Anda di halaman 1dari 21

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : putriyani
NIM : 16060037
Program Studi : ilmu ekonomi
Judul makalah :Memburuknya kondisi perekonomian Indonesia akibat
terdepresiasinya nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap U$ Amerika
Amerikat pada tahun 2018
Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa tugas akhir ini benar-benar saya
kerjakan sendiri. Karya tulis tugas akhir ini bukan merupakan plagiarisme, pencurian
hasil karya milik orang lain, hasil kerja orang lain untuk kepentingan saya karena
hubungan material maupun non – material, ataupun segala kemungkinan lain yang
pada hakekatnya bukan merupakan karya tulis tugas akhir saya secara orisinil dan
otentik.
Bila kemudian hari diduga kuat ada ketidaksesuaian antara fakta dengan
kenyataan ini, saya bersedia diproses oleh tim Fakultas yang dibentuk untuk
melakukan verisfikasi, dengan sanksi yang sesuai dengan kesalahan yang telah saya
perbuat.
Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas tekanan
ataupun paksaan dari pihak maupun demi menegakan integritas akademik di institusi
ini.

Padang. 30 Oktober 2018

Putriyani

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,Wr,Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT, atas karunia-Nya yang telah
mempermudah saya hingga selesai dalam penulisan/menyusun Tugas akhir yang
berbentuk Paper dalam mata kuliah Ekonomi Internasional 2.

Tak lupa saya berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Ekonomi Internasional 2, DR.Dra. Sri Ulfa Sentosa,MS yang telah mengajar dengan
baik dalam mata kuliah tersebut dan memberi pengarahan dalam pembuatan Paper ini.
Paper ini bertujan untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah Ekonomi
Internasional 2 dalam pencapaian nilai yang diharapkan.Semoga paper ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat sekitarnya dalam hal kondisi perekonomian
indonesia.

Kritik dan saran senantiasa saya tunggu guna peningkatan mutu pada paper
dengan mata kuliah yang berbeda.

Wassalamuallaikum, Wr,Wb

Padang, 30 Oktober 2018


Penulis

Putriani
16060037

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jika dilihat dalam konsep perdagangan internasional semua negara yang
melakukan perdagangan internasional atas impor atau pun ekspor harus
mengunakan alat pembayaran yang telah ditetapkan dalam peraturan perdagangan
internasional yaitu dalam melakukan transaksi perdagangan harus mengunakan
kurs valuta asing atau yang biasa kita sebut dengan U$ Amerika Serikat. Kurs
disebut juga sebagai nilai tukar yang menunjukkan seberapa besar nilai uang suatu
negara yang digunakan dalam transaksi.
Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah
terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu
mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai
tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain
sebagainya. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya
Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak
dan Kurniasari, 2003).
Kurs (Exchange Rate) suatu mata uang adalah harga mata uang dalam negeri
terhadap mata uang luar negeri. Sistem kurs valuta asing akan sangat tergantung
dari sifat pasar. Dalam pasar bebas, kurs akan berubah sesuai dengan perubahan
permintaan dan penawaran.

Sistem Kurs Mata Uang


Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang
berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan
oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas
moneter. Didalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs
mengambang,yaitu :
a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah.
Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini

3
cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya
untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)
dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada
tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan
karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk
mempengaruhi pergerakan kurs.

2. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara
mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau
sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner
dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata
uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi
sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi
hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang
menjadi tambatannya.

3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu
Negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara
periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang
waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat
mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding
sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-
kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba
dan tajam.

4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama


negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan
sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan
stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam
sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam
“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai
perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang
berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang

4
mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang
berbeda dengan bobot yang berbeda.

