PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika bisnis sebenarnya bukan fenomena dan kajian yang baru. Sejak abda
ke-18 hingga sekarang, hubungan etika dan bisnis telah banyak diperdebatkan. Di
AS, kasus bisnis yang berhubungan dengan etika bahkan telah terjadi sebelum
kemerdekaan AS. Bermula pada tahun 1870, John D. Rockefeller, pemilik
Standard Oil Company Ohio, melakukan kesepakatan rahasia potongan harga
dengan perusahaan kereta api yang akan mengangkut minyaknya. Akibatnya
pesaing kalah sehingga memutuskan untuk keluar dari bisnis perminyakan. Bisnis
yang melibatkan praktek-praktek kecurangan, penipuan dan lain-lain adalah
alasan etika bisnis mendapat perhatian yang intensif hingga menjadi kajian
tersendiri.
Masalah etika bisnis muncul bila terjadi suatu konflik tanggung jawab
kepentingan atau dilema memilih antara yang benar dan yang salah, yang salah
dengan yang lebih salah atau mempertimbangkan sesuatu yang lebih kompleks
yang diakibatkan oleh aktivitas bisnis.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat etika dan bisnis?
2. Bagaimana keterkaitan antara etika dengan aktivitas bisnis?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Etika berasal dari bahasa latin “Ethicus” dan dalam bahasa Yunani “Ethos, berarti
ilmu tentang moral. Para ahli mengemukakan berbagai pendapat, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan:1
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban.
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3) Nilai mengenai benar salah yang di anut suatu golongan atau masyarakat.
Etika bisnis adalah suatu proses upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar
atau salah dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan barang dan jasa.
Jadi, dapat disimpulkan Etika bisnis Islami adalah suatu proses upaya untuk
mengetahui benar atau salah dalam melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan barang dan jasa berdasarkan prinsip Syariah.
Di dalam sistemetika Islam, ada system penilaian atas perbuatan atau perilaku
yang dilakukan manusia dengan kategori baik dan buruk, yaitu:2
a) Perilaku baik
Semua perilaku atau aktivitas yang dilakukan manusia didorong oleh
kehendak akal fikir dan hati nurani dalam rangka menjalankan perintah
Allah Subhana wa Ta’ala.
b) Perilaku buruk
Semua perilaku atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang
didorong oleh keinginan, hawa nafsu, godaan syaitan untuk melakukan
1 Nashruddin Baidan, Erwati Aziz. Etika Islam dalam Berbisnis. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014). hlm. 2.
2 Muslich. Bisnis Syri’ah. ( Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2007). hlm. 79.
3
perilaku atau perbuatan buruk atau jahat yang akan mendatangkan dosa
bagi pelakunya.3
a) Landasan Tauhid
Keputusan dan perilaku yang lurus yang dinyatakan dalam surat ini
secara logis mencerminkan sikap dan perbuatan yang benar, baik, sesuai
dengan perintah-perintah Allah Subhana wa Ta’ala dan sesuai dengan tolak
ukur dan penilaian oleh Allah Subhana wa Ta’ala.
b) Landasan Keadilan
4
Landasan keadilan di dalam Islam merupakan landasan utama yang harus
dijalankan umat Islam dalam berperilaku, baik dalam konteks terhadap diri
sendiri, sesama manusia dan terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat
dibuktikan dalam Al-Qur’an surah Al-Hadid ayat 25 yang berbunyi:
Manusia di suatu sisi memiliki atau dianugerahi oleh Allah unsur atau
potensi emosi, daya nalar atau argumentasi. Namun di sisi lain, manusia
dianugerahi oleh Allah berupa kemampuan dasar spiritual, akal budi dan
naluri insting sehingga dengan potensi budaya ini manusia mampu berkreasi
menciptakan segala produk budayayang mampu membedakan manusia
dengan mahkluk lain yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini.
5
Kebebasan manusia dalam berkreasi menggunkan potensi sumber daya
dalam pilihannya ada dua konsekuensi yang melekat pada pilihan-pilihan
penggunaan tersebut. Di satu sisi niat dan konsekuensi yang baik dan
konsekuensi yang buruk yang dapat dilakukan dan diraih, dan disisi lain ada
niat dan konsekuensi yang baik yang dapat dilakukan dan diraih.
