Anda di halaman 1dari 21

KONSEP NILAI TUKAR UANG DALAM ISLAM

MAKALAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Moneter Islam

Dosen Pengampu: SUDARMAN, S.H., M.E.

Disusun Oleh:

REZA SYARIPUDDIN

2102010005

PUTRI HASMA

2102010018

RAHMATULLAH NAJAMUDDIN

2102010005

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA’WAH WAL IRSYAD

(STAI DDI) PINRANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
bisa menyusun dan menyelesaikan makalah tentang “KONSEP NILAI TUKAR
UANG DALAM ISLAM” ini dengan baik dan tepat waktu guna memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Moneter Islam

Dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini penyusun tidak terlepas


dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 27 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Definisi Nilai Tukar Uang............................................................................3

B. Nilai Tukar Uang Dalam Pandangan Islam................................................8

C. Sejarah Nilai Tukar Uang Di Indonesia....................................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................17

B. Saran..............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian


suatu Negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam
perdagangan antar Negara, dimana hamper sebagian besar negara-negara di
dunia saat ini terlibat dalam aktivitas perekonomian.

Nilai tukar merupakan perbandingan nilai mata uang suatu Negara


dibandingkan dengan negara lain. Seiring dengan meningkatnya perdagangan
internasional, meningkat pula penggunaan valuta asing. Nilai tukar valuta asing
selalu berubah-ubah. Banyak hal yang mempengaruhi perubahan tersebut,
misalnya tingkat inflasi, tingkat pendapatan masyarakat, suku bunga, kontrol
pemerintah atas perekonomian, termasuk harapan atau perkiraan masyarakat
mengenai kondisi-kondisi perekonomian di masa yang akan datang juga turut
mempengaruhi perubahan dalam nilai tukar mata uang.1

Dengan melihat latar belakang tersebut, dalam makalah ini,


penyusun akan membahas tentang teori nilai tukar baik yang konvensional
maupun Islam serta membahas sejarah nilai tukar uang di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi nilai tukar uang?


2. Bagaimana nilai tukar uang dalam pandangan islam?
3. Bagaiaman sejarah nilai tukar uang di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui definifi nilai tukar uang


2. Mengetahui nilai tukar uang dalam pandangan islam
1
Warjiyo Perry dan Solikin, Seri Kebangsentralan No.6: Kebijakan Moneter di
Indonesia, (Jakarta: PPSK-BI, 2003), hal. 51

1
2

3. Mengetahui sejarah nilai tukar uang di indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Nilai Tukar Uang

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) satu mata uang terhadap lainnya
merupakan bagian dari proses valuta asing. Nilai tukar merupakan jumlah mata
uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing.2

Kenaikan nilai tukar disebut apresiasi dan penurunan nilai tukar di sebut
depresiasi. Kadang-kadang anda mendengar media massa melaporkan bahwa
dolar sedang “ menguat” dan “melemah”. Pernyataan ini biasanya mengacu pada
perubahan-perubahan terbaru dari nilai tukar. jika suatu mata uang mengalami
apresiasi, dikatakan bahwa mata uang itu menguat karena dapat membeli lebih
banyak uang asing. Demikian pula ketika suatu mata uang mengalami depresiasi,
di katakana bahwa mata uang tersebut melemah.3

Fabozzi dan Modigliani (1995) mendefinisikan nilai tukar mata uang


sebagai jumlah dari mata uang suatu negara yang dapat ditukarkan per unit mata
uang negara lain, atau dengan kata lain harga dari satu mata uang terhadap mata
uang lain.

Sedangkan, Abimanyu (2004) menyatakan bahwa nilai tukar mata uang


adalah harga mata uang relatif terhadap mata uang negara lain, dan oleh karena
nilai tukar ini mencakup dua mata uang maka titik keseimbangannya ditentukan
oleh penawaran dan permintaan dari kedua mata uang.

