Anda di halaman 1dari 29

PENGARUH KURS RUPIAH TERHADAP

PEREKONOMIAN INDONESIA
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan
Di Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
DosenPengampuh:
Putri Kemala Dewi Lubis, S.E., M.Si.,Ak.

Disusun Oleh
ROULI MILENIA QWINT SIBORO (7193341038)
LIDYA KRISDAYANI SIMAMORA (7191141009)
SANTI APRIANI BR SIHOTANG (7192441007)
YOLANDA MARGARETTA BARUS (7193341043)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan bagi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat
dan karuniaNya, penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Adapun makalah kami
ini mengenai “PENGARUH KURS RUPIAH TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA”
Di lain sisi, penulis mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga
dalam  penyusunan penulisan makalah, kami semakin tahu juga nilai mata uang
rupiah di Indonesia yang menjadi pengaruh terhadap perekonomian Indonesia.
Pemerintah harus memberi kebijakan terhadap Indonesia dalam naik dan turunnya
mata uang asing yang akan mempengaruhi nilai mata uang rupiah.
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah khususnya kepada dosen  pengampu mata kuliah ini
ibu Putri Kemala Dewi Lubis, S.E., M.Si.,Ak. , dan kawan sekelas saya
mahasiswa/i kelas Pendidikan Ekonomi A 2019.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
serta bimbingan dari ibu Putri Kemala Dewi Lubis, S.E., M.Si.,Ak. , demi
penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga makalah ini bermanfaat
bagi semuanya. Terima Kasih
Kisaran, 19 Mei 2020
Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………1
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………1
1.3 TUJUAN MASALAH…………………………………………………2
BAB II ISI………………………………………………………………….3
BAB III PENUTUP……………………………………………………….24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara
semakin ketat, ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan
menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian
internasional akan semakin erat. Globalisasi membawa pengaruh positif maupun
negatif terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah perlu menyikapi kehadiran
globalisasi disini secara intensif dan berkelanjutan (berkala). Karena
dampak/pengaruh negatif dari globalisasi ini jika dibiarkan secara terus menerus
maka sama saja memutarbalikkan keadaan bahkan membuat keadaan (kehidupan
masyarakat) Indonesia semakin terpuruk. Perdagangan internasional
melibatkan suatu negara dengan negara yang lain dan menjadikan negara-negara
di dunia menjadi lebih terikat. Oleh karena itu, interaksi dengan dunia luar negeri
merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh negara manapun, termasuk
Indonesia. Guna memperlancar transaksi perdagangan internasional, penggunaan
uang dalam perekonomian terbuka tersebut ditetapkan dengan menggunakan mata
uang yang telah disepakati. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya risiko
perubahan nilai tukar mata uang yang timbul karena adanya ketidakpastian nilai
tukar itu sendiri.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang, maka persoalan yang dibahas adalah:
1. Apa defenisi dari Pengertian Kurs (Nilai Tukar)?
2. .Bagaimana Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Perekonomian 
Indonesia?
3. Apa saja penyebab Penyebab Melemahnya Nilai Mata Uang
Rupiah?

1
1.3. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusah masalah yang ada, kami memiliki tujuan dalam
persoalan dalam makalah kami,yaitu :
1. Untuk mengetahui defenisi dari Pengertian Kurs (Nilai Tukar)
2. Untuk mengetahui Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Perekonomian 
Indonesia
3. Untuk mengetehaui penyebab Penyebab Melemahnya Nilai Mata Uang
Rupiah

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Nilai Tukar
2.1.1 Definis Nilai Tukar
Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang
dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di
kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.
Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh yang pernyataan besaran jumlah
unit yaitu "mata uang" (atau "harga mata uang" atau "sarian mata uang") yang
dapat dibeli dari 1 penggalan "unit mata uang" (disebut pula sebagai "dasar mata
uang"). sebagai contoh, dalam penggalan disebutkan bahwa kurs EUR-USD
adalah 1,4320 (1,4320 USD per EUR) yang berarti bahwa penggalan mata uang
adalah dalam USD dengan penggunaan penggalan nilai dasar tukar mata uang
adalah EUR
Harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai
tukar (exchange rate).Kurs menggambarkan harga dari suatu mata uang terhadap
mata uang negara lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga aset
(asset price).
Kurs merupakan salah satu hal yang penting dalam perekonomian terbuka,
karena memiliki pengaruh yang sangat besar bagi neraca transaksi berjalan
maupun variabel-variabel makro ekonomi lainnya.
Pengertian Kurs (Nilai Tukar) Menurut Para Ahli
1. Fabozzi dan Franco
Kurs adalah beberapa jumlah satu mata uang yang dapat ditukar per unit
mata uang lain, atau harga satu mata uang dalam mata uang lain.
2. Paul R Krugman dan Maurice
Kurs ialah harga mata uang suatu negara yang diukur atau dinyatakan
dalam mata uang negara lain.
3. Ekananda

3
Kurs yaitu harga mata uang suatu negara relatif terhadap mata uang negara
lain. Nilai mata uang memiliki peran penting dalam keputusan
pengeluaran, karena kurs memungkinkan kita untuk menerjemahkan harga
dari berbagai negara ke dalam bahasa yang sama.
4. Salvator
Kurs yakni nilai tukar juga dikenal sebagai rasio pertukaran antara dua
mata uang yang berbeda negara.Dengan kata lain, kurs dapat diartikan
sebagai harga satu unit mata uang asing dinyatakan dalam mata uang
domestic.
5. Adiningsih, dkk
Kurs atau nilai tukar mata uang merupakan harga mata uang suatu negara
terhadap mata uang negara lain.
6. Nopirin
Kurs ialah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan
mendapat perbandingan nilai/ harga antara kedua mata uang tersebut.
7. Mankiw
Valuta asing atau sering disebut kurs (exchange rate) adalah tingkat harga
yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan. Kurs sering juga disebut dengan valas, yaitu nilai tukar mata
uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
8. Krugman
Kurs atau exchange rate merupakan sebuah mata uang dari suatu negara
yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya.
9. Todaro
Kurs adalah suatu tingkat, tarif, harga dimana Bank Sentral bersedia
menukar mata uang dari suatu negara dengan mata uang dari negara-
negara lain.
Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah
disetiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah.
Sebuah mata uang akan cenderung menjadi lebih berharga bila

4
permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. nilai akan
menjadi berkurang bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia.