6
Kebebasan manusia dalam menggunakan potensi sumber daya mesti
memiliki batas-batas tertentu, dan tidak dipergunakan sebebas-bebasnya
tanpa batas, melainkan dibatasi oleh koridor hukum, norma dan etika
(manhaj Al-Hayat) yang tertuang dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
SAW.
7
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi”.
8
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita, aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
9
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan
persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka
Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Baqarah:
283).7
7 Mushaf Al-Qur’an
10
B. Keterkaitan Antara Etika dan Aktivitas Bisnis
Secara umum, etika adalah ilmu normatif penuntun hidup manusia, yang
memberi perintah apa yang seharusnya kita kerjakan. Maka etika mengarahkan
manusia menuju aktualisasi kapasitas terbaiknya. Apalagi dengan tingkat
persaingan yang semakin tinggi, kepuasan konsumenlah yang menjadi faktor
utama agar perusahaan sustainable dan dapat dipercaya dalam jangka panjang.
Konsumen cenderung semakin kritis dengan memperhatikan perilaku perusahaan
yang memproduksi barang-barang yang akan mereka konsumsi.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa tanpa suatu etika yang menjadi acuan,
para pebisnis akan lepas tidak terkendali, mengupayakan segala cara,
mengorbankan apa saja untuk mencapai tujuannya. Pada umumnya filosofi yang
mendomonasi para pebisnis adalah bagaimana cara memaksimalkan keuntungan.
Pebisnis seperti ini, sepeti yang dikatakan oleh Charles Diskens : “Semua
perhatian, dorongan, harapan, pandangan, dan rekanan mereka meleleh dalam
dolar. Manusia dinilai dari dolarnya”. Theodore Levitt mengatakn bahwa para
pebisnis ada hanya untuk satu tujuan, yaitu untuk menciptakan dan mengalirkan
nilai kepuasan dari suatu keuntungan hanya pada dirinya dan nilai budaya, nilai
spiritual dan moral tidak menjadi pertimbangan dalam pekerjaannya.
11
Akibatnya sungguh mengerikan. Mereka dapat menyebabkan perang
antarbangsa, antarlembaga, dan antarperusahaan. Mereka menganggap dan
membuat bisnis seolah medan perang. Dalam perekonomian yang berjalan
berdasarkan prinsip pasar dimana “bisnis adalah bisnis”, kebebasan berusaha
adalah yang utama. Namun kebebasan untuk mengejar tujuan bisnis juga
mengandung kewajiban untuk memastikan bahwa kebebasan itu diperoleh secara
bertanggung jawab.
Perumusan dan penetapan etika bisnis merupakan salah satu dari sekian
banyak upaya pemersatu (internal intergration) yang diusahakan oleh pemimpin
perusahaan untuk meningkatkan daya tahan bisnisnya. Itu dilakukan dengan
mengindahkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik (good corporate
gorvemance) sekaligus memenuhi kewajibannya sebagai warga masyarakat yang
bertanggung jawab (corporate sosial responsibility).
Etika bisnis juga berhubungan dengan nilai merek (brand value). Perilaku
bisnis yang beretika berkontribusi pada pembangunan citra dari nilai merek
sebuah produk. Salah satu caranya dengan memberikan pelatihan mengenai etika
pada kru. Hasilnya sungguh luar biasa. Misalnya, menurunnya biaya, menurunnya
pelputasi, anggaran dan perusakan pada merek atau reputasi, dan pada akhirnya
menurunnya hukuman akibat melanggar aturan yang telah ditentukan. Sehingga
diperlukan kemampuan untuk menghasilkan ‘brand value’ dan reputasi dengan
standar integrasi bisnis dan tanggung jawab sosial yang tinggi. CSR tidak hanya
sebuah pilihan, CSR merupakan prasarat integral dan mutlak untuk kesuksesan
bisnis dalam jangka panjang. Meningkatnya CSR bararti meningkatnya
manajemen kualitas.8
12
satunya, sebagaimana dianut pandangan bisnis yang ideal. Dari sudut pandang
etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral keuntungan
merupakan hal yang baik dan diterima. Maka dari itu etika sangat diperlukan dan
sangat penting dalam aktivitas dalam bisnis. Etika bisnis sangat penting karena
beberapa hal, yaitu:
1) Bersifat universal
2) Menentukan
1. Membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation)
yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai
dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
13
kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh pada keputusan-
keputusan perusahaan.
