Anda di halaman 1dari 17

UANG DALAM ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur dalam


EKONOMI ISLAM

Oleh : Pasca ES-1B


KELOMPOK 5
Nur Anisyah Harahap : 30121018
Parida Maharani Siregar : 30121021

Dosen Pengampu

Aidil Alfin, M.Ag.Ph.D

PROGRAM STUDI PASCASARJANA EKONOMI SYRIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN 1443 H/ 2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt.yang


telah memberikan karunianya kepada kami penulis sehingga kami masih dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.

Tujuan penulis mebuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Islam kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Aidil yang telah memberikan kami tugas makalah ini dan nantinya kami
dapat memahami Secara rinci tentang Konsep Uang dalam Islam dalam ekonomi
Islam dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama kepada penulis makalah dan kepada seluruh pembaca, apabila di dalam
makalah penulis ada kekurangan kami sebagai penulis minta maaf karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan kesalahan dari kami penulis.

Bukittinggi, 8 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTRA ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

PENDAHULUAN BAB I

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

PEMBAHASAN BAB II

A. Pengertian Uang Dalam Islam .............................................................................. 6


B. Fungsi Uang Dalam Islam..................................................................................... 8
C. Time Value of Money dalam Islam dan Konvensional ...................................... 11
D. Kekuatan dan Kelemahan Dinar dan Dirham ..................................................... 13

PENUTUP BAB III

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 16
B. Saran .......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masayarakat Mekah pada masa jahiliyah telah melakukan

perdagangan dengan mempergunakan uang dari Roma dan Persia.

Menurut al-Balazuri seperti yang dikutip Muhammad Usman Syabir, Uang

yang digunakan ketika itu adalah dinar Hercules, Bizantium, dan dirham

dinasti Sasanid Irak dan sebagai mata uang bangsa Himyar dan yaman. Ini

berarti bangsa arab pada masa itu belum memiliki mata uang tersendiri.

Ketika diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad tidak mengubah mata

uang tersebut karena kesibukannya memperkuat sendi-sendi agama Islam

di jazirah Arab. Pada awal pemerintahannya, Umar Ibn Khatab juga tidak

melakukan perubahan mata uang ini karena kesibukannya melakukan

ekspensi wilayah kekuasaan Islam. Barulah tahun ke-18 H mulai dicetak

dirham Islam yang masih mengikuti model cetakan Sasanid berukiran

Kisra dengan tambahan beberapa kalimat tauhid dalam bentuk tulisan

Kufi, seperti kalimat Alhamdulillah pada sebagian dirham, dan kalimat

4
Muhammad Rasulullah pada dirham yang lain, juga kalimat Umar,Kalimat

Bismillah, Bismillahirabbi, pada dirham yang lainnya.1

Pada Masa Abdul Malik ibn Marwan (65-86 H), khalifah ke tiga

dinasti umaiyyah, dinar dan dirham Islami mulai dicetak dengan model

tersendiri yang tidak lagi ada lambang-lambang Bizantium dan Persia pada

tahun 76 H. Dinar dicetak setimbangan 22 karat dan dirham setimbangan

15 Karat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Uang dalam Islam?

2. Apa Fungsi Uang Menurut Islam?

3. Bagaimana konsep Time value of Money dalam Konsep Islam dan

Konvensional?

4. Kekuatan dan Kelemahan Dinar dan Dirham?

1
Rozalinda,Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada:2015)Hal.286

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Uang Menurut Islam

Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-

naqdu nuqud. Pengertiannya ada beberapa makna, yaitu al-naqdu berarti

yang baik dari dirham, menggenggam dirham, membedakan dirham, dan

al-naqd juga berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam Al-Quran dan

Hadist karena bahasa Arab umumnya tidak menggunakan nuqud unttuk

menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan

mata uang yang terbuat dari emas dan kata dirham utnuk menunjukkan

alat tukar yang terbuat dari perak. 2

Dalam konsep ekonomi Islam juga mengatakan bahwa uang

bukankah modal. Sementara ini orang kadang salah kaprah menempatkan

uang. Uang disamakan dengan modal (capital). Uang adalah barang

khalayak/public goods masyarakat luas. Uang bukan barang monopoli

seseorang. Jadi semua orang berhak memliki uang yang berlaku di suatu

negara. Sementara modal adalah barang pribadi atau prang per-orang. Jika

uang sebagai flow concept sementara modal adalah stok concept.