Peningkatan permintaan terhadap mata uang adalah yang terbaik karena


denganmeningkatnya permintaan untuk transaksi uang, atau mungkin adanya
peningkatan permintaan uang yang spekulatif. Transaksi permintaan uang akan
sangat berhubungan dengan tingkat aktivitas bisnis negara berkaitan, produk
domestik bruto (PDB) (gross domestic product (GDP) atau gross domestic
income (GDI)) , dan tingkat permintaan pekerja. Semakin tinggi tingkat
menganggur pada suatu negara akan semakin sedikit masyarakatnya yang secara
keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada belanja pengeluaran untuk
pembelian barang dan jasa dan Bank Sentral, di Indonesia dalam hal ini dilakukan
oleh Bank Indonesia biasanya akan sedikit kesulitan dalam melakukan
penyesuaian pasokan uang yang dalam persediaan untuk mengakomodasi
perubahan dalam permintaan uang berkaitan dengan transaksi bisnis.

Dalam mengatasi permintaan uang dengan tujuan untuk spekulatif, Bank


Sentral akan sangat sulit untuk mengakomodasinya akan tetapi akan selalu
mencoba untuk melakukan dengan melakukan penyesuaian tingkat suku bunga
agar seseorang Investor dapat memilih untuk membeli kembali mata uangnya bila
(yaitu suku bunga) cukup tinggi, akan tetapi, dengan semakin tinggi sebuah
negara menaikan suku bunganya maka kebutuhan untuk mata uangnya akan
semakin besar pula. Dalam hal perlakuan tindakan spekulasi terhadap realitas
mata uang akan berkaitan dan dapat menghambat pada pertumbuhan
perekonomian negara serta para pelaku spekulasi akan terus, terutama sejak mata
uang secara sengaja dibuat agar bisa dalam bawah tekanan terhadap mata uang
dalam rangka untuk memaksa agar Bank Sentral dapat menjual mata uangnya
untuk tetap membuat stabilitas (bila hal ini terjadi maka para spekulan akan
berusaha dapat membeli kembali mata uang tersebut dari bank dan pada harga
yang lebih rendah atau selalu akan dekat dengan posisi harapan dengan demikian
pengambilan keuntungan terjadi).

5
2.2 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak gejolak mata uang pada ekonomi jauh jangkauannya, kebanyakan
orang tidak terlalu memperhatikan nilai tukar , karena sebagian besar bisnis
mereka dilakukan dalam mata uang domestik mereka. Untuk konsumen biasa,
nilai tukar hanya menjadi fokus untuk aktivitas atau transaksi sesekali seperti
perjalanan ke luar negeri, pembayaran impor, atau pengiriman uang ke luar negeri
seperti penyebab dolar menguat. Kekeliruan umum yang dilekatkan kebanyakan
orang adalah bahwa mata uang domestik yang kuat adalah hal yang baik, karena
itu membuat lebih murah untuk bepergian ke Eropa, misalnya, atau membayar
untuk produk impor.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diyakini hanya
bersifat temporer. Kendati begitu, pergerakan nilai tukar rupiah pada minggu ini,
cukup mengejutkan banyak pihak. Berdasarkan kurs referensi Jakarta interbank
spot dollar rate (JISDOR), untuk kali pertama sepanjang tahun ini, kurs rupiah
berada di level Rp13.793. Itu terjadi pada 1 Maret yang kemudian direspons Bank
Indonesia dengan mengeluarkan pernyataan agar pelaku pasar tetap tenang.
Kendati kenaikannya belum signifikan, tetapi harus diakui pelemahan nilai
tukar rupiah berpotensi berdampak negatif bagi perekomian Indonesia. Apalagi
sebagian besar utang luar negeri yang dilakukan pemerintah dan swasta dalam
bentuk dollar AS. Berdasarkan data Bank Indonesia, mayoritas utang luar negeri
Indonesia berbentuk dollar AS.
Kenaikan nilai tukar berarti meningkatkan jumlah utang yang harus
dibayarkan. Sebagai perbandingan, pada 2 Januari 2018, kurs rupiah terhadap
dollar AS hanya sebesar Rp 13.542 per dollar AS. Sementara pada 2 Maret 2018
menjadi Rp 13.677 per dollar AS. Relatif lebih rendah dari 1 Maret yang sempat
berada di level Rp13.746 per dollar AS.

