Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya
kepada kami tim penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Uang
dalam Perspektif Ekonomi Islam” Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bpk. Edison
Saifullah, Lc., MA. selaku dosen pengajar mata kuliah Makro Ekonomi Islam, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami bersedia menerima masukan, saran dan
kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga
.makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca

Palembang, 10 April 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………... 2
BAB I (PENDAHULUAN)………………………………………………………… 3
BAB II (PEMBAHASAN) …………………………………………………………. 4
1. PENGERTIAN DAN SEJARAH UANG …….……………………………… 4
2. KRITERIA DAN FUNGSI UANG…………………….……………………... 7
3. JENIS UANG SEPANJANG SEJARAH…………………………………….. 9
4. TEORI PERMINTAAN UANG DALAM EKONOMI KONVENSIONAL
DAN KONSEP UANG DALAM EKONOMI ISLAM………………………. 11
5. TIME VALUE OF MONEY DAN ECONOMIC VALUE OF TIME………. 15
BAB III (PENUTUP) ………………………………………………………………. 17
REFERENSI………………………………………………………...……………… 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban perekonomian dunia. Posisi uang
sangat strategis dalam satu sistem ekonomi, dan sulit digantikan dengan variabel lainnya.
Bisa dikatakan uang merupakan bagian yang terintegrasi dalam satu sistem ekonomi.
Sepanjang sejarah keberadaannya, uang memainkan peranan penting dalam perjalanan
kehidupan modern. Uang berhasil memudahkan dan mempersingkat waktu transaksi
pertukaran barang dan jasa. Uang dalam sistem ekonomi memungkinkan perdagangan
berjalan secara efisien.
Ketika jumlah manusia semakin bertambah, maka peradabannya pun akan semakin
maju sehingga kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun akan meningkat. Jumlah dan
jenis kebutuhan manusia juga akan semakin beragam. Maka dari itu, diperlukan alat tukar
yang dapat diterima semua pihak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Alat tukar inilah yang
disebut dengan uang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dan sejarah uang?
2. Apa sajakah criteria dan fungsi uang tersebut?
3. Bagaimana permintaan uang dalam ekonomi konvensional?
4. Bagaimana konsep uang dalam ekonomi Islam?
5. Apakah perbedaan time value of money dengan economic value of time?

C. Tujuan
Tujuan dalam membuat makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian dan sejarah uang
2. Mengetahui criteria dan fungsi uang
3. Mengetahui konsep permintaan uang dalam ekonomi konvensional
4. Mengetahui konsep uang dalam ekonomi Islam
5. Mengetahui perbedaan time value of money dengan economic value of time

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Sejarah Uang


Berdasarkan kepada ciri-ciri kegiatan perdagangan yang dijalankan dalam berbagai
masyarakat (di masa lalu dan masa kini), perekonomian dapat dibedakan menjadi:
"perekonomian barter" dan "perekonomian uang". Yang diartikan dengan "perekonomian
barter" adalah suatu sistem kegiatan ekonomi masyarakat dimana kegiatan produksi dan
perdagangan masih sangat sederhana dan jual beli dilakukan secara pertukaran barang dengan
barang atau barter.
Yang diartikan dengan "perekonomian uang" adalah perekonomian yang sudah
menggunakan uang sebagai alat pertukaran dalam kegiatan perdagangan. Semua Negara di
dunia ini sudah dapat digolongkan sebagai "perekonomian uang". Kebanyakan perdagangan
dilakukan dengan menggunakan uang. Semakin modern suatu Negara semakin penting
peranan uang dalam menggalakkan kegiatan perdagangan.
Beberapa Kelemahan Perdagangan Barter
- Perekonomian Barter Memerlukan "Kehendak Ganda yang Selaras"
- Penentuan Harga Sukar Dilakukan
- Perekonomian Barter Membatasi Pembeli
- Menyulitkan Pembayaran Tertunda
- Sukar Menyimpan Kekayaan