2) Organisasi
3) Masyarakat
Pada tiga level bidang penerapan etika tersebut terkadang tidak sejalan,
artinya terjadi konflik antara ketiganya. Karena ada saja perilaku yang bagus bagi
pegawai perusahaan, tetapi belum tentu baik bagi perusahaan atau sebaliknya.
Begitu juga baik bagi perusahaan, tetapi tidak bagi masyarakat. Etika bisnis punya
peranan vital dalam mengharmonisasi dan merekonsiliasi komponen yang
bersebrangan tersebut sehingga dapat mewujudkan agadium yang mengatakan
“Good is Gold”.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh
perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan
akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan
14
beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan
nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
15
dapat mengembangkan hubungan saling percaya antara perusahaan dan
pelanggan yang stabil dan menguntungkan.
3) Melakukan tindakan yang benar atau salah di tempat kerja akan berefek
pada produk – produk dan pelayanan yang dihasilkan serta menjamin
hubungan baik dengan para pelanggan.
4) Etika bisnis semata – mata persoalan menerapkan dasar apa yang baik atau
buruk, salah atau benar, wajar atau tidak wajar, layak atau tidak layak,
dan sebagainya sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk atau
jasa yang baik dan berharga.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa standar etika yang baik adalah
bisnis yang baik. Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan
sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan
kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
Selama etika bisnis adalah etika bisnis sebagai seperangkat nilai tentang baik,
buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip – prinsip
16
moralitas, ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai tujuan umum dari
studi etika bisnis sebagai berikut :
Dengan demikian, maka ketiga tujuan tersebut dari studi etika bisnis
diharapkan dapat membekali para pelanggan parameter yang berkenaan dengan
hak, kewajiban, dan keadilan sehingga dapat bekerja secara profesional demi
mencapai produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal.
Dalam konteks belajar etika bisnis islam (EBI), dapat disimpulkan bahwa itu
dapat membekali pihak pembaca atau mahasiswa pengetahuan dan pandangan (an
outlook) bahwa ia merupakan hal yang vital dalam perjalanan sebuah aktivitas
bisnis profesional. Sebagai mana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa etika
bisnis islam punya fungsi subtansial membekali para perilaku bisnis beberapa hal,
yaitu :
2) Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggung jawab
pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis,
masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggung jawab dihadapan
Allah.
17
3) Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat
menyelesaikan persoalan yang muncul, dari pada harus diserahkan
kepada pihak peradilan.
6) Kode etik ini dapat merepresentasikan bentuk aturan islam yang konkret
dan bersifat kultural sehingga dapat mendeskripsikan universalitas dan
orisinalitasn ajaran islam yang dapat diterapkan di zaman dan tempat,
tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.9
BAB III
9 http://sherilliaarni.blogspot.co.id/2016/10/pentingnya-etika-dalam-aktivitas-bisnis. Diakses
pada hari Jumat/02 Maret 2018, jam 20.18 A.M
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah moral atau etika menjadi bagian tak terpisahkan dalam dunia bisnis.
Bukan hanya sekedar alat untuk menilai pantas atau tidak pantas, benar atau salah,
buruk atau baik, etika bisnis juga menjadi perekat dalam setiap transaksi bisnis,
menjadi aturan yang menjamin keterlaksanaan transaksi yang adil dan saling
menguntungkan pihak-pihak yang terlibat.
Maka dari itu etika dalam aktivitas bisnis sangat diperlukan dan sangat
penting dalam aktivitas bisnis, yaitu supaya:
Demikianlah makalah yang dapat kami susun semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua, adapun saran yang penulis sampaikan dalam makalah iniyaitu, dalam
pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Dan oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca yakni kritikan dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa sekarang dan
dimasa yang akan datang.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Buku
19
Baidan, Nashruddin dan Erwati Aziz. 2014. Etika Islam dalam Berbisnis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muslich. 2007. Bisnis Syri’ah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
2. Internet
https://ppkidsyariahbdg.wordpress.com/jurnal-ilmiah/paradigma-
ekonomi-islam/. Diakses pada tanggal 25. 20:22.
https://googleweblight.com. Di Akses pada hari Jumat/02 Maret 2018 08.20
A.M
http://sherilliaarni.blogspot.co.id/2016/10/pentingnya-etika-dalam-aktivitas-
bisnis. Diakses pada hari Jumat/02 Maret 2018, jam 20.18 A.M
20