Oleh Kelompok 3:
Rizal Zulhisyam
90500121014
Dosen Pengampu:
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas rahmat dan
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Mauhammad saw, keluarga
dan para sahabatnya. Judul makalah ini yaitu "Konsep Dan Teori Uang" ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu Tugas pada mata kuliah manajemen
syariah. Penulis menyadari bahwa penyelesaian proposal usaha ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.Maka dari
itu saran,kritik dan juga koreksi sangat di harapkan untuk mencapai hasil yang
lebih baik.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
A. Kesimpulan .................................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban perekonomian dunia. Posisi
uang sangat strategis dalam satu sistem ekonomi, dan sulit digantikan dengan
variabel lainnya. Bisa dikatakan uang merupakan bagian yang terintegrasi dalam
satu sistem ekonomi. Sepanjang sejarah keberadaannya, uang memainkan peran
penting dalam perjalanan kehidupan modern.
Uang berhasil memudahkan dan mempersingkat waktu transaksi pertukaran
barang dengan uang. Ketika jumlah manusia semakin bertambah, maka
peradabannya pun semakain maju sehingga kegiatan dan transaksi antar sesama
manusia semakin beragam. Maka dari itu, diperlukan alat tukar yang dapat
diterima semua pihak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Alat tukar ini lah yang
disebut dengan uang.
Sejak dulu manusia telah mempergunakan berbagai cara untuk
melangsungkan pertukaran barang, guna memenuhi kebutuhan mereka. Pada
peradaban yang masih sangat sederhana, manusia melakukan tukar menukar
kebutuhan dengan cara barter. Namun barter ini mensyaratkan adanya double
coincidence of wants dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Semakin
banyak dan kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit melakukan barter
sehingga mempersulit muamalah antar manusia. Itulah sebabnya manusia dari
dulu sudah memikirkan perlunya suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua
pihak. Alat tukar demikian disebut uang.
Pada zaman sekarang ini banyak orang menyalah artikan tentang uang,
apalagi dunia ini sudah berabad-abad didoktrin oleh prinsip konvensional yang
tidak mengenal arti haram dan halal. Bahkan uang juga bisa berfungsi untuk hal
yang haram, bahkan di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya muslim
mendefinisikan uang berdasarkan konvensional yang mempunyai konsep yang
salah. Padahal Islam mempunyai konsep tentang uang yang lebih baik.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan sejarah uang?
2. Bagaimana kriteria dan fungsi uang?
3. Apa jenis-jenis uang?
4. Bagaimana teori permintaan uang?
5. Bagaimana uang dalam ekonomi konvensional?
6. Bagaimana uang dalam ekonomi islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah uang.
2. Untuk mengetahui kriteria dan fungsi uang.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis uang.
4. Untuk mengetahui teori permintaan uang.
5. Untuk mengetahui uang dalam ekonomi konvensional.
6. Untuk mengetahui uang dalam ekonomi islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.267
3
masa itu belum memiliki mata uang tersendiri. Ketika diangkat menjadi Rasul,
Nabi Muhammad tidak mengubah mata uang tersebut karena kesibukannya
memperkuat sendi-sendi agama Islam di jazirah Arab. Pada awal
pemerintahannya, Umar Ibn Khatab juga tidak melakukan perubahan mata
uang ini karena kesibukannya melakukan ekspansi wilayah kekuasaan Islam.
Barulah tahun ke-18 H mulai dicetak dirham Islam yang masih mengikuti
model cetakan Sasanid berukiran Kisra dengan tambahan beberapa kalimat
tauhid dalam bentuk tulisan Kufi, seperti kalimat Alhamdulillah pada sebagian
dirham, dan kalimat Muhammad Rasulullah pada dirham yang lain, juga
kalimat Umar, kalimat Bismillah, Bismillahirabbi, pada dirham yang lainnya.
Malah pada masa ini juga sempat terpikir oleh Umar untuk mencetak uang
dari kulit unta. Namun, diurungkannya karena takut akan terjadi kelangkaan
unta. Percetakan uang dirham yang bertuliskan kalimat Allahu Akbar,
Bismillah, Barakah, Bismilahirabbi, Allah, Muhammad dalam bentuk tulisan
Albahlawiyah.2
Pada Masa Abdul Malik ibn Marwan (65-86 H), Khalifah ke tiga dinasti
Umaiyyah, dinar dan dirham Islami mulai dicetak dengan model tersendiri
yang tidak lagi ada lambang-lambang Bizantium dan Persia pada tahun 76 H.
Dinar yang dicetak setimbangan 22 karat dan dirham setimbangan 15 karat.