Dari kesulitan yang akan timbul sebagai akibat dari ketiadaan uang, dapatlah diambil
kesimpulan bahwa uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan
kegiatan tukar menukar dan perdagangan. Maka uang selau didefinisikan sebagai: benda-
benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan
tukar menukar atau perdagangan.1
Tidaklah berlebihan bila sebagian orang mengisyaratkan bahwa penemuan uang
merupakan salah satu penemuan besar yang dicapai oleh manusia yang tidak kalah penting
dengan ditemukannya sistem tulis menulis, mengolah tanah, dan pemanfaatn energy. Ketika
berhadapan dengan kekurangan-kekurangan yang begitu besar dalam sistem barter, maka
berbarengan dengan kemajuan yang begitu luas dengan membuka jalan kepada manusia
untuk menggunakan uang. Hanya saja manusia tidak menemukan uang itu dalam sekejap.
Sebelum sampai pada uang kertas sebagaimana kita jumpai saat ini, uang di berbagai bangsa
dengan berbagai macam bentuknya antara lain sebagai berikut:2
1
Sadono Sukirno, 2015, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 265-267.
2
Prof. Jusmaliani, M.E., dkk, 2008, Bisnis Berbasis Syari'ah, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 166-169

4
1. Uang pada bangsa Lidya
Ada yang mengatakan ahwa bangsa Lidya adalah orang-orang yang pertama
kali mengenal uag cetakan. Pada masa Croesus 570-546 SM, Negara berkepentingan
mencetak uang dan pertama kalinya pada masa ini terkenal dengan mata uang emas dan perak
yang halus dan akurat.
2. Uang pada bangsa Yunani
Bangsa Yunani membuat "uang komoditas" sehingga tersebar di antara mereka
"kapak" (double axes) dan kojn-koin dan perunggu. Kemudian mereka membuat emas dan
perak yang pada awalnya beredar di antara mereka dalam bentuk batangan sampai masa
dimulainya pencetakan uang tahun 406 SM.
3. Uang pada bangsa Romawi
Bangsa Romawi pada masa sebelum abad ke-3 SM menggunakan mata uang
yang terbuat dari perunggu yang disebut aes. Mereka juga menggunakan koin yang terbuat
dari tembaga. Kemudian mereka mencetak Denarius dari emas yang menjadi mata uang
utama Imperium Romawi pada tahun 268 SM. Do atas uang itu mereka cetak ukiran bentuk
tuhan-tuhan dan pahlawan-pahlawan mereka, hingga masa Julius Caesar yang mencetak
gambarnya di atas uang tersebut.
4. Uang pada bangsa Persia
Bangsa Persia mengadopsi pencetakan uang dari bangsa Lidya setelah
penyerangan mereka pada tahun 546 SM. Uang dicetak dari emas dan perak dengan
perbandingan 1 : 13,5. Uang pada mulanya berbentuk persegi empat kemudian mereka ubah
menjadi bundar dan mereka ukir pada uang itu ukir-ukiran tempat peribadatan mereka dan
tempat nyala api.
5. Uang dalam pemerintahan Islam
Bangsa Arab di Hijaz pada masa jahiliah tidak memiliki mata uang tersendiri.
Mereka menggunakan mata uang yang mereka pergunakan berupa dinar Emas Hercules,
Byzantium dan dirham perak Dinasti Sasanid dari Irak, dan sebagian mata uang bangs
Himyar, Yaman. Ketika Nabi Muhammad saw. Diutus beliau menetapkan apa yang sudah
menjadi tradisi penduduk Mekkah tersebut. Namun, pada masa itu ukuran dirham Persia
terdapat tiga macam, yaitu cetakan uang yang ukurannya 20 karat, 12 karat, dan 10 karat.
Lalu, Rasulullah saw. Menetapkan dirham Islam menjadi 14 karat, yaitu rata-rata dari ketiga
ukuran dirham Persia.
6. Pada masa Khulafaurrasyidin
Pada masa ini juga tidak terjadi perubahan mendasar tentang mata uang yang
beredar, kecuai penambahan ukiran pada beberapa kalimat tauhid. Pada masa Dinasti
Umayyah, yaitu ketika Abdul Malik bin Marwan berkuasa, beliau menyatukan tempat
pencetakan dan tahun 76 H membuat mata uang yang bernafaskan model Islam tersendiri,

