Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesadaran para cendekiawan muslim untuk kembali ke ajaran al-Qur’an dan


hadits, memunculkan pemikiran untuk menggunakan sistem ekonomi yang
berdasarkan pada Syariah Islam atau disebut sebagai sistem ekonomi Islam
kesadaran mereka muncul karena ternyata sistem ekonomi yang dijalankan selama
ini tidak menyebabkan kondisi ekonomi global semakin membaik khususnya di
negara-negara Muslim.

Munculnya kesadaran untuk menjalankan syariah Islam dalam kehidupan


ekonomi muslim berarti harus mengubah pola pikir dari sistem ekonomi kapitalis
ke sistem ekonomi Syariah termasuk dalam dunia bisnis tidak bisa dilepaskan dari
etika bisnis. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang
positif antara etika bisnis dan kesuksesan suatu perusahaan.

Etika bisnis sebenarnya bukan fenomena dan kajian yang baru. Sejak abda
ke-18 hingga sekarang, hubungan etika dan bisnis telah banyak diperdebatkan. Di
AS, kasus bisnis yang berhubungan dengan etika bahkan telah terjadi sebelum
kemerdekaan AS. Bermula pada tahun 1870, John D. Rockefeller, pemilik
Standard Oil Company Ohio, melakukan kesepakatan rahasia potongan harga
dengan perusahaan kereta api yang akan mengangkut minyaknya. Akibatnya
pesaing kalah sehingga memutuskan untuk keluar dari bisnis perminyakan. Bisnis
yang melibatkan praktek-praktek kecurangan, penipuan dan lain-lain adalah
alasan etika bisnis mendapat perhatian yang intensif hingga menjadi kajian
tersendiri.

Masalah etika bisnis muncul bila terjadi suatu konflik tanggung jawab
kepentingan atau dilema memilih antara yang benar dan yang salah, yang salah
dengan yang lebih salah atau mempertimbangkan sesuatu yang lebih kompleks
yang diakibatkan oleh aktivitas bisnis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat etika dan bisnis?
2. Bagaimana keterkaitan antara etika dengan aktivitas bisnis?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Bisnis

Etika berasal dari bahasa latin “Ethicus” dan dalam bahasa Yunani “Ethos, berarti
ilmu tentang moral. Para ahli mengemukakan berbagai pendapat, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan:1

1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban.
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3) Nilai mengenai benar salah yang di anut suatu golongan atau masyarakat.

Etika bisnis adalah suatu proses upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar
atau salah dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan barang dan jasa.
Jadi, dapat disimpulkan Etika bisnis Islami adalah suatu proses upaya untuk
mengetahui benar atau salah dalam melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan barang dan jasa berdasarkan prinsip Syariah.

Di dalam sistemetika Islam, ada system penilaian atas perbuatan atau perilaku
yang dilakukan manusia dengan kategori baik dan buruk, yaitu:2

a) Perilaku baik
Semua perilaku atau aktivitas yang dilakukan manusia didorong oleh
kehendak akal fikir dan hati nurani dalam rangka menjalankan perintah
Allah Subhana wa Ta’ala.

b) Perilaku buruk
Semua perilaku atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang
didorong oleh keinginan, hawa nafsu, godaan syaitan untuk melakukan

1 Nashruddin Baidan, Erwati Aziz. Etika Islam dalam Berbisnis. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014). hlm. 2.

2 Muslich. Bisnis Syri’ah. ( Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2007). hlm. 79.

3
perilaku atau perbuatan buruk atau jahat yang akan mendatangkan dosa
bagi pelakunya.3

Dalam menjalankan kegiatan bisnis menurut prinsip Syariah, setidaknya


mengandung lima prinsip dasar di dalam sistematika, yaitu:

a) Landasan Tauhid

Landasan tauhid merupakan landasan aqidah yang sangat mendasar yang


dijadikan sebagai pondasi utama setiap langkah seorang muslim yang
beriman dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 126-127, yang berbunyi:








“Dan Inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami


telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang
mengambil pelajaran.. Bagi mereka (disediakan) darussalam (syurga)
pada sisi Tuhannya dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal
saleh yang selalu mereka kerjakan”.

