Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Etika

bisnis

Islam

diawali

sejak

Nabi

Muhammad

dilahirkan

untuk

menyempurnakan akhlak, termasuk dalam hal berbisnis. Rasulullah Saw. mengeluarkan


sejumlah kebijakan-kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan
masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum (fiqh), politik (siyasah) dan juga
masalah perdagangan (muamalah). Masalah ekonomi umat menjadi perhatian
Rasulullah Saw. karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang
harus diperhatikan.
Para Khulafaurrasyidin adalah penerus kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.
karenanya kebijakan mereka tentang perekonomian pada dasarnya adalah melanjutkan
dasar-dasar yang dibangun Rasulullah Saw.
Selanjutnya kebijakan Rasulullah Saw. menjadi pedoman oleh para penggantinya
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Thalib
dalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al-Quran dan As-Sunnah digunakan
sebagai dasar etika bisnis dan teori ekonomi oleh para Khalifah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka permasalahan yang diambil
dalam penulisan ini adalah bagaimana penegakan etika bisnis pada masa
Khulafaurrasyidin setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw., yakni sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Masa Kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a (11-13 H/632-635)


Masa Kekhalifahan Umar Ibn Khaththab r.a (13-23 H/634-644 M)
Masa Kekhalifahan Utsman Ibn Affan r.a (23-35H/644-656 M)
Masa Kekhalifahan Ali Ibn Thalib r.a (35-40H/656-661 M)

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Masa Kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a (11-13 H/632-635 M)
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Mar bin Kaab bin
Saad bin Tamin bin Murrah bin Kaab bin Luay al-Taymi al-Qurasyi, bergelar ashShiddiq (yang membenarkan) atau al-Atiq (yang dibebaskan) Abu Bakar dilahirkan di
Mekkah dua setengah tahun setelah Tahun Gajah atau lima puluh setengah tahun
sebelum dimulainya Hijrah. Abu Bakar termasuk suku Quraisy dari Bani Taim, dan
silsilah keturunannya sama dengan Rasulullah Saw. dari garis ke-7.1
Setelah Rasulullah Saw. wafat, Abu Bakar terpilih sebagai Khalifah Islam yang pertama.
Beliau merupakan pemimpin agama sekaligus kepala negara kaum Muslimin. 2 Abu
bakar sewaktu memberikan sambutan selaku Khalifah terpilih, beliau menunjukkan rasa
tanggung jawabnya terhadap rakyat. Dikisahkan bahwa ia mengatakan:
Hai rakyatku, awasilah agar aku menjalankan pemerintahan dengan hati-hati. Aku
bukan yang terbaik di antara kalian; aku membutuhkan semua nasihat dan bantuan
kalian. Jika aku benar dukunglah aku, jika aku salah tegurlah aku. Mengatakan yang
benar kepada orang yang ditunjuk untuk memerintah merupakan kesetiaan yang
tulus; menyembunyikan adalah pengkhianatan. Menurut pandanganku, yang kuat
dan yang lemah adalah sama, kepada keduanya aku ingin berbuat adil. Bila aku taat
kepada Allah dan Rasul-Nya aku tidak berhak untuk kalian taati.
Menurut Siti Aisyah, ketika Abu Bakar terpilih, beliau mengatakan:
Umatku telah mengetahui yang sebenarnya bahwa hasil perdagangan saya tidak
mencukupi kebutuhan keluarga, tapi sekarang saya dipekerjakan untuk mengurus
kaum muslimin.
Beliau mendapat kepercayaan pertama dari kalangan Muslim untuk menggantikan
posisi Rasulullah Saw. setelah beliau wafat, ada beberapa criteria yang melekat pada diri
abu Bakar sehingga kaum Muslimin mempercayai puncak kepemimpinan Islam di
antaranya adalah terdapat ketaatan dan keimanan beliau yang luar biasa, factor
1 Drs. Nur Chamid, MM, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 62
2 Ir. H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.F.P., Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 54

kesenioran di antara yang lain sehingga wibawa menjadi penentu, juga factor kesetiaan
dalam mengikuti dan mendampingi Rasulullah dalam berdakwah menyadarkan kaum
Muslim bahwa beliau memang pantas menjadi pengganti Rasulullah Saw. Pemilihan
tersebut berlangsung secara alami tanpa ada intervensi dari manapun3
Selain itu, pengangkatan Abu Bakar menggantikan Rasulullah Saw. menjadi
masalah bagi kaum Muhajirin dan Anshor (konflik internal) serta munculnya
pemberontakan untuk memisahkan diri dari pemerintahan Madinah. Para pemberontak
berasal dari dua kelompok, kelompok pertama terdiri dari mereka yang kembali balik
menyembah berhala di bawah pimpinan Musailamah, Tulaihah, Sajah, dan lain-lain.
Kelompok kedua tidak menyatakan permusuhan terhadap Islam tetapi hanya
memberontak kepada negara. Mereka menolak membayar zakat dengan dalih bahwa
pembayaran itu hanya sah kepada Nabi, satu-satunya orang yang mereka siap
membayarnya.4 Pada masa pemerintahannya yang hanya berlangsung selama dua tahun,
Abu Bakar ash-Shiddiq banyak menghadapi persoalan dalam negeri yang berasal dari
kelompok murtad, nabi palsu, dan pembangkang zakat. Berdasarkan hasil musyawarah
dengan para sahabat yang lain, beliau memutuskan untuk memerangi kelompok tersebut
melalui apa yang disebut sebagai Perang Riddah (Perang Melawan Kemurtadan).
Setelah berhasil menyelesaikan urusan dalam negeri, beliau mulai melakukan ekspansi
ke wilayah utara untuk menghadapi pasukan Romawi dan Persia yang selalu
mengancam kedudukan umat Islam. Namun beliau meninggal dunia sebelum usaha ini
selesai dilakukan.5
Kemudian langkah-langkah yang dilakukan Abu Bakar menyempurnakan ekonomi
Islam adalah:
1. Melakukan penegakan hukum terhadap pihak yang enggan membayar zakat. Selama
kurang lebih 27 bulan masa kepemimpinan beliau ada beberapa problematika sosial
dalam negara Islam yang menjadi tantangan berat beliau. Beliau dihadapkan pada
pembangkang-pembangkang seperti kaum yang murtad, cukai dan kelompok yang
tidak mau membayar zakat kepada negara. Abu Bakar mengambil langkah-langkah
3 Ibid., hlm. 63
4 Ibid., hlm. 64
5 Ir. H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.F.P. Op.Cit., hlm. 54