Kurs atau nilai tukar adalah sesuatu yang penting karena: Perdagangan
internasional (ekspor impor) dapat dilakukan, Pembayaran transaksi komersial
dan finansial antar negara dapat terlaksana, Kerjasama lalu lintas pembayaran
(LLP) antar bank devisa dunia dapat terlaksana, ransaksi jual beli valuta asing
(valas) dapat dilakukan dan Orang dapat bepergian antar negara.

2
Richard G. Lipsey dkk, Pengantar Makro Ekonomi,(Jakarta: Erlangga, 1992),Ed ke-8
3
N. Gregory Mankiw, penegantar ekonomi,( Jakarta:erlangga,2003),edisi kedua, h.221.

3
4

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mata uang


adalah harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang
dipergunakan dalam melakukan perdagangan antara kedua negara tersebut
dimana nilainya ditentukan oleh penawaran dan permintaan dari kedua mata
uang.

Berdasarkan kebijakan tingkat pengendalian nilai tukar mata uang yang


diterapkan suatu negara, sistem nilai tukar mata uang secara umum dapat
digolongkan menjadi empat kategori, yaitu :

1. Sistem nilai tukar mata uang tetap (fixed exchange rate system)

Dalam sistem nilai tukar mata uang tetap, nilai tukar mata uang
akan diatur oleh otoritas moneter untuk selalu konstan atau dapat
berfluktuasi namun hanya dalam suatu batas yang kecil. Dalam hal ini,
otoritas moneter memelihara nilai tukar mata uang domestik terhadap mata
uang asing pada nilai tertentu dengan cara membeli atau menjual mata uang
asing untuk mata uang domestik pada harga yang tetap.

Dengan sistem ini, dunia usaha akan diuntungkan oleh karena


resiko fluktuasi nilai tukar mata uang dapat dikurangi, sehingga hal ini dapat
meningkatkan aktivitas perdagangan dan investasi internasional. Namun
demikian, dengan sistem ini tetap terdapat resiko dimana pemerintah dapat
melakukan perubahan nilai tukar mata uang yang diberlakukan dengan
melakukan devaluasi atau revaluasi, terutama saat nilai tukar mata uang
tersebut di pasar mengalami perubahan yang besar. Dengan hal ini, secara
makro, negara dan dunia usaha akan menjadi lebih sensitif terhadap
perubahan kondisi ekonomi yang terjadi di negara lain.

2. Sistem nilai tukar mata uang mengambang bebas (free floating exchange
rate system)

Dalam sistem nilai tukar mata uang mengambang bebas, nilai tukar
mata uang ditentukan oleh mekanisme pasar tanpa intervensi dari
5

pemerintah. Berbeda dengan sistem nilai tukar mata uang tetap, dengan
sistem nilai tukar mata uang mengambang bebas fluktuasi nilai mata uang
dibiarkan sehingga nilainya sangat fleksibel.

Dalam sistem ini, otoritas moneter diberikan keleluasaan untuk


menerapkan kebijakan moneter secara independen tanpa harus memelihara
nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing pada nilai tertentu.

Dengan sistem ini, negara akan terhindar dari inflasi terhadap negara lain
serta masalah-masalah ekonomi yang dialami suatu negara tidak akan mudah
untuk menyebar ke negara lain. Selain itu, dengan sistem ini, seperti yang
telah disebutkan di atas, otoritas moneter tidak perlu memelihara nilai tukar
mata uang domestik terhadap mata uang asing pada nilai tertentu, sehingga
otoritas moneter dapat berfokus pada kebijakan-kebijakan moneter yang
membawa dampak positif pada perekonomian.

Namun demikian, dengan sistem ini, nilai tukar mata uang akan
selalu berfluktuasi sesuai dengan mekanisme pasar sehingga terdapat resiko
ketidakpastian nilai tukar yang dihadapi oleh dunia usaha.