5
tidak ada lagi isyarat atau tanda Byzantium atau Persia. Sedangkan pada masa Dinasti
Abbasiah pencetakan Dinar masih melanjutkan cara Dinasti Umayyah, tetapi ukuran dirham
dikurangi.
7. Pada masa Shalahudin Al-Ayubi
Pada masa ini, bahan baku emas tidak cukup untuk pencetakan dinar
disebabkan berbagai peperangan. Karena itu, mata uang utama adalah perak dan tidak juga
murni, bahkan separuhnya dalah tembaga. Pada masa pemerintahan Mamalik pencetakan
uang tembaga tersebar luas. Bahkan pada masa Raja Azh-Zhahir Barquq dan anaknya Farj,
uang tembaga menjadi mata uang utama dan pencetakan dirham dihentikan karena
meningkatnya penggunaan perak untuk pembuatan pelana dan bejana; penjualan perak ke
Negara-negara Eropa dan bertambahnya impor tembaga dari Eropa akibat terjadinya
peningkatan produksi pertambangan tembaga-tembaga disebagian wilayah Eropa.
Dampak pemberlakuan tembaga sebagai mata uang resmi adalah terjadinya
kelaparan sebagai akibat inflasi keuangan yang mendorong naiknya harga. Al-Maqrizi
mengungkapkan bahwa penyebab utama inflasi adalah pengukuhan mata uang tembaga,
sedangkan sebab-sebab lainnya adalah bersifat sekunder, sehingga solusinya adalah
meninggalkan sistem mata uang tembaga.
8. Selanjutnya pada masa Dinasti Ottoman
Pada masa ini, sistem keuangan resmi utsmaniyah sejak tahun 955 H/1534 M
kembali berdasarkan emas dan perak dengan perbandingan 1:15. Kemudian pada tahun 1839
M, pemerintaha n Utsmaniyah menerbitkan mata uang baru yang diberi nama Gaima dalam
bentuk kertas-kertas bankonote ganti imbangan saldo emas. Hanya saja nilainya terus
merosot sehingga orang-orang tidak mempercayainya. Pada tahun 1844 M diberlakukan
sistem keuangan baru dengan fondasi perak dan koin-koin emas dari bilangan dinar dan pada
tahun 1880 memberlakukan Lira Utsmaniyah atas dasar emas. Ketika perag dunia I
berkecamuk tahun 1914, Turki seperti Negara-negara lainnya mengumumkan pemberlakuan
wajib terhadap uang kertas dan membatalkan transaski emas dan perak. Sistem ini berlaku di
Negara-negara Arab di bawah kekuasaan Pemerintahan Utsmaniyah sampai sekutu membagi-
bagi wilayah Arab.
2. Kriteria dan Fungsi Uang
a. Kriteria Uang
Agar masyarakat menyetujui penggunaan suatu benda sebagai uang, haruslah
benda itu memenuhi syarat berikut:
- Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

6
- Mudah dibawa-bawa.
- Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya.
- Tahan lama.
- Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan)
- Bendanya mempunyai mutu yang sama.
Emas dan perak merupakan dua benda yang dapat memenuhi syarat-syarat ini
pada masa yang lalu. Oleh karena itu, benda tersebut telah menjadi alat perantaraan dalam
kegiatan perdagangan di berbagai Negara di dunia ini sejak berabad-abad yang lalu. 3

b. Fungsi Uang
Uang memiliki beberapa fungsi sebagai berikut (Hasan, 2005:12)
- Sebagai standar ukuran harga dan unit hitung
Fungsi yang paling utama dan terpenting dari berbagai fungsi uang adalah
sebagai media pengukur nilai harga komoditi dan jasa, dan perbandingan harga setiap
komoditas dengan komoditas lainnya. Uang sebagai standar ukuran umum harga berlaku
untuk ukuran nilai dan harga dalam ekonomi, seperti berlakuntya standar meter untuk ukuran
jarak, ampere untuk tegangan listrik, atau kilogram sebagai standar timbangan. Demikianlah
uang sebagai alat yang mesti diperlukan untuk setiap hitungan ekonomi baik oleh produsen
maupun konsumen. Tanpa itu, tidak mungkin baginya untuk melakukan penghitungan
keuntungan dan biaya.