6
Tetapi tetap saja terjadi peningkatan terhadap dana yang harus dikeluarkan
kreditur dalam negeri. Terutama jika harus membayar dalam periode ini.
"Memang ada tekanan besar, tapi perkiraan kami tidak permanen," terang Asisten
Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Dody Budi
Waluyo.
Pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup ekstrem bisa memengaruhi daya
beli dan sektor ril. Ini karena industri di tanah air belum bisa sepenuhnya terlepas
dari impor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor Indonesia
Januari 2018 mencapai US$15,13 miliar atau naik 0,26% dibanding
Desember 2017, jika dibandingkan Januari 2017 meningkat 26,44%.
Transaksi tersebut pastinya mempergunakan nilai tukar yang diakui secara
internasional dan dalam hal ini adalah dollar Amerika Serikat. Pelemahan nilai
tukar rupiah berarti akan menambah jumlah rupiah yang harus dikeluarkan
importir. Untuk menutupi itu, importir kerap meningkatkan harga jual. Artinya,
menyebabkan inflasi dan mengurangi daya beli. 
Bank Indonesia selaku otoritas moneter berkewajiban menjaga agar nilai
tukar rupiah tidak terus melemah. Tentunya dibutuhkan strategi khusus agar nilai
tukar stabil dan cadangan devisa tidak tergerus akibat kebijakan BI dalam
melakukan intervensi. Cadangan devisa yang dimiliki Indonesia sampai akhir
Januari 2018 mencapai US$ 132 miliar, jumlah yang tidak terlalu besar untuk
membantu menguatkan nilai tukar rupiah.
"Lebih efektif jika BI melakukan strategi seperti yang pernah terjadi di
September 2016,  Saat itu, BI menghabiskan US$ 4 milliar untuk
mempertahankan rupiah di level tertentu. Ini penting karena September
merupakan triwulan terakhir dan berhasil," jelas Ekonom dari INDEF Eko
Listiyanto.
2.3 Penyebab Melemahnya Nilai Mata Uang Rupiah
Perekonomian Indonesia mengalami guncangan yang berujung nilai mata
uang rupiah semakin anjlok. Ini menyebabkan harga-harga barang kebutuhan
menjadi naik

7
Selain berimbas pada kebutuhan pokok, harga transportasi pun akan
semakin melonjak. Sehingga tidak jarang banyak yang mengeluh karena kenaikan
harga tersebut tidak diimbangi dengan batas UMR/UMP yang seharusnya juga
bisa dinaikkan oleh pemerintah.
Di samping itu, strategi pengalokasian dana yang dilakukan masyarakat juga
akan terpengaruh oleh melemahnya rupiah ini. Sebab, beberapa instrumen
pengalokasian dana sangat ditentukan oleh nilai mata uang rupiah.Secara garis
besar, melemahnya nilai rupiah terhadap dollar USA ini disebabkan karena
permintaan akan mata uang rupiah jauh lebih sedikit (anjlok) jika dibandingkan
dengan mata uang dollar USA ataupun Euro.
1. Orang Kaya Jauh Lebih Tertarik untuk Pengalokasian Dana
di Amerika dan Eropa Ketimbang di Indonesia
FDI (Foreign Direct Investment) atau aliran pengalokasian dana asing
langsung di suatu negara sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan
perekonomian di negara tersebut.Pertumbuhan pasar di negara penerima
akan menentukan prospek keuntungan dari pengalokasian dana tersebut.
Jika prospeknya terlihat baik, maka aliran FDI akan semakin tinggi dan
semakin lancar.Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat di dalamnya
akan semakin baik yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan dan
juga daya beli masyarakat.Melihat hal tersebut, para investor asing
(sebagai penyalur dana) pasti sudah mempertimbangkan dan berspekulasi
lebih dulu terhadap prospek perekonomian di Indonesia serta di negara-
negara lainnya.Para investor tersebut tentu lebih memilih untuk
berpengalokasian dana di negara-negara lain yang dianggap memiliki
masa depan perekonomian yang cerah, seperti di Amerika. Itulah
mengapa, permintaan dollar kian meningkat sangat banyak.
Jika investor-investor tersebut sudah memutuskan akan mengalirkan dana
pengalokasian dana ke Amerika, maka mereka perlu memindahkan dana
(yang sudah terlanjur dikirim ke Indonesia) ke Amerika.Untuk
mewujudkan pemindahan itu, mereka akan menukarkan rupiah menjadi
dollar USA. Hal ini membuat supply  mata uang dollar USA jadi

8
berkurang, dan sebaliknya, supply  mata uang rupiah jadi
meningkat lebih banyak.
2. Impor Meningkat Namun Ekspor Tidak
Peningkatan impor akan membuat permintaan dollar USA meningkat.
Dengan demikian, nilai mata uang rupiah akan berkurang (anjlok) karena
terus menerus ditukarkan ke dalam bentuk dollar.Hal tersebut
menyebabkan supply rupiah semakin naik beriringan dengan permintaan
dollar yang juga naik.
Penyebab Turunnya Ekspor dari Indonesia ke Negara Lain
Perang dagang antara China dengan Amerika Serikat
Cina memberikan tarif bea masuk senilai US$ 75 miliar untuk barang-barang
yang diimpor dari Amerika Serikat, seperti produk pertanian, pakaian, mobil,
bahan kimia dan tekstil.Presiden AS, Donald Trump pun juga melakukan hal yang
sama. Ia menaikkan tarif bea masuk sebesar 5% untuk barang-barang yang
diimpor dari Cina.Sesuai dengan pernyataannya, Trump tidak ingin Amerika
Serikat bergantung kepada Cina yang berujung pada defisit perdagangan serta
pencurian kekayaan intelektual.Tentu saja, hal tersebut membawa dampak buruk
bagi negara Indonesia terutama dalam hal ekspor. Permasalahan ini bisa
melemahkan ekspor Indonesia dan mempengaruhi ketidakseimbangan nerasa
perdagangan Indonesia.
Ketika perang dagang ini terjadi, kedua negara tersebut akan mengurangi
produksi yang kemudian berdampak pada Indonesia selaku eksportir bahan
baku.Selain itu, perang dagang antara Cina dan AS juga dapat membuat negara
lain mengalihkan barang-barang mereka ke Indonesia (yang sebelumnya akan
dikirim ke AS atau Cina).