3. Sistem nilai tukar mata uang mengambang terkendali (managed float


exchange rate system)

Sistem nilai tukar mata uang mengambang terkendali merupakan


perpaduan antara sistem nilai tukar mata uang tetap dan nilai tukar mata uang
mengambang bebas. Dalam sistem ini, nilai tukar mata uang dibiarkan
berfluktuasi setiap waktu tanpa ada batasan nilai yang ditetapkan. Namun
demikian, pemerintah sewaktuwaktu dapat melakukan intervensi untuk
mencegah nilai tukar mata uang berubah terlalu jauh.

4. Sistem nilai tukar mata uang terikat (pegged exchange rate system)

Dalam sistem nilai tukar mata uang terikat, nilai tukar mata uang
domestik diikatkan atau ditetapkan terhadap satu atau beberapa mata uang
asing, biasanya dengan mata uang asing yang cenderung stabil misalnya dolar
Amerika Serikat. Dengan demikian, nilai tukar mata uang domestik terhadap
6

mata uang asing selain dolar Amerika Serikat akan berfluktuasi sesuai dengan
fluktuasi nilai tukar dolar Amerika Serikat. Namun demikian, oleh karena
nilai tukar dolar Amerika Serikat yang cenderung stabil, maka nilai tukar
mata uang domestik pun cenderung stabil terhadap mata uang asing lainnya.

Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi
dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh
pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate,
atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan penawaran dan
permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai
tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu:4

1. Tingkat Inflasi
Inflasi dapat dipilah berdasarkan sifat temporer atau permanen.
Inflasi yang bersifat permanen adalah laju inflasi yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan permintaan barang dan jasa. Sedangkan inflasi yang
bersifat temporer adalah inflasi yang diakibatkan gangguan sementara
(misalnya kenaikan biaya energi, transportasi, dan bencana alam). Adapun
cara yang digunakan untuk mengukur inflasi adalah:20 Dengan
menggunakan harga umum, Dengan menggunakan angka deflator, Dengan
menggunakan indeks harga umum (IHK), Dengan menggunakan harga
pengharapan, Dengan menggunakan indeks dalam dan luar negeri.
Faktor yang menyebabkan kenaikan/penurunan inflasi Laju inflasi
dapat dipisahkan menjadi tiga komponen yaitu inflasi inti, inflasi permintaan
dan inflasi gejolak21 Inflasi inti adalah inflasi yang komponen harganya
dipengaruhi oleh faktor fundamental. Inflasi permintaan yaitu inflasi yang
dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti kebijakan harga BBM, listrik,
air minum, dan lainnya, sedangkan inflasi bergejolak adalah inflasi yang
dipengaruhi oleh kelancaran produksi dan distribusi barang dan jasa.
2. Tingkat Suku Bunga

4
Zainul Muchlas, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah terhadap dolar
amerika pasca krisis (2000-2010)”, Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 76 – 86,
h.77, t.d.
7

