Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Sistem Nilai Tukar

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah

EKONOMI ISLAM

Oleh Kelompok 11:

Nadia Pratiwi :3322291

Sofyan Abdul Rahman :3322300

Lathifu Rasyid :3322307

Dosen Pengampu:

ZUWARDI

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

KELAS H

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Sistem Nilai Tukar. Shalawat beserta salam kami
curahkan kepada Rasulullah saw. Dalam menyelsaikan makalah ini kami berusaha untuk
melakukan yang terbaik. Tetapi kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih
banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah kami yang akan datang. Dengan terselesaikannya makalah ini kami
mengucapkan terima kasih kepada rekan yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yang
telah memberikan dorongan semangat dan masukan. Semoga apa yang kami tulis ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca serta mendapat ridha Allah swt.

Bukittinggi, 21 Mei 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A. Pengertian Uang ................................................................................................................... 2
B. Sifat Uang ............................................................................................................................ 5
C. Pengertian Nilai Tukar ......................................................................................................... 9
D. Bentuk Sistem Nilai Tukar................................................................................................. 13
E. Teori Nilai Tukar Uang Konvensional .............................................................................. 16
F. Teori Nilai Tukar Islam ..................................................................................................... 17
G. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar ........................................................................... 19
BAB III ......................................................................................................................................... 23
PENUTUP..................................................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 23
B. Saran .................................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 24

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara.
Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara,
dimana hampir sebagian besar negara- negara di dunia saat ini terlibat dalam aktivitas
ekonomi pasar bebas. Nilai tukar mata uang suatu negara adalah relative, dan dinyatakan
dalam perbandingan dengan mata uang negara lain.1
Nilai Tukar merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian suatu
negara. Mengingat Indonesia sudah menganut sistem perekonomian terbuka, yaitu suatu
perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan perekonomian lain di seluruh dunia
membuat Indonesia tidak terlepas dari hubungan internasional. Nilai tukar suatu negara
merupakan satu indikator untuk melihat baik buruknya perekonomian suatu negara.
Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain menunjukkan
bahwa suatu negara tersebut memiliki perekonomian yang lebih baik daripada negara lain
(Sherly, 2015).2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori nilai tukar uang konvensional?


2. Bagaimana teori nilai tukar islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui teori nilai tukar uang konvensional.


2. Untuk mengetahui teori nilai tukar islam.

1
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014),
2
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013)

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Uang

Uang dalam teks klasik fiqh mengacu pada koin dan tidak ada yang lain. Dalam
prakteknya uang adalah logam mentah dan diberi bobot, bukan dihitung. Dengan begitu
Islam melakukannya tidak berinovasi tetapi berbagi konsepsi dari semua masyarakat pra
industri (tradisional) maupun keyakinan mereka. Menurut Sunnah, uang harus memiliki
nilai yang tertanam, yaitu: nilai uang, berapa pun nilainya dan terlepas dari perubahan
nilai yang mungkin terjadi secara alami disimpan dalam uang dan tidak dapat ditemukan
di luar. Dengan demikian, uang kebal terhadap manipulasi dan devaluasi.
Sejarah uang dalam Islam dimulai dengan penggunaan emas Bizantium Romawi
dinar (dinar) dan drachma perak Persia (dirham). Negara Islam mendapatkan dirhamnya
sendiri sejak 18 H cendekiawan Muslim terkemuka di masa lalu (al-Ghazzali, Ibn
Taymiyyah, Qudama Ibn Jaafar, Ibn Khaldun, al-Maqrizi) telah menegaskan bahwa
Tuhan telah menciptakan dua logam sebagai media pertukaran dan ukuran untuk semua
hal. Emas telah memainkan peran uang sepanjang sejarah Muslim, meskipun beberapa
cegukan terjadi dengan tembaga fulus dan dengan uang fiat menjelang akhir era
kekaisaran Ottoman.
Koin emas pertama kali dipukul dengan standar kontemporer 4,4 g. Koin
bertanggal ada dari 74 H (694 M) dan dinamai sebagai 'Dinar'. Ini masalah eksperimental
diganti pada 77 H (697 M), kecuali di Afrika Utara dan Spanyol, dengan desain yang
sepenuhnya berbentuk epigrafi sangat mirip dengan desain yang diadopsi untuk kepingan
perak, tetapi dengan legenda terbalik yang lebih pendek dan tidak ada annulet atau
lingkaran dalam. Ini jenis ini digunakan tanpa perubahan yang berarti untuk seluruh era
Umayyah.
Sebab munculnya perintah itu adalah perbedaan ukuran dirham Persia karena
terdapat tiga bentuk cetank uang, yakni (1) Ada yang ukurannya 20 qirath (karat); (2)
Ada yang ukurannya 12 karat; dan (3) Ada yang ukurannya 10 karat.

2
Lalu ditetapkanlah dalam dirham Islam menjadi 14 karat dengan mengambil
sepertiga dari semua dirham Persia yang ada. 20 + 12 + 10 = 42 / 3 = 14, sama dengan 6
daniq (bahasa Yunani yakni dua butir uir-uir belalang). Setiap daniq seukuran 7 mitsqal
(mitsqal dalam ukuran sekarang adalah gram). Demikian Nabi saw juga mempunyai
peranan dalam masalah keuangan, yaitu menentukan ukuran timbangannya. Bersama itu,
mereka yang menulis tentang uang dari pandangan Islam tidak menyinggung soal
peranan ini, hanya saja Rasulullah saw tidak mengubah mata uang karena kesibukannya
memperkuat tiang-tiang agama Islam di Jazirah Arab, karena itu sepanjang masa
kenabian, kaum Muslim terus menggunakan mata uang asing dalam interaksi ekonomi
mereka.3
Koin bertanggal pertama yang digunakan Muslim adalah salinan Dirham perak
dari penguasa Sassania Yazdegerd III, diserang selama pemerintahan Utsman Ibn 'Affan.
Koin-koin ini berbeda dari yang asli karena tulisan Arab ditemukan di tepi depan,
biasanya bertuliskan "Dengan Nama Allah". Seri selanjutnya diterbitkan menggunakan
jenis berdasarkan drachma dari Khosrau II, yang mungkin memiliki koin mewakili
proporsi yang signifikan dari mata uang yang beredar.