1. Money Flow concept

2
Rozalinda,Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada:2015)hal.279

6
Uang adalah sesuatu yang mengalir. Sehingga uang diibaratkan

seperti air. Jika air sungai itu mengalir, maka air tersebut akan bersih

dan sehat. Jika air berhenti (tidak mengalir secara wajar) maka air

tersebut menjadi busuk dan bau, demikian juga dengan uang. Uang

berputar untuk produksi akan dapat menimbulkan kemakmuran dan

kesehatan ekonomi masyarakat. Sementara, jika uang ditahan maka

dapat menyebabkan macetnya roda perekonomian.

2. Money as Public Goods

Uang adalah barang untuk masyarakat banyak. Bukan monopoli

perorangan. Sebagai barang umumnya, maka masyarakat dapat

menggunakannya tanpa ada hambatan dari orang lain. Oleh karena itu,

dalam tradisi Islam menumpuk uang sangat dilarang, sebab kegiatan

menumpuk akan menggangu orang lain menggunakannya.3

uang dalam Ilmu ekonomi tradisonal didefinisikan sebagai setiap alat

tukar yang dapat diterima secara umu. Sedangkan dalam Ilmu ekonomi

modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara

umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang

dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran

utang.

Menurut para ahli ekonomi kontemporer, uang didefinisikan dengan

benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk

3
Zulkifli Rusby, Ekonomi Islam (Pekanbaru :Pusat Kajian Pendidikan Islam UIR: 2017)
Hal. 89

7
mengadakan tukar-menukar atau perdagangan dan sebagai standar nilai.

Jadi,uang adalah sarana dalam transaksi yang dilakukan masyarakat dalam

kegiatan produksi dan jasa. Baik uang itu berasal dari emas, perak,

tembaga, kulit, kayu, batu, dan besi. Selama itu diterima masyarakat dan

dianggap sebagai uang.

B. Fungsi uang Menurut Islam

Dalam sistem ekonomi konvensional, uang berfungsi sebagai:

1. Alat tukar (medium of exchange)

2. Standar harga (Standard of value)

3. Penyimpanan kekayaan (store of value)

4. Uang sebagai standar pembayaran tunda (strandard of deferred

payment)

Namun hal ini berbeda dengan sistem ekonomi Islam yang hanya

mengakui fungsi uang itu sebagai medium of exchange dan unit of

account. Sedangkan fungsi uang sebagai store of value dan standard of

deferred payment diperdebatkan oleh ahli ekonomi Islam.

Berdasarkan definisi uang yang dikemukakan di atas, maka fungsi

uang dalam ekonomi Islam dapat dibagi kedalam beberapa bagian sebgai

berikut:

8
1. Satuan Nilai atau Standar Harga (Unit of Account)4

Ini merupakan fungsi uang yang terpenting. Uang adalah satuan

nilai atau standar ukuran harga dalam transaksi barang dan jasa.

Dengan adanya uang sebagai satuan nilai, memudahkan

terlaksananya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Al-

Ghazali berpendapat, uang adalah ibarat cermin. Dalam arti, uang

berfungsi sebagai ukuran nilai yang dapat merefleksikan harga

benda yang ada di hadapannya. Denagn demikian, uang tidak

dibutuhkan untuk uang itu sendiri, karena uang tidak mempunyai

harga, tetapi ia sebagai alat untuk menghargai semua barang.

2. Alat Tukar (Medium of exchange)

Uang adalah alat tukar menukar yang digunakan setiap

individu untuk transaksi barang dan jasa. Misalnya, seseorang yang

memiliki beras untuk dapat memenuhi kebutuhannya terhadap

lauk-pauk ia cukup menjual berasnya dengan meminta uang

sebagai gantinya. Kemudian ia dapat membeli lauk-pauk yang ia

butuhkan. Begitulah fungsi uang sebagai alat tukar pada setiap

transaksi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Kondisi ini jelas berbeda dengan sistem barter tempo dulu. Jika

orang memliki beras menginginkan lauk-pauk, ia harus mencari

orang yang memiliki lauk-pauk yang membutuhkan beras.

4
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group: 2006) Hal.248

9
3. Alat Penyimpan Kekayaan (Store of value atau store of wealth)

Yang dimaksud dengan uang sebagai penyimpan kekayaan adalah

bahwa orang yang mendapatkan uang kadang tidak mengeluarkan

seluruhnya dalam satu waktu, tetapi ia sisiahkan sebagaian untuk

membeli barang atau jasa yang ia butuhkan pada waktu yang ia

inginkan. Atau ia simpan utnuk hal-hal yang tak terduga, seperti

sakit mendadak atau mengadapi kerugian yang tak terduga. Hal ini

disebabkan, karena motif yang memengaruhi seseorang untuk

mendapatkan uang di samping untuk transaksi juga untuk berjaga-

jaga dari kemungkinan-kemungkinann yang tak terduga seperti

kondisi di atas.