Suku bunga juga dapat dikelompokan menjadi suku bunga tetap dan
suku bunga mengambang. Suku bunga tetap adalah suku bunga pinjaman
tersebut tidak berubah sepanjang masa kredit, sedangkan suku bunga
mengambang adalah suku bunga yang berubah-ubah selama masa kredit
berlangsung dengan mengikuti suatu kurs referensi tertentu seperti misalnya
LIBOR dimana cara perhitungannya dengan menggunakan sistim
penambahan marjin terhadap kurs referensi.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Suku Bunga Besar kecilnya
penetapan suku bunga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini menurut
sebagai berikut:24 Kebutuhan dana, Persaingan, Kebijaksanaan pemerintah,
Target laba yang diinginkan, Jangka waktu, Kualitas jaminan, Reputasi
perusahaan, Produk yang kompetitif, Hubungan baikJaminan pihak ketiga.
3. Jumlah Uang Beredar (JUB)
Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat
Jumlah Uang Beredar (JUB) merupakan penawaran uang (money supply).
Dalam arti sempit (narrow money). JUB didefinisikan sebagai M1, yang
merupakan jumlah seluruh uang kartal (uang tunai) yang dipegang anggota
masyarakat (the non bank public) dan uang giral (demand deposit) yang
dimiliki oleh perseorangan pada Bank-bank Umum. Dengan demikian uang
karta yang disimpan di lemari besi bank dan bank sentral tidak termasuk
kartal. Uang giral dalam hal ini berfungsi seperti uang kartal, karena dapat
dipergunakan untuk transaksi secara langsung oleh pemiliknya. Giro milik
bank yang ada bank lain tidak termasuk uang giral
Faktor-faktor yang memengaruhi jumlah uang beredar Beberapa hal
yang memengaruhi permintaan uang diantaranya: Pendapatan riil. Semakin
tinggi pendapatan seseorang, permintaan akan uang akan semakin besar,
Tingkat suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, permintan uang untuk
motif spekulasi akan berkurang, Tingkat harga umum, Semakin tinggi
tingkat harga umum, permintaan akan uang akan semakin bertambah,
Pengeluaran konsumen. Misalnya saja pengeluaran konsumen pada
8

bulanbulan menjelang Natal, puasa, atau Hari Raya lainnya akan bertambah.
Akibatnya, permintaan uang juga akan bertambah.
4. Pendapatan Nasional
Produk Nasional Bruto (PNB), atau Gross National Product (GNP)
adalah konsep yang mempunyai arti yang bersamaan dengan GDP, tetapi
memperkirakan jenis-jenis pendapatan yang sedikit berbeda. Dalam
menghitung Pendapatan Nasional Bruto, nilai barang dan jasa yang dihitung
dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan
oleh faktor faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari Negara
yang pendapatan nasionalnya dihitung.
GNP dihitung dari faktor-faktor produksi yang dimiliki warga negara
sesuatu negara terdapat di negara itu sendiri maupun di luar negeri, maka
nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan
di luar negeri juga dihitung di dalam Produk Nasional Bruto. Tetapi
sebaliknya, dalam Produk Nasional Bruto tidak dihitung produksi yang
diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik penduduk atau perusahaan
negara lain yang digunakan di negara tersebut.

B. Nilai Tukar Uang Dalam Pandangan Islam

Nilai tukar suatu mata uang di dalam islam di golongkan dalam


dua kelompok, yaitu: Natural dan Human Error. Dalam islam
kebijakan nilai tukar uang menggunakan sistem “Managed Floating”,
yang di mana nilai tukar merupakan kebijakan pemerintah, tetapi
pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar
kecuali terjadi hal-hal yang menggangu keseimbangan itu sendiri. Dalam
pembahasan nilai tukar menurut islam akan dipakai dua skenario, yaitu:

1. Perubahan harga terjadi di dalam negeri


Terjadi perubahan-perubahan harga dalam negeri yang memengaruhi
nilai tukar uang. seperti juga inflasi, Sebab-sebab fluktuasi sebuah mata uang
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Natural Exchange Rate Fluctuation
9