Bukti sejarah memperjelas bahwa sebagian besar koin ini mengandung tanggal
hijrah. Koin tembaga Muslim paling awal adalah anonim dan tidak bertanggal, tetapi ada
serangkaian, yang mungkin telah dikeluarkan pada masa khalifah Utsman Ibn 'Affan atau
Ali Ibn Abi Thalib. Pada tahun 75 H (695 M) Abdul Malik Ibn Marwan telah
memutuskan untuk mengubah sistem koin. Hamburan potongan berpola dalam perak
sudah ada sejak tanggal ini, berdasarkan prototipe Sassania, tetapi dengan kebalikan dari
bahasa Arab yang khas.

Eksperimen ini, yang mempertahankan standar berat Sassania 3,5-4,0 g tidak


dilanjutkan dengan, dan pada 79 H (698 M) jenis koin perak yang sama sekali baru dibuat
14 permen dengan berat nominal baru 2,97 g. Berbeda dengan mata uang emas
kontemporer, angka ini tampaknya tidak tercapai dalam praktiknya.

3
Ressi Susanti, “Sejarah Transformasi Uang Dalam Islam,” Aqlam: Journal of Islam and Plurality 2, no. 1 (2018)

3
Berat rata-rata 60 spesimen tidak rusak dari 79–84 AH (698–703 M) hanya 2,71
g, sebuah angka yang sangat tinggi. dekat dengan itu untuk koin unik 79 H (698 M)
dipukul tanpa nama mint (sebagaimana mestinya prosedur standar untuk dinar emas yang
diproduksi di Damaskus). Koin baru ini yang membawa nama 'dirham', membentuk gaya
Arab-Sassania pendahulunya dengan diameter 25–28 mm. Desainnya terdiri dari prasasti
Arab dikelilingi oleh lingkaran dan annulet.

Di abad-abad berikutnya, menghitung menggantikan penimbangan sebagai


metode yang sah secara hukum, dan uang menjadi numeraire. Sebelum tahun 809 H /
1405 M, uang tembaga dengan nilai intrinsik yang kecil muncul oleh para penguasa
Mamluk, menggantikan koin perak dalam perdagangan luar negeri dan jarak jauh. Uang
diperdagangkan menurut nilai konvensionalnya, pada umumnya dimana nilai intrinsik
kurang penting, sejak zaman paling awal. Inilah masalahnya mata uang yang dibatasi
secara lokal (biasanya uang tembaga disebut fulus) digunakan untuk mata uang kecil
transaksi yang nilainya didasarkan pada hubungan sosial yang erat antara pedagang dan
kepercayaan berdasarkan tautan pribadi. Oleh karena itu, itu digunakan dalam jaringan
kecil orang dimana kontrol sosial menjamin nilai tukar sebagai praktik adat ('urf).
Beberapa kondisi yang diekstraksi dari kitab-kitab yurisprudensi klasik diuraikan di
bawah ini:
a) Uang kertas dapat dilihat sebagai uang kertas yang mewakili deposit emas atau perak
dan pandangan ini dianut oleh beberapa ulama Islam. Secara historis, koneksi antara
emas dan uang kertas melalui hubungan hutang antara bank sentral dan pemegang uang
meyakinkan. Aturan untuk pertukaran hutang berlaku dan bagian belakang penuh dari
mata uang yang dikeluarkan oleh bank sentral diperlukan.
b) Uang kertas dapat dipandang sebagai pengganti nilai emas dan perak sebagai suftaja
(surat promes yang harus dibayarkan kepada pengusungnya). Jadi, uang kertas itu sendiri
menarik karakteristik logam mulia masing-masing. Mata uangnya terlihat seolah-olah itu
adalah logam yang menjadi dasarnya, (pendapat Bank Pembangunan Islam). Itu aturan
untuk pertukaran hutang bisa dielakkan. Namun, menyamakan kertas uang dengan emas
dan perak, masing-masing, hanya dapat dibenarkan jika seluruhnya didukung oleh logam
mulia. Ini hanya dapat diamankan jika bank sentral memegang 100% cadangan untuk
mendukung peredaran uang kertas.

4
c) Uang kertas dapat diberikan kedudukan hukum yang sama dengan fulus dalam hukum
klasik Meskipun demikian, pandangan ini seharusnya membahas masalah sirkulasi lokal.
Ini pandangan menerapkan hukum Syariah (hokum) dari sub-aturan untuk masalah utama
dianggap, yang akan sangat diperebutkan di bawah aturan Syariah.
d) Uang kertas dapat dilihat sebagai salah satu ukuran nilai di antara banyak lainnya.
Namun, ini pendekatan melibatkan gharar besar. Karena uang tidak didukung oleh aset
nyata, hanya kekuatan ekonomi yang berfungsi sebagai penjamin uang. Ini tidak berdiri
sebagai sampul dan kue untuk uang kertas dari sudut pandang Syariah (Ayub 2007).

Umar bin Khathab berkata bahwa mata uang dapat dibuat dari benda apa saja
sampai-sampai kulit unta. Ketika suatu benda tersebut sudah ditetapkan menjadi mata
uang yang sah, maka barang tersebut sudah berubah fungsinya dari barang biasa menjadi
alat tukar yang sah dengan segala fungsi dan turunannya.

Jumhur ulama telah sepakat bahwa illat, emas dan perak diharamkan
pertukarannya kecuali serupa dengan serupa, sama dengan sama oleh Rasulullah saw
adalah karena tsumuniyyah yaitu barang-barang tersebut menjadi alat tukar, penyimpanan
nilai di mana semua barang ditimbang dan dinilai dengan nilainya.