tegas untuk mengumpulkan zakat dari semua umat Islam termasuk Badui yang
kembali memperlihatkan pembangkangan setelah Rasulullah Saw wafat6. Menurut
Imam Suyuti, ketika berita wafatnya Rasulullah Saw tersebar ke seluruh penjuru
Madinah, banyak suku-suku Arab yang menolak membayar zakat. Abu Bakar
memerintahkan pasukannya untuk menyerang suku-suku pembangkang tersebut.
Umar bin Khatab meminta untuk mencabut perintahnya, namun Abu Bakar berkata:
Aku akan memerangi mereka sekalipun mereka hanya menolak membayar satu kali
zakat atau menolak memberikan kambing muda yang biasa mereka serahkan kepada
Rasulullah Saw.
Akhirnya Abu Bakar mampu mengatasinya dengan sebuah kebijakan disertai
dengan pasukan lini terdepan untuk melakukan pemungutan zakat. Abu Bakar
menyamakan seluruh rakyat dalam jumlah pembagian zakat.
2. Abu Bakar terkenal dengan keakuratan dan ketelitiannya dalam mengelola dan
menghitung zakat, terbukti dengan ketelitiannya, beliau mengangkat seorang Amil
zakat yaitu Anas. Perhatian terhadap keakuratan perhitungan zakat Abu Bakar
seperti yang ia katakana kepada Anas bahwa:
Jika seseorang yang harus membayar unta betina berumur satu tahun sedangkan dia
tidak memilikinya dan ia menawarkan untuk memberikan seekor unta betina
berumur dua tahun, hal tersebut dapat diterima. Kolektor zakat akan mengembalikan
20 dirham atau dua ekor kambing padanya (sebagai kelebihan pembayaran).
Beliau juga sangat akurat dalam perhitungan dan pengumpulan zakat kemudian
ditampung di Baitul Maal dan didistribusikan dalam jangka waktu yang tidak lama
sampai habis tidak tersisa. Sehingga beliau menginstruksikan kepada Amil yang
sama, kekayaan dari orang yang berbeda tidak dapat digabung atau kekayaan yang
telah digabung tidak bisa dipisahkan (dikhawatirkan akan kelebihan pembayaran
atau kekurangan penerimaan zakat). Pembagiannya sama rata antara sahabat yang
masuk Islam terlebih dahulu maupun yang belakangan, pria maupun wanita. Beliau
juga membagikan sebagian tanah taklukan, dan sebagian yang lain tetap menjadi
milik negara. Dan juga mengambil alih tanah orang-orang yang murtad untuk
kepentingan umat Islam. Ketika beliau wafat hanya ditemukan satu dirham dalam
6 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, hlm 128

perbendaharaan negara karena memang harta yang sudah dikumpulkan langsung


dibagikan, sehingga tidak ada penumpukan harta di Baitul Maal.
3. Pengembangan Baitul Maal dan pengangkatan penanggungjawab Baitul Maal.
Sebelum menjadi Khalifah, Abu Bakar tinggal di Sikh, yang terletak di pinggir kota
Madinah

tempat

Baitul

Maal

dibangun.

Abu

Ubaid

ditunjuk

sebagai

penanggungjawab Baitul Maal. Setelah 6 bulanAbu Bakar pindah ke Madinah dan


bersamaan dengan itu sebuah rumah dibangun untuk Baitul Maal. Sistem
pendistribusian yang lama tetap dilanjutkan, sehingga pada saat wafatnya hanya satu
dirham yang tersisa dalam perbendaharaan keuangan. Pada awal kepemimpinannya
beliau mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
sehingga dengan penuh keterbukaan dan keterusterangan beliau mengatakan kepada
umatnya bahwa perdagangan beliau tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Kesulitan beliau diketahui oleh khalayak ramai terutama oleh Siti
Aisyah dan dengan kesepakatan bersama selama kepemimpinan beliau Baitul Maal
mengeluarkan kebutuhan Khalifah Abu Bakar yaitu sebesar dua setengah atau dua
tiga perempat dirham setiap harinya dengan tambahan makanan berupa daging
domba dan pakaian biasa. Setelah berjalan beberapa waktu, ternyata tunjangan
tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2000 atau 2500 dirham dan menurut
keterangan yang lain mencapai 6000 dirham per tahun.
4. Selain itu Abu Bakar juga menerapkan konsep balance budget policy pada Baitul
Maal.
5. Secara individu Abu Bakar adalah seorang praktisi akad-akad perdagangan.7
6. Beliau juga mulai mempelopori sistem penggajian bagi aparat negara, misalnya
untuk khalifah sendiri digaji amat sedikit, yaitu 2,5 atau 2,75 dirham setiap hari
hanya dari Baitul Maal.8
7 Ibid., hlm. 64-67
8 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta, Ekonomi Islam
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 101

Namun demikian, beberapa waktu menjelang ajalnya, Abu Bakar banyak menemui
kesulitan dalam mengumpulkan pendapatan negara sehingga beliau menanyakan berapa
banyak upah atau gaji yang telah diterimanya. Ketika diberitahukan bahwa
tunjangannya sebesar 8000 dirham, beliau langsung memerintahkan untuk menjual
sebagian besar tanah yang dimilikinya dan seluruh hasil penjualannya diberikan kepada
negara.9 Beliau menanyakan lebih lanjut lagi seberapa banyak fasilitas yang telah
dinikmati selama kepemimpinannya. Diberitahukan bahwa fasilitas yang diberikan
kepadanya adalah seorang budak yang tugasnya memelihara anak-anak dan
membersihkan pedang-pedang kaum Muslimin, seekor unta membawa air dan sehelai
kain pakaian biasa. Beliau mengintruksikan untuk mengalihkan semua fasilitas tersebut
kepada pemimpin berikutnya setelah beliau wafat.
Abu Bakar meninggal pada 13 Hijrah atau 13 Agustus 634 Masehi dalam usia 63
tahun, dan kekhalifahannya berlangsung selama dua tahun tiga bulan sebelas hari.
Jenazah Abu Bakar dimakamkan di samping Rasulullah Saw.10 Kebijakan fiscal pada
masa Abu Bakar ini masih melanjutkan apa yang dulu telah ada pada masa Nabi
Muhammad Saw di antaranya adalah zakat, khums min al-Ghanaim, kharaj, jizyah,
usyur, warisan wakalah, wakaf, shadaqah.11
2.2 Masa Kekhalifahan Umar Ibn Khaththab r.a (13-23 H/634-644 M)
Umar bin Khaththab atau Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin Abd al-Uzza bin
Rabbah bin Abdullah bin Qart bin Razah bin Adi bin Kaab bin Luay bin al-Adawi alQurasyi. Panggilan Abu Hafsah, bergelar al-Faruq. Dilahirkan di Makkah, tahun 40
sebelum Hijrah. Silsilahnya berkaitan dengan garis keturunan Rasulullah Saw pada
generasi kedelapan. Beliau salah satu dari tujuh belas orang Mekkah yang terpelajar
ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad al-Amin, Umar masuk Islam pada
umur 27 tahun.
Sebelum kematiannya, Abu Bakar mencalonkan Umar bin Khaththab sebagai
penerusnya dan pencalonan tersebut diterima secara aklamasi. Menurut Amir Ali,
9 Ir. H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.F.P.,Op.Cit., hlm. 55
10 Ibid., hlm. 68
11 Dr. Rozalinda, M.Ag., Ekonomi Islam (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 55