Adalah fluktuasi nilai tukar mata uang yang disebabkan adanya


perubahan-perubahan pada aggregate demand( nilai seluruh permintaan
barang dan jasa dalam suatu periode tertentu) dan aggregate supply (total
output atau jumlah penawaran barang dan jasa yang diproduksi pada suatu
perekonomian dalam suatu periode pada tingkat harga tertentu).
1) Fluktuasi nilai tukar uang akibat dari perubahan – perubahan yang
terjadi pada permintaan agregatif (AD). Expansi AD akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan (P),
seperti kita ketahui bahwa: P= e P, jika tingkat harga dalam negeri
naik, sedangkan tingkat harga di luar negeri tetap, maka nilai tukar
mata uang akan mengalami depresiasi. Sebalik nya jika AD
mengalami kontraksi maka tingkat harga akan mengalami
penurunanyang akan mengakibatkan nilai tukar akan mengalami
apresiasi.
2) Fluktuasi nilai tukar uang akibat perubahan-perubahan yang terjadi
pada penawaran agregatif (AS). Jika AS mengalami kontraksi,
maka akan berakibat pada naiknya tingkat harga secra keseluruhan,
yang kemudian akan mengakibatkan melemahnya (depresiasi) nilai
tukar. Sebaliknya jika AS mengalami expansi maka akan berakibat
pada turunya tingkat harga secara keseluruhan yang akan
mengakibatkan menguatnya nilai tukar.
b. Human Error Exchange Rate Fluctuation
Adalah fluktuasi nilai tukar mata uang yang disebabkan perilaku
manusia, seperti korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang tyerlalu
tinggi dan pencetakan uang yang berlebihan dengan tujuan mencari
keuntungan yang banyak
1) Corruption dan Bad Administration yang buruk akan
mengakibatkan naiknya harga akibat terjadinya Missallocation of
Resources serta Mark-up yang tinggi yang harus dilakukan oleh
produsen untuk menutupi biaya-biaya siluman dalam proses
produksinya.
10

2) Excesssive Tax yang sangat tinggi yang dikenakan pada barang dan
jasa akan meningkatkan harga jual dari barang dan jasa tersebut.
3) Excessive Seignorage, pencetak full-bodyed money atau 100%
reserve money tidak akan mengakibatkan terjadinya inflasi. Akan
tetapi jika uang yang dicetak selain dari kedua jenis itu maka akan
menyebabkan kenaikan tingkat harga secara umum.
2. Perubahan harga yang terjadi diluar negeri
Perubahan harga yang terjadi diluar negeri bisa digolongkan karena 2
sebab yaitu:
a. Non engineered/ non manifulated changes
Disebut sebagai non eminered/non manifulated changes adalah
karena perubahan yang terjadi bukan disebabakan oleh manipulasi (yang
dimaksudkan untuk merugikan) oleh pihak-pihak tertentu. Misalkan jika
bank central singapura (BSS) mengurangi jumlah uang SGD yang
beredar, hal tersebut akan mengakibatkan IDR terdepresiasi tanpa
diduga. Oleh karena itu BI biasanya akan menghilangkan efek ini
dengan menjual SGD yang dimilikinya (cadangan devisa) baik dengan
cara strilised intervention maupun dengan cara unsterilized intervention.
b. Enginered / Manipulated changes
Disebut sebagai enginered/manipulated changes adalah karena
perubahan yang terjadi disebabkan oleh manipulasi yang dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu yang dimasudkan untuk merugikan pihak lain.
misalnya para fund manager disingapura melepas IDR yang dimilikinya
sehingga terjadi banjir rupiah yang mengakibatkan nilai tukar rupiah
mengalami depresiasai secar tiba-tiba atau drastis diluar perkiraaan BI

Nilai tukar adalah banyaknya barang atau jasa yang dapat ditukar
atau dibeli dengan kesatuan dan pecahan uang (Hasibuan, 2001). Nilai
tukar dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Nilai tukar nominal, dimana nilai tukar nominal menunjukkan harga