Keputusan dan perilaku yang lurus yang dinyatakan dalam surat ini
secara logis mencerminkan sikap dan perbuatan yang benar, baik, sesuai
dengan perintah-perintah Allah Subhana wa Ta’ala dan sesuai dengan tolak
ukur dan penilaian oleh Allah Subhana wa Ta’ala.

b) Landasan Keadilan

3 Ibid. hlm. 81.

4
Landasan keadilan di dalam Islam merupakan landasan utama yang harus
dijalankan umat Islam dalam berperilaku, baik dalam konteks terhadap diri
sendiri, sesama manusia dan terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat
dibuktikan dalam Al-Qur’an surah Al-Hadid ayat 25 yang berbunyi:











“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan


membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya
mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa
yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa”.

c) Landasan Kehendak Bebas

Manusia di suatu sisi memiliki atau dianugerahi oleh Allah unsur atau
potensi emosi, daya nalar atau argumentasi. Namun di sisi lain, manusia
dianugerahi oleh Allah berupa kemampuan dasar spiritual, akal budi dan
naluri insting sehingga dengan potensi budaya ini manusia mampu berkreasi
menciptakan segala produk budayayang mampu membedakan manusia
dengan mahkluk lain yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini.

5
Kebebasan manusia dalam berkreasi menggunkan potensi sumber daya
dalam pilihannya ada dua konsekuensi yang melekat pada pilihan-pilihan
penggunaan tersebut. Di satu sisi niat dan konsekuensi yang baik dan
konsekuensi yang buruk yang dapat dilakukan dan diraih, dan disisi lain ada
niat dan konsekuensi yang baik yang dapat dilakukan dan diraih.

Secara Islami, dua pilihan yang diniatkan dan berkonsekuensi tersebut


sebagai suatu pilihan dimana disatu pihak mengandung pahala yang berguna
bagi diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Di lain pihak, jika
menggunakan pilihan yang lain sebagai suatu pilihan yang mengandung dosa
atau berpengaruh buruk bagi diri sendiri maupun bagi orang banyak. Hal ini
berdasarkan firman Allah SWT dalam QS An-Nisa ayat 85 yang berbunyi:







“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan


memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi
syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari
padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Asbabun Nuzul:“Syafa'at yang baik Ialah: Setiap sya'faat yang ditujukan


untuk melindungi hak seorang Muslim atau menghindarkannya dari sesuatu
kemudharatan. Syafa'at yang buruk ialah kebalikan syafa'at yang baik.”

a. Landasan Tanggung jawab

Kebebasan manusia dalam melakukan segala sktivitas bisnis adalah


hak yang dimiliki dan dipergunakan secara merdeka. Namun bersamaan
dengan itu, melekat didalamnya pertanggung jawaban yang harus
diterimanya.

6
Kebebasan manusia dalam menggunakan potensi sumber daya mesti
memiliki batas-batas tertentu, dan tidak dipergunakan sebebas-bebasnya
tanpa batas, melainkan dibatasi oleh koridor hukum, norma dan etika
(manhaj Al-Hayat) yang tertuang dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
SAW.

d) Landasan Berlaku Ikhsan

Landasan berlaku Ikhsan diartiakn sebagai landasan yang inheren


menjadi titik tolak dalam setiap perilaku manusia muslim, mukmin dan
muttaqin dalam menjalankan kegiatan bisnis. Rangkaian pelaku bisnis,
manusia, muslim, mukmin, dan muttaqin dalam menjalankan fungsi tugasnya
didalam kehidupannya, yaitu semata-mata berbakti kepada Allah dan semua
yang dilakukan dalam fungsi tersebut semata-matahanya karena Allah.

Landasan Ikhsan merupakan pendorong utama di setiap kegiatan yang


dilakukan dan sasaran atau target akhir yang ingin dicapai. Dalam konteks ini
dapat dilakukan dengan sepihak dan secara argumentitatif ditujukan untuk
mewujudkan kebaikan sehingga terwujud kemashlahatan umat manusia dan
lingkungannya.