masuknya Umar dalam kekhalifahan, adalah nilai yang tinggi bagi Islam. Beliau
adalah seorang yang memiliki moral kuat, adil, memiliki energy yang besar dan karakter
yang kuat (dan memiliki kemampuan administrative).12
Adapun tujuan dari Abu Bakar mencalonkan Umar, untuk mencegah kemungkinan
terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam, Abu Bakar
bermusyawarah dengan para pemuka sahabat tentang calon penggantinya. Dan dari
hasil musyawarah tersebut, beliau menunjuj Umar bin Khaththab sebagai Khalifah
Islam kedua. Setelah di angkat sebagai Khalifah, Umar ibn al-Khaththab menyebut
dirinya sebagai Khalifah Khalifati Rasulillah (Pengganti Dari Pengganti Rasulullah).
Beliau juga memperkenalkan istilah Amir al-Muminin (Komandan Orang-orang yang
Beriman).
Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama sepuluh tahun, Umar ibn alKhaththab banyak melakukan ekspansi hingga wilayah Islam meliputi Jazirah Arab,
sebagian wilayah kekuasaan Romawi (Syria, Palestina, dan Mesir), serta seluruh
wilayah kerajaan Persia, termasuk Irak. Atas keberhasilannya tersebut, orang-orang
Barat menjuluki Umar sebagai The Saint Paul of Islam. Karena perluasan daerah trjadi
dengan cepat, Umar ibn al-Khaththab segera mengatur administrasi negara dengan
mencontoh Persia. Administrasi pemerintah diatur menjadi delapan wilayah provinsi:
Makkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beliau juga
membentuk jawatan kepolisian dan kawatan tenaga kerja13
Seorang penulis dari Amerika, Michael H. Hart, dlaam bukunya The Hundred, buku
yang merengking orang-orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah dunia,
menempatkan Umar pada posisi ke-51 dalam urutan tersebut. Ia menulis, keberhasilan
Umar sangat mengagumkan, setelah Muhammad Saw yang ditempatkan pada posisi
pertama. Umar adalah figure utama dalam penyebaran Islam. Tanpa jasanya dalam
menaklukkan daerah-daerah kekuasaan, Islam diragukan dapat tersebar luas seperti
sekarang ini.
Ketika dilantik menjadi Khalifah, Umar bin Khaththab mengumumkan kepada
rakyat tentang pengaturan kekayaan negara Islam. Beliau berkata Barang siapa ingin
12 Ibid., hlm. 68-69
13 Ir. H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.F.P.,Op.Cit., hlm. 58

bertanya tentang al-Quran, maka datanglah kepada Ubay bin Kaab. Barang siapa ingin
bertanya tentang ilmu faraidh (ilmu waris), maka datanglah kepada Zaid bin Tsabit.
Barang siapa bertanya tentnag harta, maka datanglah kepadaku, karena Allah Swt telah
menjadikanku sebagai penjaga harta dan pembagi (distributor).
Banyak hal dan prestasi yang berhasil dilakukan selama beliau memerintah, di
antaranya:
1. Kebijakan Ekonomi
Strategi yang dipakai oleh Amirul Mukminin Umar Ibn Khaththab adalah dengan
cara penanganan urusan kekayaan negara, disamping urusan pemerintahan, Khalifah
adalah penanggung jawab rakyat, sedangkan rakyat adalah sumber pemasukan kekayaan
negara yang manfaatnya kembali kepada mereka dalam bentuk jasa dan fasilitas umum
yang diberikan negara.
Apa yang telah diterapkan oleh Umar Ibn Khaththab pada masa dahulu adalah
serupa dengan apa yang diterapkan oleh pemerintah Amerika sekarang, dimana
pemimpin negara langsung memeriksa kantor strategi pertahanan negara. Juga kepala
negara mengikuti proses restrukturisasi stabilitas umum dan program ekonomi negara.
Ia diberi kesempatan untuk member perhatian dan pengawasan atas sirkulasi ekonomi.
Dalam sambutannya ketika diangkat menjadi Khalifah, beliau mengumumkan
kebijakan ekonominya yang berkaitan dengan fiscal yang akan dijalankannya, dari
pidato yang beliau sampaikan di hadapan khalayak ramai sebagai dasar-dasar beliau
dalam menjalankan kepemimpinannya yang terkenal dengan sebutan 3 dasar, sebagai
berikut:
a) Negara Islam mengambil kekayaan umum dengan benar, dan tidak mengambil hasil
dari kharaj atau harta Fai yang diberikan Allah kecuali dengan mekanisme yang
benar.
b) Negara memberikan hak atas kekayaan umum, dan tidak ada pengeluaran kecuali
sesuai dengan haknya; dan negara menambahkan subsidi serta menutup hutang.

c) Negara tidak menerima harta kekayaan dari hasil yang kotor. Seorang penguasa
tidak mengambil harta umum kecuali seperti pemungutan harta anak yatim. Jika dia
berkecukupan, dia tidak mendapat bagian apapun. Kalau dia membutuhkan maka
dia memakai dengan jalan yang benar.
Adapun kebijakan Umar mengenai subsidi negara yaitu, sebagai negara harus
memperhatikan apa yang dibelanjakan, untuk merealisasikan hal tersebut, hendak
memperhatikan kaidah berikut ini:
1) Seharusnya tujuan dari pembelanjaan umum sudah direncanakan. Kekayaan umum
tidak diguanakan untuk kebathilan seperti panjajahan, memunculkan fitnah,
melontarkan ide yang bertentangan dengan kebenaran, atau menanamkan modal
dalam tindakan haram.
2) Negara juga harus melaksanakan dengan baik apa yang telah ditetapkan oleh Allah.
Zakat diberikan kepada mereka yang berhak sebagaimana yang diterangkan oleh
Allah Swt di dalam al-Quran:

sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, para Muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah MAha mengetahui lagi Maha Bijaksana.14
3) Pembagian harta hasil rampasan perang yang berjumlah 1/5 diberikan sesuai dengan
yang telah ditetapkan Allah Swt di dalam ayat:
Apa saja harta rampasan (faii) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota. Maka adalh untuk Allah, untuk
rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu, apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa
14 Q.S. At-Taubah [9] : 60

yang dilarang bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah.