relatif mata uang dari dua Negara. Nilai tukar nominal dinyatakan
11

dalam kurs yang tetap, pemerintah dalam hal ini bank sentral
menetapkan harga valuta asing (valas) dan tetap bersedia membeli dan
menjual valas pada harga ini. Jika terjadi permintaan pada salah satu
mata uang, maka pemerintah akan langsung melakukan intervensi
dengan cara menambah penawaran dari mata uang yang
permintaannya meningkat sehinggga keseimbangan tetap terpelihara
atau pemerintah secara resmi mengubah nilai tukar lama menjadi nilai
tukar baru. Perubahan nilai tukar ini dikatakan sebagai devaluasi (jika
suatu mata uang resmi diturunkan) atau revaluasi (jika nilai tukar
suatu mata uang resmi dinaikkan).
b. Nilai tukar riil (Er), nilai tukar riil menunjukkan tingkat ukuran (rate)
suatu barang dapat diperdagangkan antar Negara. Nilai tukar riil ini
dikenal juga sebagai nisbah perdagangan (term of rate). Jika nilai
tukar riil tinggi, artinya harga produk luar relative murah dan harga
produk domestik relatif mahal. Jika nilai tukar riil turun berarti harga
produk domestik akan turun sehingga meningkatkan net ekspor.
Kebijaksanaan ekonomi dapat mempengaruhi nilai tukar riil. Jika
pemerintah mengalami anggaran defisit maka tabungan domestik
menurun. Pengaruh perubahan ini menunjukkan penawaran rupiah
menjadi berkurang sehingga nilai rupiah menjadi naik (move valuable)
nilai tukar riil akan mengalami kenaikan. Karena nilai
rupiahmeningkat maka harga barangdomestik relatif menjadi lebih
mahal dibandingkan harga barang luar, selanjutnya nilai ekspor akan
menurun dan atau nilai import akan meningkat sehingga net ekspor
akan mengalami deficit.

C. Sejarah Nilai Tukar Uang Di Indonesia

Sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank


Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur, menjaga dan
12

memelihara kestabilan nilai tukar rupiah. Secara garis besar, sejak tahun
1970 Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:5

1. Sistem Nilai Tukar Tetap (1970-1978)

Sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 1964, Indonesia


menganut sistem nilai tukar tetap dengan kurs resmi Rp250 per 1 USD
(sebelumnya Rp45 per 1 USD), sementara kurs mata uang lainnya dihitung
berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap USD di bursa valuta asing Jakarta
dan di pasar internasional.

Dalam periode ini, Indonesia menganut sistem kontrol devisa yang


relatif ketat. Para eksportir diwajibkan menjual hasil devisanya kepada bank
devisa untuk selanjutnya dijual kepada pemerintah. Namun demikian, dalam
rezim ini tidak ada pembatasan dalam hal kepemilikan, penjualan
maupun pembelian valuta asing. Pada masa tersebut, pemerintah mem-peg-
kan Rupiah terhadap US dollar, dimana penentu nilai tukar mutlak
dilakukan oleh pemerintah atas dasar kurs nilai tukar riil. Dengan sistem nilai
tukar tetap ini, Bank Indonesia memiliki wewenang penuh dalam
mengawasi transaksi devisa. Sementara untuk menjaga kestabilan nilai
tukar pada tingkat yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan
intervensi aktif di pasar valuta asing.

Sistem nilai tukar tetap dengan sistem kontrol devisa pada


awal tahun 1970-an masih dimungkinkan karena lembaga keuangan belum
berkembang, volume transaksi devisa masih relatif kecil dan belum ada pasar
valuta asing serta mata uang rupiah belum menjadi tradable good dan
kegiatan spekulasi valas belum ada. Di samping itu, pemerintah masih
melakukan pembatasan-pembatasan dalam hal melakukan pinjaman luar
negeri,penanaman modal asing, dan portofolio investment, sehingga
intervensi langsung yang dilakukan oleh pemerintah dapat bekerja efektif.

5
Stoduco, https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-
pekalongan/iain-pekalongan/makalah-makro-islam-kelompok-6/48751773 di akses pada tanggal 3
november 2023
13

Disadari bahwa nilai tukar yang overvalued dapat mengurangi daya


saing produk-produk ekspor di pasar internasional. Oleh karena itu, pada
periode ini pemerintah melakukandevaluasi sebanyak 3 kali, masing-masing
pada 17 April 1970 dengan kurs sebesar Rp378per 1 USD, tanggal 23
Agustus 1971 dengan kurs sebesar Rp415 per 1 USD dan pada tanggal 15
November 1978 dengan kurs sebesar Rp625 per 1 USD.