Tindakan yang dilakukan Abdul Malik ibn Marwan ini ternyata mampu
merealisasikan stabilitas politik dan ekonomi, mengurangi pemalsuan, dan
manipulasi terhadap uang. Kebijakan pemerintah ini terus dilanjutkan kedua
penggantinya, Yazid ibn Abdul Malik dan Hisyam ibn Abdul Malik. Keadaan
ini terus berlanjut pada masa awal pemerintahan dinasti Abasiyah (132 H)
yang mengikuti model dinar Umaiyah dan tidak mengubah sedikitpun, kecuali
pada ukirannya.
Namun di akhir dinasti ini tepatnya pada masa pemerintahan mulai
dicampuri oleh para Mawali (pembantu dan orang-orang Turki, mulai terjadi
penurunan nilai bahan baku uang dan malah dicampur dengan tembaga dalam
proses percetakan mata uang yang dilakukan penguasa dalam rangka meraup
keuntungan dari percetakan uang tersebut. Akibatnya, terjadi inflasi harga-
harga melambung tinggi. Namun, masyarakat masih menggunakan dirham-
dirham tersebut dalam interaksi perdagangan. Keadaan ini terus berlanjut
2
Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: Rajawali Pers
4
sampai dinasti Fatimiyah, kurs dinar terhadap dirham adalah 34 dirham.
Padahal selama ini kurs dan dirham adalah 1:10.
Percetakan uang tembaga (fulus) mulai dilakukan pada masa Mamalik
tepatnya masa khalifah al-Zhahir Barquq. Di masa ini mata uang fulus
menjadi mata uang utama, sedangkan percetakan dirham dihentikan, karena
ketika itu terjadi penjualan perak ke Eropa dan impor tembaga dari Eropa
semakin meningkat. Kemudian, terjadi peningkatan produksi pelana kuda dan
bejana dari perak. Akibat kebijakan ini, inflasi terus terjadi . Al-Maqrizi
menyikapi keadaan ini dengan menulis kitab Syuzur al-Nuqud Fi Zikr al-
Nuquq. Ia menyatakan, penyebab terjadinya inflasi adalah pengukuhan sistem
mata uang tembaga.
Ibnu Taimiyah (1263-1328) juga mengungkapkan hal sama sebagai bentuk
tanggapan dari kondisi turunnya nilai mata uang yang terjadi di Mesir pada
masa dinasti Mamluk. Ia menganjurkan pemerintah agar tidak mempelopori
bisnis mata uang dengan membeli tembaga. Kemudian mencetaknya menjadi
mata uang koin. Pemerintah harus mencetak mata uang dengan nilai yang
sebenarnya tanpa mencari keuntungan dari percetakan tersebut. Pemerintah
harus melaksanakan kebijakan moneter, yakni mencetak mata uang sesuai
dengan nilai transaksi di tengah masyarakat, tanpa ada unsur kezaliman di
dalamnya. Ini menunjukkan Ibn Taimiyah sangat memperhatikan nilai
instrinsik mata uang sesuai dengan nilai logamnya. Lebih lanjut Ibn Taimiyah
menjelaskan , jika dua mata uang koin memiliki nilai nominal yang sama
tetapi dibuat dari logam yang tidak sama nilainya, mata uang lainnya dalam
peredaran. Mata uang yang berasal dari logam yang lebih baik akan ditimbun,
dilebur atau diekspor karena dianggap lebih menguntungkan. Teori Ibnu
Taimiyah (1263-1328) inilah yang kemudian dikenal dengan hukum Gresham
bad money drives out good money” yang dilahirkan oleh Sir Thomas Gresham
(1519-1579).
Di masa daulat Usmaniyah, tahun 1534 mata uang resmi yang berlaku
adalah emas dan perak dengan perbandingan 1:15 kemudian, pas tahun 1839
pemerintah Usmaniyah menerbitkan mata uang yang berbentuk kertas
banknote dengan nama yang sama. Namun nilainya terus merosot sehingga
rakyat tidak mempercayainya. Pada perang Dunia I tahun 1914, Turki seperti
negara-negara lainnya memberlakukan uang kertas sebagai uang yang sah dan
5
membatalkan berlakunya emas dan perak sebagai mata uang. Sejak ini
mulailah diberlakukan uang kertas sebagai satu-satunya mata uang di seluruh
dunia.