Sesungguhnya Allah amat keras hukumnya.15
4) Seharusnya penggunaan harta umum sesuai dengan kadar yang diperlukan dan telah
direncanakan, tanpa pemborosan dan tidak terlalu mengirit, karena pemborosan
hanya menyia-nyiakan harta negara. Sementara kalau terlali ditahan-tahan
pengeluarannya, maka akan membuat proyek negara macet. Apabila dana pelayanan
umum terlalu di irit, maka fasilitas umum akan memburuk. Semua itu mengikuti
petunjuk Allah Swt:

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,


dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian. 16
5) Seharusnya manfaat penggunaan kekayaan negara dikembalikan kepada rakyat, dan
bukan kepada pribadi penguasa atau pejabat. Tidak pula dikhususkan untuk
golongan atau kepentingan pribadi dengan mengesampingkan golongan lainnya.
Pembelajaan negara juga harus member manfaat kepada Ahlul Kitab; selama mereka
masih membayar kewajiban harta yang ditetapkan oleh negara Islam sesuai perintah
Allah Swt:
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. 17
Jadi dalam kebijakan ekonomi Umar bin Khaththab, berkaitan dengan pelarangan
negara dalam penggunaan kekayaan negara untuk Kebathilan. Ada 3 dasar yang
diumumkan oleh Amirul Mukminin Umar Ibn Khaththab dalam kebijakan ekonominya
15 Q.S. Al-Hasyr [59] : 7
16 Q.S. Al-Furqan [25] : 67
17 Q.S. Al-Mumtahanah : 8

adalah melarang menggunakan kekayaan umum untuk kebathilan sebenarnya muncul


karena kesenangan orang terhadap harta secara berlebihan yang menjadikan mereka
tamak akan harta.
Kebijakan ketiga dalam politik ekonomi yang dicanangkan Umar yaitu bahwa yang
menangani kekayaan umum layaknya seperti seorang pengasuh anak yatim. Dasar ini
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Kekayaan umum seperti halnya harta anak yatim yang tidak dapat digunakan
langsung dengan sepengetahuan pemiliknya, sebab pemiliknya adalah rakyat yang
pengaturannya diwakilkan kepada penguasa di negara Islam atau badan legislative
menurut istilah sekarang. Hal ini menuntut orang yang mengatur kekayaan umum
untuk menentukan dasar-dasar yang diberikan oleh Islam, khususnya dalam
memberikan ketentuan gaji bagi orang yang mengolahharta anak yatim. Seseorang
tidak mendapatkan bagian, kecuali sesuai dengan apa yang telah dia usahakan dalam
mengelola kekayaan.
b. Harta rakyat harus terpisah dari harta penguasa. Maka tidak dibolehkan bagi para
raja atau pemimpin negara untuk melakukan intervensi terlalu jauh dalam mengatur
kekayaan negara kemudian mereka hanya tinggal mengambil keuntungannya, sebab
kekayaan umum bukan harta mereka tetapi harta rakyat da mereka yang berkuasa
atas harta tersebut.
Kehati-hatian Umar terhadap kekayaan negara berdasarkan keyakinan bahwa harta
itu milik Allah Swt, yang disimpulkan dari firman-Nya:
Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.18

18 Q.S. Al-Hadid [57] : 7)

2. Unsur-unsur Kebijakan Fiskal


a. Baitul Maal
Kontribusinya yang terbesar adalah membentuk perangkat administrasi yang baik
untuk menjalankan roda pemerintahan yang besar. Ia mendirikan institusi administrasi
yang hampir tidak mungkin dilakukan pada abad ke-tujuh sesudah Masehi. Pada tahun
16 H, Abu Hurairah, Amil Bahrain, mengunjungi Madinah dan membawa 500.000
dirham kharaj. Itu adalah jumlah yang besar sehingga Khalifah mengadakan pertemuan
dengan Majelis Syura untuk menanyai pendapat mereka dan kemudian diputuskan
bersama bahwa jumlah tersebut tidak untuk didistribusikan melainkan untuk disimpan
sebagai cadangan darurat,membiayai angkatan perang dan kebutuhan lainnya untuk
Ummah. Ibn Katsir meriwayatkan dalam kitab al-Bidayah Wan Hinayah:
Sewaktu Abu Bakar wafat dan Umar bin Khaththab menjadi Khalifah, beliau
mengumpulkan para bendaharawan kemudian masuk ke rumah Abu Bakar dan
membuka Baitul Maal. Ternyata mereka tidak menemukan apa pun (dalam riwayat
lain disebutkan hanya mendapatkan satu dinar saja yang terjatuh dari kantungnya).
Keadaan ini jauh berubah di zaman Umar, sebagaimana ditulis oleh Quth Ibrahim
Muhammad dalam As-Siyasah al-Maliyah Li Umar bin Khaththab.19
Umar membangun Baitul Maal yang regular dan permanen di ibukota, kemudian
dibangun di cabang-cabang dan di ibukota provinsi. Selain, sebagai bendahara negara,
Baitul Maal yang bertugas sebagai pelaksana kebijakan fiscal dan khalifah adalah yang
berkuasa penuh atas dana tersebut. Bersamaan dengan reorganisasi Baitul Maal, Umar
mendirikan Diwan Islam yang pertama disebut al-Diwan. al-Diwan adalah kantor yang
ditujukan untuk membayar tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pension serta
tunjangan lainnya dlam basis yang regular dan tepat. Khalifah juga menunjukkan
sebuah komite yang terdiri dari Nassab ternama untuk membuat laporan sensus
penduduk Madinah sesuai dengan tingkat kepentingan dan kelasnya.20
19 Ibid., hlm. 75-76
20 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta., Lo.Cit., hlm.
102