2. Sistem nilai tukar mengambang terkendali (1978-Juli 1997)

Pada sistem ini nilai tukar rupiah diambangkan terhadap


sekeranjang mata uang (basket of currencies) negara-negara mitra dagang
utama Indonesia. Kebijakan ini diimplementasikan bersamaan dengan
dilakukannya devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33,6%. Dengan
sistem tersebut, pemerintah menetapkan kurs indikasi dan membiarkan
kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah, pemerintah melakukan intervensi bila kurs
bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah dari spread.

Dalam pelaksanaan perkembangan nilai tukar rupiah selama


periode managed floating mempunyai esensi yang berbeda-beda sesuai
dengan karakteristik perekonomian pada saat tersebut. Karakteristik
tersebut berhubungan erat dengan seberapa besar Bank Indonesia
mengendalikan nilai tukar tersebut dengan melakukan penekanan pada
unsur management atau floating-nya.

Sesuai dengan karakteristiknya maka sistem nilai tukar


mengambang terkendali pada periode tersebut dapat dibagi kedalam tiga
kelompok, yaitu managed floating I, managed floating II, dan crawling
band. Periode 1978 - 1986 dapat dianggap sebagai periode managed
floating I di mana unsur manajemen lebih besar dari floating. Kondisi
tersebut terlihat dari pergerakan nilai tukar nominal yang relatif tetap dan
perubahan relatif baru terjadi pada tahun-tahun tertentu, yaitu pada saat
Bank Indonesia melakukan devaluasi rupiah.
14

Perkembangan selanjutnya dengan semakin terbukanya


perekonomian nasional terhadap perekonomian dunia yang ditandai dengan
semakin besarnya capital inflow ke Indonesia, serta semakin pesatnya
perkembangan sektor keuangan dan dunia usaha maka kebijakan nilai tukar
managed floating, lebih ditekankan pada unsur floatingnya sementara
unsur pengendaliannya (managed) semakin mengecil (periode managed
floating II /1987-1992). Dalam periode ini, kekuatan pasar semakin besar
sehingga unsur floating semakin dirasakan perlu mengingat manajemen
yang terlalu dominan dapat berakibat misalignment pada nilai tukar riil.

Fleksibilitas nilai tukar rupiah semakin ditingkatkan melalui


penerapan kebijakan nilai tukar crawling band sejak tahun 1992 hingga
Agustus 1997. Peningkatan fleksibilitas nilai tukar tersebut telah mendorong
perkembangan pasar valuta asing dalam negeri, yang tercermin dari
semakin berkurangnya ketergantungan bank-bank kepada Bank Indonesia
dalam melakukan transaksi devisa. Kegiatan transaksi valas yang
sebelumnya dilakukan bank dengan Bank Indonesia hampir seluruhnya telah
bergeser ke pasar valas antarbank.

3. Sistem nilai tukar mengambang bebas (sejak 14 Agustus 1997)

Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah mengalami


tekanan-tekanan yang menyebabkan semakin melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap USD. Tekanan tersebut berawal dari currency turmoil yang
melanda Thailand yang dengan segera menyebar ke Indonesia dan negara
ASEAN sehubungan dengan karakteristik perekonomian yang mempunyai
kemiripan. Langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia antara lain
dengan dengan melakukan intervensi baik secara spot maupun forward
untuk sementara memang dapat menstabilkan nilai tukar rupiah.

Namun tekanan depresiatif tersebut semakin meningkat


khususnya lagi sejak awal Agustus 1997, di mana rupiah telah menembus
Rp2.650 per 1 USD. Sehubungan dengan itu dan dalam rangka
mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pada tanggal 14
15

Agustus, pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi dan


menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (flexible exchange rate).
Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi
dampak negatif dari kegiatan spekulatif terhadap rupiah dan
memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri. Walaupun
Indonesia telah menganut flexible exchange rate, namun kegiatan intervensi
valas masih tetap dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan
distorsi-distorsi di pasar valuta asing mengingat pasar ini belum sempurna
dan kurang rasional.