- Sebagai media pertukaran (medium of exchange)


Uang adalah alat tukar yang digunakan setiap individu untuk pertukaran
komoditi dan jasa. Misalnya orang yang memiliki apel dan membutuhkan beras. Kalau dalam
sistem barter, pemilik apel berangkat ke pasar untuk menemukan orang yang memiliki beras
dan membutuhkan apel sehingga bias terjadi pertukaran di antara keduanya. Akan tetapi,
stelah orang-orang membuat uang, pemilik apel dapat menjual barangnya dengan mendapat
imbalan uang dan dengan uang itu dia dapat membeli beras serta barang dan jasa apa saja
yang dia kehendaki.
- Sebagai media penyimpan nilai
Maksud ahli ekonomi dengan ungkapan "uang sebagai media penyimpan
nilai" adalah orang yang mendapatkan uang kadan tidak mengeluarkan seluruhnya dalam satu
waktu, tetapi dia sisihkan sebagian untuk membeli barang dan jasa yang dia butuhkan pada
waktu yang dia inginkan, aau disimpan untuk hal-hal yang tidak terduga seperti sakit
mendadak, kerugian tiba-tiba, dan lain sebagainya.

3. Jenis Uang Sepanjang Sejarah


a. Jenis Uang yang mula-mula Sekali Digunakan

3
Sadono Sukirno, 2015, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 267-268.

7
Terdapatnya kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh perdagangan secara barter
menyebabkan sejak berabad-abad yang lalu orang telah menggunakan uang sebagai alat
untuk melancarkan kegiatan tukar menukar. Uang yang mula-mula sekali digunakan terdiri
dari barang-barang yang sangat dibutuhkan masyarakat dan yang banyak mereka gunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Barang-barang tersebut dapat berupa bahan makanan seperti
beras, jagung, gandum, ikan, dan binatang ternak. Dan seringkali pula ia berupa barang yang
membantu pekerjaan seseorang seperti pancing, jala, dan bajak; barang-barang yang
digunakan sebagai perhiasan seperti kalung, sisir, dan bedak; atau barang yang digunakan
sebagai alat pertahanan seperti pedang, pisau, dan alat senjata lainnya.
Kalau diperhatikan, ciri-ciri yang harus dimiliki oleh benda yang akan bertindak
sebagai uang, maka sebenarnya barang-barang di atas belumlah memenuhi syarat ang
diperlukan untuk berperan sebagai uang. Oleh sebab itu penggunaan barang di atas sebagai
uang hanya terjadi dalam masyarakat yang kurang maju.
- Penggunaan Emas dan Perak sebagai Uang
Jenis uang yang sudah sejak lama digunakan, dan yang selama kurang lebih dua
puluh lima abad merupakan mata uang yang paling banyak digunakan oleh berbagai negara,
adalah mata uang emas dan perak. Emas dan perak mempunyai ciri-ciri yang diperlukan
untuk menjadi uang yang baik.
- Ciri-Ciri Khusus Emas dan Perak
Sifat yang menyebabkan kedua jenis loga tersebut sangat sesuai untuk digunakan
sebagai uang adalah:
1. Banyak orang yang menyukai benda tersebut karena dapat dgunakan sebagai
perhiasan.
2. Emas maupun perak mempunyai mutu yang sama.
3. Kedua-duanya tidak mudah rusak, tapi dapat dengan mudah dibag-bagi apabila
diperlukan.
4. Jumlahnya sangat terbatas dan untuk memperolehnya perlu biaya dan usaha.
5. Kedua barang itu sangat stabil nilainya karena mereka tidak berubah mutunya
dalam jangka panjang dan tidak mengalami kerusakan.4

-Kelemahan Penggunaan Emas dan Perak sebagai Uang


1. Memerlukan tempat yang agak besar untuk menyimpan
Pada waktu transaksi belum begitu besar nilainya, masalah menyimpan uang belum
timbul karena belum banyak ruangan yang diperlukan. Lebih banya uang yang diperlukan
untuk transaksi tersebut dan masalah menyediakan tempat untuk menyimpan uang itu mulai
timbul.
2. Merupakan benda yang berat

