Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Sistem dan Bentuk Kebijakan Nilai Tukar

Disusun oleh :

Kelompok VI

Lisdawaty Paputungan 931419113

Junus Buhari Hafid 931419114

Mudrika Kadir 931419115

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PRAKATA

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas

berkat rahmat dan karuniaNya yang diberikan kepada kita semua sebagai

umatnya. Kami dapat menyusun makalah dengan judul “Sistem dan

Bentuk Kebijakan Nilai Tukar” untuk memenuhi mata

kuliah Kebanksentralan.

Makalah yang disusun untuk mempelajari lebih detail mengenai

apa itu nilai tukar, dan apa saja faktor-faktor nilai tukar. Kami berharap

informasi yang kami dapatkan tidak hanya untuk kami melainkan untuk

para pembaca sebagai ilmu untuk menambah wawasan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih, semoga

makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan memberikan manfaat

dalam hidup kita nantinya. Sangat disadari bahwa, makalah yang kami

buat masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itulah tidak ada salahnya

saya mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun untuk

lebih baik kedepannya.

Gorontalo, 01 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.........................................................1

2.1 RUMUSAN MASALAH....................................................2

3.1 TUJUAN PENULISAN.....................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1.2 PENGERTIAN NILAI TUKAR........................................3

2.2 BENTUK SISTEM NILAI TUKAR...................................5

3.2 NILAI TUKAR MATA UANG..........................................7

4.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI

TUKAR...........................................................................8

5.2 REZIM NILAI TUKAR...................................................12

BAB III PENUTUP

1.3 KESIMPULAN.............................................................22

2.3 SARAN........................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting

dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung

kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk terciptanya iklim

yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha. Nilai tukar

(exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda,

yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang

tersebut.

Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga

sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai

tahun 1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak tahun 1978,

dan sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate

system) sejak 14 Agustus 1997.

Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar rupiah

sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah

benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran

dan permintaan. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada

waktu-waktu tertentu melakukan sterilisasi di pasar valuta asing,

khususnya pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan.

1
2.1 Rumusan Masalah

 Apa itu nilai tukar?

 Bagaiamana bentuk sistem nilai tukar?

 Apa saja faktor yang mempengaruhi nilai tukar?

 Bagaimana rezim nilai tukar di Indonesia?

3.1 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui bentuk, sistem ,dan faktor-faktor nilai tukar serta

keadaan nilai tukar di Indonesia.

 Untuk bahan belajar dan diskusi kelompok mata kuliah

Kebanksentralan.

2
BAB II

PEMBAHASA

1.2 Pengertian Nilai Tukar

Definisi nilai tukar atau kurs (foreign exchange rate) adalah harga

mata uang suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain. Karena

nilai tukar ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbangannya

ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata uang

tersebut.

Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan

dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara

dengan mata uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang

yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan.

Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika permintaan rupiah lebih

banyak daripada penawarannya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi,

demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila

negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating

exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme

pasar.

Exchange rates (nilai tukar uang) atau yang lebih popular di kenal

dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar

dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang

domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang

domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan

tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya

3
dan di gunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi

perdagangan internasional, turisme, investasi internasional ataupun aliran

uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-batas geografis

ataupun batas-batas hukum.

Nilai tukar suatu mata uang dapat di tentukan oleh

pemerintah (otoritas moneter), seperti pada Negara-negara yang memakai

sistem fixed exchange rates ataupun di tentukan oleh kombinasi antara

kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi serta kebijakan

pemerintah seperti pada negara-negara yang memakai rezim

sistem flexible exchange rates.

Karena setiap negara memiliki hubungan dalam investasi dan

perdagangan dengan negara lain, tidak ada satu pun nilai tukar yang

dapat mengukur secara memadai daya beli (purchasing power) mata uang

domestik atas mata uang asing secara umum. Oleh karena itu sejumlah

konsep nilai tukar uang yang efektif telah dikembangkan untuk mengukur

rata-rata tertimbang (weighted average) harga mata uang asing dalam

mata uang domestik.