b. Kepemilikan Tanah
Dalam sejarah, Abu Hurairah ketika menjabat sebagai Gubernur Bahrain berhasil
mengumpulkan Kharaj sebesar 500.000 dirham. Dari negeri Sawad berhasil
dikumpulkan sebsesar 100.000.000 dinar dan dari Mesir 2.000.000 dinar.21
Selanjutnya, kharaj dan tanah yang dibayar sangat terbatas dan tidah dibutuhkan
perangkat yang terelaborasi untuk administrasi. Sepanjang pemerintahan Umar, banyak
daerah yang ditaklukkan melalui perjanjian damai, ini memunculkan banyak masalah
baru. Pertanyaan utama adalah bagaimana mengumumkan kebijakan negara tentang
kepemilikan tanah yang ditaklukkan. Angkatan perang dan pemuka sahabat menuntut
agar kekayaan tersebut didistribusikan kepada para pejuang, sementara yang lainnya
seperti Maudh Ibn Jahal menolak dengan mengatakan, Apabila kamu membagi suatu
tanah, hasilnya tidak akan mengembirakan.
Daerah penumpukan kharaj mencakup bagian yang cukup besar dari kerajaan
Roman dan Sassanaid, karena itu sistem yang terelaborasi dibutuhkan untuk penilaian,
pengumpulan, dan pendistribusian penghasilan yang memperoleh dari tanah-tanah
tersebut. Berdasarkan hasil survey, luas tanah di daerah tersebut 36 juta Jarib. Setiap
jarib dinilai angka dan jumlahnya dan kemudian dikirimkan proposalnya ke Khalifah
untuk persetujuan.
Umar menerapkan peraturan berikut :
1) Wilayah Iraq yang ditaklukan dengan kekuatan, menjadi Muslim dan kepemilikan
tidak dapat diganggu gugat, sedangkan bagian yang berada di bawah perjanjian
damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikan tersebut dapat
dialihkan.
2) Kharaj dibebankan pada semua tanah yang berada di bawah kategori pertama,
meskipun pemilik tersebut kemudian memeluk Islam, dengan demikian tanah seperti
itu tidak dapat dikonversikan menjadi tanah ushr.
21 Dr. Rozalinda, M.Ag., hlm. 55

3) Beban pemilik tanah diberi hak kepemilikan, sepanjang mereka membayar kharaj
dan jizya.
4) Sisa tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau tanah yang diklaim
kembali (seperti Basra) bila ditanami oleh Muslim diberlakukan sebagai ushr.
5) Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar satu dirham dan satu rafiz (satu ukuran local)
gandum dan barley (jenis gandum), dengan anggapan tanah tersebut dapat dilalui
air. Harga yang lebih tinggi dikenakan kepada ratbah (rempah atau cengkeh) dan
perkebunan.
6) Di Mesir, menurut sebuah perjanjian Amar, dibebankan dua dinar, bahkan hingga
tiga Irdabb gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, madu, dan rancangan ini
telah disetujui Khalifah.
7) Perjanjian Damaskus (Syiria) menetapkan pembayaran tunai, pembagian tanah
dengan Muslim. Beban per-kepala sebebsar satu dinar dan beban jarib (unit berat)
yang diproduksi per-jarib (ukuran) tanah.22
c. Zakat
Umar menerapkan pemungutan dan pendistribusian zakat sesuai dengan petunjuk
syariat yang termaktub dalam Al-Quran dan hadits nabi. Umar mengenakan zakat kuda
kepada pemiliknya sebesar satu dirham untuk setiap 40 dirham kuda (satu ekor kuda)
nilainya 20.000 dirham, ini merupakan ijtihad Umar Ibn Khaththab, karena pada
umumnya sahabat memiliki lebih dari 200 ekor kuda, ketika itu kuda mempunyai nilai
jual yang tinggi.
d. Ushr
Di masa Umar, ushr dibebankan sebesar 2,5 % per tahun untuk pedagang Muslim, 5
% per tahun untuk kafir zimmi.23 Sebelum Islam dating, setiap suku atau kelompok suku
yang tinggal di pedesaan biasa membayar pajak (ushr) pembelian dan penjualan (maqs).
22 Ibid., hlm. 83-84
23 Dr. Rozalinda, M.Ag. hlm. 55-56

Besarnya 10 % dari nilai barang atau satu dirham setiap transaksi. Tetapi setelah negara
Islam berdiri di negara Arabia, Nabi mengambil inisiatif untuk mendorong usaha
perdagangan dengan menghapus bea masuk antar provinsi yang masuk dalam daerah
kekuasaan dan masuk dalam perjanjian yang ditandatangani oleh beliau bersama sukusuku yang tunduk kepada kekuasaannya. Secara jelas dikatakan bahwa pembebanan
sepersepuluh hasil pertanian kepada pedagang Manbij (Hierapolis) dikatakan sebagai
yang pertama dalam masa Umar.
Ushr dikumpulkan dari barang-barang sekali setahun. Seorang Taghlibi menjual
kudanya dengan harga sebesar 20.000 dirham, Staf Zaid memintanya untuk membayar
seribu dirham (5%) sebagai ushr. Jumlah tersebut dibayarkan tetapi kuda tersebut tidak
terjual sehingga ia mengambil kembali kudanya. Setelah beberapa waktu ia datang
kembali dengan kudanya dan pemungut pajak kembali meminta ushr darinya. Orang
tersebut menolak membayar apapun dan mengadukan masalahnya kepada Khalifah
Umar. Setelah mendengarkan kasusnya, Umar mengintruksikan para pejabat untuk tidak
menarik ushr dua kali dalam setahun walaupun barang tersebut diperbaharui.
e. Sadaqah Untuk Non-Muslim
Kalau di masa Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar, terhadap warga negara nonMuslim dibebankan jizyah. Namun, di masa Umar Ibn Khaththab, mereka dibebankan
sedekah ganda24. Tidak ada ahli Kitab yang membayar shadaqah atas ternaknya
kecuali orang Kristen Banu Taghlibi yang keseluruhan kekayaannya terdiri dari ternak.
Mereka membayar dua kali lipat dari yang dibayar Muslim.Banu Taghlibi adalah suku
Arab Kristen yang menderita akibat peperangan. Umar mengenakan jizyah kepada
mereka, tetapi mereka terlalu gengsi sehingga menolak membayar jizyah dan malah
membayar shadaqah. Namun Ibn Zuhra memberikan alas an untuk kasus mereka. Ia
mengatakan pada dasarnya tidaklah bijaksana memperlakukan mereka seperti musuh
dan seharusnya keberanian mereka menjadi aset negara. Umar pun memanggil mereka
dan menggandakan shadaqah yang harus mereka bayar, dengan syarat mereka setuju
untuk tidak membaptis seorang anak atau memaksanya untuk menerima kepercayaan
mereka. Mereka pun menyetujui dan menerima membayar shadaqah ganda.