4
Ibid, hlm. 270-272

8
Kalau nilai transaski adalh kecil, maka jumlah mata uang emas dan perak yang
digunakan dalam transaski tersebut tidak perlu banyak. Maka berat benda tersebut belumlah
menimbulkan kesulitan kepada kedua belah pihak yang melakukan transaksi tersebut. Dalam
perekonomian yang bertambah maju nilai transaksi meningkat menjadi berkali-kali lipat.
Maka perdagangan membutuhkan mata uang emas dan perak yang banyak sekali jumlahnya,
dan ini menimbulkan masalah untuk membawanya dari satu tempat ketempatyang lain.
3. Sukar untuk Ditambah Jumlahnya
Ketidakseimbangan antara perdagangan yang pesat dengan pertambahan emas dan
perak dapat menghalangi perkembangan perdagangan, karena akan timbul kekurangan uang
untuk melancarkan kegiatan perdagangan yang berkembang dengan pesat tersebut.
Untuk mengatasi kelemahan dari penggunaan mata uang emas dan perak sebagai alat
perantaraan dalam tukar menukar, mulailah diperkenalkan jenis uang yang baru, yaitu uang
kertas. Pada mulanya uang kertas yang dikeluarkan digunakan untuk menggantikan sejumlah
uang emas yang dimiliki seseorang yang disimpan di dalam bank. Apabila seseorang
memiliki sejumla uang emas, dan uang emas ini disimpan ke dalam bank, maka bank tersebut
akan mengeluarkan uang kertas yang sama nilainya dengan uang emas yang disimpan ke
dalam bank tersebut. Lama kelamaan uang kertas dilakukan oleh bank tidak lagi berdasarkan
kepada jumlah uang emas yang disimpan di dalam bank tersebut.

b. Perkembangan Penggunaan Uang Kertas dan Uang Bank


- Sebab Perkembangan Uang Kertas
Penggunaan uang kertas sebagai perantara dalam perdagangan menjadi sangat
bertambah pesat perkembangannya setelah bank-bank umum mengeluarkan uang kertas tanpa
terlebih dahulu mereka menerima emas dari para nasabahnya. Apabila di dalam
perekonomian telah wujud kebutuhan yang mendesak akan uang maka bank-bank umum,
sampai kepada suatu jumlah maksimum tertentu, akan bersedia menyediakannya. Dengan
demikian setelah periode tersebut uang kertas yang beredar telah melebihi nilai emas yang
disimpan oleh bank-bank umum.
Masyarakat masih tetap bersedia menggunakan uang yang diciptakan secara
demikian karena di atas uang kertas yang dikeluarkan itu dijanjikan bahwa apabila
pemegangnya ingin menggantikan uang tersebut dengan emas, maka bank umum tersebut
setiap waktu akan bersedia untuk melakukannya. Ini berarti, emas yang berada di bank-bank
umum (yang dipercayakan kepada bank-bank itu untuk disimpan), akan digunakan oleh bank-
bank tersebut sebagai cadangan untuk menciptakan lebih banyak uang kertas. Di dalam
keadaan politik dan perekonomian yang stabil para pemegang uang kertas yang diciptakan
oleh bank-bank umum tersebut tidak akan menukarnya dengan emas. Oleh karena itu,

9
walaupun uang kertas yang diciptakan melebihi nilai emas yang disimpan, bank-bank umum
akan selalu dapat memenuhi keinginan dari beberapa pemegang uang kertas yang ingin
menukarnya dengan emas.
Uang kertas yang sekarang digunakan di berbagai negara bukanlah dikeluarkan
oleh bank-bank umum tetapi oleh bank sentral, yaitu bank yang bertindak sebagai bank untuk
bank-bank umum.

c. Perkembangan Uang Giral (Uang Bank)


Sekarang ini bank umum tidak diberi kekuasaan lagi oleh pemerintah untuk
mengeluarkan uang kertas. Meskipun demikian, ini bukanlah berarti bahwa kekuasaanya
untuk menciptakan uang sudah lenyap. Yang benar adalah sebaliknya. Sekarang ini
kekuasaan bank-bank umum untuk menciptakan uang tela menjadi sangat bertambah besar.
Kekuasaan itu harus dikendalikan dengan sungguh-sungguh agar tidak menimbulkan akibat
yang buruk terhadap perekonomian. Di negara yang sudah maju sistem keuangannya, bank-
bank umum merupakan pencipta uang yang terutama. Uang yang diciptakan oleh bank umum
dinamakan uang giral. Oleh karena bank-bank umum mempunyai peranan yang penting
sekali dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi, adalah penting untuk mengetahui kegiatan
mereka secara mendalam.5