Dan untuk memperoleh keberkahan dalam jual beli, Islam mengajarkan


prinsip-prinsip sebagaiberikut:4

1) Jujur dalam takaran dan timbangan, Allah berfirman QS al-


Muthafifin 1-2:





4 https://ppkidsyariahbdg.wordpress.com/jurnal-ilmiah/paradigma-ekonomi-islam/. Diakses pada


tanggal 25. 20:22.

7
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi”.

Asbabun Nuzul yang dimaksud dengan orang-orang yang curang di


sini ialah orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang.

2) Menjual barang yang halal.

3) Menjual barang yang baik mutunya.

4) Jangan menyembunyikan cacat barang. Salah satu sumber


hilangnya keberkahan jual beli, jika seseorang menjual barang yang
cacat yang disembunyikan cacatnya. Dalam hadits Rasulullah
bersabda:5

‫ك لقهمقماَ حفقيِ بقتيحعحهقمقاَ قوإحتن قكقققذقباَ قوقكتققمققاَ ممححققق ت‬


‫ت‬ ‫اتلبقييقعاَحن حباَتلحخقياَحر قماَ لقتم يقتقفقيَرققاَ فقإ حتن ق‬
‫صقدققاَ قوبقييَقناَ مبوُحر ق‬
َ‫بققرقكةم بقتيحعحهقما‬

“Penjual dan pembeli memiliki hak pilih selama belum berpisah.


Jika keduanya jujur, niscaya keduany aakan diberikan barakah pada
jual beli mereka. Jika keduanya berbohong dan menyembunyikan
(cacat barang), niscaya barakah jual beli mereka dihapus”.

5) Jangan main sumpah. Ada kebiasaan pedagang untuk meyakinkan


pembelinya dengan jalan main sumpah agar dagangannya laris.
Dalam hal ini Rasul memperingatkan:6
6) At-Tirmidzi mengatakan, “Hadits hasan shahih”. Dan dalam sebuah
riwayat lain disebutkan : “Dengan sumpah yang keji”. Serta apa
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan lain-lain, bahwa

5 https://almanhaj.or.id/2979-jual-beli-yang-dilarang-dalam-islam.html. Diakses pada tanggal 25.


20:49
6 https://almanhaj.or.id/659-sumpah-dalam-jual-beli-padahal-ucapannya-bohong.html. Diakses
pada tanggal 25. 20:51

8
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita, aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ف ممنقفيققةة حلليستلقعحة ممتمححققةة لحتلبققرقكحة‬


‫اتلقحلح م‬

“Sumpah itu melariskan dagangan, tetapi menghapuskan


keberkahan”. (HR Bukhari).

7) Jangan menyaingi kawan. Rasulullah telah bersabda: “Janganlah


kamu menjual dengan menyaingi dagangan saudaranya”.
8) Mencatat hutang piutang. Dalam dunia bisnis lazim terjadi pinjam-
meminjam. Dalam hubungan ini al-Qur’an mengajarkan
pencatatan hutang piutang. Gunanya adalah untuk mengingatkan
salah satu pihak yang mungkin suatu waktu lupa atau khilaf.
    
  
   
  
  
  
   
  
 
    
  

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara


tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

9
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan
persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka
Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Baqarah:
283).7

Asbabun Nuzul:”Barang tanggungan (borg) itu diadakan bila satu


sama lain tidak percaya mempercayai”.

8. Larangan riba sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah An-


Nisa’ ayat 29:






Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan


Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan”.

Asbabun Nuzul:” Yang dimaksud Riba di sini ialah Riba nasi'ah.


menurut sebagian besar ulama bahwa Riba nasi'ah itu selamanya
haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua macam: nasiah
dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh
orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang
dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena
orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran
emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang
dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum
terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah”.

7 Mushaf Al-Qur’an

10
B. Keterkaitan Antara Etika dan Aktivitas Bisnis

Secara umum, etika adalah ilmu normatif penuntun hidup manusia, yang
memberi perintah apa yang seharusnya kita kerjakan. Maka etika mengarahkan
manusia menuju aktualisasi kapasitas terbaiknya. Apalagi dengan tingkat
persaingan yang semakin tinggi, kepuasan konsumenlah yang menjadi faktor
utama agar perusahaan sustainable dan dapat dipercaya dalam jangka panjang.
Konsumen cenderung semakin kritis dengan memperhatikan perilaku perusahaan
yang memproduksi barang-barang yang akan mereka konsumsi.