Kebijakan Impor Khusus dari Negara Tujuan


Kasusnya mirip seperti perang dagang antara AS dan Cina. Namun, kali ini
melibatkan kebijakan impor khusus dari negara tujuan.Misalnya, India baru saja
menaikkan tarif bea masuk kelapa sawit di negaranya yang kemudian peraturan

9
tersebut akan mempengaruhi daya beli kelapa sawit yang diekspor oleh Indonesia
ke India.
Beberapa contoh kebijakan impor seperti:
- Larangan Impor – Kebijakan ini dilakukan jika suatu negara diharuskan
untuk menghemat devisanya. Tidak hanya itu, barang-barang yang
dianggap berbahaya juga bisa saja dilarang untuk masuk.
- Penerapan Tarif – Adanya pengenaan tarif yang tinggi untuk barang-
barang impor tertentu. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan daya saing barang-barang produksi dalam negeri di pasaran.
- Pembatasan Kuota Impor – Biasanya kebijakan kuota impor ini sudah
diprediksi sebelumnya. Tapi, dalam perdagangan bebas, pembatasan kuota
impor tidak lagi berlaku karena bisa menghambat proses perdagangan
Internasional.
Penyebab Meningkatnya Impor dari Luar Negeri ke Indonesia
- Perkembangan Industri di Indonesia Kurang Baik
- Banyak pakar perekonomian di Indonesia yang menyadari bahwa adanya
ketidakseimbangan antara impor dengan ekspor. Di mana rata-rata
pertumbuhan impor mencapai 22%, sementara ekspor hanya 8%
(berdasarkan data tahun 2018).
- Basis industri bahan baku di Indonesia diakui masih lemah sehingga
menyebabkan pertumbuhan ekspor cenderung lambat. Bahkan, pemenuhan
kebutuhan dalam negeri masih mengandalkan bahan baku impor yang
berasal dari negara lain.
- Mayoritas Produk Impor Indonesia adalah Bahan Baku Setengah
Jadi
- Penyebab utama yang membuat munculnya ketidakseimbangan antara
impor dan ekspor yaitu begitu banyaknya barang-barang impor jenis bahan
baku setengah jadi.Jumlah bahan baku setengah jadi tersebut mencapai
75%. Kemudian disusul dengan barang modal sebesar 15% dan barang
konsumsi sebesar 10%.Ada tiga komoditas terbesar yang jumlah impornya
paling tinggi, yaitu:

10
+ Besi dan baja.
+ Petrokimia; PVC, polyester, plastik, obat-obatan.
+ Basic chemical.

III. Perbandingan Nilai Impor dan Ekspor Tahun 2019


Berikut ini adalah laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai nilai
ekspor-impor dan neraca perdagangan pada bulan September 2019.
- Ekspor
Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 14,10 miliar. Ada penurunan
sebesar 1.29% dibandingkan bulan sebelumnya (Agustus 2019) dan
penurunan sebesar 5.74% dibandingkan tahun sebelumnya (September
2018).Secara sektoral, berikut ini adalah perubahan ekspor pada
September 2019 secara tahunan:
i. Migas: turun 37.13% menjadi US$ 0,83 miliar
ii. Pertanian: naik 12.24% menjadi US$ 0,36 miliar
iii. Pengolahan: turun 0.44% menjadi US$ 10,85 miliar
iv. Pertambangan: turun 14.82% menjadi US$ 2,06 miliar
- Impor
Sementara itu, nilai impor Indonesia mencapai US$ 14,26 miliar. Ada
kenaikan sebesar 0.63% dibandingkan bulan sebelumnya (Agustus 2019)
dan penurunan sebesar 2.41% dibandingkan tahun sebelumnya (September
2018).Menurut pengeluaran barang, berikut ini adalah perkembangan
impor pada September 2019:
i. Barang konsumsi: naik 6.09% menjadi US$ 1,41 miliar
ii. Bahan baku/penolong : turun 5.91% menjadi US$ 10,26miliar
iii. Barang Modal : naik 8.91% menjadi US$ 2,59 miliar
Barang modal cenderung bergerak positif. Tapi, ada beberapa
barang yang mengalami kenaikan seperti laptop, notebook,
komputer, dan beberapa mesin, serta perlengkapan.

11
3. Utang Indonesia kepada Negara Lain Semakin Meningkat
Dilihat dari jenisnya, utang Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu utang
dalam negeri (domestik) dan utang luar negeri.Di mana utang dalam
negeri tetap menggunakan mata uang rupiah, sedangkan utang luar negeri
berupa valuta asing (valas) dan paling banyak berupa dollar USA (USD).
Utang luar negeri inilah yang dapat membuat nilai mata uang rupiah
semakin anjlok, mengingat utang luar negeri bentuknya dikonversikan ke
mata uang lain. Dengan begitu, dapat diartikan selalu ada risiko dari
pergerakan nilai tukar yang terjadi.Sederhananya, utang luar negeri
menggunakan kurs mata uang negara lain yang harus dibeli dengan cara
menukarkan rupiah ke kurs mata uang negara tersebut. Maka, ketika
rupiah melemah terhadap dollar USA, maka beban utang luar negeri juga
akan semakin naikPergerakan nilai tukar rupiah juga sangat dipengaruhi
oleh kondisi eksternal, baik global maupun domestik. Jadi, apabila ada
gejolak di luar negara Indonesia, maka mata uang global juga akan
terpengaruh.
4. Kebijakan The Fed dan Pemerintah Dunia Lainnya Terkait
Keadaan Perekonomian Negaranya Masing-Masing
I. Kebijakan Amerika Serikat
Federal Reserve System (The Fed), yang merupakan bank
sentral Amerika Serikat, mengeluarkan beberapa kebijakan keuangan yang
bertujuan untuk menstabilkan perekonomian negara USA.Kebijakan
tersebut tentunya akan mempengaruhi kondisi keuangan global, mengingat
USA adalah salah satu negara dengan pelaku ekonomi yang paling
berpengaruh di dunia.Seperti pada tahun 2008 silam, The Fed pernah
melakukan Quantitative Easing atau Tapping Off untuk memulihkan
kondisi ekonomi ketika Amerika mengalami krisis ekonomi yang cukup
parah.Atau, pada tahun 2013, The Fed melakukan pemotongan dan
pembatasan pembelian obligasi yang menyebabkan nilai tukar rupiah dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saling berfluktuasi sangat
tajam.Tentu saja, hal tersebut bisa mempengaruhi kondisi perekonomian di