Dalam perkembangannya pergerakan nilai tukar rupiah pada era


floating tersebut mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Fluktuasi tersebut
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fundamental ekonomi, tetapi juga
oleh faktor-faktor non ekonomis yang umumnya dimanfaatkan oleh para
spekulan valas.

Beberapa kelemahan faktor fundamental mikroekonomi tersebut


adalah: 1) Pertama, besarnya ketergantungan swasta terhadap sektor luar
negeri, sehingga dalam lima tahun terakhir utang luar negeri swasta
meningkat rata-rata sebesar 28,6% dibandingkan dengan utang luar
negeri pemerintah yang naik hanya sebesar 0,4% per tahun. 2) Kedua,
pertumbuhan ekspor yang melambat pada tahun terakhir sebagai akibat
rendahnya efisiensi sektor dunia usaha; 3) Ketiga; kerapuhan (fragility)
sektor keuangan khususnya sektor perbankan sebagai akibat pengelolaan
usaha yang lemah dan kurang transparan serta pemberian kredit yang
terkait dengan bank, sehingga meningkatkan non performing loan dan
resiko usaha bank.

Melihat kecenderungan perkembangan akhir-akhir ini nilai tukar


rupiah telah mengalami, turning point sejak tanggal 10 Juli 1998.
Kecenderungan penguatan rupiah tersebut terlihat jelas apabila kita
mengurangi disturbances pada series nilai tukar Rupiah/USD, dengan
menggunakan metode moving average 20 hari. Kebijakan moneter yang
16

ketat dan intervensi valuta asing yang tepat waktu merupakan faktor
pendorong penguatan nilai tukar rupiah tersebut.6

6
S. Miranda Goeltom dan Doddy Zulverdi. 1998. “Manajemen Nilai Tukar Di
Indonesia Dan Permasalahannya”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, hal. 75-78
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Nilai tukar mata uang adalah harga dari mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain yang dipergunakan dalam melakukan perdagangan
antara kedua negara tersebut dimana nilainya ditentukan oleh penawaran
dan permintaan dari kedua mata uang
2. Nilai tukar suatu mata uang di dalam islam di golongkan dalam dua
kelompok, yaitu: Natural dan Human Error. Dalam islam kebijakan
nilai tukar uang menggunakan sistem “Managed Floating”, yang di
mana nilai tukar merupakan kebijakan pemerintah, tetapi pemerintah
tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar kecuali terjadi
hal-hal yang menggangu keseimbangan itu sendiri.
3. Sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral,
salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur, menjaga dan
memelihara kestabilan nilai tukar rupiah. Secara garis besar, sejak tahun
1970 Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar yaitu: sistem
nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang terkendali, sistem nilai
tukar mengambang bebas.
B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat mudah – mudahan apa yang kami
paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih
mengenal Konsep Nilai Tukar Unag dalam Islam. Kami menyadari apa yang
kami paparkan dalam makalah ini tentu masih belum sesuai apa yang di
harapkan,untuk itu kami berharap masukan yang lebih banyak lagi dari guru
pengampu dan teman – teman semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

N. Gregory Mankiw, penegantar ekonomi,( Jakarta:erlangga,2003),edisi kedua,

Richard G. Lipsey dkk 1992, Pengantar Makro Ekonomi,(Jakarta: Erlangga,),Ed


ke-8

Stoduco, https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-
pekalongan/iain-pekalongan/makalah-makro-islam-kelompok-6/48751773 di
akses pada tanggal 3 november 2023

Warjiyo Perry dan Solikin, 2003, Seri Kebangsentralan No.6: Kebijakan Moneter
di Indonesia, (Jakarta: PPSK-BI,)

Zainul Muchlas, 2015, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah terhadap


dolar amerika pasca krisis (2000-2010)”, Jurnal JIBEKA Volume 9
Nomor 1 Februari.

Anda mungkin juga menyukai