Pada dasarnya praktik etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan


baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya dapat mengurangi
biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik internal perusahaan
maupun dengan eksternal. Perusahaan yang menerapkan etika, dapat
meningkatkan motivasi kru dalam bekerja, bahwa bekerja selain dituntut
menghasilkan yang terbaik, juga diperoleh dengan cara yang baik pula. Penerapan
etika juga melindungi prinsip kebebasan berusaha serta meningkatkan keunggulan
bersaing. Selain itu, penerapan etika bisnis juga mencegah agar perusahaan tidak
terkena sanksi-sanksi pemerintah karena berperilaku tidak beretika yang dapat
digolongkan sebagai perbuatan melawan hukum.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa tanpa suatu etika yang menjadi acuan,
para pebisnis akan lepas tidak terkendali, mengupayakan segala cara,
mengorbankan apa saja untuk mencapai tujuannya. Pada umumnya filosofi yang
mendomonasi para pebisnis adalah bagaimana cara memaksimalkan keuntungan.
Pebisnis seperti ini, sepeti yang dikatakan oleh Charles Diskens : “Semua
perhatian, dorongan, harapan, pandangan, dan rekanan mereka meleleh dalam
dolar. Manusia dinilai dari dolarnya”. Theodore Levitt mengatakn bahwa para
pebisnis ada hanya untuk satu tujuan, yaitu untuk menciptakan dan mengalirkan
nilai kepuasan dari suatu keuntungan hanya pada dirinya dan nilai budaya, nilai
spiritual dan moral tidak menjadi pertimbangan dalam pekerjaannya.

11
Akibatnya sungguh mengerikan. Mereka dapat menyebabkan perang
antarbangsa, antarlembaga, dan antarperusahaan. Mereka menganggap dan
membuat bisnis seolah medan perang. Dalam perekonomian yang berjalan
berdasarkan prinsip pasar dimana “bisnis adalah bisnis”, kebebasan berusaha
adalah yang utama. Namun kebebasan untuk mengejar tujuan bisnis juga
mengandung kewajiban untuk memastikan bahwa kebebasan itu diperoleh secara
bertanggung jawab.

Perumusan dan penetapan etika bisnis merupakan salah satu dari sekian
banyak upaya pemersatu (internal intergration) yang diusahakan oleh pemimpin
perusahaan untuk meningkatkan daya tahan bisnisnya. Itu dilakukan dengan
mengindahkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik (good corporate
gorvemance) sekaligus memenuhi kewajibannya sebagai warga masyarakat yang
bertanggung jawab (corporate sosial responsibility).

Etika bisnis juga berhubungan dengan nilai merek (brand value). Perilaku
bisnis yang beretika berkontribusi pada pembangunan citra dari nilai merek
sebuah produk. Salah satu caranya dengan memberikan pelatihan mengenai etika
pada kru. Hasilnya sungguh luar biasa. Misalnya, menurunnya biaya, menurunnya
pelputasi, anggaran dan perusakan pada merek atau reputasi, dan pada akhirnya
menurunnya hukuman akibat melanggar aturan yang telah ditentukan. Sehingga
diperlukan kemampuan untuk menghasilkan ‘brand value’ dan reputasi dengan
standar integrasi bisnis dan tanggung jawab sosial yang tinggi. CSR tidak hanya
sebuah pilihan, CSR merupakan prasarat integral dan mutlak untuk kesuksesan
bisnis dalam jangka panjang. Meningkatnya CSR bararti meningkatnya
manajemen kualitas.8

C. Pentingnya Etika dalam Aktivitas Bisnis

Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan. Keuntungan adalah hal


yang pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-

8 https://googleweblight.com. Di Akses pada hari Jumat/02 Maret 2018 08.20 A.M

12
satunya, sebagaimana dianut pandangan bisnis yang ideal. Dari sudut pandang
etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral keuntungan
merupakan hal yang baik dan diterima. Maka dari itu etika sangat diperlukan dan
sangat penting dalam aktivitas dalam bisnis. Etika bisnis sangat penting karena
beberapa hal, yaitu:

1) Bersifat universal

2) Menentukan

3) Keberlangsungan peradaban manusia

4) Selalu relevan sepanjang masa

5) Sangat berperan bagi kemajuan suatu bangsa

6) Mempertanyakan kewajiban manusia sebagai “manusia”

7) Etika Bisnis menentukan kemakmuran ekonomi rakyat.