12
Amerika sebagai pemulihan yang nantinya akan mengganggu lalu lintas
jalur keuangan dunia.Akibatnya, rupiah pun akan terus merosot
jauh dengan peningkatan yang tidak seberapa.Lalu, bagaimana situasinya
saat wabah virus corona menyerang berbagai negara di dunia dan secara
tidak langsung menghancurkan sebagian perekonomian negara?
The Fed mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan sebuah
program yaitu Money Market Mutual Fund Liquidity
Facility (Fasilitas Likuiditas Reksa Dana Pasar Uang), di mana mereka
akan mengalirkan dana sebesar US$ 10 miliar untuk perlindungan
kredit.Tujuannya adalah untuk menopang reksa dana pasar uang (pasar
pendanaan jangka pendek) demi meningkatkan likuiditas dan kelancaran
fungsi pasar uang di tengah ketegangan penyebaran virus corona.
The Fed juga telah memangkas suku bunga hingga mendekati 0%
dan mengatakan akan membeli sekuritas, sekurang-kurangnya US$ 700
miliar.
II. Kebijakan Cina
Selain kebijakan dari Amerika Serikat, negara Cina juga
mengeluarkan kebijakan keuangan lain yang menguntungkan
negaranya.Pada hari Pembukaan Kongres Rakyat Nasional Cina (2019),
Perdana Menteri Li Keqiang mengumumkan bahwa adanya pemotongan
pajak dan peningkatan anggaran pertahanan untuk mendorong
perekonomian mereka yang mulai melemah.
Secara lebih lengkap dikatakan, pemerintah Cina akan memotong
US$ 298 miliar pajak perusahaan dan biaya kontribusi asuransi sosial,
serta menurunkan PPN untuk sektor manufaktur (dari 16% menjadi
13%).Pada saat Cina melambatkan perekonomiannya, terkait dengan
perang dagang dengan Amerika Serikat, permintaan Cina akan produk-
produk dari negara berkembang cenderung menurun.Sehingga aktivitas
ekspor atau pasokan valuta asing bagi negara berkembang (termasuk
Indonesia) jadi berkurang.Sebaliknya, aktivitas impor justru malah

13
bertambah karena ada pengalihan produk dari AS ke negara-negara
berkembang seperti Indonesi

III. Kebijakan Indonesia


Kini, waktunya mengetahui apa yang dilakukan pemerintah dan bank
sentral Indonesia untuk mengatasi permasalahan terkait
ketidakseimbangan perekonomian yang terjadi belakangan ini.Apa saja
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan?
Pemerintah berusaha keras menjadikan sektor usaha semakin produktif
melalui kebijakan sektor riil berikut ini.
- Menambah pasokan valas dengan peningkatan ekspor
- Meningkatkan daya saing industri nasional
- Menguatkan pendapatan pariwisata.
- Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berkualitas.
- Membangun infrastruktur.
- Menghilangkan hambatan yang bisa mengganggu iklim pengalokasian
dana.
Bank Indonesia juga berupaya keras menjaga pasokan dan mengendalikan
permintaan valas agar seimbang, yaitu dengan:
- Melakukan intervensi pasar valas dan juga pasar Surat Berharga
Negara (SBN).
- Mengatur permintaan valas di masyarakat dengan membatasi aktivitas
beli valas yang tidak jelas tujuan pembeliannya.
5. Perbedaan Inflasi di Negara Indonesia dengan Negara Lain
Inflasi merupakan proses peningkatan harga-harga secara umum dan
bersifat kontinu, terkait dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh
banyak faktor (terutama produksi, konsumsi, dan distribusi).Inflasi
digolongkan menjadi empat, yaitu:

14
- Inflasi Ringan; <10% per tahun
- Inflasi Sedang; 10% – 30% per tahun
- Inflasi Berat; 30% – 100% per tahun
- Hiperinflasi; > 100% per tahun
Inflasi memang dibutuhkan untuk memajukan perekonomian,
namun dengan angka yang wajar. Jika terlalu besar, dampaknya juga
akan merugikan negara seperti:
Daya beli masyarakat menjadi lemah karena harga barang yang
terus melambung tinggi dan menyamai nilai rupiah dengan kurs negara
lain. Namun, di samping itu, gaji pegawai perusahaan tidak mengalami
kenaikan.
Rupiah akan terlalu banyak beredar di masyarakat sehingga
membuatnya menjadi kurang berharga. Hal tersebut menjadi pendukung
melemahnya nilai rupiah atau membuat mata uang rupiah otomatis
menjadi anjlok jika dibandingkan dengan kurs lain yang lebih langka.
Perjalanan inflasi di Indonesia tidaklah stabil. Selalu terjadi
kenaikan dan penurunan yang cukup tajam setiap tahunnya. Walaupun
tingkat inflasi zaman sekarang masih lebih baik dibandingkan tingkat
inflasi di zaman dulu (masa Ir. Soekarno).
Selanjutnya, di masa Soeharto, pemerintah terus berusaha menekan
inflasi walaupun sulit mencapai angka rata-rata di bawah 10%. Bahkan,
di tahun 2000-an awal, kenaikan inflasi terkadang masih di atas 10%.
Seperti pada tahun 2005, tingkat inflasi mencapai 17.11%.Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi aktual pada tahun
2018 sebesar 3.13% yoy. Sementara tahun 2019 lalu, inflasi semakin
menurun di angka 2.72% yoy.
Apakah ini menunjukkan akhir yang baik?
Belum tentu. Tingkat inflasi yang sangat rendah, bukan berarti bisa
membuat perekonomian Indonesia lebih sukses. Justru, akan ada dampak
negatif yang dirasakan khususnya pada produsen atau pengusaha
manufaktur, seperti:

15
1. Suku bunga acuan diturunkan oleh bank sentral.
2. Keuntungan dagang sangat rendah dan minim.
3. Penjualan sulit mencapai target.
4. Terjadi PHK paksa karena sulit membayar pegawai.

Maka dari itu, sangat diharapkan pada tahun 2020 ini, tingkat
inflasi kembali di titik normal dan tidak mengalami kenaikan yang
tajam.Jika kenaikan tersebut benar-benar terjadi, maka bisa dipastikan
semakin melemahnya nilai mata uang rupiah dan bahkan anjlok lebih
parah.

6. Besar Bunga yang Diberikan oleh Bank atau Lembaga


Keuangan Lainnya
Tingkat suku bunga diatur oleh bank sentral. Jika bank sentral
menaikkan suku bunga dalam jangka waktu yang panjang, maka nilai
tukar mata uang negara tersebut terhadap negara lainnya akan terus
meningkat.Kenaikan suku bunga bisa menunjang penguatan mata uang
yang menarik para investor dalam mencari high return untuk penanaman
modalnya, sehingga permintaan terhadap mata uang tersebut pun naik.
Secara sederhananya, besar suku bunga menentukan nilai mata uang
suatu negara. Semakin tinggi suku bunga, maka semakin tinggi pula
permintaan akan mata uang tersebut.Akibat dampak dari wabah virus
corona, bank sentral Amerika Serikat terus berupaya memangkas suku
bunga acuan sehingga membuat rupiah berada di angka Rp14.171 di awal
bulan Maret 2020.
Namun, pada 1 April 2020 ini harga dollar USA sudah menyentuh
angka Rp16.382, di mana supply rupiah justru semakin meningkat. Hal ini
berdampak semakin melemahnya nilai mata uang rupiah.Perlu diketahui,
dampak naik turunnya nilai tukar mata uang tidak hanya terjadi ketika
perubahan suku bunga diumumkan, tapi juga saat munculnya isu yang
berkaitan dengan peluang perubahan suku bunga.

16
7. Pengaruh Politik Terhadap Nilai Tukar Mata Uang Asing
Terhadap Rupiah
Tidak hanya aktivitas ekspor-impor, tingkat suku bunga, dan inflasi
yang bisa mengakibatkan melemahnya nilai mata uang rupiah, aktivitas
politik juga bisa mempengaruhinya.Seluruh kebijakan ekonomi dijalankan
oleh sebuah negara tidak luput dari peran politik yang mendasari
pembuatannya.Berikut ini adalah event politik yang berdampak pada nilai
mata uang sebuah negara:
- Pemilu – Periode pemilu merupakan periode ketidakpastian.
Kebijakan yang dijalankan juga sedang berada dalam kondisi yang tidak
pasti sehingga menimbulkan potensi risiko yang besar.Ini membuat para
pemilik dana lebih berhati-hati dan cenderung lebih memilih untuk
mengamankan dana mereka. Karena hal tersebut, sumber dana yang masuk
semakin berkurang dan nilai mata uang pun mengalami penurunan.
- Konflik Antar Negara
Konflik ini akan memunculkan potensi risiko yang sangat besar bagi aset
pengalokasian dana yang ada di sebuah negara. Seperti, menurunkan
kinerja perdagangan dan perusahaan multinasional.Jika konflik terus
berlanjut sampai terjadi konfrontasi militer, risiko hancurnya aset akan
semakin tinggi. Dengan begitu, tidak ada yang mau menerima risiko
tersebut dan memilih untuk mengamankan asetnya di negara yang lebih
aman.
- Ketidakpastian Sosial
Kondisi politik yang tidak stabil memiliki pengaruh yang besar terhadap
nilai mata uang. Ketegangan sosial atas kondisi politik tersebut dapat
mengganggu kondisi ekonomi.Hal tersebut berujung penarikan
pengalokasian dana karena pemerintah dianggap telah gagal dalam
menjalankan tugasnya. Akibatnya, nilai mata uang semakin menurun.
- Kontroversi Politik
Isu dan rumor dari aktivitas para politisi juga mempengaruhi pergerakan
mata uang.Ketika pemerintah mengeluarkan pernyataan atau pengumuman