4. Teori Permintaan Uang dalam Ekonomi Konvensional dan Konsep Uang dalam
Ekonomi Islam
a. Teori Permintaan uang sebelum Keynes
Teori ini sering disebut sebagai teori permintaan uang klasik karena teori ini
berdasarkan asumsi klasik, yaitu perekonomian selalu dalam keadaan seimbang. Terdapat dua
teori permintaan uang yaitu teori permintaan Irving Fisher dan teori permintaan uang
Cambridge.
Menurut Fisher seperti yang diuraikan dalam bukunya Transaction Demand
Theory of the demand for money, uang merupakan alat pertukaran. Fisher merumuskan teori
kuantitas uang dengan sederhana. Jika terjadi suatu transaksi antara penjual dan pembeli
maka akan terjadi pertukaran uang dengan barang/jasa sehingga nilai dari uang yang
ditukarkan pasti sama dengan barang/jasa yang diperoleh. Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:6

MV = PT
5
Sadono Sukirno, 2015, Makro Ekonomi Teori, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 272-273
6
Frederic S.Mishkin, The Economics of Money, Banking, and Financial Market, (New York: Addison
Wesley Longman, 2001), Edisi ke-6, hlm. 538-539

10
Keterangan:
M : Jumlah uang yang beredar (penawaran uang)
V : Tingkat kecepatan perputaran uang (Velocity), yaitu berapa kali uang berpindah
tangan dari satu pemilik kepada pemilik lain dalam satu periode tertentu
P : Harga barang/jasa yang ditukarkan
T : Jumlah (Volume) barang/jasa yang menjadi objek transaksi

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa semakin cepat perputaran uang, maka
semakin besar income yang diperoleh. Persamaan ini juga berarti bahwa uang adalah flow
concept. Fisher juga mengatakan bahwa sama sekali tidak ada korelasi antara keubutuhan
memegang uang (demand for holding money) dengan tingkat suku bunga. Konsep Fisher ini
hamper sama dengan konsep yang ada dalam ekonomi Islam, bahwa uang adalah flow
concept, bukan stock concept.
Pendapat lain yang diungkapkan oleh Mishkin adalah konsep dari Marshall Pigou dari
Cambridge, yaitu:7

M = Kpt
Keterangan:
M = Jumlah Uang
k = 1/v
P = Tingkat Harga
T = Jumlah barang yang diperdagangkan

Walaupun secara matematis k dapat dipindahkan ke kiri atau ke kanan, secara filosofis
kedua konsep ini berbeda. Dengan adanya k pada persamaan Marshall-Pigou di atas
menyatakan bahwa demand for holding money adalah suatu proporsi (k) dari jumlah
pendapatan (PT). Semakin besar k, semakin besar demand for holding money (M), untuk
tingkat pendapatan tertentu (PT). Ini berarti konsep dari Marshall Pigou mengatakan bahwa
uang adalah stock concept. Oleh sebab itu, kelompok Cambridge mengatakan bahwa uang
adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store of wealth).
Dari uraian di atas, jelas bahwa kita tidak boleh gegabah untuk mengatakan bahwa
perbedaan islam dan konvensional adalah Islam memandang uang sebagai flow concept, dan
7
Ibid, hlm. 540-541

11
konvensional memandang uang sebagai stock concept. Pandangan seperti itu menjadi keliru.
Karena pada kenyataannya, dalam ekonomi konvensional sendiri terjadi pertentangan yang
hebat antara kelompok Friedman dan kaum monetaris di satu kubu, dengan kaum Keynesian
dan Cambridge School di kubu yang lain. Kelompok yang pertama mengatakan, misalnya
Fisher, bahwa uang adalah flow concept, sedangkan kelompok yang kedua menyatakan
bahwa uang adalah stock concept.
Dalam Islam, capital is private goods, sedangkan money is public goods. Uang yang
ketika mengalir adalah public goods (flow concept), lalu mengendap ke dalam kepemilikan
seseorang (stock concept), uang tersebut menjadi milik pribadi (private goods).
Konsep public goods belum dikenal dalam teori ekonomi sampai tahun 1980-an. Baru
stelah mucul ekonomi lingkungan, maka kita berbicara tentang externalities, public goods,
dan lain sebagainya. Dalam Islam konsep ini sudah lama dikenal, yaitu ketika Rasulullah
SAW mengatakan bahwa, “Manusia mempunyai hak yang sama dalam tiga hal air, rumput,
dan api.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Majah). Dengan demikian berserikat dalam
hal public goods bukan merupakan hal yang baru dalam ekonomi Islam, bahkan konsep ini
sudah terimplementasi, baik dalam bentuk musyarakah, muzara'ah, musaqah, dan lain-lain.8
Menurut Teori Cambridge menyatakan bahwa permintaan uang tunai dipengaruhi oleh
tingkat bunga, jumlah kekayaan yang dimiliki, harapan tingkat bunga dimasa yang akan
datang, dan tingkat harga. Secara matematis dapat ditulis:

Keterangan:

: Jumlah permintaan uang

: Konstanta yang menunjukkan persentasi jumlah uang tunai yang dipegang

terhadap pendapatan
: Pendapatan nasional

b. Teori Permintaan Keynes


Dalam bukunya The General theory of employment, Interest and Money, Keynes
menyatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menjamin adanya full
employment dalam perekonomian perlu adanya campur tangan pemerintah dalam hal ini.
8
Ir. Adiwarman. A. Karim, 2014, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 78-79.

12
Terkait tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (memegang uang), maka dapat
diklasifikasikan atas 3 motif utama, yaitu:
1. Motif transaksi (Transaction motive), motif ini timbul karena uang digunakan untuk
melakukan pembayaran secara regular terhadap transaksi yang dilakukan.
2. Motif berjaga-jaga (Precautionary motive), selain untuk membiayai transaksi maka
uang diminta pula oleh masyarakat untu keperluan di masa yang akan datang
(berjaga-jaga).
3. Motif spekulasi (Speculation motive), kegiatan spekulasi adalah disimpan atau
digunakan untuk membeli surat-surat berharga atau Capital Gain.

Kembali pada pandangan Keynes yang menyatakan suku bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran uang. Pembahasan yang terkait dengan permintaan uang telah
dilakukan dengan suatu kesimpulan total permintaan uang dalam perekonomian ditentukan

oleh permintaan uang untuk transaksi ( ), berjaga-jaga ( , dan spekulasi ( )9

MD = +

c. Konsep Uang dalam Islam


Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi
konvensional. Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah
uang, uang bukanlah capital. Sebaliknya, konsep uang dalam ekonomi konvensional tidak
jelas. Seringkali istilah uang diartikan secara bolak balik, yaitu uang sebagai uang dan uang
sebagai capital.
Perbedaan lain, bahwa uang dalam ekonomi islam bersifat flow concept, dan capital
sesuatu yang bersifat stock concept.

Ekonomi Islam Ekonomi Konvensional


Uang sering kali diidentifikasikan dengan
Uang tidak identik dengan modal
modal
Uang adalah Public goods Uang (modal) adalah private goods
Modal adalah private goods Uang (modal) adalah flow concept bagi
Fisher
Uang (modal adalah stock concept bagi
Uang adalah flow concept
Cambridge school
9
Ibid, Hlm. 81-85

13
Modal adalah stock concept
Dalam Islam konsep ini sudah lama dikenal. Yaitu, ketika Rasulullah SAW
mengatakan bahwa, “Manusia mempunyai hak yang sama dalam tiga hal air, rumput, dan
api.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Majah).

Konsep Uang dalam Islam

Uang Capital

Flow concept Stock Concept

Variabel yang
mempunyai dimensi Variabel yang mengukur
waktu atau mengalir suatu kualitas
sepanjang waktu

Untuk lebih jelasnya, konsep private dan public goods masing-masing dapat
diilustrasikan mobil dengan jalan tol. Mobil adalah private goods (capital) dan jalan tol
adalah public goods (money). Apabila mobil tersebut menggunakan jalan tol, baru kita dapat
menikmati jalan tol. Namun, apabila mobil tidak menggunakan jalan tol, maka kita tidak kan
menikmati jalan tol tersebut.
Dengan kata lain, jika dan jika hanya uang diinvestasikan dalam proses produksi
maka kita baru akan mendapatkan lebih banyak uang. Sedangkan karena dalam konsep
konvensional uang dan capital dapat menjadi private goods, maka bagi mereka jika mobil
diparkir di garansi atau digunakan dijalan tol, mereka tetap akan menikmati manfaat jalan tol
tersebut. Apakah uang diinventasikan pada proses produksi atau tidak, mereka tetap harus