24 Dr. Rozalinda, M.Ag., hlm. 56

f. Koin
Pada masa Nabi dan sepanjang masa Khulafaurrasidin, koin mata uang asing dengan
berbagai bobot sudah dikenal di Arabia, seperti dinar, sebuah koin emas dan dirham
sebuah koin perak. Bobot dinar adalah sama dengan satu mistqal atau sama dengan dua
puluh qirat atau seratus grain barley. Bobot dirham tidak seragam. Untuk menghindari
kebingungan , Umar menetapkan bahwa dirham perak seberat 14 qirat atau 70 grain
barley. Jadi, rasio antara satu dirham dan satu mithqal adalah tujuh persepuluh.
g. Klasifikasi Pendapatan Negara
Pada periode awal Islam, kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan
negara adalah mendistribusikan semua pendapatan yang diterima. Kebijakan tersebut
berubah pada masa Umar, pada saat itu pendapatan meningkat tajam dan Baitul Maal
didrikan secara permanen di pusat kota dan Ibu Kota propinsi.
Terbagi dalam empat bagian dalam pendapatan yang diterima di Baitul Maal,
sebagai berikut :
a) Pendapatan yang diperoleh dari zakat dan ushr yang dikenakan terhadap Muslim,
b) Pendapatan yang diperoleh dari khums dan shadaqah,
c) pendapatan yang diperoleh dari kharaj, fay, jizyn, ushr dan sewa tetap tahunan
tanah-tanah yang diberikan,
d) berbagai macam pendapatan yang diterima dari berbagai sumber.
Pandapatan (income) dalam bagian pertama, umumnya didistribusikan dalam tingkat
local jika kelebihan penerimaan sudah disimpan di Baitul Maal pusat dan sudah
dibagikan ke delapan kelompok yang disebutkan secara jelas di dalam al-Quran.
Pendapatan yang terdapat dibagian kedua dibagikan pada orang yang sangat
membutuhkan dan fakir-miskin atau untuk membiayai kegiatan mereka dalam mencari
kesejahteraan tanpa diskriminasi.
Pendapatan jenis ketiga digunakan untuk membayar dana pension dan dana
bantuan (allowances), serta menutupi pengeluaran operasional administrasi, kebutuhan
militer dan seterusnya.

Pendapatan pada bagian keempat dikeluarkan untuk para pekerja pemeliharaan


anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.
h. Pengeluaran
Pada pengeluaran yang paling penting dari pendapatan keseluruhan adalah dana
pension kemudian diikuti oleh dana pertahanan negara dan dana pembangunan, seperti
dijelaskan sebelumnya, Khalifah Umar telah menetapkan dana pension berada di tempat
pertama dalam daftar persediaan bulanan (Arzaq) dalam 18 Hijrah, dan selanjutnya di
dalam tahun 20 Hijrah dalam formulir tentang anuitas (Atya). Awalnya dana pension
ditetapkan untuk mereka yang akan bergantung dan pernah bergabung dalam
kemiliteran, karena merekalah yang akan menjadi dan berpotensial menjadi tentara.
Dalam terminology modern dapat disebut juga sebagai gaji regular angkatan bersenjata
dan tentara cadangan serta penghargaan bagi orang-orang yang telah berjasa diberi
pension kehormatan (sharaf) seperti yang diberikan kepada para istri Rasulullah atau
para janda dan anak-anak pejuang yang telah wafat. Non-Muslim yang bersedia ikut
dalam kemiliteran juga mendapat penghargaan serupa.
Umar juga memperkenalkan sistem jaga malam dan patrol dan ditemukan
pensubsidian sekolah-sekolah dan masjid-masjid diseluruh bagian negara.beliau juga
menjamin para haji dan pengembara dapat menikmati fasilitas yang mendasar yaitu air
dan tempat beristirahat di sepanjang jalan antara Mekkah dan Madinah. Beliau juga
membangun depot makanan dan gudang tempat penyimpanan persediaan dan
perlengkapan yang diperlukan.
Menurut Sunnah Rasulullah, negaralah yang bertanggung jawab membayar atau
melunasi orang yang menderita pailit atau jatuh miskin sehingga tidak mampu melunasi
utangnya, negara juga bertanggung jawab menebus para tahanan Muslimin, delegasi
dan tukar-menukar hadiah (gifts) dengan negara lain.
Umar meninggal pada waktu Subuh. Saat Umar Shalat Subuh bersama-sama kaum
Muslimin, Abu Lulu Fairuz al-Farsisi, seorang yang beragama Majusi pembantu alMughirah bin Syubah menikamnya dari belakang dengan sebilah pisau beracun. Tiga
hari sesudah itu, bulan Zulhijjah 23 Hijrah, Umar meninggal dunia dalam usia 63 tahun.
Jabatannya sebagai Khalifah di pegangnya selama 10 tahun 6 bulan, 5 hari, jasadnya
dikubur di samping Rasulullah.25
25 Ibid., hlm. 87-93

2.3 Masa Kekhalifahan Utsman Ibn Affan r.a (23-35H/644-656 M)


1. Riwayat Singkat Utsman bin Affan
Khalifah Utsman berasal dari bani Umayah dari suku Quraisy. Merupakan orang
pertama yang masuk Islam, termasuk salah seorang dari 10 sahabat yang dikabarkan
oleh Nabi Muhammad SAW akan masuk surge. Utsman dijuluki dengan Dzun Nurain
(pemilik dua cahaya)26, karena menikahi dua orang putri Rasulullah, Ruwaiyyah dan
Ummi Kulsum. Dua kali mengikuti hijrah, ke Habasyah dan ke Madinah. Menjadi
khalifah pada bulan Muharram 24H, dan wafat pada 35H, serta di makamkan di Baqi.
Nabi SAW mengkaplingkan tanah untuk rumah Utsman dan keluarganya, yaitu yang
terletak di depan Babu Jibril (Rasulullah jika hendak ke rumah Umar selalu keluar
melalui pintu tersebut. Disebut juga dengan babu Utsman karena tempatnya yang
berhadapan dengan rumah keluarga Utsman.
Menurut Samanhadi, Utsman memiliki dua buah rumah, rumah yang besar dan rumah
kecil. Di bagian paling selatan dari rumah besarnya Utsman terbunuh di kediamannya
sendiri. Di bagian paling selatan dari rumah besar sebagaimana ditekankan oleh Labeb
Batnuni yang berkunjung ke Madinah pada tahun 1326H. Di atas jendela ruangan itu
terdapat tulisan. maqtal Utsman ibn Affan ( tempat terbunuhnya Utsman).
Sedangkan rumah kecil Utsman di sebelah timur rumah besarnya yang berhadapan
dengan rumah Abu bakar Al- Shiddiq. Letak rumah besar adalah di sebelah Timur
Masjid Nabawi, berhadapan dengan Babu Jibril; sebelah baratnya ialah mushalla aljannaiz (yaitu tempat shalat jenazah). Sementara di sebelah kiblatnya berhadapan
dengan rumah Abu Ayyub al Anshari yang dipisahkan oleh gang Habasyah; sebelah
utara berhadapan dengan rumah Abu bakar yang dipisahkan oleh gang baqi.
2. Sistem ekonomi dan fiskal pemerintahan khalifah Ustman bin Affan.
Masa pemerintahan Ustman berlangsung selama 12 tahun. pada enam tahun
pertama masa pemerintahannya ia mengikuti kebijakan Umar ibn Al-khattab yaitu:
26 Adiwarman Azwar Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Hlm. 58