17
yang berpotensi mengubah sistem politik dan ekonomi negara tersebut,
nilai mata uang akan mudah ikut berubah.
8. Resesi atau Krisis Moneter di Indonesia Maupun Negara
Lain
Perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh perekonomian
negara lain di dunia, begitu pula dengan Indonesia. Perekonomian
Indonesia sangat bergantung pada negara Amerika Serikat dan Cina.Oleh
karena itu, jika salah satu negara (Amerika Serikat atau Cina) mengalami
krisis ekonomi, maka Indonesia juga pasti akan terkena imbasnya.
Besar dampaknya memang tidak sebesar ketika Indonesia mengalami
krisis ekonomi dalam negeri. Namun, tetap saja dapat menghambat
perekonomian yang berujung melemahnya nilai mata uang rupiah
(anjlok).Ada beberapa penyebab terjadinya krisis moneter di suatu negara,
yaitu:
- Kesenjangan produktifitas, sebagai akibat dari lemahnya alokasi aset
atau faktor produksi.
- Tidak ada keseimbangan struktur pada sektor produksi
- Lemahnya sistem perbankan di suatu negara, sehingga masalah utang
eksternal (luar negeri) beralih menjadi masalah keuangan dalam
negeri (domestik).
- Stok utang luar negeri yang besar dan berjangka pendek, yang
menyebabkan kondisi keuangan dalam negeri tidak stabil.
- Ketidakjelasan perubahan sistem politik.
- Ketergantungan pada utang luar negeri, berkaitan dengan tindakan
pelaku bisnis yang memobilisasi dana dalam bentuk mata uang asing.
Akibat krisis ekonomi ini, situasi politik di suatu negara akan
memanas. Hal tersebut akan berdampak besar pada perekonomian
negara itu sendiri.Oleh karenanya, dibutuhkan konsensus politik
secara nasional untuk merekonsiliasi keperluan penyelesaian secara
tuntas terhadap permasalahan tersebut.Dengan begitu, suatu negara
dapat menyusun Program Nasional untuk bisa keluar dari krisis

18
moneter dan memulihkan pertumbuhan ekonomi nasional seperti sedia
kala.

2.4 POTRET KURS TENGAH MATA ASING TERHADAP RUPIAH

Mata Uang Kurs Tengah Beberapa Mata Uang Asing Terhadap Rupiah di Bank Indonesia dan Harga Emas di Jakarta (Rupiah)
Asing 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Dollar 1006 1055 1021
Australian 7556 8432 9143 9203 10025 10876 10218 4 9724 7 1 9739
1351 1507 1416 1617 1656
Euro 15432 0 11956 11739 12810 16821 15133 0 2 4 0 15589
Pound sterling 1511 2045 1650 1821 1837
Inggris 15803 4 13894 13969 15579 20097 19370 1 8 8 3 18250
Dollar
Hongkong 1413 1212 1155 1167 1247 1572 1604 1780 1732 1733 1849 1785

Yen Jepang - 102 110 117 112 116 104 115 115 120 131 127.97
Ringgit
Malaysia 3153 2747 2916 2853 3160 3708 3562 3210 2996 3335 3493 3397
Dollar 1013 1060
Singapura 7607 6699 6981 6974 7907 9628 9422 9751 9299 4 3 10321
1379 1343 1354 1448
Dollar Amerika 10950 9400 8991 9068 9670 12189 12440 5 6 8 1 13901
3000
Emas1 250000 00 360000 450000 460000 470000 478402 - - - - -

2.5 Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (27 Maret 2020)


Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak
penyebaran COVID-19, BI menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai
Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai
berikut :
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR 23-27 Maret 2020
Pada akhir hari Kamis, 26 Maret 2020 :

19
1. Rupiah ditutup melemah di Rp16.275.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 7,99%.
3. DXY (Indeks Dolar) melemah ke level 99,35. 4.
4. Yield UST Note 10 tahun naik ke level 0,867%.
Pada pagi hari Jumat, 27 Maret 2020 : Rupiah dibuka menguat di level di
Rp16.100. Aliran Modal Asing (Minggu-IV Maret 2020) : Meredanya kepanikan
di pasar keuangan mendorong Premi CDS (Currency Default Swap) Indonesia 5
tahun turun ke 181 bps per 26 Maret 2020 dari 239 bps per 20 Maret 2020.

Berdasarkan data transaksi 23-26 Maret 2020, nonresiden di pasar


keuangan domestik net jual Rp9,93 triliun dengan net jual di pasar SBN sebesar
Rp10,0 triliun dan di pasar saham sebesar Rp0,07 triliun.
Berdasarkan data setelmen 23-26 Maret 2020, nonresiden di pasar
keuangan domestik net jual Rp25,05 triliun. Selama 2020 (ytd), nonresiden di
pasar keuangan domestik tercatat net jual Rp140,13 triliun (termasuk data
crossing saham), terutama dikontribusi dari pasar SBN (Surat Berharga Negara).
BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai
dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. Untuk itu, BI terus
meningkatkan intensitas stabilisasi di pasar DNDF (Domestic Non Deliverable
Forward), pasar spot, dan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar
sekunder. Inflasi 2020 Terkendali dan Berada pada Sasaran Inflasi
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Maret 2020,
inflasi Maret 2020 sampai dengan minggu keempat diperkirakan sebesar 0,13%
(mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Sehingga secara tahun kalender
sebesar 0,80% (ytd), dan secara tahunan sebesar 3,00% (yoy).
Penyumbang inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari
komoditas emas perhiasan (0,06%), jeruk (0,04%), telur ayam ras (0,03%), gula
pasir (0,03%), bawang merah (0,02%), kangkung, bayam, nasi dengan lauk dan
bahan bakar rumah tangga masing-masing sebesar 0,01% mtm. Sementara itu,
komoditas utama yang menyumbang deflasi yaitu cabai merah (-0,09%), cabai

20
rawit (-0,03%), bawang putih, tomat, daging ayam ras, minyak goreng dan
angkutan udara masing-masing sebesar aa -0,01% mtm.
Sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga dari minggu
sebelumnya antara lain emas perhiasan, gula pasir, jeruk dan bawang merah.
Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah.
BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan OJK untuk
memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya
terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah
koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi
Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
2.6 Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (3 April 2020)
Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak
penyebaran COVID-19, BI menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai
Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai
berikut :
A. Perkembangan Nilai Tukar 30 Maret - 2 April 2020
Pada akhir hari Kamis, 2 April 2020
1. Rupiah ditutup melemah di Rp16.470.
2. Yield SBN 10 tahun naik ke 8,00%.
3. DXY menguat ke level 100,18
4. Yield UST (US Treasury Note) 10 tahun turun ke level 0,583%.
Pada pagi hari Jumat, 3 April 2020:
1. Rupiah dibuka menguat di level di Rp16.450.
2. Yield SBN 10 tahun naik ke 8,08%.
Aliran Modal Asing (Minggu I April 2020)
1. Premi CDS (Currency Default Swap) Indonesia 5 tahun naik ke 235,64
bps per 2 April 2020 dari 200,11 bps per 27 Maret 2020 dipicu oleh
kekhawatiran resesi ekonomi global seiring berlanjutnya penyebaran
kasus COVID-19.

