedudukannya
dalam hukum sama dengan kedudukan emas dan perak,dimana pada waktu
Al-Qur’an diturunkan telah dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah.
Dengan demikian, riba juga berlaku pada uang kertas.Uang kertas juga diakui
sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat daripadanya.Zakat pun
sah dikeluarkan dalam bentuk uang kertas.4

D. Teori Permintaan Uang


Permintaan uang dalam suatu sistem perekonomian yang islami akan
dipengaruhi oleh motif seorang muslim dalam memegang uang. Menurut
Metwally ada dua motif utama seorang muslim dalam memegang uang, yaitu:
1. Motivasi transaksi,
2. Motivasi berjaga-jaga.
Dengan 2 motif ini jelas, bahwa permintaan uang untuk tujuan spekulasi
sebagaimana yang dikemukakan Keynes, tidak akan ada dalam suatu sistem
perekonomian yang Islami. Permintaan uang dalam ekonomi islam menurut
Metwally juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Besarnya persediaan uang
tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan, dan frekuensi pengeluaran.5
Mazhab Iqtishaduna, permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan
pokok, yaitu transaksi dan berjaga-jaga atau untuk investasi. Secara matematik
formula permintaan uang dapat dituliskan sebagai berikut:
Md = Mdtrans + Md prec

Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan


yang dimiliki oleh seseorang. Dimana semakin tinggi tingkat pendapatan
seseorang maka permintaan uang untuk memfasilitasi transaksi barang dan jasa
juga akan meningkat. Fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-jaga (meliputi
juga permintaan uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh besar
kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai. Pada masa
Rasulullah, permintaan uang hanya ada dua yaitu untuk transaksi dan berjaga-
jaga. Md = Mdtr + Mdpr apabila Mdpr maka Mdtr.
Mazhab Mainstrem, landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini
4
Affandi Faisal, Fungsi Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Vol. 1 No.1 Desember 2020, hal
82-85.
5
Naf’an. 2014. Ekonomi Makro; Tinjauan Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
10
adalah islam mengarahkan sumber-sumber daya untuk dialokasikan secara
maksimum dan efisien. Pelarangan hoarding money atau penimbunan kekayaan
merupakan “kejahatan” penggunaan uang yang harus diperangi. Pengenaan pajak
terhadap aset produktif yang menganggur merupakan strategi utama yang
digunakan oleh mazhab ini. Dues of idle cash atau pajak atas aset produktif yang
menganggur bertujuan untuk mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada
kegiatan usaha produktif. Pengenaan kebijakan ini akan berdampak pada pola
permintaan uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak yang dikenakan
terhadap aset produktif yang anggurkan maka permintaan terhadap aset ini akan
berkurang.
Secara sederhana dapat dianalogikan sebagai berikut, Ahmad yang memiliki
kekayaan berupa tanah dan kemudian tanah tersebut hanya dianggurkan saja
sehingga tidak ada nilai tambah kekayaannya, maka kebijakan yang dikenakan
terhadap Ahmad agar tanah tersebut memiliki nilai tambah adalah mendorong
Ahmad mendorong Ahmad untuk bersedia mengelola kekayaannya pada kegitan
yang produktif. Instrumen yang digunakan adalah pajak terhadap pengangguran
tanah tersebut. Sehingga Ahmad akan terkena risiko pembayaran pajak apabila
tanah miliknya tetap dianggurkan.
Md = Mdtrans +Md prec
Mdtrans = f(Y)
Mdprec&inv= f(Y,µ)

Secara matematis, permintaan uang untuk mazhab ini dapat dirumuskan


sebagai berikut: Tingkat dues if idle fund diwakili oleh nilai µ, semakin tinggi
nilai µ, maka semakin kecil permintaan uang untuk motif berjaga-jaga karena
pada tingkat µ yang tinggi biaya risiko yang harus dikeluarkan untuk membayar
pajak terhadap uang kas tersebut menjadi naik.dalam kondisi seperti ini seseorang
akan berusaha memperkecil pajak yang dia bayarkan kepada pemerintah dengan
cara mengurangi kekayaan yang idle. Begitu juga sebaliknya apabila nilai µ relatif
rendah, maka memegang atau menyimpan uang kas relatif tidak memiliki risiko
yang tinggi.
Mazhab Alternatif, permintaan uang dalam mazhab ketiga ini, sangat erat
kaitannya dengan konsep endogenous uang dalam Islam. Teori endogenous dalam
islam secara sederhana dapat diartkian bahwa keberadaan uang pada hakikatnya
11
adalah repsentasi dari volume transaksi yang ada dalam sektor riil. Teori inilah
yang kemudian menjembatani dan tidak mendikotomikan antara pertumbuhan
uang di sektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil.
Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah ekonomi tidak dapat
didasarkan sematamata pada perubahan waktu. Nilai tambah uang terjadi jika dan
hanya jika ada pemanfaatan secara ekonomis selama uang tersebut dipergunakan.
Sehinnga tidak selalu nilai uang harus bertambah walau waktu terus bertambah,
akan tetapi niali tambahnya akan tergantung dari hasil yang diusahakan dengan
uang itu. Secara makroekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya hanyalah
repsentasi dari perubahan dan pertambahan di sektor riil.6