a. Melakukan pembuatan saluran air,


b. Pembangunan jalan-jalan,
c. Pembentukan organisasi kepolisian secara permanen untuk mengamankan
jalur perdagangan,
d. Membentuk armada laut kaum muslimin dibawah komando Muawwiyah, hingga
berhasil membangun supremasi kelautannya di wilayah Mediterania,
e. Pembangunan gedung pengadilan guna penegak hukum,
f. Kebijakan pembagian lahan luas milik raja persia kepada individu dan hasilnya
mengalami peningkatan bila dibandingkan pada masa umar dari 9jt dirham menjadi
50 jt dirham,
g. Membangun Supremasi kelautan di wilayah Mediterania. Laodicea dan wilayah di
Semenanjung Syiria, Tripoli, dan Barca di Afrika Utara yang menjadi pelabuhan
pertama Islam.27
Khalifah Ustman bin Affan tetap mempertahankan sistem pemberian bantuan dan
santunan serta memberikan sejumlah besar uang kepada masyarakat. Meskipun
meyakini prinsip persamaan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, ia
memberikan bantuan yang berbeda pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian,
dalam pendistribusian harta Baitul Mal, Khalifah Ustman ibn Affan menerapkan prinsip
keutaman seperti halnya Umar ibn Al-Khattab.
Dengan harapan dapat meberikan tambahan pemasukan bagi Baitul Mal, Khalifah
Ustman menerapkan kebijakan-kebijakan antara lain yaitu, membagi-bagikan tanah
negara kepada individu-individu untuk tujuan reklamasi. Dari hasil kebijakannya ini,
negara memperoleh pendapatan sebesar 50 juta dirham atau 41 juta dirham jika
dibanding pada masa Umar ibn Al- Khattab yang tidak membagi-bagikan tanah tersebut.
28

3. Kebijakan dalam pengelolaan zakat.


Kebijakan dalam hal pengelolaan zakat, Khalifah Ustman ibn Affan mendelegasikan
kewenangan menaksir harta yang dizakati kepada para pemiliknya masing-masing. Hal
ini dilakukan untuk mengamankan zakat dari berbagai gangguan dan masalah dalam
pemeriksaan kekayaan yang tidak jelas oleh oknum pengumpul zakat.29

27 Ibrahim Lubis, ekonomi islam suatu pengantar 1, hal.22


28 Ibid hal.81

Memasuki enam tahun kedua masa pemerintahan Ustman ibn Affan, tidak terdapat
perubahan situasi ekonomi yang cukup signifikan. Berbagai kebijakan Ustman ibn
Affan yang banyak menguntungkan keluarganya telah menimbulkan benih
kekecewaan yang mendalam pada sebagian besar kaum Muslimin. Akibatnya, pada
masa ini diwarnai dengan kekecewaan politik yang berakhir dengan terbunuhnya sang
Khalifah.
Akhir hayat Ustman diawali ketika pada saat berbagai utusan dari Kufa, Basrah, dan
Mesir datang menemui Ustman agar memecat para gubernurnya yang notabene adalah
kerabat-kerabat sendiri, tetapi Ustman menolak. Mereka kemudian mengepung rumah
Ustman dan menuntut untuk pengunduran diri, Ustman juga menolak. Pengepungan
terjadi sampai beberapa hari dan sebagian mereka memaksa masuk ke dalam rumah
Ustman untuk membunuhnya. Ini terjadi pada bulan Dzulhijjah 35 atau 17 juni 656 M.
Jenazahnya dimakamkan di Baqi waktu malam hari.
2.3 Masa Kekhalifahan Ali Ibn Thalib r.a (35-40H/656-661 M)
1. Riwayat Singkat Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali selain sebagai sepupu , Ali bin Abi Thalib juga menjadi menantu
Rasulullah, karena menikahi Fatimah, salah seorang putri Nabi. Beliau adalah salah
seorang dari 10 sahabat yang ikabarkan Rasulullah akan masuk surge; mengikuti
hamper seluruh peperangan, kecuali perang Tabuk, karena dilarang Rasulullah bahkan
disuruh menjaga keluarganya. Sebagaimana pendahulunya, Utsman . Ali bin Abi tholib
pun syahid karena dibunuh oleh seorang berusia 63 tahun, bernama Abdurrahman ibnu
Muljam, yaitu pada tanggal 17 Ramadhan 40H. Hasan, salah seorang putranya ikut
menshalatkannya; Ali dimakamkan di dalam istana Khalifah, di Kufah yang ibu kota
saat itu, hanya saja makamnya hingga sekarang tidak dapat diketahui dengan pasti.30
Sementara istrinya, Fatimah adalah putrid kesayangan Rasulullah. Dimana 6 bulan
setelah wafatnya, Fatimah pun menyusulnya. Ibnu abbas meriwayatkan bahwa para
pemimpin kaum wanita penghuni surga ialah Maryam, Fatimah, Khadijah, dan Aisyah.
29 Ibid hal.80
30 https://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib diakses tanggal 7 November 2015

Pada tahun 91H khalifah Umar bin Abdul aziz dalam poyek perluasannya membuat
pintu Masjib Nabawi menjadi 20 buah. Pintu nomor 2 yang terletak di dinding sebelah
Timur ialah persis di depan rumah Ali. Sehingga dikenal juga dengan nama babu Ali.
Ketika terjadi renovasi Masjid baru-baru ini, pintu tersebut diganti dengan jendela. Jika
kita keluar melalui babu jibril, maka jendela pertama di sebelah kanan itulah yang
dahulu merupakan babu Ali.
2. Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Pemerintahan Ali bin Abi Thalib
Setelah diangkat menjadi khalifah yang ke empat Ali bin Abi Thalib mengambil
beberapa tindakan seperi memberhentikan para pejabat yang korup, mengambil kembali
lahan perkebunan yang diberikan kepada orng-orng tertentu pada masa khalifah Usman
bin Affan dan mendistribusikan pendapatan pajak tahunan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh khalifah Umar bin Khattab. Ali juga memberhentikan pejabat yang
diangkat oleh Usman yang mengakibatkan terjadinya pemberontakan.
Masa pemerintahan Ali yang hanya berlangsung selama enam tahun ini diwarnai
dengan ketidakstabilan politik. Ali harus menghadapi pemberontakan Aisyah, Thalhah
dan Zubeir yang menuntut pembunuh Usman harus diadili. Berbagai kebijakan yang
diambil oleh Ali menimbulkan permusuhan dengan Muawiyah dn keluarga Bani
Umayyah, dan dari golongan khawarij mantan pendukung Ali yang kecewa terhadap
keputusan Ali.31
Dalam menjalankan kebijakan perekonomian, Ali, sebagaimana juga para khalifah
sebelumnya, pemungutan zakat dan pajak-pajak mendapat perhatian utama. Ali
melakukannya dengan cara yang adil dan berada dalam batas-batas tertentu, sepadan
dengan kemampuan rakyat. Cara ini dilakukan agar rakyat tidak mengorbankan
kebutuhan hidupnya yang pokok untuk membayar pajak tersebut.
Dalam menjalankan kebijakan perekonomian, Ali, sebagaimana juga para khalifah
sebelumnya, pemungutan zakat dan pajak-pajak mendapat perhatian utama.