Menurut Brigham dan Houston menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil


bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan, tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan perusahaan tersebut untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perushaan yang
memiliki profit yang tinggi, akan menggunakan hutang dengan jumlah yang rendah.4

B. Sifat Uang

Menurut Bjerg teori uang fiat pada akhirnya adalah penciptaan negara atau entitas
berdaulat lainnya. Rumusan klasik dari teori ini ditemukan dalam The State Theory of
Money karya Georg Friedrich Knapp, „Uang adalah makhluk hukum, dan karenanya jiwa
mata uang tidak dalam materi potongan, tetapi dalam tata cara hukum yang mengatur

4
Eugene F Brigham and Joel F Houston, Fundamentals of Financial Management (Cengage Learning, 2021).

5
penggunaannya. Keynes membuat referensi eksplisit untuk Knapp dan memang banyak
ekonomi keynesianist didasarkan pada ide uang fiat.5
Formulasi yang lebih baru dari teori uang fiat adalah ditemukan di Mosler (1997), dan
Wray (1998). Idenya adalah bahwa negara menghasilkan uang melalui dua gerakan
simultan. Dengan satu tangan, negara menghasilkan kepastian benda yang secara hukum
ditetapkan sebagai uang.
Sebaliknya, negara menuntut objek yang sama seperti pembayaran pajak, bea,
denda, dan jenis hutang lainnya warga negara ke negara bagian. Melalui penciptaan
penawaran dan permintaan ini, negara memulai peredaran uang dalam perekonomian.
Karena semua pelaku ekonomi swasta pada akhirnya akan membutuhkan uang resmi
negara untuk membayar hutangnya kepada negara bagian permintaan uang ini segera
digeneralisasikan dan mulai beredar bahkan dalam keadaan biasa transaksi antar agen
swasta.
Dengan Zizek, kita dapat memahami teori komoditas uang sebagai upaya mencari
nilai uang dalam dimensi real dengan cara menunjuk dengan nilai intrinsik emas sebagai
penopang utama mata uang. Emas dalam hubungannya dengan uang, memberikan dasar
nilai intrinsik yang tidak terkena inflasi moneter.
Namun pada pada saat yang sama, emas juga 'menolak simbolisasi'. Jika emas
adalah standar yang digunakan semua komoditas lain diberi harga, bagaimana kita
memberi harga emas itu sendiri. Emas ternyata tak ternilai harganya dalam kedua arti
istilah tersebut. Kami mungkin melangkah lebih jauh danmempertanyakan nilai emas.
Mungkin nilai uang komoditas tidak berasal dari nilai emas, tetapi sebaliknya. Alasan
kenapa emas begitu berharga bukan karena ia menjelma bentuk khusus dari nilai
intrinsik, melainkan karena itu diberkahi dengan fungsi khusus ini dalam kaitannya
dengan uang.
Teori uang kapitalis modern tidak membedakan antara uang dan komoditas.
Sistem uang sebenarnya biasanya menggabungkan model fiat money dengan elemen dari
uang komoditas. Ini bisa diilustrasikan dengan dikeluarkannya mata uang kertas nasional
yang didukung oleh emas, tipikal uang fiat ditandai dengan keberadaan tanpa nilai
intrinsik.

5
Georg Friedrich Knapp ( Jerman: [knap] ; 7 Maret 1842 - 20 Februari 1926)

6
Dalam soal pertukaran, uang dan komoditas keduanya diperlakukan sama.
Keduanya bisa diperdagangkan dan bisa dijual dengan harga pihak ke transaksi yang
disetujui.
Menurut prinsip Islam, uang dan komoditas memiliki karakteristik yang berbeda:
1. Uang tidak memiliki kegunaan intrinsik. Itu tidak bisa dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia langsung seperti komoditas.
2. Komoditas bisa berbeda kualitasnya, sedangkan uang tidak punya kualitas kecuali itu
adalah ukuran nilai dan media pertukaran.
3. Komoditas memiliki spesifikasi tertentu, namun uang tidak bisa ditunjukkan dalam
transaksi pertukaran.6
Dalam sistem kapitalis, uang merupakan komoditas perdagangan dapat dibeli,
dijual, dan berspekulasi dengan bebas. Dengan kata lain, ia memiliki nilai waktu dan
siapa menggunakan uang orang lain harus membayar untuk melakukannya dalam bentuk
bunga. Namun, konsep uang yang berdasarkan keyakinan memandang uang hanya di satu
sisi, sesuatu yang tidak dapat ditimbun, dan sebaliknya, sesuatu yang tidak dapat disia-
siakan secara besar-besaran jumlah. 7
Mengingat dua batasan ini, metode kapitalis perbankan, yang didasarkan pada
kepentingan sejauh menyangkut tujuan, sangat bertentangan dengan niat aturan umum
berdasarkan keyakinan, karena aturan seperti itu memperlakukan uang sebagai satu unit
rekening dan alat pertukaran dan bukan penyimpan nilai, karena uang, dengan sendirinya,
melakukan no berfungsi dan bukan komoditas. Ini menjadi berguna hanya jika ditukar
menjadi aset nyata atau digunakan untuk membeli layanan.
Oleh karena itu, tidak dapat dijual atau dibeli secara kredit. Alasan yang
mendasari hal ini adalah
(a) Uang memiliki properti teknis untuk menghasilkan pendapatan riil pemiliknya hanya
dengan memegangnya dan tidak menukarnya dengan barang lain
(b) Uang itu cair, hampir tidak ada biaya penyimpanan atau produksi yang terlibat, dan
uang itu ada tidak ada pengganti

6
Aswar Karim, Adiwarman, 2001, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta, Gema Insani Press
7
Paul Einzig, Primitive Money: In Its Ethnological, Historical and Economic Aspects (Elsevier, 2014), 20.