21
2. Berdasarkan data transaksi 30 Maret – 2 April 2020, nonresiden di pasar
keuangan domestik net beli Rp3,28 triliun dengan net beli di pasar SBN
sebesar Rp4,09 triliun, sementara net jual di pasar saham sebesar Rp0,82
triliun.
3. Berdasarkan data setelmen 30 Maret – 2 April 2020, nonresiden di pasar
keuangan domestik net beli Rp0,77 triliun. Selama 2020 (ytd), nonresiden
di pasar keuangan domestik tercatat net jual Rp143,99 triliun.

B. Inflasi 2019 Terkendali dan Berada pada Sasaran Inflasi


1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I April 2020,
inflasi April 2020 sampai dengan minggu pertama diperkirakan
sebesar 0,20% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Sehingga
secara tahun kalender sebesar 0,96% (ytd), dan secara tahunan sebesar
2,80% (yoy).
2. Penyumbang inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari
komoditas bawang merah (0,08%), emas perhiasan (0,07%), jeruk
(0,05%), gula pasir (0,02%), tahu mentah, kangkung, tempe, bayam,
beras, cabai rawit, air minum kemasan dan rokok kretek filter masing-
masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas utama yang
menyumbang deflasi yaitu cabai merah (-0,09%), daging ayam ras (-
0,03%) dan angkutan udara (-0,01%).
BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan OJK
untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan
dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta
langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk
menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang
pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
2.7 Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (07 Mei 2020)

22
Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak
penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator
stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan
inflasi, sebagai berikut :
A. Perkembangan Nilai Tukar 4-6 Mei 2020
Pada akhir hari Rabu, 6 Mei 2020
1. Rupiah ditutup pada level Rp14.980.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 8,07%.
3. DXY[1] naik ke level 99,89.
4. Yield UST (US Treasury Note)[2] 10 tahun naik ke level 0,641%.

Pada pagi hari Jumat, 8 Mei 2020


1. Rupiah dibuka pada level Rp15.000.
2. Yield SBN 10 tahun stabil pada 8,06%.
Aliran Modal Asing (Minggu 2 Mei 2020)
1. Premi CDS (Credit Default Swaps)[3] Indonesia 5 tahun turun ke 204,05
bps per 7 Mei 2020 dari 210,08 bps per 1 Mei 2020.
2. Berdasarkan data transaksi 4-6 Mei 2020, nonresiden di pasar keuangan
domestik jual neto Rp6,95 triliun, dengan jual neto di pasar saham sebesar
Rp0,84 triliun, sementara di pasar SBN jual neto sebesar Rp6,11triliun.
3. Berdasarkan data setelmen 4-6 Mei 2020, nonresiden di pasar keuangan
domestik jual neto Rp2,01 triliun dan selama 2020 (ytd), tercatat jual neto
Rp162,18 triliun.
B. Inflasi 2020 Terkendali dan Berada pada Sasaran Inflasi
1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Mei 2020,
perkembangan harga-harga pada bulan Mei 2020 diperkirakan
mengalami deflasi sebesar -0,10% (mtm), lebih rendah dari bulan
sebelumnya. Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,74%
(ytd), dan secara tahunan sebesar 2,02% (yoy).

23
2. Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal
dari komoditas telur ayam ras (-0,08%), bawang putih (-0,04%), cabai
merah (-0,03%), cabai rawit (-0,03%), kangkung, bayam dan emas
perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm). Sementara itu,
komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu bawang merah
(0,03%), daging ayam ras (0,02%), jeruk dan air minum kemasan
masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas
terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan
dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta
langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk
menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang
pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang
dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di
kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.
Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh yang pernyataan besaran jumlah
unit yaitu "mata uang" (atau "harga mata uang" atau "sarian mata uang") yang
dapat dibeli dari 1 penggalan "unit mata uang" (disebut pula sebagai "dasar mata
uang"). sebagai contoh, dalam penggalan disebutkan bahwa kurs EUR-USD
adalah 1,4320 (1,4320 USD per EUR) yang berarti bahwa penggalan mata uang
adalah dalam USD dengan penggunaan penggalan nilai dasar tukar mata uang
adalah EUR
Terutama pada saat Corona, keuangan Indonesia sangat kritis dan nilai
mata uang rupiah melemah karena nilai mata uang dolar Amerika meningkat.
BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait
untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya

24
terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah
koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi
Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

DAFTAR PUSTAKA
Machmud, Amir. 2016. Perekonomian Indonesia. Erlangga: Jakarta
Data BPS

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Perkembangan-Indikator-
Stabilitas-Nilai-Rupiah-8-Mei-2020.aspx

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Perkembangan-Indikator-
Stabilitas-Nilai-Rupiah-27032020.aspx

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Perkembangan-Indikator-
Stabilitas-Nilai-Rupiah-03042020.aspx

https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/952

https://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar

https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-mikro/pengaruh-nilai-tukar-
rupiah

25
https://koinworks.com/blog/faktor-melemahnya-rupiah/

26

Anda mungkin juga menyukai