5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara
mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini
dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak
terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan
berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

Dapat kita lihat bagaimana perekonomian indonesia akhir-akhir ini bahwa


semakin hari perekonomian negara kita semakin melemah. Bukan hanya dilihat
dari banyaknya penduduk yang miskin, maupun masalah lainnya. Namun yang
menjadi permasalahan dalam perekonomian indonesia akhir-akhir ini adalah
melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap U$ Amerika Serikat.
Nilai tukar rupiah yang terancam semakin melemah dengan kebijakan
moneter luar negeri Amerika Serikat yang ingin menaikkan suku bunga acuan.
Mengakibatkan nilai tukar rupiah berada di level Rp13.746 terhadap dolar. Jika
kita lihat pada tahun 2015 suku bunga AS ada di kisaran 0-0,25 persen. Namun
pasa saat ini, sudah sampai di kisaran 1,25-1,5 persen.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap U$ tentu berdampak terhadap
aliran modal asing yang keluar dapat semakin tinggi. Dimana pada Saat ini sudah
mencapai Rp 8,6 triliun sejak awal 2018. ini merupakan dampak dari yield
treasury atau surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun loncat ke 2,9 persen
tertinggi dalam 4 tahun terakhir. Otomatis yield spread dengan SBN (Surat
Berharga Negara) Indonesia makin sempit. Investor akhirnya mencatat penjualan
bersih dan memburu surat utang AS.
Selain itu melemahnya nilai tukar rupiah juga berdampak terhadap
melemahnya daya saing produk Indonesia baik domestik maupun ekspor.
Akibatnya beberapa sektor industri bergantung oleh impor bahan baku dan barang
modal.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank pun ikut
melemah.hingga bulan juli kemaren bergerak semakin lemah dari 17 poin menjadi
Rp 14.380 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.363 per dolar AS. Laju rupiah

5
kembali mengalami depresiasi seiring dengan melemahnya euro terhadap dolar
AS.
Untuk itu pemerintah perlu berkerja lebih keras untuk mengantispasi
tantangan perekonomian Indonesia akibat dari depresiasi rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat ini agar tidak mengganggu pencapaian yang telah direncanakan
dalam RPJMN maupun RPJP.
Karena depresiasi nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan tren
depresiasi mata uang yang dialami oleh negara-negara lain, yang lebih disebabkan
oleh faktor eksternal antara lain penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata
uang negara-negara lain sejalan dengan perbaikan perekonomian AS serta
kebijakan normalisasi moneter yang diambil oleh the US Fed.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Penyebab dari melemahnya nilai tukar Rupiah U$ Amerika Serikat pada
tahun 2018 ?
2) Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia akibat melemahnya
nilai tukar rupiah?
3) Apa saja kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk
memperbaiki perekonomian indonesia pada saat ini?

6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN NILAI TUKAR


Menurut Ekananda (2014) kurs atau nilai tukar adalah harga suatu
mata uang relatif terhadap mata uang negara lain. Kurs memainkan peranan
penting dalam keputusan-keputisan pembelanjaan karena kurs memugkinkan
kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara kedalam satu bahasa
yang sama.
Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah
perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah
yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar Amerika.
Menurut Nopirin (2008) menjelaskan bahwa ketika semua kondisinya
tetap, depresiasi mata uang dari suatu negara terhadap segenap mata uang
lainnya (kenaikan harga valuta asing terhadap negara yang bersangkutan)
menyebabkan ekspor lebih murah dan impor lebih mahal. Sedangkan apresiasi
(penurunan harga valuta asing terhadap negara yang bersangkutan) membuat
ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa kurs atau nilai tukar adalah
pertukaran suatu mata uang dengan mata uang negara lainnya. Kurs atau nilai
tukar biasanya digunakan untuk transaksi yang melibatkan dua negaura atau
lebih. Suatu nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan
penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing $US.
Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan
masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran
perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing
$US sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguat kurs rupiah
sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin
menunjukkan perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai
tukar domestic semakin melemah terhadap mata uang asing. Hal ini
mengakibatkan menurunnya kinerja suatu perusahaan dan investasi di pasar
modal menjadi berkurang.

7
B. SISTEM NILAI TUKAR
Secara garis besar, ada dua sistem kurs, yaitu sistem kurs mengambang
(floating exchange rate system) dan sistem kurs tetap (fixed exchange rate
system). Sistem kurs mengambang sering juga di sebut dengan
freelyfluctuating exchange rate system atau sistem kurs bebas flexible
exchange rate system namun yang paling sering digunakan adalah floating
exchange rate system.
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus mengemukakan bahwa
sistem kurs ada 3 (tiga) macam :
1. Cara kerja standar emas
Adalah suatu sistem kurs dengan menggunakan standar emas. Sistem
ini memberikan kurs tukar valuta asing yang tetap untuk setiap Negara dan
relatif mudah dipahami.
2. Kurs valuta asing yang mengambang “penuh”
Adalah kurs yang sepenuhnya di tentukan oleh kekuatan pasar
(penawaran dan permintaan)
3. Sistem kurs valuta asing yang mengambang “terkendali”
Dalam sistem ini terdapat beberapa mata uang yang mengambang
bebas bersama-sama mata uang yang dikaitkan dengan dollar (mengambang
bersama-sama dengan dollar). Mata uang suatu Negara dibiarkan
mengambang bersama-sama dengan dollar secara bebas di pasaran. Tetapi
pemerintah suatu Negara akan melakukan intervensi jika pasar dalam keadaan
kacau atau kurs sedang dianggap terlalu jauh dari yang diperkirakan sebagai
kurs yang tepat.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS


Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi perubahan kurs di valuta asing
banyak dikemukakan oleh para ahli. Namun hal tersebut masih dianggap
belum konkrit dan masih terdapat inkonsistensi diantara faktor yang diajukan
oleh satu ahli dibandingkan dengan yang lain.
Pada dasarnya Madura dan Fox (2011) berpendapat bahwa terdapat 3
faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar:

8
1. Faktor fundamental
Faktor ini berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga,
perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar, dan intervensi
Bank sentral.
2. Faktor teknis
Faktor ini berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa
pada saat tertentu. Apa bila terdapat kelebihan permintaan sementara
penawaran tetap maka harga valuta asing akan terapresiasi. Sedangkan
apabila ada kekurangan permintaan szsementara penawaran tetap, maka
nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.
3. Sentimen pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik
yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik
atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Ketika berita tersebut sudah
berlalu maka harga valuta asing akan kembali normal.

Madura dan Fox menjelaskan bahwa dari ketiga faktor tersebut


terdapat 5 faktor penjelas yang murni berpengaruh yang berdasarkan
beberapa pendapat krugman, obstfeld, dan melitz (2011). Dan hal ini
kembali diperkuat pada tahun 2013 oleh eun, resnick, dan sabherwal.
Sehingga terdapat 5 faktor utama yang diajukan, yaitu:
1. Tingkat inflasi
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam
bentuk barang maupun jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar
valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif
terhadap harga diluar negeri dipandang sebagai factor yang
mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing.
Contoh: jika Amerika serikat sebagai mitra dagang Indonesia
mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang di
Amerika serikat juga ikut menjadi tinggi, sehingga otomatis
permintaan terhadap produk relative mengalami penurunan.
Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik
nilai tukar yang mencerminkan nilai sebenarnya. Itulah kenapa tingkat
inflasi berdampak terhadap nilai tukar. Peningkatan inflasi pada suatu

9
Negara mengarah pada penurunan nilai mata uang nasional, dan juga
sebaliknya. Penyusutan inflasi uang didalam negeri akan mengurangi
daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai mata uang
mereka terhadap nilai mata uang Negara-negara yang tingkat inflasinya
jauh lebih rendah.

2. Cadangan devisa
Proses hubungan ekonomi antar Negara akan mempengaruhi hasil
neraca pembayaran internasional suatu Negara. Diasumsikan apabila
suatu neraca pembayaran internasional terjadi surplus maka akan hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan nilai cadangan devisa
Negara. Sebaliknya jikanegara mengalami defisit dalam neraca
pembayaran, maka Bank sentral Negara tersebut harus mengeluarkan
asset cadangan devisanya, seperti emas, valuta asing dan SDR atau
meminjam dari Bank sentral lain (eun, resnick, dan sabherwal, 2013).
Kemampuan suatu Negara untuk memiliki devisa dalam jumlah yang
sangat besar akan mendorong peningkatan nilai ekspor pada periode
selanjutnya (samuelson dan nordhaus, 2011). Kondisi ini akan
berpengaruh terhadap penawaran mata uang asing yang juga semakin
meningkat. Dengan demikian nilai tukar domestic akan terjadi
apresiasi terhadap mata uang asing.

3. Perbedaan suku bunga


Perubahan tingkat suku bunga disuatu Negara akan mempengaruhi
arus modal internasional. Pada prinsipnya kenaikan suku bunga, akan
merangsang masuknya modal asing, sehingga itulah sebabnya dinegara
ditingkat suku bunga yang tinggi, modal asing banyak yang masuk,
sehingga menimbulkan permintaan untuk meningkatkan mata uang,
dan menyebabkan kursnya terapresiasi.