3
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
6
dibutuhkan untuk uang itu sendiri, karena uang tidak mempunyai harga
tetapi uang sebagai alat untuk menghargai semua barang. Ibnu Taimiyah
(1263-1328) menjelaskan bahwa, uang berfungsi sebagai alat ukur nilai
dan alat pertukaran.
b. Uang sebagai alat tukar (medium of exchange)
Uang sebagai alat tukar menukar yang digunakan setiap individu
untuk transaksi barang dan jasa. Misalnya seseorang yang memiliki
kelapa untuk memenuhi kebutuhannya terhadap beras, maka ia cukup
menjual kelapanya dengan menerima uang sebagai gantinya.
Kemudian ia dapat membeli beras yang ia butuhkan dengan uang
tersebut. Seperti itulah uang berfungsi sebagai alat tukar pada setiap
transaksi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Fungsi uang sebagai alat tukar dalam setiap kegiatan dalam
kehidupan modern ini menjadi satu hal yang sangat penting. Seseorang
tidak akan mampu untuk memproduksi setiap barang kebutuhan
hariannya, karena keahlian manusia berbeda-beda. Pada kondisi itulah
uang memegang peranan yang sangat penting agar manusia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mudah.
c. Uang sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value atau store of
wealth)
Uang sebagai penyimpan kekayaan maksudnya adalah bahwa orang
yang mendapatkan uang terkadang tidak mengeluarkan seluruhnya
dalam satu waktu, akan tetapi ia akan sisihkan sebagian atau disimpan
untuk membeli barang atau jasa yang ia butuhkan pada waktu yang ia
inginkan. Hal ini disebabkan motif yang mempengaruhi seseorang
untuk mendapatkan uang di samping untuk transaksi juga untuk
berjaga-jaga dari kemungkinan yang terduga. Di kalangan ekonom
Islam terjadi perbedaan pendapat terkait fungsi uang sebagai alat
penyimpan kekayaan (store of value atau store of wealth).Mahmud
Abu Su’ud berpendapat bahwa uang sebagai alat penyimpan kekayaan
adalah ilusi yang batil, karena uang tidak bisa dianggap sebagai
komoditas layaknya barang-barang pada umumnya. Uang sama sekali
tidak mengandung nilai pada bendanya. Uang hanya sebagai alat tukar
beredar untuk proses tukar-menukar.
7
d. Uang sebagai standar pembayaran tunda (standard of deferred payment)
Sebagian ahli ekonomi, berpendapat bahwa, uang adalah unit
ukuran dan standar untuk pembayaran tunda. Misalnya transaksi terjadi
pada waktu sekarang dengan harga tertentu, tetapi uang diserahkan
pada masa yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan standar ukuran
yang digunakan untuk menentukan harga. Ahmad Hasan menyatakan
bahwa, uang sebagai ukuran dan standar pembayaran tunda tidak bisa
diterima.Jika yang dimaksudkan adalah menunda pembayaran harga,
maka yang ditunda adalah uang. Analisis yang telah dilakukan akan
menunjukkan apakah SDM yang ada sudah mencukupi atau masih
kurang. Jika masih kurang maka perlu dilakukan rekrutmen untuk
menjamin kelancaran tugas dan optimalisasi layanan nasabah.
C. Jenis Uang
Uang adalah sesuatu yang diterima masyarakat sebagai alat untuk pembayaran
atau transaksi. Oleh karena itu, uang dapat berbentuk apa saja, akan tetapi bukan
berarti segala sesuatu itu adalah uang. Misalnya penggunaan uang kertas sebagai
alat transaksi, tetapi tidak semua kertas adalah uang, bukan karena harga
kertasnya yang murah melainkan karena tidak diterima/dipercaya oleh masyarakat
sebagai alat pembayaran.
bisa dikategorikan menjadi 3 jenis:
1. Uang Barang (Commodity Money)
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa
diperjualbelikan apabila barang tersebut digunakan bukan sebagai uang.
Namun tidak semua barang bisa menjadi uang, diperlukan tiga kondisi agar
barang bisa dijadikan uang;
a. Kelangkaan (scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas.
b. Daya tahan (durability), barang tersebut harus tahan lama.
c. Nilai tinggi, barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi sehingga
tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
Dalam sejarah, pemakaian uang barang pernah juga disyaratkan barang
yang digunakan sebagai barang kebutuhan seharai-hari seperti beras. Namun
kemudian uang barang ini dianggap mempunyai banyak kelemahan,
diantaranya uang barang tidak memiliki pecahan, sulit untuk disimpan, dan
8
sulit untuk diangkut.
2. Uang Logam (Metalic Money)
Penggunaan uang logam merupakan fase kemajuan dalam sejarah
uang.Logam pertama yang digunakan sebagai alat tukar adalah
perunggu.Kemudian, besi yang digunakan oleh orang Yunani, tembaga
digunakan oleh orang Romawi, terakhir logam mulia emas dan perak.Pada
saat volume perdagangan semakin meningkat dan meluas maka muncullah
penggunaan emas dan perak sebagai uang.