E. Uang Dalam Ekonomi Konvensional


Ekonomi konvensional mengartikan uang secara interchangeability (bolak
balik), yaitu uang sebagai alat tukar dan uang sebagai capital. Namun sering kali
uang diidentikkan dengan modal (capital). Ekonom Barat juga terdapat perbedaan
dalam mengartikan uang. Konsep Irving Fischer uang (modal) bersifat flow
concept, sedangkan Cambrige school (Marshall-Pigou) mengartikan uang sebagai
stock concept.
Uang dianggap sebagai private goods. Islam mengartikan uang bersifat flow
concept dan merupakan public goods. Arti flow concept adalah uang harus
mengalir. Ketika mengalir uang adalah public goods, lalu mengendap ke dalam
kepemilikan seseorang (stock concept). Uang tersebut menjadi milik pribadi
(private goods). Untuk lebih jelasnya mengenai public dan private goods dapat
diilustrasikan sebagai berikut : Mobil adalah private goods dan jalan tol adalah
public goods. Jalan tol tersebut akan berguna, jika mobil itu digunakan melalui
jalan tol. Artinya uang yang mulanya private goods akan bermanfaat jika uang
tersebut digunakan melalui jalur public goods, yaitu untuk kegiatan-kegiatan yang
produktif. Jika (mobil) uang tidak digunakan dalam (jalan tol) investasi produktif,
maka uang (mobil) tersebut menjadi tidak menambah manfaatnya (berkembang).
Konsep Islam dalam utilitas uang, bahwa uang diakui hanya sebagai intermediary
form, medium of exchange atau unit of account.
Uang bukanlah suatu komoditi, karena kita tidak mendapatkan manfaat dari

6
Endriani Santi, Konsep Uang: Ekonomi Konvensional Vs Ekonomi Islam, Volume 15 Nomor 1,
Desember Hal 73-74
12
uang itu sendiri, tetapi dari fungsi uang.

F. Uang Dalam Ekonomi Islam


Uang dalam ekonomi islam sangatlah berbeda dengan konsep uang dalam
ekonomi konvensional. Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas
bahwa uang itu adalah uang, uang bukan capital. Dalam konsep ekonomi Islam
uang adalah milik masyarakat (money is public goods ).
Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak produktif berarti
mengurangi jumlah uang beredar yang dapat mengakibatkan tidak jalannya
perekonomian. Jika seseorang sengaja menumpuk uangnya tidak dibelanjakan,
sama artinya dengan menghalangi proses atau kelancaran jual beli. Implikasinya
proses pertukaran dalam perekonomian terhambat. Di samping itu penumpukan
uang/harta juga dapat mendorong manusia cenderung pada sifat-sifat tidak baik
seperti tamak, rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah).
Sifat-sifat tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap
kelangsungan perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang penumpukan atau
penimbunan harta, memonopoli kekayaan.
A.Karim (2007) mengatakan bahwa dengan konsep yang yang dikemukakan
dalam ekonomi islam tidak jelas. Istilah uang dalam perspektif ekonomi
konvensional diartikan secara bolak-balik (interchangeability), yaitu uang sebagai
uang dan uang sebagai capital. Perbedaan lainnya adalah bahwa ekonomi islam,
uang adalah sesuatu yang bersifat flow concept dan capital adalah sesuatu yang
bersifat stock concept, sedangkan dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa
pengertian, Frederic S, Mishkim mengungkapkan konsep Irving Fisher
menyatakan bahwa:
MV = PT
Keterangan :
M = jumlah uang
V = tingkat perputaran uang
P = tingkat harga barang
T = jumlah barang yang diperdagangkan

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu,
pengertiannya ada beberapa makna yaitu: al-naqdu berarti yang baik dari
dirham, menggenggam dirham, membedakan dirham, dan al-naqdu juga
berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam al-Quran dan hadis, karena
bangsa Arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga.
Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat
dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari
perak. Mereka juga menggunakan wari’ untuk menunjukkan dirham perak,
kata ‘ain untuk menunjukkan dinar emas. Sedangkan kata fulus (uang
tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang-
barang murah
Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan
yang dimiliki oleh seseorang. Dimana semakin tinggi tingkat pendapatan
seseorang maka permintaan uang untuk memfasilitasi transaksi barang dan
jasa juga akan meningkat. Fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-jaga
(meliputi juga permintaan uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh
besar kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai.
Ekonomi konvensional mengartikan uang secara interchangeability (bolak
balik), yaitu uang sebagai alat tukar dan uang sebagai capital. Namun sering
kali uang diidentikkan dengan modal (capital). Ekonom Barat juga terdapat
perbedaan dalam mengartikan uang. Konsep Irving Fischer uang (modal)
bersifat flow concept, sedangkan Cambrige school (Marshall-Pigou)
mengartikan uang sebagai stock concept.
Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang itu
adalah uang, uang bukan capital. Dalam konsep ekonomi Islam uang adalah
milik masyarakat (money is public goods). Barang siapa yang menimbun
uang atau dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah uang beredar
yang dapat mengakibatkan tidak jalannya perekonomian.
B. Saran
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Affandi Faisal, Fungsi Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Vol 1 No 1 Desember

2020 Hal 82-85.

Endriani Santi, Konsep Uang; Ekonomi Konvensional Dan Ekonomi Konvensional Vol

15 No1 Desember Hal 73-74

Karim Adiwarman, A. 2007, Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Rajawali Pers

Naf’an 2014. Ekonomi Makro; Tinjauan Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, Teori Pengantar: (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) Hal

267.

15

Anda mungkin juga menyukai