7
(c) Permintaan uang tidak nyata, karena ini berasal dari permintaan barang yang berupa
uang bisa membeli
(d) Uang dikecualikan dari hukum depresiasi, dimana semua barang dikenakan
(e) Uang adalah produk dari konvensi sosial yang memiliki daya beli hasil terutama dari
kedaulatan dibandingkan dengan nilai yang melekat pada barang lain. 8
Menurut Imam al-Ghazali (ahli hukum Islam klasik) penciptaan Dirham dan
Dinar atau uang adalah salah satu berkah Tuhan. Fungsi penting uang adalah untuk
melayani dan memfasilitasi transaksi pertukaran dan uang bukanlah tujuan itu sendiri.
Memperlakukan uang sebagai komoditas seperti memperdagangkan uang bertentangan
dengan prinsip Syariah dan membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat bagi
komoditas, yaitu meningkatkan inflasi dan menciptakan ketidakadilan di masyarakat.
Selain itu, konsekuensi memperlakukan uang sebagai komoditas akan
memutuskan transaksi keuangan agar tidak dikaitkan dengan yang sebenarnya ekonomi.
Artinya, menghalangi masyarakat untuk melakukan ekonomi riil aktivitas. Berbeda
dengan ekonomi kapitalis, di mana teori bunga didasarkan pada praduga bahwa uang
adalah komoditas, Islam memandang uang dan komoditas secara berbeda:
a. Uang tidak memiliki kegunaan intrinsik. Tidak dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia secara langsung, tetapi hanya dapat digunakan
untuk memperoleh beberapa barang atau jasa. Komoditas, di Di sisi lain, memiliki
kegunaan intrinsik dan dapat dimanfaatkan secara langsung tanpa adanya
pertukaran itu untuk sesuatu yang lain.
b. Komoditas dapat memiliki kualitas yang berbeda, sedangkan kualitas uang
terletak pada fakta bahwa itu adalah ukuran nilai atau alat tukar. Oleh karena itu,
semua unit uang yang memiliki denominasi yang sama persis sama satu sama
lain.
c. Dalam komoditas, transaksi jual dan beli dipengaruhi pada identifikasi
komoditas tertentu. Uang tidak dapat diarahkan dengan tepat dalam transaksi
pertukaran.

8
Zainul Arifin, 2006, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta, Alvabet

8
C. Pengertian Nilai Tukar

Dalam sistem ekonomi Islam, sistem mata uang wajib berbasiskan emas dan
perak, atau yang lebih dikenal dengan mata uang dinar dan dirham agar dapat menjadi
mata uang yang kuat dan stabil, tidak akan mudah terguncang oleh gejolak perubahan
kurs sebagaimana yang terjadi pada mata uang kertas. Nilai nominal dari mata uang ini
akan sama dengan nilai intrinsiknya. Dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim
disebutkan bahwa:

Artinya: “Menukar emas dan emas adalah riba kecuali jika dilakukan dengan cara tunai.”
Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang
ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain perdagangan
internasional ataupun aliran jangka pendek antar negara yang melewati batas-batas
geografis atau batas-batas hukum. Nilai tukar rupiah adalah nilai yang menunjukkan
jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang
asing.9
Pada saat ini, sistem nilai tukar yang dipakai di Indonesia adalah sistem
mengambang bebas (free floating exchange rate system). Sistem ini diberlakukan sejak
14 Agustus 1997 hingga sekarang. Dalam sistem mengambang bebas (free floating
exchange rate system), Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing
karena semata-mata untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang lebih banyak
ditentukan oleh kekuatan pasar.
Awalnya, penerapan sistem nilai tukar mengambang ini menyebabkan terjadinya
gejolak yang berlebihan (overshooting). Depresiasi/melemahnya nilai rupiah terhadap
USD, dapat menyebabkan capital outflow atau pelarian modal masyarakat keluar negeri
karena jika dibandingkan dengan mata uang negara lain maka ekspektasi return investasi
di Indonesia lebih rendah. Berdasarkan hal ini, perubahan nilai tukar rupiah terhadap
USD dapat mempengaruhi pertumbuhan jumlah rekening maupun dana pihak ketiga di
9
Adiwarman A Karim, 2007, Ekonomi Makro Islam, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada

9
perbankan syariah Indonesia. Dengan menurunnya pertumbuhan jumlah rekening
maupun dana pihak ketiga perbankan syariah juga akan berdampak terhadap penurunan
margin bagi hasil deposito muḍarabah.
Nilai tukar suatu mata uang dapat di tentukan oleh pemerintah (otoritas moneter),
seperti pada Negara-negara yang memakai system fixed exchange rates ataupun di
tentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi serta
kebijakan pemerintah seperti pada Negara-negara yang memakai rezim system „flexible
exchange rates.10
Karena setiap negara memiliki hubungan dalam investasi dan perdagangan
dengan negara lain, tidak ada satu pun nilai tukar yang dapat mengukur secara memadai
daya beli (purchasing power) mata uang domestik atas mata uang asing secara umum.
Oleh karena itu sejumlah konsep nilai tukar uang yang efektif telah dikembangkan untuk
mengukur rata-rata tertimbang (weighted average) harga mata uang asing dalam mata
uang domestik.
Dapat disimpulkan dari beberapa definisi diatas bahwa nilai tukar adalah sejumlah
uangdari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang
negaralain.
Cara Menyatakan Nilai Tukar menurut bimanyu, ada dua cara untuk menyatakan nilai
tukar, yaitu:

a) Model Eropa (Indirect quote)

Model tersebut adalah cara yang paling umum dipakai dalam perdagangan valuta asing
antar bank seluruh dunia. Nilai tukarnya ditetapkan dengan menghitung berapa unituang
asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang dalam negeri.

b) Model Amerika (direct quote)

Model tersebut didefinisikan sebagai harga mata uang asing dalam mata uang
domestik,atau berapa besar nilai rupiah yang digunakan untuk membeli satu mata uang
asing.metode tersebut dipakai di indonesia.

10
Hasibuan, Melayu S.P. 2001. Dasar-dasar Perbankan.Cet.I. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara.

10
Dalam pandangan Islam, teori pertukaran dapat dilihat dari beberapa aspek. Di
antaranya adalah Obyek pertukaran dan waktu pertukaran. Dalam Islam Objek
pertukaran, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. „Ain (real asset) berupa barang dan jasa.


2. Dain (financial asset) berupa uang dan surat berharga. Dari objek pertukaran
tersebut, dapat diidentifikasi tiga jenis pertukaran yaitu :
1. Pertukaran real asset („Ain) dengan real asset („Ain).
2. Pertukaran real asset („Ayn) dengan financial asset (Dayn).
3. Pertukaran financial asset (Dayn) dengan financial asset (Dayn).11

Sedangkan apabila dilihat dari segi waktu pertukaran, dapat dibedakan menjadi
dua waktu, yaitu :

1. Naqdan (Immadiate Delivery) yang berarti penyerahan saat itu juga. 2. Ghairu
Naqdan (Deferren Delivery) yang berarti penyerahan kemudian. Adapun dasar hukum
yang menjelaskan tentang transaksi tukar-menukar adalah sebagai berikut:

Dari Ubadah bin Shamith r.a. ia berkata bahwasannya Rasulullah SAW telah
bersabda: “emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan biji gandum, jagung
centel dengan jagung centel, kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama dengan
sama, tunai dengan tunai, jika berbeda dari macam-macam ini semua maka juallah
sekehendakmu apabila dengan tunai”. (HR. Muslim).

Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya12 „Ulum al-Din, sangat sulit menyatukan
kehendak dan ukuran suatu benda yang memiliki karakter yang berbeda. Seperti orang
yang memiliki za‟faran misalnya ia membutuhkan unta untuk tunggangan, begitu pula
orang yang memiliki unta membutuhkan za‟faran, meskipun keduanya memiliki
kehendak yang selaras namun sangat sulit ditentukan berat dan ukuran yang adil diantara
kedua benda tersebut, terlebih kedua pihak memiliki kebutuhan yang tidak selaras, maka
sangat sulit adanya pertukaran.

11
Ibid
12
Abu Hamid al-Ghazali, Ihya al-„Ulumuddin (Semarang: Toha Putera. t.th), Jilid IV, 88

11
Selain itu, Al-Ghazali juga menyebutkan beberapa permasalahan yang terdapat dalam
sistem barter, yaitu

(1) Kurang memiliki angka penyebut yang sama (Lack of common denominator)

(2) Barang tidak dapat dibagi-bagi (Indivisibility of goods)

(3) Keharusan adanya dua keinginan yang sama (double coincidence of wants).

Nilai tukar adalah banyaknya barang atau jasa yang dapat ditukar atau dibeli
dengan kesatuan dan pecahan uang (Hasibuan, 2001). Nilai tukar dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
a. Nilai tukar nominal

Dimana nilai tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dari dua
Negara. Nilai tukar nominal dinyatakan dalam kurs yang tetap, pemerintah dalam hal ini
bank sentral menetapkan harga valuta asing (valas) dan tetap bersedia membeli dan
menjual valas pada harga ini. Jika terjadi permintaan pada salah satu mata uang, maka
pemerintah akan langsung melakukan intervensi dengan cara menambah penawaran dari
mata uang yang permintaannya meningkat sehinggga keseimbangan tetap terpelihara atau
pemerintah secara resmi mengubah nilai tukar lama menjadi nilai tukar baru. Perubahan
nilai tukar ini dikatakan sebagai devaluasi (jika suatu mata uang resmi diturunkan) atau
revaluasi (jika nilai tukar suatu mata uang resmi dinaikkan).

b. Nilai tukar riil (Er)

Nilai tukar riil menunjukkan tingkat ukuran (rate) suatu barang dapat
diperdagangkan antar Negara. Nilai tukar riil ini dikenal juga sebagai nisbah perdagangan
(term of rate). Jika nilai tukar riil tinggi, artinya harga produk luar relatif murah dan
harga produk domestik relatif mahal. Jika nilai tukar riil turun berarti harga produk
domestik akan turun sehingga meningkatkan net ekspor. Kebijaksanaan ekonomi dapat
mempengaruhi nilai tukar riil. Jika pemerintah mengalami anggaran defisit maka
tabungan domestik menurun. Pengaruh perubahan ini menunjukkan penawaran rupiah
menjadi berkurang sehingga nilai rupiah menjadi naik (move valuable) nilai tukar riil
akan mengalami kenaikan. Karena nilai rupiah meningkat maka harga barang domestik

12
relatif menjadi lebih mahal dibandingkan harga barang luar, selanjutnya nilai ekspor akan
menurun dan atau nilai import akan meningkat sehingga net ekspor akan mengalami
defisit (Said Kelana dan lain-lain, 2001).

D. Bentuk Sistem Nilai Tukar

Sistem nilai tukar sangat tergantung pada kebijakan moneter suatu negara.
Bentuksistem nilai tukar dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
a. Fixed Exchange Rate System
Merupakan suatu sistem nilai tukar dimana nilai suatu mata uang yang
dipertahankan pada tingkat tertentu terhadap mata uang asing. Dan bila tingkat nilai tukar
tersebut bergerak terlalu besar maka pemerintah melakukan intervensi untuk
mengembalikannya. Sistem ini mulai diterapkan pada pasca perang dunia kedua yang
ditandai dengan digelarnya konferensi mengenai sistem nilai tukar yangdiadakan di
Bretton woods, New hampshire pada tahun 1944.
b. Floating Exchange Rate System
Setelah runtuhnya Fixed Exchange Rate System maka timbul konsep baru yaitu
floating exhange rate System. Dalam konsep ini nilai tukar valuta dibiarkan bergerak
bebas. Nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran valuta
tersebut di pasar uang. Fakta yang terjadi di banyak negara di dunia menganut varian dari
kedua sistem pokok nilai tukar diatas.
Menurut gilis, dalam bimayu, terdapat enam sistem nilai tukar berdasarkan pada
besarnya intervensi dan cadangan devisa yang dimiliki bank sentral suatu negara yang
dipakai oleh banyak negara di dunia antara lain:
a. Sistem Nilai Tukar Tetap( fixed exchange rate)
Dalam sistem ini otoritas moneter selalu mengintervensi pasar untuk
mempertahankannilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata uang asing tertentu.
Intervensi tersebut memerlukan cadangan devisa yang relatif besar. Tekanan terhadap
nilai tukar valuta asing, yang biasanya bersumber dari defisit neraca perdagangan,
cenderung menghasilkan kebijakan devaluasi.
b. Sistem Nilai mengambang Bebas (free floating exchange rate)