3. Uang Kertas (Token Money)
Uang kertas yang digunakan pada masa sekarang pada awalnya adalah
dalam bentuk bank note atau bank promise berupa kertas, yaitu janji bank
untuk membayar uang logam kepada pemilik bank note ketika ada permintaan.
Dikarenakan kertas ini didukung oleh kepemilikan atas emas dan perak,
masyarakat umum menerima keberadaan uang kertas ini sebagai alat
tukar.Dalam sejarahnya, uang kertas digunakan pada tahun 910 M di
Cina.Pada awalnya, penduduk Cina menggunakan uang kertas atas dasar
topangan 100% emas dan perak.Pada abad ke-10 M, pemerintah Cina
menerbitkan uang kertas yang tidak lagi ditopang oleh emas dan perak.
Pada saat ini uang kertas menjadi alat tukar yang berlaku di dunia
internasional.Bahkan sekarang uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah
melalui bank sentral tidak lagi didukung oleh cadangan emas. Sehingga
apabila pemerintah mencabut keputusannya dan menggunakan uang dari jenis
yang lain, maka uang kertas tidak akan memiliki bobot sama sekali atau
dengan kata lain tidak berlaku lagi. Ditinjau dari sisi syariah, mata uang
dapat dibuat dari benda apa saja dan ketika benda tersebut telah ditetapkan
sebagai mata uang yang sah, maka benda atau barang tersebut telah berubah
fungsinya dari barang biasa menjadi alat tukar dengan segala fungsi
turunannya.
Jumhur ulama telah sepakat bahwa illat dalam emas dan perak yang
diharamkan pertukarannya kecuali serupa dengan serupa, sama dengan sama
oleh Rasulullah SAW adalah karena tsumuniyyah yaitu barang-barang
tersebut menjadi alat tukar, penyimpan nilai dimana semua barang dittimbang
dan dinilai dengan nilainya.
Oleh karena itu, ketika uang kertas telah menjadi alat pembayaran yang
9
sah, sekalipun tidak dilatarbelakangi lagi oleh emas maka kedudukannya
dalam hukum sama dengan kedudukan emas dan perak,dimana pada waktu
Al-Qur’an diturunkan telah dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah.
Dengan demikian, riba juga berlaku pada uang kertas.Uang kertas juga diakui
sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat daripadanya.Zakat pun
sah dikeluarkan dalam bentuk uang kertas.4
6
Endriani Santi, Konsep Uang: Ekonomi Konvensional Vs Ekonomi Islam, Volume 15 Nomor 1,
Desember Hal 73-74
12
uang itu sendiri, tetapi dari fungsi uang.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu,
pengertiannya ada beberapa makna yaitu: al-naqdu berarti yang baik dari
dirham, menggenggam dirham, membedakan dirham, dan al-naqdu juga
berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam al-Quran dan hadis, karena
bangsa Arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga.
Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat
dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari
perak. Mereka juga menggunakan wari’ untuk menunjukkan dirham perak,
kata ‘ain untuk menunjukkan dinar emas. Sedangkan kata fulus (uang
tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang-
barang murah
Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan
yang dimiliki oleh seseorang. Dimana semakin tinggi tingkat pendapatan
seseorang maka permintaan uang untuk memfasilitasi transaksi barang dan
jasa juga akan meningkat. Fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-jaga
(meliputi juga permintaan uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh
besar kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai.
Ekonomi konvensional mengartikan uang secara interchangeability (bolak
balik), yaitu uang sebagai alat tukar dan uang sebagai capital. Namun sering
kali uang diidentikkan dengan modal (capital). Ekonom Barat juga terdapat
perbedaan dalam mengartikan uang. Konsep Irving Fischer uang (modal)
bersifat flow concept, sedangkan Cambrige school (Marshall-Pigou)
mengartikan uang sebagai stock concept.
Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang itu
adalah uang, uang bukan capital. Dalam konsep ekonomi Islam uang adalah
milik masyarakat (money is public goods). Barang siapa yang menimbun
uang atau dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah uang beredar
yang dapat mengakibatkan tidak jalannya perekonomian.
B. Saran
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: PT
Affandi Faisal, Fungsi Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Vol 1 No 1 Desember
Endriani Santi, Konsep Uang; Ekonomi Konvensional Dan Ekonomi Konvensional Vol
Naf’an 2014. Ekonomi Makro; Tinjauan Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, Teori Pengantar: (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) Hal
267.
15