14
mendapatkan lebih banyak uang. Disinilah letak keanehan teori bunga (interest theory) yang
dikemukakan oleh para ekonom konvensional.10

5. Time Value of Money dan Economic Value of Time


a. Time Value of Money
Dalam ekonomi konvensional time value of money didefinisikan sebagai:
A dollar today is worth more than a dollar in the future because a dollar today can be
invested to get a return.11
Definisi ini tidak akurat karena setiap investasi selalu mempunyai kemungkinan untuk
mendapat positive, negative, atau no return. itu sebabnya dalam teori finance , selalu dikenal
risk return relationship.
Dalam Islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah economic
value of time. Teori time value of money adalah sebuah kekeliruan besar karena mengambil
dari ilmu teori pertumbuhan populasi dan tidak ada di ilmu finance. Dalam menghitung
pertumbuhan populasi digunakan rumus:

Pt = Po (1 + r )

Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam ilmu finance sebagai teori bunga
majemuk menjadi:
FV = PV ( 1 + r )
Jadi, future value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0 present
value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0, sedangkan tingkat suku
bunga dianalogikan dengan tingkat pertumbuhan populasi. Jelas hal ini keliru besar, karena
uang bukanlah makhluk hidup yang dapat berkembang biak dengan sendirinya.

b. Economic Value of Time


Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam islam tidak mengenal time value of
money, yang dikenal adalah economic value of time. Contohnya dalam menghitung nisbah
bagi hasil di bank syariah. Dalam proses penentuan nisbah ini, return on capital harus
diperhitungkan. Teturn on capital ini tidak sama dengan return on money. Return on capital
tergantung kepada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sector riil, sedangkan return on
10
Ir. Adiwarman. A. Karim, 2014, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 79-80.
11
Aswath Damodaran, Corporate Finance Theory and Practice 2nd Edition, New York: John Wiley and
Sons(2001)

15
money berkaitan dengan interest rate. Penentuan nisbah bagi hasil harus dialkukan di awal,
dan untuk itu digunakan projected return. Jika kemudian ternyata actual return dari bisnis
yang dibiayai tidak sama dengan anka proyeksinya, maka yang digunakan adalah angka
actual, bukan angka proyeksi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal time value
of money. Time mempunyai economic value jika dan hanya jika waktu tersebut dimanfaatkan
dengan menambah factor produksi yang lain, sehingga menjadi capital dan dapat
memperoleh return.12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang dijabarkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Uang adalah benda-
benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar
menukar/perdagangan. Disetujui adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota
masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam
kegiatan tukar menukar.
Perbedaan konsep uang dalam ekonomi Islam dan konvensional terdapat pada uang yang
tidak identik dengan modal, uang adalah public goods, modal adalah private goods, uang
adalah flow concept, dan modal adalah stock concept dalam konsep uang secara Islam.
Sedangkan konsep uang dalam konvensional yaitu uang seringkali diidentikkan dengan
modal, uang (modal) adalah private goods, Uang (modal) adalah flow concept bagi Fisher,
dan Uang (modal) adalah stock concept bagi Cambridge School.
Dalam ekonomi konvensional mengenal yang namanya time value of money,
sedangkan di dalam ekonomi Islam tidak ada istilah tersebut melainkan economic value of
time. Definisi dari time value of money itu sendiri tidaklah akurat karena setiap investasi
selalu mempunyai kemungkinan untuk mendapat positive, negative, atau no return. Itu
sebabnya dalam teori finance , selalu dikenal risk return relationship.

REFERENSI

Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015)

12
Ibid, Adiwarman A. Karim, hlm. 87-88.

16
S.Mishkin,Frederic. The Economics of Money, Banking, and Financial Market, (New
York: Addison Wesley Longman: 2001), Edisi ke-6.

Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)

Damodaran, Aswath. Corporate Finance Theory and Practice 2nd Edition, (New York:
John Wiley and Sons, 2001)

Prof. Jusmaliani, M.E., dkk. Bisnis Berbasis Syari'ah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014)

17

Anda mungkin juga menyukai