13
Sistem ini berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem fixed. Dalam
sistem ini,otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi pasar sehingga
sistem ini tidak memerlukan cadangan devisa yang besar. Sistem ini berlaku di indonesia
saat ini.
c. Sistem Wider band
Pada sistem tersebut nilai tukar dibiarkan mengambang atau berfluktuasi diantara
dua titik, tertinggi dan terendah. Apabila keadaan perekonomian mengakibatkan nilai
tukar bergerak melampaui batas tertinggi dan terendah tersebut, maka otoritas moneter
akan melaksanakan intervensi dengan cara membeli atau menjual rupiah sehingga nilai
tukar rupiah berada diantara kedua titik yang telah ditentukan.
d. Sistem mengambang Terkendali ( Managed Float )
Dalam sistem ini, otoritas moneter tidak menentukan untuk mempertahankan satu
nilaitukar tertentu. Namun, otoritas moneter secara kontinyu melaksanakan intervensi
berdasarkan pertimbangan tertentu, misalnya cadangan devisa yang menipis. Untuk
mendorong ekspor, otoritas moneter akan melakukan intervensi agar nilai mata uang
menguat.
e. Sistem Crawling peg
Otoritas moneter dalam sistem ini mengaitkan mata uang domestik dengan
beberapa mata uang asing. Nilai tukar tersebut secara periodik dirubah secara berangsur-
angsur dalam persentase yang kecil. Sistem ini dipakai di indonesia pada periode 1988-
1995.
f. Sistem adjustable peg
Dalam sistem ini, otoritas moneter selain berkomitmen untuk mempertahankan
nilaitukar juga berhak untuk merubah nilai tukar apabila terjadi perubahan dalam
kebijakan ekonomi.
Ada 3 sistem nilai tukar yang digunakan dalam suatu negara yaitu yang pertama
sistem kurs tetap (fixed exchange rate system),suatu negara yang menganut sistem ini,
dalam sistemnya pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan turut campur
secara aktif dalam pasar valuta asing dengan membeli atau menjual valuta asing jika
nilainya menyimpang dari standar yang telah ditentukan. Yang kedua sistem kurs
mengambang (floating exchange rate system), suatu negara yang menganut sistem ini,

14
dalam sistemnya tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan nilai kurs.
Nilai kurs ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap valuta asing. Yang
terakhir sistem kurs terkontrol atau terkendali (controlled exchange rate system), suatu
negara yang menganut sistem ini, dalam sistemnya pemerintah atau bank sentral yang
bersangkutan mempunyai kekuasaan eksekutif dalam menentukan alokasi dari
penggunaan valuta asing yang tersedia ( Mahyus Ekananda,2014:314).
Sesuai dengan UU Kebanksentralan tahun 1999, Indonesia mengadopsi sistem
kurs mengambang (floating exchange rate system). Namun dalam pelaksanaanya di
Indonesia secara tidak langsung masih terdapat campur tangan Bank Indonesia contoh
pada saat rupiah mengalami depresi bank indonesia melakukan pembelian rupiah di pasar
valas dengan melepaskan devisanya agar nilai tukar rupiah tidak terlalu jatuh.
Dollar Amerika Serikat (USD) merupakan mata uang yang dijadikan acuan bagi
sebagian besar negara berkembang. Mata uang Dollar Amerika Serikat (USD) seringkali
digunakan dalam transaksi perdagangan internasional dikarenakan amerika merupakan
megara yang cenderung memiliki perekonomian yang kuat dan stabil. Selain itu, selama
beratus tahun Amerika Serikat tidak terlalu bergantung kepada perdagangan luar negeri
karena ia praktis memiliki semua sumber daya, faktor produksi, dan komoditas sehingga
perekonomiannya cukup mengandalkan pasar domestik (Basri, 2010:1).
Peranan USD sangat penting karena hampir sebagian besar perdagangan
internasional yang dilakukan negara sedang berkembang menggunakan mata uang USD.
Indonesia merupakan partner dari Amerika Serikat sehingga aktivitas perdagangannya
secara otomatis menggunakan mata uang USD.
Jika kurs rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) tidak stabil akan
menganggu aktivitas perdagangan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi karena
aktivitas perdagangan dilakukan dengan USD. Oleh karena itu, kestabilan kurs sangatlah
penting.
Menurut Sadono Sukirno (2011:411) jenis nilai tukar mata uang atau kurs valuta
ada 4 jenis yaitu kurs beli, kurs tengah, kurs jual, kurs rata. Data dalam penelitian ini
berupa kurs tengah yang diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank
Indonesia. Data nilai tukar rupiah atas dollar amerika serikat (USD) dari tahun 2008 –
2018 mengalami apresiasi dan depresiasi. Apresiasi tertinggi pada tahun 2018 yaitu

15
sebesar Rp 14.481 dan depresiasi terendah pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 8.991 Nilai
mata uang suatu negara bisa naik dan turun dikarenakan permintaan dan penawaran. Jika
permintaan suatu mata uang naik maka nilai mata uang akan ikut naik dengan jumlah
uang yang tersedia (penawaran) tetap atau menurun. Jika sebaliknya, permintaan suatu
mata uang turun maka nilai mata uang juga akan ikut turun, dengan jumlah uang yang
tersedia (penawaran) tetap atau naik.
Ada 3 hal yang mempengaruhi naik turunya permintaan suatu mata uang yaitu
motif untuk bertransaksi (transaction motives), motif berjaga-jaga (precautionary
motives), dan motif untuk spekulasi (speculative motives).
Selain itu, kondisi lain yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah
pertumbuhan ekonomi. Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai
peningkatan kemampuan dalam memproduksi barang dan jasa. Hal ini menunjukkan
pertumbuhan ekonomi yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan data Produk
Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan output per kapita. PDB menurut mankiw
(2007:17) adalah jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu
tahun. Pertumbuhan ekonomi sangatlah penting karena merupakan sumber utama dalam
upaya meningkatkan standar hidup masyarakat. Kemampuan suatu negara untuk
meningkatkan standar hidup penduduknya sangat bergantung dan ditentukan oleh laju
pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Nanga,2005:273). Oleh karena itu, peningkatan
pertumbuhan ekonomi sangat penting dilakukan untuk dapat menciptakan kondisi
ekonomi yang lebih baik di masa yang mendatang dan nilai tukar rupiah lebih stabil.

E. Teori Nilai Tukar Uang Konvensional

Nilai tukar uang atau kurs valuta asing didefinisikan sebagai nilai seunit valuta
(mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang domestik (dalam negeri).
Sistem nilai tukar biasa dipakai dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu
pergerakan dari nilai tukar akan mempengaruhi transaksi yang menggunakan mata uang
asing. Lebih lanjut fluktuasi nilai tukar juga berpengaruh terhadap laba rugi bank sebab
adanya resiko pertukaran mata uang (foreign exchange risk).
Meskipun aktivitas tresuri syariah tidak terpengaruh resiko kurs secara langsung
karena adanya syarat tidak boleh melakukan transaksi yang bersifat spekulasi tetapi bank

16
syariah tidak akan dapat terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing. Risiko kurs ini
akan meningkat bila jumlah posisi yang diambil besar, baik posisi long maupun short,
dan fluktuasi pasar tinggi. Oleh karena itu bank syariah perlu menetapkan exposure limit,
transaction limit, currency limit, turnover limit, cut loss limit, intraday limit, dan
counterparty limit.
Sedangkan kurs valuta asing dapat dibedakan menjadi dua sistem yakni, kurs
tetap dan kurs fleksibel. Adapaun yang dimaksud dengan kurs tetap adalah sistem
penentuan nilai mata uang asing dimana bank sentral menetapkan harga berbagai mata
uang asing tersebut dan harga tersebut tidak diubah dalam jangka waktu yang lama.
Sedangkan sistem kurs fleksibel adalah nilai mata uang asing yang ditetapkan
berdasarkan perubahan permintaan dan penawaran di pasaran valuta asing dari hari ke
hari.

F. Teori Nilai Tukar Islam

Kebijakan nilai tukar uang dalam Islam menganut sistem “Managed Floating”,
dimana nilai tukar adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah (bukan merupakan
cara atau kebijakan itu sendiri) karena pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang
terjadi di pasar kecuali jika terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri.
Jadi bisa dikatakan bahwa suatu nilai tukar yang stabil adalah merupakan hasil dari
kebijakan pemerintah yang tepat.13

Nilai tukar suatu mata uang di dalam Islam di golongkan dalam dua kelompok,
yaitu: Natural dan Human. Dalam pembahasan nilai tukar menurut islam akan dipakai
dua scenario yaitu:

a. Terjadi perubahan-perubahan harga dalam negeri yang memengaruhi nilai tukar uang.

Sebab-sebab fluktuasi sebuah mata uang dikelompokkan sebagai berikut:

1. Natural Exchange Rate Fluctuation

13
Ahmad Majdi Tsabit, „Etika Pertukaran Dalam Islam Menurut Imam AlGhazali‟, Jurnal Pemikiran Dan Ilmu
Keislaman, 1.1 (2018).

17
a) Fluktuasi nilai tukar uang akibat dari perubahan – perubahan yang terjadi pada
permintaan agregatif ( AD ). Expansi AD akan mengakibatkan naiknya tingkat
harga secara keseluruhan( P ), seperti kita ketahui bahwa: P = e P, jika tingkat
harga dalam negeri naik, sedangkan tingkat harga di luar negeri tetap, maka nilai
tukar mata uang akan mengalami depresiasi. Sebalik nya jika AD mengalami
kontraksi maka tingkat harga akan mengalami penurunanyang akan
mengakibatkan nilai tukar akan mengalami apresiasi.

b) Fluktuasi nilai tukar uang akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada


penawaran agregatif (AS). Jika AS mengalami kontraksi, maka akan berakibat
pada naiknya tingkat harga secra keseluruhan, yang kemudian akan
mengakibatkan melemahnya (depresiasi) nilai tukar. Sebaliknya jika AS
mengalami expansi maka akan berakibat pada turunya tingkat harga secara
keseluruhan yang akan mengakibatkan menguatnya nilai tukar.

2. Human Error Exchange Rate Fluctuation

a) Corruption dan Bad Administration yang buruk akan mengakibatkan naiknya


harga akibat terjadinya Missallocation of Resources serta Mark-up yang tinggi
yang harus dilakukan oleh produsen untuk menutupi biaya-biaya siluman dalam
proses produksinya.

b) Excesssive Tax yang sangat tinggi yang dikenakan pada barang dan jasa akan
meningkatkan harga jual dari barang dan jasa tersebut.

c) Excessive Seignorage, pencetak full-bodyed money atau 100% reserve


money tidak akan mengakibatkan terjadinya inflasi. Akan tetapi jika uang yang
dicetak selain dari kedua jenis itu maka akan menyebabkan kenaikan tingkat
harga secara umum.

b. Perubahan harga yang terjadi diluar negeri

Perubahan harga yang terjadi diluar negeri bisa digolongkan karena 2 sebab yaitu:

1. Non engineered/ non manifulated changes

18
Disebut sebagai non eminered/non manifulated changes adalah karena
perubahan yang terjadi bukan disebabakan oleh manipulasi (yang dimaksudkan
untuk merugikan) oleh pihak-pihak tertentu. Misalkan jika bank central singapura
(BSS) mengurangi jumlah uang SGD yang beredar, hal tersebut akan
mengakibatkan IDR terdepresiasi tanpa diduga. Oleh karena itu BI biasanya akan
menghilangkan efek ini dengan menjual SGD yang dimilikinya (cadangan devisa)
baik dengan cara strilised intervention maupun dengan cara unsterilized
intervention.

2. Enginered / Manipulated changes

Disebut sebagai enginered / manipulated changes adalah karena perubahan


yang terjadi disebabkan oleh manipulasi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu
yang dimasudkan untuk merugikan pihak lain. misalnya para fund manager
disingapura melepas IDR yang dimilikinya sehingga terjadi banjir rupiah yang
mengakibatkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasai secar tiba-tiba atau
drastis diluar perkiraaan BI.

G. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang lokal ditetapkan secara tetap terhadap
mata uang asing. Sementara dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar atau kurs
dapat berubah-ubah setiap saat, tergantung pada jumlah penawaran dan permintaan valuta
asingrelatif terhadap mata uang domestik. Setiap perubahan dalam penawaran dan
permintaandari suatu mata uang akan mempengaruhi nilai tukar mata uang yang
bersangkutan.

Dalam hal permintaan terhadap valuta asing relatif terhadap mata uang domestik
meningkat, maka nilai mata uang domestik akan menurun. Sebaliknya jika permintaan
terhadap valuta asing menurun, maka nilai mata uang domestik meningkat. Sementara
itu, jika penawaran valuta asing meningkat relatif terhadap mata uang domestik, maka

19
nilaitukar mata uang domestik meningkat. Sebaliknya jika penawaran menurun, maka
nilai tukar mata uang domestik menurun.14

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat 3 faktor utama yang


mempengaruhi permintaan valuta asing, yaitu:

a. Faktor pembayaran impor


Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap
valutabasing sehingga nilai tukar akan &enderung melemah. Sebaliknya, jika impor
menurun,maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya
nilai tukar.
b. Faktor aliran modal keluar
Semakin besar modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada
lanjutannya akan melemah nilai tukar uang. Aliran modal keluar meliputi
pembayaran hutang penduduk indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak
asing dan penempatan dana penduduk indonesia ke luar negeri.
c. Kegiatan spekulasi
Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan maka
semakin besar nilai permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemahnilai
tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.

Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:

a. Faktor penerimaan hasil ekspor


Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar
jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada lanjutannya nilai
tukar terhadapmata asing cenderung menguat atau apresiasi. Sebaliknya jika
ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yuang dimiliki menurun sehingga nilai
tukar juga &enderungmengalami depresiasi.
b. faktor aliran modal masuk
Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung semakin
menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar

14
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/09/192455769/sistem-nilai-tukar-mengambang

20
negeri, penempatandana jangka pendek oleh pihak asing (portofolio invesment)
dan investasi langsung pihak asing (foreign direct investment).

B. Perbedaan Perbedaan Konsep Uang Dalam Ekonomi Islam Dan Konvensional


Perbedaan konsep uang dalam ekonomi Islam dan konvensional terdapat
pada uang yang tidak identik dengan modal, uang adalah public goods, modal adalah
private goods, uang adalah flow concept, dan modal adalah stock concept dalam konsep
uang secara Islam.
Konsep uang dari perspektif Islam berbeda dengan konvensional teori yang
memandang uang sebagai komoditas. Islam menetapkan aturan dengan jelasuang dan
perlakuannya, karena uang bukanlah komoditas. Uang harus ditukar pada barang atau
jasa dan pertukaran nya harus dilakukan segera. Ketika uang dianggap sebagai
komoditas, maka hal ini akan membenarkan konsep konvensional nilai waktu uang
seperti yang dibahas di sini. Ekonomi konvensional berpendapat bahwa nilai sekarang
dari segala sesuatu adalah lebih besar dari nilai masa depannya, berdasarkan preferensi
manusia yang tersebar luas untuk memiliki aset saat ini daripada kepemilikannya di masa
depan.
Jadi, teori uang menekankan bahwa sejumlah uang yang dipinjamkan kepada
seseorang harus dibayar kembali dengan kenaikan yang ditetapkan secara kontrak. Begitu
pula dengan harga komoditas yang ditangguhkan harus lebih tinggi dari harga tunai untuk
mengimbangi perbedaan antara nilai-nilainya saat ini dan masa depan. Perbankan dan
keuangan modern didasarkan pada konseptersebut nilai waktu uang. Nilai ini dianggap
konsep investasi dasar dan jugaelemen dasar teori keuangan konvensional. Syariah,
bagaimanapun, tidak melarang kenaikan harga komoditas dalam kontrak penjualan apa
pun yang harus dibayar di masa mendatang.
Dalam konteks keuangan Islam, melarang pertukaran emas, perak, atau nilai
moneter kecuali saat ini dilakukan secara bersamaan. Konsep tersebut tercermin dalam
standar akuntansi, prinsip, perlakuan dan keuangan pelaporan semua lembaga keuangan.
Sementara itu secara konvensional dibenarkan karenateori uang yang menganjurkan
konsep nilai waktu uang dan pandangan uang sebagai komoditas, ini bukanlah pandangan
ekonomi dan keuangan Islam masalah. Sebagai lembaga syariah, bank syariah

21
menawarkan produk keuangan itu didukung aset, yang didasarkan pada investasi dan
perdagangan dalam ekonomi riil.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep uang telah berkembang dari waktu ke waktu dengan perkembangan peradaban
dan kebutuhan manusia. Sepanjang sejarah, orang yang paling berkuasa hampir kaya. Di
puncak kekaisarannya pada abad kelima SM, Athena memaksa semua sekutunya untuk
menggunakan koin Minerva burung hantu; dan semua warga Athena harus turun tangan
di atas koin asing untuk didaur ulang menjadi burung hantu di Minerva. Inilah
dinamikanya untuk menciptakan mata uang dan memastikan peredarannya lebih luas. Ini
karena orang harus baik menyediakan barang atau jasa, seperti pekerjaan mereka untuk
mendapatkannya, atau membayar bunga untuk meminjamnya. Itu berlaku untuk negara-
negara, seperti orang-orang.
Negara mana saja yang uangnya digunakan oleh orang lain untuk menghasilkan
keuntungan, seperti yang dilakukan Amerika Serikat saat ini dari negara lain untuk
menggunakan dolar AS sebagai mata uang internasional utama. Itulah salah satu fitur hari
ini ekonomi internasional yang menurut banyak orang tidak adil.

B. Saran

Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Untuk itu pemakalah berharap kepada para Pembaca, bila didalam makalah ini masih
terdapat kekurangan dimohon untuk memberikan masukan, kritik, dan saran. Semoga kita
dapat mengambil manfaat dari apa yang telah tertulis di makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013)
Ressi Susanti, “Sejarah Transformasi Uang Dalam Islam,” Aqlam: Journal of Islam and Plurality
2, no. 1 (2018)
Eugene F Brigham and Joel F Houston, Fundamentals of Financial Management (Cengage
Learning, 2021).
Georg Friedrich Knapp ( Jerman: [knap] ; 7 Maret 1842 - 20 Februari 1926)

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014),
Aswar Karim, Adiwarman, 2001, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta, Gema
Insani Press

Arifin, Zainul, 2006, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta, Alvabet

A Karim, Adiwarman, 2007, Ekonomi Makro Islam, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada

Tsabit, Ahmad Majdi , „Etika Pertukaran Dalam Islam Menurut Imam AlGhazali‟, Jurnal
Pemikiran Dan Ilmu Keislaman, 1.1 (2018).

Hasibuan, Melayu S.P. 2001. Dasar-dasar Perbankan.Cet.I. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara.

Abu Hamid al-Ghazali, Ihya al-„Ulûmuddin (Semarang: Toha Putera. t.th), Jilid IV, 88

Paul Einzig, Primitive Money: In Its Ethnological, Historical and Economic Aspects (Elsevier,
2014), 20.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/09/192455769/sistem-nilai-tukar-mengambang

24

Anda mungkin juga menyukai