Nilai tukar dalam Islam dapat dikatakan menganut sistem Managed

Floating, dimana nilai tukar adalah dari kebijakan-kebijakan pemerintah

(bukan merupakan cara atau kebijakan itu sendiri) karena pemerintah

tidak mencanpuri keseimbangan yang terjadi di pasar kecuali jika terjadi

hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri. Jadi bisa dikatakan

bahwa suatu nilai tukar yang stabil adalah merupakan hasil dari kebijakan

pemerintah yang tepat.

4
2.2 Bentuk Sistem Nilai Tukar

Sistem nilai tukar sangat tergantung pada kebijakan moneter suatu

negara. Bentuk sistem nilai tukar dapat dibagi dalam dua bentuk

(Berlianta, 2004), yaitu:

1. Fixed Exchange Rate System

Merupakan suatu sistem nilai tukar dimana nilai suatu mata uang

yang dipertahankan pada tingkat tertentu terhadap mata uang asing. Dan

bila tingkat nilai tukar tersebut bergerak terlalu besar maka pemerintah

melakukan intervensi untuk mengembalikannya. Sistem ini mulai

diterapkan pada pasca perang dunia kedua yang ditandai dengan

digelarnya konferensi mengenai sistem nilai tukar yang diadakan di

Bretton Woods, New Hampshire pada tahun 1944.

2. Floating Exchange Rate System

Setelah runtuhnya Fixed Exchange Rate System maka timbul

konsep baru yaitu Floating Exchange Rate System. Dalam konsep ini nilai

tukar valuta dibiarkan bergerak bebas. Nilai tukar valuta ditentukan oleh

kekuatan permintaan dan penawaran valuta tersebut di pasar uang.

Fakta yang terjadi di banyak negara di dunia menganut varian dari

kedua sistem pokok nilai tukar diatas. Menurut Gilis, dalam

Abimayu, terdapat enam sistem nilai tukar berdasarkan pada besarnya

intervensi dan candangan devisa yang dimiliki bank sentral suatu negara

yang dipakai oleh banyak negara di dunia antara lain:

5
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed exchange rate)

Dalam sistem ini otoritas moneter selalu mengintervensi pasar

untuk mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata

uang asing tertentu. Intervensi tersebut memerlukan cadangan devisa

yang relatif besar. Tekanan terhadap nilai tukar valuta asing, yang

biasanya bersumber dari defisit neraca perdagangan, cenderung

menghasilkan kebijakan devaluasi.

2. Sistem Nilai Mengambang Bebas (free floating exchange rate)

Sistem ini berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem

fixed. Dalam sistem ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu

mengintervensi pasar sehingga sistem ini tidak memerlukan cadangan

devisa yang besar. Sistem ini berlaku di Indonesia saat ini.

3. Sistem Wider Band

Pada sistem tersebut nilai tukar dibiarkan mengambang atau

berfluktuasi diantara dua titik, tertinggi dan terendah. Apabila keadaan

perekonomian mengakibatkan nilai tukar bergerak melampaui batas

tertinggi dan terendah tersebut, maka otoritas moneter akan

melaksanakan intervensi dengan cara membeli atau menjual rupiah

sehingga nilai tukar rupiah berada diantara kedua titik yang telah

ditentukan.

4. Sistem Mengambang Terkendali (Managed Float)

Dalam sistem ini, otoritas moneter tidak menentukan untuk

mempertahankan satu nilai tukar tertentu. Namun, otoritas moneter secara

kontinyu melaksanakan intervensi berdasarkan pertimbangan tertentu,

6
misalnya cadangan devisa yang menipis. Untuk mendorong ekspor,

otoritas moneter akan melakukan intervensi agar nilai mata uang

menguat.

5. Sistem Crawling Peg

Otoritas moneter dalam sistem ini mengaitkan mata uang domestik

dengan beberapa mata uang asing.Nilai tukar tersebut secara periodik

dirubah secara berangsur-angsur dalam persentase yang kecil.Sistem ini

dipakai di Indonesia pada periode 1988-1995.

6. Sistem Adjustable Peg

Dalam sistem ini, otoritas moneter selain berkomitmen untuk

mempertahankan nilai tukar juga berhak untuk merubah nilai tukar apabila

terjadi perubahan dalam kebijakan ekonomi.

3.2 Nilai tukar mata uang

Nilai tukar mata uang dibagi menjadi dua yaitu :

· Nilai tukar nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal.

