PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam ilmu tasawuf terdapat konsep yang disebut Insan kamil.
Insan kamil diartikan sebagai manusia sempurna atau manusia
paripurna. Menurut ahli tasawuf falsafi Ibnu arabi dan Abd alJilli, insan kamil yang paling sempurna adalah Nabi Muhammad
Saw.
Khalayak
biasanya
mengartikan
Insan
kamil
sebagai
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INSAN KAMIL
Insan kamil berasal dari bahara Arab, yaitu dari dua kata:
Insan dan kamil. Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan
kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil
berarti manusia yang sempurna.
Selanjutnya Jamil Shaliba mengatakan bahwa kata insan
menunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan untuk
arti manusia dari segi sifatnya, bukan fisiknya. Dalam bahasa
Arab kata insan mengacu kepada sifat manusia yang terpuji,
seperti kasih sayang, mulia dan lainnya. Kata insan digunakan
oleh para filosof klasik sebagai kata yang menunjukkan pada arti
manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada
hakikat manusia.
Kata insan juga digunakan untuk menunjukkan pada arti
terkumpulnya seluruh potensi intelektual, rohani dan fisik yang
ada pada manusia, seperti hidup, sifat kehewanan, berkata-kata
dan lainnya. Adapun kata kamil dapat pula berarti suatu keadaan
yang sempurna, dan digunakan untuk
menunjukkan pada
sempurnanya
itu
zat
dan
sifat,
dan
hal
terjadi
melalui
dari
segi
terakhir)
mengawali
pembicaraannya
dengan
pandangan
mutlak,
yaitu
mempunyai
mengenai
Tuhan,
sifat-sifat
yang
sesuatu
mutlak
tertentu,
yang
dianggap
tersebut
dianggap
yakni
yang
baik
dan
anasa,
maka
insan
mengandung
arti
melihat,
lupa.
Dengan
dapat
dimaafkan,
karena
hal
yang
demikian
(QS.
53:39).
Keenam,
manusia
mempunyai
alamnya.
Manusia
dalam
pengertian
basyar
adalah
manusia
seperti
yang
tampak
pada
lahiriahnya
basyar
tidak
sehari-hari,
lain
yang
adalah
berkaitan
manusia
dengan
dalam
aktivitas
fana,
dalam
rangka
mencapai
ittihad,
hulul,
dan
tersebut
sejalan
dengan
sabda
Rasulullah
yang
menyatakan:
dengan
khalifah
bukan
semata-mata
jabatan
pemerintahan lahir dalam suatu wilayah negara (al-Khilafah azzahiriyyah) tetapi lebih dikonsistenkan pada khalifah sebagai
wakil Allah (al-khilafah al-manawiyyah) dengan manifestasi
nama-nama dan sifat-Nya sehingga kenyataan adanya Tuhan
terlihat padanya.
5 Ibid., hal. 259-263.
Disisi
lain,
mendapat
insan
kamil
pengetahuan
pengetahuan
rahasia
dipandang
esoterik
(ilm
sebagai
yang
al-asrar),
orang
dikenal
ilmu
yang
dengan
ladunni
atau
total
dan
kemudian
berusaha
keras,
dengan
manusia
yang
mampu
mendayagunakan
seluruh
termasuk
makhluk
yang
mempunyai
naluri
10
6. Berjiwa Seimbang
Menurut NashrI, sebagai dikutip Komaruddin Hidayat, bahwa
manusia modern sekarang ini tidak jauh meleset dari siratan
Darwin.
Bahwa
hakikat
manusia
terletak
pada
aspek
diri,
terlebih
lagi
bila
tekanannya
pada
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata Insan
dan Kamil. Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil
berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti
manusia yang sempurna.
Insan kamil juga dijumpai di dalam al-Quran dan hadits, yang
mana di dalam al-Quran, kata Insan mempunyai tiga asala kata
yakni, anasa (melihat, mengetahui, dan minta izin), nasiya
(lupa), dan al-uns/anisa (jinak).
12
secara
optimal
dan
konsisten,
dipastikan
akan
dalam
makalah,
semoga
pembaca
dapat
mengetahui,
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Nata, Abuddin., 2011. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.
Ali, Yunasril., 1997. Manusia Citra Illahi. Jakarta: Paramadina.
Asyarie, Musa., 2002. Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam
Berpikir. Yogyakarta: LESFI.
13