10
4. Ekspor – impor
Harga suatu barang merupakan suatu factor yang paling penting dalam
menentukan apakah suatu barang akan di impor maupun di ekspor.
Barang-barang dalam negeri yang akan di jual dengan harga barang
yang relative murah akann meningkatkan ekspor, dan sebaliknya jika
harga barang yang akan diekspor mahal maka akan mengurangi jumlah
ekspornya. Selain itu, pengurangan harga barang impor akan
menambah jumlah impor, begitupun sebaliknya kenaikan harga barang
impor akan mengurangi jumlah impor yang dikirim.
Efek dari hal diatas akan mempengaruhi nilai tukar. Apabila nilai mata
uang suatu Negara sangat tinggi, maka permintaan terhadap mata uang
tersebut akan bertambah lebih cepat dari pada penawarannya.
Akibatnya nilai mata unag Negara tersebut naik atau terapresiasi. Akan
tetapi ketika impor lebih banyak dari ekspor maka penawaran mata
uang Negara tersebut lebih banyak dari permintaannya. Akibatnya nilai
mata uang tersebut merosot atau terdepresiasi.

5. Ekspektasi
Factor terakhir yang mempengaruhi kurs adalah ekspektasi nilai tukar
di masa depan. Sama seperti pasar keuangan lainnya pasar valuta asing
bereaksi cepat terhadap berita yang memiliki dampak ke masa depan.
Contoh: berita mengenai melonjaknya inflasi AS mungkin bias
menyebabkan pedagang valuta asing akan menjual dolar ($) karena
memperkirakan nilai dolar akan turun di masa depan. Reaksi pasar
tentu akan menekan nilai tukar dollar di pasar.

11
BAB III
PEMBAHASAN

Pada awal tahun 2018, nilai tukar rupiah mengalami tekanan depresiasi yang
cukup tinggi. Terdepresiasinya nilai tukar rupiah bukan hanya dikarenakan factor
internal saja tapi yang menyebabkan nilai tukar rupiah turun drastis dikarenakan
factor eksternal. Penyebab utama terjadinya depresiasi ini adalah normalisasi dari
kebijakan moneter AS dan perang dagang yang terjadi antara AS dan China. Selain itu
factor internal penyebab terjadinya tekanan depresiasi dipengaruhi oleh beberapa
masalah yang mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Pada 31 Agustus 2018 kemaren Membaiknya data perekonomian AS seperti
PDB yang tumbuh di atas ekspektasi serta menyusutnya pengangguran memunculkan
spekulasi The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Membaiknya data perekonomian AS seperti Produk Domestik Bruto (PDB)
yang tumbuh 4,2% pada triwulan II 2018 dan turunnya klaim pengangguran
memunculkan spekulasi di pasar finansial global bank sentral Amerika (The Fed)
sehingga akan kembali menaikkan suku bunga acuannya. Imbasnya, para investor
kembali memburu aset-aset dalam mata uang dolar AS dan melepas aset dalam mata
uang yang dianggap berisiko seperti rupiah dan mata uang pasar berkembang lainnya.
Hal inilah yang menyebabkan turunna nilai tukar Rupiah. Dimana Rupiah yang
masih berpotensi mendekati level Rp 15.000/dolar AS.
Berikut data perubahan kurs Rupiah dari tahun 2014 sampai dengan tahun
2018.

12
Pada diagram diatas dapat kita lihat bagaimana perubahan kurs Rupiah dari
tahun 2014 sampai tahun 2018. Dimana terdepresiasina nilai tukar rupiah dimulai
pada tahun 2015, dapat kita lihat pada triwulan ll 2015 tingat nilai tukar Rupiah turun
mencapai Rp 14.000/ U$D AS hingga pada triwulan lV sudah memasuki sebesar Rp
15.000/U$D AS.
Akibat terjadinya perang dagang antara AS dan China, Presiden Donald
Trump meminta Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengenakan tarif
terhadap impor China senilai setidaknya US$50 miliar. China kemudian
meresponsnya dengan rencana penerapan penalti terhadap impor dari AS sebesar
US$3 miliar. Tensi dagang antara dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut
memicu kekhawatiran timbulnya kerugian terhadap negara-negara regional. Akibat
dari perang dagang ini memicu terdepresiasinya nilai tukar mata uang asing terhadap
U$D Amerika serikat.
Namun pelemahan rupiah pada saat ini tidak terlalu besar karena kondisi
ekonomi makro kita cukup stabil untuk mengatasi hal tersebut. Bahkan BI
sebelummnya telah melakukan aksi antisipasi dengan menaikkan suku bunga acuan
selama beberapa kali. Sehingga pelemahan rupiah ini tidak perlu ditakutkan karena
stabilitas ekonomi dan keuangan bisa terjaga dengan baik. Likuiditas yang terjadi di

13
perbankan Indonesia bahkan menurun dibandingkan 2015 dari 3,2 persen menjadi 2,7
persen pada tahun 2018 ini.
Meskipun kondisi ekonomi makro yang bias dikatakan mampu untuk
mengatasi terdepresiasinya kurs rupiah ini. Tetap saja banyak masalah ekonomi dari
dalam yang membuat kembali melambatnya kurs rupiah. Bebrapa masalah ekonomi
secara internal yang membuat kurs rupiah melambat pada saat ini, adalah:
1. Neraca perdagangan defisit
Berdasarkan data yang ada, neraca perdagangan Indonesia sebenarnya
sempat surplus pada bulan Maret sampai Juni 2018.Namun secara tahunan,
neraca perdagangan kita defisit sebanyak 1,02 miliar dolar AS.

2. Kinerja perdagangan yang kurang optimal


Perdagangan di dalam negeri yang kurang optimal membuat rupiah terus
melemah terhadap dolar AS. Kondisi ini disebabkan juga oleh penyebab
yang pertama yakni neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit
dan kemudian berimbas ke defisit transaksi berjalan. Namun hal ini tak
hanya terjadi pada rupiah saja melainkan terhadap mata uang dari berbagai
negara lain.

3. Yield Spread
Adanya yield spread antara US Treasury atau surat berharga pemerintah
AS dan Surat Berharga Negara tenor 10 tahun yang semakin lebar juga
turut berpengaruh pada melemahnya rupiah. semakin lebar yield spread
maka investor asing akan cenderung menjual surat utang Indonesia.

4. Sistem perbankan dan perang dagang


Menurut Shanti Rachmand selaku Presiden ASEAN International
Business, ada 2 hal lagi yang membuat nilai rupiah anjlok. Pertama adalah
infrastruktur sistem perbankan yang kurang memadai. Kedua yakni trade
war atau perang dagang yang disinyalir memperburuk kondisi keuangan
global.

5. Krisis pasar berkembang ( turki, argentina, iran dan afrika selatan)

14
Adanya krisis di Argentina sebagai salah satu penyebab rupiah melemah.
Argentina baru saja mendapatkan suntikan dana 50 miliar dolar AS dari
International Monetary Fund atau IMF, badan PBB. Namun arus modal
keluar Argentina masih sekarat sehingga bunganya dinaikkan sampai ke
level 60 persen. Oleh karena itulah, semua kurs mata uang di Asia
Tenggara ikut melemah.

Penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah masih terus
terjadi. Terus melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat,
menimbulkan dampak sepiral ke berbagai sektor terutama yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat luas. Akibat terdepresiasinya kurs Rupiah terdapat beberapa
dampak negatif yang dialami masyarakat, yaitu diantaranya adalah:

1. Pertumbuhan ekonomi melambat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada


kuartal II-2015 mengalami perlambatan, dengan tumbuh sebesar 4,6 persen.
Angka ini menurun jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-
2015 sebesar 4,7 persen.

2. Pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat. PHK terjadi pada industri yang
selama ini menggantungkan bahan baku dari impor. Buruh yang di PHK terus
meningkat jumlahnya, seiring dengan terus melemahnya mata uang rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat.

3. Pengangguran meningkat. Jumlah pencari kerja setiap tahun sekitar 2,5 juta
orang. Dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebelumnya, maka banyak
pencari kerja yang masih menganggur, sekarang ditambah lagi dengan buruh
yang di PHK.

4. Inflasi bahan pangan meningkat. Meningkatnya inflasi dibidang sembako,


sangat terkait erat dengan kebijakan masa lalu yang import minded. Dalam 5
(lima) tahun terakhir, inflasi sembako setiap tahun mencapai 60 persen.

15
5. Kemiskinan meningkat. Kalau barang-barang terutama sembako meningkat
harganya, penghasilan tidak meningkat bahkan tidak mempunyai penghasilan
karena di PHK dan menganggur, maka otomatis kemiskinan meningkat.
6. Daya beli menurun. Konsekuensi logis meningkatnya harga-harga barang
terutama sembako dan penghasilan tidak meningkat, bahkan penghasilan
hilang karena di PHK dan menganggur, maka otomatis daya beli masyarakat
menurun.

7. Kesejahteraan masyarakat menurun. Dampak spiral selanjutntya ialah


menururnnya tingkat kesejahteraan masyarakat (kesmas).

8. Gizi masyarakat menurun. Dampak turunannya dari 7 faktor di atas, maka


otomatis gizi masyarakat memburuk. Melalui paket kebijakan ekonomi tahap
1, pemerintah berusaha keras mencegahnya semakin menurunnya gizi
masyarakat.

9. Angka putus sekolah meningkat terutama mereka yang sekolah di swasta dan
sedang kuliah di perguruan tinggi.

10. Depresi meningkat, Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati
(kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya.
Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri
sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut
melankholi. Kita berharap paket kebijakan ekonomi 1 yang sudah dikeluarkan
Presiden Jokowi, yang akan disusulkan dengan paket kebijakan ke 2 dan 3,
rupiah segera menguat.

Persoalan ekonomi, jika meminjam penelitian SAPA, adalah faktor utama


lahirnya kekerasan fisik pada anak atau di rumah tangga. Semakin sulit memenuhi
kebutuhan ekonomi karena harga yang makin tinggi, potensi kekerasan semakin
besar. Begitu juga dengan pencurian atau aksi kriminalitas lain yang didasari motif
ekonomi.
Pemerintah yang dipimpin oleh Jokowi dalam kondisi yang serba susah saat
ini sebaiknya mulai mengambil langkah konkret untuk mengatasi krisis. Meski tidak

16
serta merta memulihkan nilai tukar, dua langkah ini minimal bisa membuat
masyarakat tidak ikut merasakan kiris akibat terdepresiasinya kurs rupiah tersebut.
Pertama, segera realisasikan dengan konkret sejumlah proyek produktif dan
padat karya untuk proyek APBN dan APBD sehingga menambah pemasukkan
masyarakat. Dengan adanya realisasi proyek ini,minimal bisa mengurangi dampak
inflasi. Apalagi dengan terus menggalakkan membeli produk dalam negeri pada
masyarakat.
Kedua, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus sebisa
mungkin membuat stabilisasi guna mencegah penurunan aset rupiah. Langkah ini
harus diikuti pula dengan memberikan insentif bagi pengusaha ekspor di tanah air
sekaligus mengontrol transaksi dolar di dalam negeri. Sebisa mungkin transaksi harus
dilakukan dengan rupiah.
Melihat dari solusi masalah yang sudah ada tersebut. Ada beberapa kebijakan
yang bisa diterapkan oleh pemerintah untuk mencegah melemahnya nilai rupiah dan
menjaga nilai rupiah tetap stabil. Kebijakan-kebijakan tersebut, antara lain :

1. Memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dollar
dengan mendorong ekspor dan keringanan pajak kepada industri tertentu.
Dengan ini,dalam memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah
terhadap dollar dengan mendorong ekspor akan mengakibatkan permintaan
terhadap rupiah akan meningkat sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran. Semakin banyak barang yang diekspor, maka semakin banyak
permintaan terhadap rupiah yang nantinya mengakhibatkan nilai tukar rupiah
menjadi stabil. Dalam rangka meningkatkan ekspor penting pula pemerintah
memberi keringanan pajak kepada industri-industri yang berpotensi ekspor.

2. Menjaga pertumbuhan ekonomi riil.


Dengan menjaga pertumbuhan ekonomi riil sesuai teori dalam pasar mata
uang asing faktor yang berdampak pada permintaan dan penawaran adalah
laju pertumbuhan riil terhadap harga produk luar negeri. Laju peningkatan
pendapatan riil domistik diprediksi akan melemahkan nilai tukar mata uang
asing, sementara pendapatan riil domistik akan menyebabkan permintaan
valuta asing bertambah bila dibandingkan stock yang tersedia.

17
3. Menjaga daya beli. Pemerintah berkoodinasi dengan BI untuk menjaga gejolak
harga dan inflasi. dengan menjaga daya beli dan pemerintah saling
berkordinasi dengan BI dalam menjaga gejolak harga dan inflasi tentunya
tingkat kemakmuran ekonomi akan tinggi dan pada nantinya cenderung akan
konsisten rendah tingkat inflasinya sehingga nilai mata uangnya menjadi lebih
kuat dibandingkan dengan negara lain yang tingkat inflasinya tinggi. Hal itu
akan menyebabkan purchasing power atau daya beli negara-negara maju
tersebut lebih tinggi daripada negara lain.

4. Mempercepat investasi.
langkah atau kebijakan pemerintah sangat penting dalam menentukan arus
investasi kedepan, semakin banyak orang berinvestasi maka akan
meningkatkan produktivitas output yang nantinya akan menstabilkan neraca
perdagangan dan pada akhirnya akan menguatkan nilai tukar rupiah.

5. Menjaga kestabilan kondisi ekonomi dan politik.


Untuk menginvestasikan dananya, para investor tentu akan memilih negara
dengan kondisi ekonomi yang baik termasuk keadaan politik yang stabil dan
aman. Ketidakstabilan kondisi ekonomi secara otomatis akan mempengaruhi
kepercayaan investor karena cenderung memiliki resiko tinggi sebagai tempat
mengeluarkan dananya. Oleh karena itu dikatakan keadaan politik akan
berdampak pula pada nilai tukar uang suatu negara.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada awal 2018 rupiah mengalami tekanan depresiasi yang cukup tinggi
terutama oleh faktor eksternal. Sumber utama dari eksternal terkait normalisasi
kebijakan moneter AS, dan perang dagang antara AS dan China. Dari dalam negeri,
tekanan depresiasi dipengaruhi oleh beberapa masalah ekonomi. Tekanan depresiasi
rupiah terutama terjadi pada awal 2018 hingga saat ini, dengan puncaknya pada bulan
Oktober 2018 yang mencapai hingga Rp 15.000 .
Nilai tukar rupiah yang terancam semakin melemah dengan kebijakan moneter
luar negeri Amerika Serikat yang ingin menaikkan suku bunga acuan. Mengakibatkan
nilai tukar rupiah berada di level Rp13.746 terhadap dolar. Jika kita lihat pada tahun
2015 suku bunga AS ada di kisaran 0-0,25 persen. Namun pasa saat ini, sudah sampai
di kisaran 1,25-1,5 persen.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap U$ tentu berdampak terhadap aliran
modal asing yang keluar dapat semakin tinggi. Dimana pada Saat ini sudah mencapai
Rp 8,6 triliun sejak awal 2018. ini merupakan dampak dari yield treasury atau surat
utang pemerintah AS tenor 10 tahun loncat ke 2,9 persen tertinggi dalam 4 tahun
terakhir. Otomatis yield spread dengan SBN (Surat Berharga Negara) Indonesia
makin sempit. Investor akhirnya mencatat penjualan bersih dan memburu surat utang
AS.
Selain itu melemahnya nilai tukar rupiah juga berdampak terhadap
melemahnya daya saing produk Indonesia baik domestik maupun ekspor. Akibatnya
beberapa sektor industri bergantung oleh impor bahan baku dan barang modal.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank pun ikut melemah.hingga
bulan juli kemaren bergerak semakin lemah dari 17 poin menjadi Rp 14.380
dibanding posisi sebelumnya Rp 14.363 per dolar AS. Laju rupiah kembali
mengalami depresiasi seiring dengan melemahnya euro terhadap dolar AS.

19
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:

a. Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara serius dan


bertanggung jawab agar dapat segera mengatasi masalah terdepresiasinya
nilai tukar Rupiah di Indonesia.

b. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita membantu semua
kebijkan pemerintah agar dapat mengapresiasi nilai tukar Rupiah dengan
cepat.

20
REFERENSI

1. Factor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika
serikat
2. Analisis kurs dan money supply di indonesia
3. Landasan teori tentang nilai tukar
4. Analisis perubahan kurs upiah terhadap U$D AS
5. Factor yang mempengaruhi kurs rupiah terhadap dollar paska 2000-2010

21

Anda mungkin juga menyukai