Misalnya US$ 1,00=Rp10.000. kurs antara dua Negara adalah yang

dinamakan kurs nominal.

· Nilai tukar Riil atau kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relative dari

barang-barang kedua Negara yang menyatakan tingkat dimanakita dapat

memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-

barang dari suatu Negara untuk barang-barang Negara lain. Oleh karena

itu nilai tukar riil juga disebut terms of trade.

Nilai tukar riil diantara kedua Negara dihitung dari nilai tukar

nominal dan tingkat harga di kedua Negara.Jika nilai tukar riil adalah

7
tinggi, berarti harga barang-barang luar negeri relative murah, dan harga

barang-barang domestic relatif mahal. Dan sebaliknya, jika nilai tukar riil

rendah, berarti harga barang-barang luar negeri relative mahal, dan harga-

harga barang domestic relative murah.

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang lokal ditetapkan secara

tetap terhadap mata uang asing. Sementara dalam sistem nilai tukar

mengambang, nilai tukar atau kurs dapat berubah-ubah setiap saat,

tergantung pada jumlah penawaran dan permintaan valuta asing relatif

terhadap mata uang domestik. Setiap perubahan dalam penawaran dan

permintaan dari suatu mata uang akan mempengaruhi nilai tukar mata

uang yang bersangkutan.

Dalam hal permintaan terhadap valuta asing relatif terhadap mata

uang domestik meningkat, maka nilai mata uang domestik akan menurun.

Sebaliknya jika permintaan terhadap valuta asing menurun, maka nilai

mata uang domestik meningkat.Sementara itu, jika penawaran valuta

asing meningkat relatif terhadap mata uang domestik, maka nilai tukar

mata uang domestik meningkat.Sebaliknya jika penawaran menurun,

maka nilai tukar mata uang domestik menurun.

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat 3 faktor

utama yang mempengaruhi permintaan valuta asing, yaitu:

8
1. Faktor pembayaran impor

Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar

permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung

melemah. Sebaliknya, jika impor menurun, maka permintaan valuta asing

menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.

2. Faktor aliran modal keluar (capital outflow)

Semakin besar modal keluar, maka semakin besar permintaan

valuta asing dan pada lanjutannya akan melemah nilai tukar uang. Aliran

modal keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik

swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan dana

penduduk Indonesia ke luar negeri.

Capital outflow adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan aliran aset domestik keluar dari bangsa dan ke negara-

negara lain. Secara umum, istilah ini tidak digunakan untuk

menggambarkan ekspor berbagai jenis barang dan jasa, karena ada

beberapa pengembalian diantisipasi dari jenis kegiatan perdagangan.

Dengan capital outflow, sumber daya tersebut meninggalkan negara tanpa

jenis pengembalian yang adil yang dihasilkan, secara efektif

menghilangkan aset dari penggunaan dalam ekonomi domestik. Jenis

kegiatan ini dapat menyebabkan kerusuhan ekonomi atau politik yang

memiliki efek jangka panjang.

3. Kegiatan spekulasi

Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan

oleh spekulannnnn maka semakin besar nilai permintaan terhadap valuta

9
asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata

uang asing.

Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor

utama, yaitu:

a. Faktor penerimaan hasil ekspor

Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka

semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan

pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata asing cenderung menguat atau

apresiasi.Sebaliknya jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing

yuang dimiliki menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami

depresiasi.

b. Faktor aliran modal masuk (capital inflow)

Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan

cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa

penerimaan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh

pihak asing (Portofolio invesment) dan investasi langsung pihak

asing (foreign direct investment).

Seperti yang telah diketahui, untuk menjaga stabilitas moneter

akibat derasnya arus modal masuk ke Indonesia dan besarnya likuiditas,

BI menerapkan beberapa kebijakan yang diapresiasi Bank Dunia dan IMF

sebagai langkah yang tepat. Neraca modal yang menggambarkan arus

keluar masuk devisa yang bukan merupakan pembayaran atas barang

atau jasa. Arus devisa yang di catat di neraca modal ialah devisa dalam

arti arus modal masuk, baik berupa dana investasi maupun pinjaman atau

1
utang luar negeri. Investasi dan pinjaman dari luar negeri merupakan arus

masuk. Sedangkan investasi kita ke luar negeri dan pinjaman yang kita

berikan kepada pihak luar negeri dicatat dalam arus keluar.

Sebagian besar pinjaman luar negeri yang diperoleh pemerintah

berasal dari sebuah konsorsium bernama Consultative Group for

Indonesia (CGI) yang sebelumnya bernama Inter Group on

Indonesia (IGGI). Arus modal asing bisa mendatangkan manfaat yang

lebih besar ketimbang risikonya jika dikelola dengan benar. Manfaat

tersebut antara lain, penurunan biaya bunga APBN, sumber investasi

swasta, pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman

pasar modal. Sementara risikonya adalah terjadinya pembalikan, tekanan

penguatan rupiah dan gelembung ekonomi. Pemerintah perlu lebih aktif

lagi untuk mendorong perusahaan swasta untuk masuk bursa lewat

penawaran saham perdana (IPO) atau right issue. Kemudian,

memperbanyak penerbitan obligasi Negara.

Jenis Kurs Valuta Asing

 Kurs Jual – adalah harga yang diberikan oleh bank kepada seseorang

yang ingin membeli mata uang asing.

 Kurs beli – adalah harga yang diberikan oleh bank kepada seseorang

yang ingin menukar mata uang asing.

1
5.2 Rezim Nilai Tukar

Rezim adalah serangkaian peraturan, baik formal (misalnya,

konstitusi) dan informal (hukum adat, norma-norma budaya atau sosial,

dll) yang mengatur pelaksanaan suatu pemerintahan dan interaksinya

dengan ekonomi dan masyarakat.

· Rezim Nilai Tukar Dunia

Rezim nilai tukar di dunia mengalami pergantian dari masa ke

masa. Namun pada dasarnya ada dua kelompok utama, yaitu fix

exchange rate dan floating exchange rate model. Dalam

perkembangannya struktur sistem keuangan dunia dibagi menjadi dua

masa, masa lalu dan masa sekarang.

Sistem Nilai Tukar Terdahulu

1. The Gold Standard

Emas di jadikan standar dalam kegiatan ekonomi dunia tepatnya

sebelum perang dunia pertama. Mayoritas mata uang di seluruh Negara

dikonversi secara langsung ke satuan emas. Standarisasi mata uang

internasional ke dalam satuan emas menghasilkan sistem keuangan

internasional dengan sistem fix exchange rate. Keuntungan dari fix

exchange rate saat itu menjadi penting karena mendorong perdagangan

dunia dengan mengeliminasi ketidakpastian yang terjadi ketika nilai tukar

antar negara tidak pasti. Sistem gold standard ini tidak dapat diatur

menggunakan kebijakan moneter, karena supply uang ditentukan oleh

arus emas antar negara. Selain itu, sistem gold standard ditentukan oleh

penemuan dan produksi emas. Pada tahun 1870 dan 1880, produksi

1
emas rendah, akibatnya pertumbuhan ekonomi melambat, nilai uang

jatuh, menyebabkan deflasi. Penemuan emas di Alaska dan Afrika

Selatan pada tahun 1890 membuat ekspansi produksi emas meningkat,

menyebabkan supply uang meningkat cepat dan tingkat harga naik

sampai perang dunia pertama.

2. Bretton Woods

Sistem Bretton Woods merupakan buatan IMF. Kemenangan

perang dunia kedua oleh sekutu pada tahun 1944,

mempertemukan negara-negara yang menang tersebut di Bretton woods

dalam rangka membahas pengembangan sistem moneter internasional

baru untuk perdagangan internasional. Perjanjian berlaku hanya untuk

Negara-negara yang ikut saat itu, dimana bank sentral membeli dan

menjual mata uangnya mereka sendiri untuk menjaga mata uang mereka

agar tingkat nilai tukarnya tetap pada level yang pasti. Disinilah peran IMF,

yaitu untuk menjaga dan memberikan pinjaman kepada Negara yang

kesulitan dalam neraca pembayarannya.

Perang dunia kedua membuat USA menjadi Negara adidaya,

sehingga membuat sistem Bretton Woods didasarkan pada dolar USA,

dimana pada saat itu dollar terhadap emas adalah 35 dollar USA per ons.

Sistem bretton woods juga memiliki kelemahan, dimana jika suatu Negara

berada pada saat neraca pembayarannya defisit, bank sentral harus

menjaga nilai tukarnya tetap, peran IMF adalah meminjamkan negara

yang mengalami defisit. Harapan peminjaman tersebut adalah

agar negara yang defisit dapat membuat kebijakan moneter kontraktif

1
yang menguatkan mata uangnya. Jika IMF tidak dapat mencukupi

utang negara yang defisit maka negara tersebut boleh melakukan

devaluasi[8] mata uangnya dengan menetapkan nilai tukar baru yang lebih

rendah. Masalahnya adalah IMF tidak memiliki cara untuk mendorong

Negara yang surplus untuk melakukan kebijakan ekspansi. USA tidak

tidak dapat menurunkan mata uangnya dibawah sistem bretton woods

kalaupun dollar over value. Hal tersebut yang menyebabkan sistem

bretton woods kolap pada tahun 1971

3. European Monetary System

Sistem EMS pertama kali muncul pada tahun 1979 dengan 8

anggota European Economic Community. Kedelapan Negara tersebut

setuju dengan menetapkan nilai tukar dan nilai tukarnya dibiarkan

mengambang secara bersama melawan dollar USA. Setiap anggota harus

berkontribusi 20% dari emas dan dollar yang dimiliki untuk dana korporasi

moneter eropa. Mekanisme EMS adalah nilai tukar setiap mata uang

Negara partisipasi tidak berfluktuasi diluar batas penetapan nilai tukar.

Ketika mata uang jatuh di luar batas, bank sentral memberikan cadangan

internasional. Bank sentral tidak mengintervensi jika nilai tukar masih

berada di dalam batas.

Sistem Nilai Tukar Saat Ini

1. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas

moneter suatu negara (Bank Sentral) menetapkan tingkat nilai tukar mata

uang domestik terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu,

1
tanpa memperhatikan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta

asing yang terjadi. Bila terjadi kekurangan atau kelebihan penawaran

atau permintaan lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah, maka dalam

hal ini pemerintah akan mengambil tindakan untuk membawa tingkat nilai

tukar ke arah yang telah ditetapkan. Tindakan yang diambil oleh otoritas

moneter bisa berupa pembelian ataupun penjualan valuta asing.

Dalam sistem ini Bank Sentral cukup mengumumkan suatu nilai

tukar tertentu untuk mata uangnya terhadap mata uang asing tertentu

dimana Bank Sentral bersedia dan menjual mata uang asing dengan

kuantitas berapapun. Contohnya adalah Indonesia yang pada era

sebelum pertengahan tahun 1980-an memakai rezim ini. Kita ketahui

bahwa setiap beberapa periode waktu mata uang rupiah mengalami

penyesuaian nilai tukar terhadap Dollar AS dan mata uang asing lainnya.

Keunggulan:

 Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit.

 Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga

tetap stabil.

 Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan

transaksi devisa.

 Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai

dengan hasilnya.

Kelemahan:

 Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan

kekurangan di pasar valas.

1
 Kurang fleksibel terhadap perubahan global.

 Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan

mempengaruhi pasar ekspor impor.

2. Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange

Rate)

Penetapan kurs tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar

valuta. Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat

ekonomi moneter dan fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini tidak

murni berasal dari penawaran dan permintaan uang.

Keunggulan:

 Mampu menjaga stabilitas moneter dan neraca pembayaran suatu

negara dengan baik.

 Adanya aktifitas MD/MS dalam pasar valuta berdasarkan kurs

indikasi akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan kondisi ekonomi

yang terjadi.

 Devisa yang diperlukan tidak sebesar yang dibutuhkan pada nilai

tukar tetap.

 Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.

Kelemahan:

 Devisa harus selalu tersedia dan siap digunakan sewaktu-waktu.

 Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekulan dalam

memprediksi dan menetapkan kurs.

 Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.

1
 Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi

devisa karena memakai devisa untuk menutupi selisihnya.

3. Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate)

Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang

ditujukan bagi suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah mapan.

Sistim nilai tukar ini akan menyerahkan seluruhnya kepada pasar untuk

mencapai kondisi equilibrium yang sesuai dengan kondisi internal dan

eksternal. Jadi dalam sistem nilai tukar ini hampir tidak ada campur

tangan pemerintah.

Keunggulan :

 Cadangan devisa lebih aman.

 Persaingan pasar ekspor-impor sesuai dengan mekanisme pasar.

 Kondisi ekonomi negara lain tidak akan berpengaruh besar

terhadap kondisi ekonomi dalam negeri.

 Masalah neraca pembayaran dapat diminimalisir.

 Tidak ada batasan valas.

 Equilibrium pasar uang.

Kelemahan :

 Praktik spekulasi semakin bebas.

 Penerapan sistem ini terbatas pada negara yang sistim

perekonomiannya mapan, masih memiliki kekurangan untuk negara

berkembang.

1
· Rezim Nilai Tukar Indonesia

Sejak tahun 1970-an hingga saat ini, Indonesia telah mengalami

tiga kali perubahan rezim nilai tukar, yaitu Sistem Nilai Tukar Tetap (1970-

1978), Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (1978-Juli 1997), dan

Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (14 Agustus 1997-sekarang). Tiap

rezim memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang sangat

berdampak bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

1. Fixed Exchange Rate System (Sistem Nilai Tukar Tetap)

Sistem ini diterapkan pada Agustus 1971 – Oktober 1978

dengan mengaitkan secara langsung nilai tukar rupiah dengan dollar

Amerika Serikat yaitu tarif US$1 = Rp415,00. Pemberlakuan sistem

ini dilandasi oleh kuatnya posisi neraca pembayaran pada kurun

waktu 1971-1978 karena sektor migas mempunyai peran besar

dalam penerimaan devisa ekspor dan didukung oleh peningkatan

harga minyak mentah.

Sistem nilai tukar tetap berlaku di Indonesia dengan nilai

tukar resmi Rp 250/US Dollar, sementara nilai tukar Rupiah terhadap

mata uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar Rupiah/US Dollar

di bursa valuta asing Jakarta dan di pasar internasional. Selama

periode tersebut, Indonesia menganut sistem kontrol devisa yang

relatif ketat. Para eksportir diwajibkan menjual hasil devisanya

kepada Bank Indonesia. Dalam rezim ini tidak ada pembatasan

1
dalam hal pemilikan, penjualan maupun pembelian valuta asing.

Sebagai konsekuensinya, maka BI harus dapat memenuhi semua

kebutuhan valuta asing bank komersial dalam rangka memenuhi

permintaan valuta asing oleh importir maupun masyarakat. Bank

Indonesia memiliki kewenangan penuh dalam mengawasi transaksi

devisa. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang telah

ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar

valuta asing. Pemerintah Indonesia telah melakukan devaluasi

sebanyak 3 kali, yaitu pada tanggal 17 April 1970 menjadi Rp

378/US Dollar, 23 Agustus 1971 menjadi Rp 415/US Dollar, dan

yang ketiga pada tanggal 15 November 1978 menjadi Rp 625/US

Dollar. Kebijakan devaluasi tersebut dilakukan karena nilai tukar

Rupiah mengalami overvaluation sehingga dapat mengurangi daya

saing produk-produk ekspor di pasar internasional.

2. Managed Floating Exchange Rate (Sistem Nilai Tukar

Mengambang Terkendali)

Sistem ini belaku sejak November 1978 – Agustus 1997.

Pada masa ini nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan

dolar Amerika Serikat akan tetapi terhadap sekeranjang mata uang

asing (basket currency). Pada periode ini telah terjadi tiga kali

devaluasi yaitu pada bulan November 1978, Maret 1983, dan

September 1986. Setelah devaluasi tahun 1986, nilai nominal rupiah

1
diperbolehkan terdepresiasi sebesar 3-5% per tahun untuk

mempertahankan nilai tukar riil yang lebih baik. Dengan sistem ini,

Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs

bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan

nilai tukar Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila

kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah spread.

Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali

diterapkan di Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya

terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah

berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar.

Dengan kata lain, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung

tidak pasti.

3. Free Floating Exchange Rate System (Sistem Nilai Tukar

Mengambang Bebas)

Sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 sampai

sekarang. Dalam sistem ini Bank Indonesia melakukan intervensi di

pasar valuta asing karena semata-mata untuk menjaga kestabilan

nilai tukar rupiah yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar.

Awalnya, penerapan sistem nilai tukar mengambang ini

menyebabkan terjadinya gejolak yang berlebihan (overshooting).

Banyak faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus merosot,

mulai dari profit taking oleh pelaku pasar, tingginya permintaan

2
perusahaan domestik terhadap dolar untuk pembayaran hutang luar

negeri yang jatuh tempo, dan memburuknya perkembangan

perbankan nasional.

Untuk mengatasi tekanan tersebut, Bank Indonesia

melakukan intervensi baik melalui spot exchange rate (kurs

langsung) maupun forward exchange rate (kurs berjangka) untuk

sementara dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah. Namun, untuk

selanjutnya tekanan terhadap depresiasi Rupiah semakin

meningkat. Oleh karena itu, dalam rangka mengamankan cadangan

devisa yang terus berkurang, pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank

Indonesia memutuskan untuk menghapus rentang intervensi

sehingga nilai tukar Rupiah dibiarkan mengikuti mekanisme pasar.

Perubahan besar dari sistem nilai tukar Indonesia sejak krisis

1997/1998 menghasilkan konsekuensi pada volatilitas nilai tukar

rupiah terhadap US dollar yang lebih besar dibandingkan periode

sebelumnya. Volatilitas tersebut terjadi baik dalam bentuk nominal

maupun dalam bentuk riil. Semenjak diberlakukannya kebijakan

sistem kurs ini, nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi dalam jangka

pendek dan cenderung melemah dalam jangka panjang.

2
BAB III

PENUTUP

1.3 Kesimpulan

Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara

lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai mata uang rupiah yang

ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap Euro, dan lain

sebagainya. Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi

aktivitas di pasar saham maupun di pasar uang karena investor

cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi portofolio.

Nilai tukar mata uang dibagi menjadi dua yaitu nilai tukar

nominal dan nilai tukar riil atau kurs riil (riil exchange rate). Dilihat dari

faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat 3 faktor utama yang

mempengaruhi permintaan valuta asing, yaitu faktor pembayaran impor,

faktor aliran modal keluar (capital outflow), dan kegiatan spekulasi.

Rezim nilai tukar di dunia mengalami pergantian dari masa ke

masa. Namun pada dasarnya ada dua kelompok utama, yaitu fix

exchange rate dan floating exchange rate model. Dalam

perkembangannya struktur sistem keuangan dunia dibagi menjadi dua

masa, masa lalu dan masa sekarang. Sejak tahun 1970-an hingga saat

ini, Indonesia telah mengalami tiga kali perubahan rezim nilai tukar, yaitu

Sistem Nilai Tukar Tetap (1970-1978), Sistem Nilai Tukar Mengambang

Terkendali (1978-Juli 1997), dan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas

(14 Agustus 1997-sekarang). Tiap rezim memiliki kelebihan dan

2
kekurangan masing-masing yang sangat berdampak bagi perekonomian

Indonesia secara keseluruhan.

2.3 Saran

Diketahui bahwa dalam nilai tukar rupiah melemah, salah satu

faktor yang mempengaruhinya adalah valuta asing. Saran dari kelompok

kami untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengurangi

penggunaan mata uang dollar (AS) dalam transaksi dengan negara selain

Amerika Serikat, Sehingga efek penguatan dollar lebih ditekan.

2
DAFTAR PUSTAKA

Karim, Adiwarman A., Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro (IIIT

Indonesia, Jakarta:2002)

Karim, Adiwarman A., Ekonomi Makro Islami, (Depok: PT Rajagrafindo Persada,

2015)

Yoopi Abimanyu, Memahami Kurs Valuta Asing (FE-UI, Jakarta:2004)

https://sabeumrenno.wordpress.com/2014/10/18/rezim-nilai-tukar/ (28-05-2017)

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/04/07/154652926/bi.aliran.modal.

masuk.ke.indonesia.capai.rp.79.1.triliun

http://mahasiswa.me/2016/12/07/indonesia-mengalami-capital-outflow-us23-juta-

karena-dampak-demokrasi-yg-dimenangkan-trump/

Anda mungkin juga menyukai