Etika dalam aktivitas bisnis sangat penting untuk:

1. Membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation)
yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai
dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

2. Mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-


keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Hal
ini disebabkan semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh stakeholder. Stakeholder adalah semua individu atau

13
kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh pada keputusan-
keputusan perusahaan.

Penerapan etika bisnis dapat dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu :

1) Pada tingkatan individual pegawai

2) Organisasi

3) Masyarakat

Pada tiga level bidang penerapan etika tersebut terkadang tidak sejalan,
artinya terjadi konflik antara ketiganya. Karena ada saja perilaku yang bagus bagi
pegawai perusahaan, tetapi belum tentu baik bagi perusahaan atau sebaliknya.
Begitu juga baik bagi perusahaan, tetapi tidak bagi masyarakat. Etika bisnis punya
peranan vital dalam mengharmonisasi dan merekonsiliasi komponen yang
bersebrangan tersebut sehingga dapat mewujudkan agadium yang mengatakan
“Good is Gold”.

Pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan


baik untuk jangka panjang maupun jangka menengah karena :

1) Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya


friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.

2) Mampu meningkatkan motivasi pekerja.

3) Melindungi prinsip kebebasan berniaga.

4) Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.

Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh
perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan
akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan

14
beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan
nilai penjualan maupun nilai perusahaan.

Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada


umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang
tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis,
misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Perlu
dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin harus
mempertahankan karyawannya.

Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari


maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam
manajemen korporasi yakni dengan cara :

1) Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct).

2) Memperkuat sistem pengawasan.

3) Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus


menerus.

Perusahaan harus menerapkan kode etik dalam keseharian roda perjalananya


karena beberapa alasan, yaitu:

1) Perusahaan yang punya standar etika dapat menciptakan suasana


psikologis lingkungan kerja yang sehat, dan perusahaan yang tidak
demikian akan mengalami hal yang sebaliknya.

2) Kepercayaan dalam sebuah perusahaan adalah hal yang sangat


fundamental guna mencapai efisiensi transaksi dalam bisnis. Dan upaya
mempertahankan perilaku etis yang konsisten sangat diperlukan guna
mempertahankan kepercayaan komsumen tersebut. Perusahaan yang etis

15
dapat mengembangkan hubungan saling percaya antara perusahaan dan
pelanggan yang stabil dan menguntungkan.

3) Melakukan tindakan yang benar atau salah di tempat kerja akan berefek
pada produk – produk dan pelayanan yang dihasilkan serta menjamin
hubungan baik dengan para pelanggan.

4) Etika bisnis semata – mata persoalan menerapkan dasar apa yang baik atau
buruk, salah atau benar, wajar atau tidak wajar, layak atau tidak layak,
dan sebagainya sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk atau
jasa yang baik dan berharga.

5) Etika bisnis adalah persoalan menghadapi posisi dilematis yang kerap


dihadapi dalam aktifitas rutin bisnis yang tidak jelas dasar hukumnya,
apakah itu benar atau salah. Bila posisi demikian ditetapkan aturan
mainnya, maka para administrator dan pegawai sebuah perusahaan dapat
menerapkan kaidah tersebut sehingga perusahaan dapat terhindar dari
persoalan yang dapat berakibat negatif aktifitas bisnisnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa standar etika yang baik adalah
bisnis yang baik. Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan
sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan
kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :

a) Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)

b) Memperkuat sistem pengawasan.

c) Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus


menerus.

Selama etika bisnis adalah etika bisnis sebagai seperangkat nilai tentang baik,
buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip – prinsip

16
moralitas, ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai tujuan umum dari
studi etika bisnis sebagai berikut :

1) Menanamkan kesadaran adanya dimensi etis dalam bisnis.

2) Memperkenalkan argumentasi – argumentasi moral di bidang ekonomi dan


bisnis serta penyusunannya.

3) Membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan


profesi.

Dengan demikian, maka ketiga tujuan tersebut dari studi etika bisnis
diharapkan dapat membekali para pelanggan parameter yang berkenaan dengan
hak, kewajiban, dan keadilan sehingga dapat bekerja secara profesional demi
mencapai produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal.

Dalam konteks belajar etika bisnis islam (EBI), dapat disimpulkan bahwa itu
dapat membekali pihak pembaca atau mahasiswa pengetahuan dan pandangan (an
outlook) bahwa ia merupakan hal yang vital dalam perjalanan sebuah aktivitas
bisnis profesional. Sebagai mana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa etika
bisnis islam punya fungsi subtansial membekali para perilaku bisnis beberapa hal,
yaitu :

1) Membangun kode etik islami yang mengatur, mengembangkan, dan


menancapkan metode berbisnis dalam kerangka ajaran beragama. Kode
etik ini juga menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku bisnis dari
resiko.

2) Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggung jawab
pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis,
masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggung jawab dihadapan
Allah.

17
3) Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat
menyelesaikan persoalan yang muncul, dari pada harus diserahkan
kepada pihak peradilan.

4) Kode etik dapat memberi konstribusi dalam penyelesaian banyak


persoalan yang terjadi antara sesama pelaku bisnis, antar pelaku bisnis
dan masyarakat tempat mereka bekerja. Sebuah hal yang dapat
membangun persaudaraan dan kerjasama antara mereka semua

5) Kode etik dapat membantu mengembangkan kurilkulum pendidikan,


pelatihan, dan seminar yang diperuntukan bagi pelaku bisnis yang
menggabungkan nilai–nilai, moral, dan perilaku baik dengan prinsip-
prinsip bisnis kontemporer.

6) Kode etik ini dapat merepresentasikan bentuk aturan islam yang konkret
dan bersifat kultural sehingga dapat mendeskripsikan universalitas dan
orisinalitasn ajaran islam yang dapat diterapkan di zaman dan tempat,
tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.9

BAB III

9 http://sherilliaarni.blogspot.co.id/2016/10/pentingnya-etika-dalam-aktivitas-bisnis. Diakses
pada hari Jumat/02 Maret 2018, jam 20.18 A.M

18
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah moral atau etika menjadi bagian tak terpisahkan dalam dunia bisnis.
Bukan hanya sekedar alat untuk menilai pantas atau tidak pantas, benar atau salah,
buruk atau baik, etika bisnis juga menjadi perekat dalam setiap transaksi bisnis,
menjadi aturan yang menjamin keterlaksanaan transaksi yang adil dan saling
menguntungkan pihak-pihak yang terlibat.

Maka dari itu etika dalam aktivitas bisnis sangat diperlukan dan sangat
penting dalam aktivitas bisnis, yaitu supaya:

1) Mampu meningkatkan motivasi pekerja.


2) Melindungi prinsip kebebasan berniaga.
3) Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
4) Mampu menciptakan suasana psikologis lingkungan kerja yang sehat
5) Mempertahankan kepercayaan komsumen.
6) Menerapkan dasar apa yang baik atau buruk dalam menghasilkan produk
atau jasa yang baik dan berharga.
7) Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
8) Mendapatkan keuntungan dalam berbisnis.
B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami susun semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua, adapun saran yang penulis sampaikan dalam makalah iniyaitu, dalam
pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Dan oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca yakni kritikan dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa sekarang dan
dimasa yang akan datang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Buku

19
 Baidan, Nashruddin dan Erwati Aziz. 2014. Etika Islam dalam Berbisnis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 Muslich. 2007. Bisnis Syri’ah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
2. Internet
 https://ppkidsyariahbdg.wordpress.com/jurnal-ilmiah/paradigma-
ekonomi-islam/. Diakses pada tanggal 25. 20:22.
 https://googleweblight.com. Di Akses pada hari Jumat/02 Maret 2018 08.20
A.M
 http://sherilliaarni.blogspot.co.id/2016/10/pentingnya-etika-dalam-aktivitas-
bisnis. Diakses pada hari Jumat/02 Maret 2018, jam 20.18 A.M

20

Anda mungkin juga menyukai