4. Sebagai Standar Pembayaran Tunda (standard of Deferred

Payment)

Sebagian ahli ekonomi berpendapat, bahwa uang adalah unit

ukuran dan standar untuk pembayaran tunda. Misalnya, transaksi

terjadi pada waktu sekarang dengan harga tertentu, tetapi uang

diserahkan pada masa yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan

standar ukuran yang digunakan untuk menentukan harga. Menurut

Ahmad Hasan, dalam bukunya al-Auraq al-Naqdiyah fi al-Iqtishad

al-Islami, bahwa uang sebagai ukuran dan standar pembayaran

tunda tidak bisa diterima. Jika yang dimaksudkan adalah menunda

pembayaraan harga, maka yang ditunda adalah uang. Bagaimana

10
mungkin dikatakan bahwa uang adalah ukuran dan standar

pemabayaran tunda? Karena uang menjadi standar uang. Jadi, tepat

ungkapan bahwa uang adalah standar pembayaran tunda karena

fungsi ini merupakan pengulangan (tahsilul hasil) terhadap fungsi

uang sebagai standar nilai. Uang adalah ukuran standar harga

komoditas dan jasa baik brsifat tunai atau tunda. Dalam hal ini,

Muhammad Usman Syabri menjelaskan karena nilai uang itu

fluktuatif, tidak layak menjadi ukuran nilai pembayaran tunda

sehingga dia berpendapat bahwa uang adalah strandar ukuran nilai

baik tunai maupun tunda.

C. Time Value of Money dalam Islam dan konvensional

Konsep Time Value of money atau yang disebut oleh para ekonom

sebagai positive preference menyebutkan bahwa nilai komoditi pada saat

ini lebih tinggi dibanding nilainya di masa depan. Konsep capital and

interest dan positive theory of capital yang dikembangkan oleh ekonom

yang normal, sistematis, dan rasional. Islam mengenal prinsip bahwa uang

dan kekayaan harus digunakan untuk kebiasaan baik bukan dieksploitasi,

tidak boleh berlebih-lebihan, dan tidak dibiarkan sia-sia menganggur.

Islam sangat mengharagai waktu, tetapi penghargaannya tidak

diwujudkan dalam rupiah tertentu atau persentase bunga tetap. Karena

hasil yang nyata dari optimalisasi waktu itu variabel, tergantung jenis

11
usaha, sektor industri, lama usaha, keadaan pasar, stabilitas politik, produk

yang dijual, jaringan pemasaran, termasuk siapa pengelolanya

Dalam Islam tidak dikenal dengan adanya time value of money,

yang dikenal adalah economic value of time, artinya yang bernilai adalah

waktu itu sendiri. Islam memperbolehkan penetapan harga tangguh-bayar

lebih tinggi daripada harga tunai. Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husain

bin Ali bin Abi Thalib, cicit Rasulullah Saw. adalah orang yang pertama

kali menjelaskan diperbolehkannya penetapan harga tangguh yang lebih

tinggi itu sama sekali bukan disebabkan time value of money, namun

karena semata-mata ditahannya hak si penjual barang.

Dalam ekonomi Islami economic value of time diterapkan dalam

lembaga keuangan syariah. Sebagai contoh dalam menghitung nisbah bagi

hasil di bank syariah. Dalam proses penntuan nisbah inn, return on capital

harus diperhitungkan.

Dalam Konvensional konsep time value of money menyatakan

bahwa utilitas uang saat ini lebih tinggi dengan utilitasnya untuk unag

dengan jumlah yang sama di waktu yang akan datang. Konsep ini secara

tidak langsung memperesntasikan time preference pelaku penerapan

konsep time value of money dan kritik pelaksanaan ekonomi dalam

memegang uang. Berdasarkan konsep ini seorang pelaku ekonomi sudah

diasumsikan akan lebih cenderung manusia uang saat ini daripada dimasa

yang akan datang karena manusia hanya digerakkan oleh dirinya sendiri.

12
Dalam konsep ini bunga dijustifikasikan atas modal yang dipinjamkan.

Konsep time value of money secara sederhana menjelaskan bahwa jika

nilai guna sama dengan nilai uang pada masa yang akan datang, maka

pemberi pinjaman akan menambahkan bunga, sehingga nilai uang di masa

yang akan datang adalah sama dengan nilai uang pada saat ini.

D. Kekuatan dan Kelemahan Dinar dan Dirham

1. Kekuatan Dinar dan Dirham5

Menurut Al-Gazali dan Ibnu Tamiyah penggunaan emas dan perak

sebagai mata uang sangat diakui oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Hanya mata uang dinar dan dirham (wariq) yang disebutkan dalam Al-

Qur’an dan As-Sunnah. Pada masa hidup Rasulullah SAW pun mata

uang yang digunakan adalah dinar dan dirham. Hal ini tidak lain

adalah karena emas dan perak memang telah dipilih oleh Allah SWT

sebagai mata uang.

Pemilihan emas dan perak sebagai mata uang tertentu mengandung

banyak hikmah. Diantara hikmah tersebut sebagaimana yang

disebutkan Al-Ghazali bahwa emas dan perak termasuk harta yang

tahan lama tidak mudah rusak.

Pemikiran Al-Ghazali tersebut sangat tepat. Benda yang layak

dijadikan mata uang memang seharusnya tahan lama dan tidak cepat

rusak. Karena, sebagai alat pengukur nilai suatu barang dan sebagai
5
M. Zidny Nafi, Keunggulam Dinar dan Dirjham sebagai Uang Perspektif Al-Ghazali
dan Ibnu Tamiyah( Yogyakart: Program Studi Magister Ekonomi Islam, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijag:2019) Hal.231

13
alat tukar, uang akan digunakan dalam jangka waktu yang lama dan

akan terus beredar ditengah masyarakat. Selama itu, masih ada

beberapa keunggulan dan keistimewaan lain yang dimiliki emas dan

perak, seperti kelangkaannya, mudah diubah dan dicetak dalam bentuk

lain dengan cara dilebur serta menarik perhatian.

2. Kelemahan Dinar dan Dirham

Jika dilihat dari kekurangan dinar dan dirham pada saat ini sebagai

kelemahan nya adalah belum populer di kalangan masyarakat, dan

masih terbatas. Selain itu juga kita menjual di toko perhiasan biasa

harga jual bisa dipastikan turun, walaupun produksi oleh PT Antam. Di

toko perhiasan bisa juga masih jarang, penjual yang menjual dinar dan

dirham, apalagi saat ini dinar dan dirham masih diperjual belikan di

tempat tertentu saja.

Selain itu juga dinar dan dirham ini digunakan tidak untuk

transaksi, dimana dinar dan dirham ternyata dilarang sebagai transaki

alat pembayaran di Indonesia. Hal ini langsung ditegaskan oleh Bank

Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran.

Hal ini tertuang dalam pasal 23 B UUD 1945. Pasal 1 angka 1 dan

angka 2, pasal 2 ayat (1) serta pasal (1) UU mata uang, rupiah adalah

satu-satunya alat pembayaran yang sah Negara Kesatuan republik

Indonesia (NKRI) dan setiap transaksi yang mempunyai tujuan

14
pembayaran yang dilakukan di wilayah NKRI wajib menggunakan

rupaiah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dari penjelasan tentang uang dalam Perspektif Islam di atas

maka dapat disimpulkan bahwa fungsi uang dalam Islam itu adalah

sebagai alat tukar, dalam sistem perekonomian mana pun fungsi utama

uanga juga sebagi alat tukar tetap antara ekonomi islam dan ekonomi

konvensional ada perbedaanya dimana dalam ekonomi kapitalis, uang

tidak sebagai alat pertukaran yang sah melainnkan juga sebagai komoditas.

Menurut sistem kapitalis, uang juga dapat diperjualbelikan dengan

kelebihan baik one the spot maupun secara tangguh. Lebih jauh, dengan

cara pandang demikian, maka uang juga dapat disewakan. Jika dilihat dari

Islam, apa pun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah

sebagai medium of exchange. Ia bukan suatu komoditas bisa

diperjualbelikan dengan kelebihan baik secara one the spot maupun

bukan.

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya


makalah ini masih banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan baik itu
tata cara penulis maupun pembahasan di dalamnya. Untuk itu segenap
kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian demi
kesempurnaannya makalah berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa Edwin Nasution, ( 2006) Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group)

M. Zidny Nafi, ( 2019) Keunggulam Dinar dan Dirjham sebagai Uang Perspektif

Al-Ghazali dan Ibnu Tamiyah( Yogyakart: Program Studi Magister Ekonomi Islam,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijag)

Rozalinda, (2015) Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada)

Zulkifli Rusby, ( 2017) Ekonomi Islam (Pekanbaru :Pusat Kajian Pendidikan Islam UIR)

17

Anda mungkin juga menyukai