31 Adimarwan Karim, Op. Cit, hlm. 59

Dalam pendistribusian harta Baitul Mal, khalifah Ali bin Abi Thalib menerapkan
prinsip pemerataan. Ia memberikan santunan yang sama kepada setiap orang tanpa
memandang status sosial atau kedudukannya dalam Islam. Ali tetap berpendapat bahwa
seluruh pandapatan Negara yang disimpan di dalam Baitul Mal harus didistribusikan.
Distribusi tersebut dilakukan sekali dalam sepekan. Hari Kamis merupakan hari
pendistribusian atau hari pembayaran, pada hari itu semua penghitungan diselesaikan
dan, pada hari Sabtu, penghitungan baru dimulai.32
Kebijakan perekonomian yang dilakukan :
1.
2.
3.
4.

Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada di Baitul Maal,


Adanya kebijakan pengetatan anggaran,
Pembayaran gaji pegawai dengan sistem mingguan,
Hal yang paling monumental yaitu pencetakan mata uang sendiri atas nama
pemerintahan Islam dimana sebelumnya kekhalifahan Islam yang menggunakan

uang dinar dan dirham,


5. Menetapkan pajak terhadap para pemilik kebun dan mengijinkan pemungutan zakat
terhadap sayuran segar,
6. Melakukan kontrol pasar dan pemberantasan pedagang licik, penimbunan barang,
dan pasar gelap.
Pada masa Pemerintahan Ali bin Abi Thalib, terutama persoalan zakat yang
dianggap sebagai salah satu harta yang diletakkan pada Baitul Maal, sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Quran (At-Taubah :103 dan Ar-Rum 39).





Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.( At-Taubah ; 103).33



32 Ibid, hlm. 60
33 QS.At-Taubah ; 103

Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak bertambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencari keridhaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya). (ArRum : 39).34
Dalam kebijakan zakat dan pengelolaan uang Negara khalifah Ali bin Abi Thalib
mengikuti prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh khalifah Umar bin Khattab. Zakat
dianggap sebagai salah satu jenis harta yang diletakkan da Baitul Mal, namun zakat
berbeda dengan jenis harta-harta yang lain, dari segi perolehannya serta berapa kadar
yang harus dikumpulkan, dan dari segi pembelajaannya.35
Jizyah disesuaikan dengan keuangan mereka. 0rang-orang kaya harus membayar
lebih besar, kelas menengah harus membayar jumlah dibawah orang kaya, dan orang
yang miskin membayar paling murah. Mereka yang miskin sekali atau tidak memiliki
sumber penghasilan yang tetap atau menggantungkan hidupnya dari orang lain tidak
perlu membayar jizyah.
Begitu Negara menerima jizyah dari mereka, kaum muslimin dilarang
memperlakukan mereka secara keras dan zalim. Tanah, harta kekayaan serta nyawa
mereka dan sekaligus kehormatannya wajib dilindungi karna sama sucinya dengan
semua yang dimiliki oleh kaum muslimin sendiri. Hak-hak mereka tidak dapat ditindas
dan dirampas ataupun dibebani beban yang tidak dapat mereka tanggung.

BAB III
PENUTUP

34 QS.Ar-Rum : 39
35 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar., hlm. 115

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa konsep yang dipakai oleh
Khulafaurrasyidin dalam sistem Ekonomi Islam, sebagai berikut :
1. Abu Bakar ash-Shiddiq
Masa pemerintahan beliau selama 2 tahun, sistem ekonomi yang diterapkan beliau
yaitu, melaksanakan hukuman terhadap orang yang enggan membayar zakat, melakukan
pengelolaan Baitul Maal dan mengangkat penanggung jawabnya, menerapkan konsep
Balance Budget Policy, dan membagi harta Baitul Maal secara samarata.
2. Umar Ibn Khaththab
Masa pemerintahan beliau selama 10 tahun, sistem ekonomi yang diterapkan beliau
yaitu, Baitul Maal yang sudah ada dibentuk dalam dewan khususnya, pendistribusian
dana Baitul Maal melalui sebuah anggaran, dan membuat kebijakan khusus tentang
zakat, kharaj, ushr, dll.
3. Utsman Ibn Affan
Masa pemerintahan beliau selama 12 tahun, sistem ekonomi yang diterapkan beliau
yaitu, pada 6 tahun pertama, sistem ekonominya bersifat melanjutkan program Umar,
melakukan pembangunan sarana dan prasarana, pembentukan Armada Laut. Dan 6
tahun keduanya terjadi kekacauan politik dengan terjadinya korupsi untuk pejabat
daerah.
4. Ali Ibn Thalib
Masa pemerintahan beliau selama 6 tahun, sistem ekonomi yang diterapkan beliau
yaitu, juga bersifat melanjutkan dari program-program Khalifah sebelumnya, dan hal
yang paling menonjol adalah mendistribusikan harta Baitul Maal secara merata setiap
akhir pecan (Kamis), dan mencetak mata uang koin ala Islam. Tetapi pada masa Ali
sudah terjadi kekacauan dengan adanya perang Jamal.

3.2 SARAN
Adapun saran dari penulis kepada pembaca makalah ini adalah agar kita lebih
memahami, mempelajari sejarah-sejarah pemikiran ekonomi Islam yang diterapkan oleh
para Khulafaurrasyidin pada zaman kekhalifahaannya yang juga menjadi pedoman
untuk kehidupan kita dan lingkungan sekitar saat ini dan masa yang akan datang di
dalam hal ekonomi, yang mana akan membentuk karakter ekonom-ekonom Islami yang
berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah di dalam pembahasan makalah kali ini, dan

juga dapat memberikan pembaca pengetahuan yang lebih baik lagi dalam permasalahan
ekonomi yang kita hadapi pada masa saat ini.
Penulis juga mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan sarannya juga
terhadap penyusunan kalimat yang telah penulis susun, agar bisa dimaklumi untuk dapat
juga sebagai pembelajaran bagi penulis dan kawan-kawan lainnya di masa yang akan
datang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
2. Karim, Azwar, Adiwarman. 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
3. Sudarsono, Heri. 2004. Konsep Ekonomi Islam. Yogyakarta : Ekonosia.
4. (P3EI) UII Yogyakarta, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. 2008. Ekonomi
Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

5. Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai