Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

“KURS VALAS INFLASI DAN BUNGA”

Dosen Pengampu : Nailal Husna, S.E, M.Si

Kelas : M6A

Anggota Kelompok 5:

1. Rezzi Ilham Putra 19-140

2. Cherya Nala Putri 21-005

3. Renggi Liony Pramudita 21-010

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BUNG HATTA

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan lancar. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung kami dalam penyusunan makalah ini. Makalah
ini membahas mengenai Kurs Valas Inflasi dan bunga.

Adapun sumber data yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini
berasal dari berbagai buku, dan sumber informasi lainnya yang relevan dengan
tema yang kami bahas. Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas mengenai pentingnya memahami Kurs Valas Inflasi dan bunga .
Akhir kata, kami memohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, terima kasih.

Padang, 25 April 2024

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... I

Daftar Isi............................................................................................................ II

Bab I Pendahuluan ........................................................................................... III

1. Latar Belakang ............................................................................................... 3

2. Tujuan ............................................................................................................ 4

3. Manfaat........................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan ............................................................................................6

1. Interest rate Parity Theory ............................................................................6

2. Purchasing power parity power (Paritas Daya Beli) ....................................7

3. International fisher effect theory ................................................................. 10

4. International parity conditional ( kondisi paritas internasional ) .............. 13

Bab III Penutup................................................................................................ 15

Kesimpulan....................................................................................................... 15

Bab IV Kasus.................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ................................................................................................. 28

II
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada tahun 1997 negara-negara Asia Tenggara di hantam krisis ekonomi, termasuk
Indonesia. Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997
dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon pertama
Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk
mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat
kebijakan moneternya. Pada Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund
(IMF) mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada
penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai
merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan kasus monopoli. Rupiah masih
belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama. Krisis ekonomi tidak hanya terjadi
pada tahun 1997 yang menghantam negara-negara Asia tetapi pada akhir tahun 2008
ujian lebih besar terjadi, kali ini krisis ekonomi terjadi di seluruh dunia yang lebih dikenal
dengan Krisis Global. Sedangkan hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika
Serikat sangat besar, tentu efeknya juga menjadi lebih sangat besar.

Perencanaan pembangunan ekonomi merupakan sarana utama kearah tercapainya


pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan perencanaan pembangunan ekonomi suatu
negara dapat menentukan serangkaian sasaran ekonomi secara kuantitatif dalam periode
tertentu. Melalui perencanaan pembangunan suatu negara dapat memobilisasi sumber
daya yang terbatas untuk memperoleh hasil yang optimal dengan lancar, progresif dan
seimbang. Menurut teori, saat terjadi krisis dari salah satu negara jelas akan berdampak
besar pada perekonomian negara yang menjadi mitra dagangnya. Tampaknya, teori ini
tak akan terbukti kalau seluruh masyarakat mempercayai kebijakan yang diambil
pemerintah. Sebab, saat krisis tahun 1997 mendera ekonomi nasional, kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan sistem ekonomi nasional sangat rendah.

3
Nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap
mata uang dalam negeri maupun mata uang asing $US. Merosotnya nilai tukar rupiah
merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang
rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional, atau karena meningkatnya
permintaan mata uang asing $US oleh masyarakat karena perannya sebagai alat
pembayaran internasional. Kinerja uang khususnya pasar luar negeri diukur melalui kurs
rupiah, terutama mata uang dolar AS. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu
berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan.
Melemahnya nilai tukar domestik terhadap mata uang asing (seperti Rupiah
terhadap US Dolar) memberikan pengaruh yang negatif terhadap pasar ekuitas karena
pasar ekuitas menjadi tidak punya daya tarik. Pengamatan nilai mata uang atau kurs
sangat penting dilakukan mengingat nilai tukar mata uang sangat berperan dalam
pembentukan keuntungan bagi perusahaan. Selain itu pertumbuhan ekonomi merupakan
salah satu indikator yang sangat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian,
terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah
dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Ekonomi dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan
demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian
dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan
peningkatan, maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah
tersebut berkembang dengan baik.

2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, tingkat suku
bunga, dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

3. Manfaat

1. Bagi Investor
Investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih baik setelah mereka
mengetahui informasi mengenai berbagai faktor ( Kurs Valuta Asing, Inflasi dan suku
Bunga)
4
2. Bagi pemerintahan
Pemerintahan diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pemerintah
mengenai berbagai faktor,yakni Kurs Valuta asing , Inflasi dan suku bunga.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1.Interest rate parity theory


Sebuah teori bahwa perbedaan suku bunga antara kedua negara adalah sama
dengan perbedaan antara nilai tukar maju dan kurs spot Paritas tingkat bunga memainkan
peran penting dalam pasar valuta asing, menghubungkan suku bunga, nilai tukar spot dan
kurs valuta asing.
Hubungan antara mata uang nilai tukar dari dua negara dan lokal tingkat suku
bunga, dan yang penting peran yang dimainkan di pasar valuta asing. Menurut konsep,
perbedaan antara tingkat bunga pasar di dua negara adalah sama dengan perbedaan antara
maju dan tempat pertukaran tukar mata uang masing-masing.
Oleh karena itu tidak ada arbitrasi kesempatan dalam reksa perdagangan mata
uang mereka dapat eksis kecuali ini paritas istirahat turun. Dalam praktek Namun, karena
pemerintah campur tangan melalui kontrol mata uang, yang penuh kesadaran dari paritas
ini mungkin tidak terjadi.
perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi
di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun dari investor asing,
khususnya pada jenis invesatsi portfolio yang umumnya berjangka pendek. Perubahan
tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan
penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran
modal masuk (capital inflows) di luar negeri, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing
(dalam Madura, 2000, p. 101).
Adapun pengertian suku bunga (interest rate) (dalam Samuelson dan Nordaus,
1992, p.500 ):
a. Interest adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
b. Interest rate adalah jumlah interest yang dibayarkan per unit waktu atau orang harus
membayar untuk kesempatan meminjam uang.
c. Karakteristik pinjaman dari tingkat suku bunga yang berbeda dapat dilihat dari :
1) Term or maturity
Merupakan jangka waktu atau jatuh tempo, dimana mereka harus membayarnya.
2) Risk
Beberapa pinjaman pada umumnya tidak beresiko, sementara yang lain mengandung

6
tingkat inflasi spekulasi yang tinggi.
3) Liquidity
Aktiva dikatakan likuid apabila dapat diubah dalam bentuk tunai (cash) secara cepat
dan dengan kerugian nilai yang sedikit pula.
4) Administrative costs.
Biaya administrasi yang dibebankan pada para peminjam atas kelalaian dan urusan
administrasi.
Suku bunga diskonto adalah tingkat suku bunga yang dibayar oleh Bank-bank
umum apabila meminjam uang dari Bank Sentral. Menurut Weston dan Copeland (1998,
p. 184), suku bunga dalam keseimbangan suatu pasar merupakan harga suatu waktu,
dimana harga tersebut adalah hasil pengembalian yang menyamakan pinjaman dan
pemberian pinjaman dalam kegiatan ekonomi. Suatu tingkat suku bunga akan cenderung
naik apabila jumlah uang lebih sedikit dan permintaan terhadap uang lebih banyak.
Begitu pula sebaliknya, tingkat suku akan cenderung turun apabila jumlah uang lebih
banyak/besar dan permintaan terhadap uang.
Tipe-tipe Suku Bunga
Ada 2 tipe suku bunga, yaitu :
1. Real Interest Rate
Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate dikurangi Real
rate = Nominal rate – Rate of inflation
2. Nominal Interest Rate.
Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka memberikan
tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.
Sedangkan teori paritas suku bunga merupakan salah satu teori yang penting
mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas. Teori ini pada dasarnya
bahwa tingkat bunga di suatu negara akan cenderung sama dengan tingkat bunga di
negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan laju depresiasi mata uang suatu negara
dengan negara lain. Berdasarkan Shapiro ( 1994, p. 164 ) bahwa yang dimaksud dengan
Interest Parity adalah suatu kondisi di mana perbedaan tingkat suku bunga sama dengan
perbedaan forward di pasar yang efisien dengan asumsi tidak ada biaya transaksi (no
transaction cost).

2. Purchasing power parity power (Partias Daya Beli)


7
Terdapat dua bentuk PPP yang populer,yang masing-masing memiliki implikasi
sendiri:Bentuk absolut PPP dibentuk berdasarkan asumsi bahwa tanpa adanya hambatan
internasional, pelanggan akan mengubah permintaan mereka ke tempat di mana harga
lebih rendah di mana harga lebih rendah. Bentuk ini menyatakan bahwa harga dari
sejumlah produk yang sama pada dua negara berbeda scharusaya setara jika diukur dalam
mata uang yang sama Jika terjadi perbedaan barga yang diukur pada mata uang yang
sama, permintaan akan berubah sehingga kedua harga tersebut akan menyesuaikan
menjadi setara.

jika sejumlah produk yang sama di produksi oleh Amerika Serikat dan Inggris ,
dan harga di Inggris lebih rendah jika diukur pada mata uang yang sama, maka
permintaan produk tersebut di Inggris akan meningkat dan permintaan di AS akan turun
. Karna harga aktual pada kedua negara tersebut akan terpengaruh, dan/atau nilai ukaur
akan berubah.

Kedua kekuatan ini menyebabkan harga produk in akan setara jika di ukur dalam
mata uang yang sama.Secara realistis, adanya biaya transportasi, bea masuk, dan kuota
dapat menghindari terjadinya bentuk absolut lPPP. Jika biaya transportasi pada contoh
sebelumnya sangat tinggi maka permintaan produk mungkin sidak berubah seperti yang
diperkirakan. Karenanya perbedaan harga akan tetap terjadi.

Bentuk relatif PPP mempertimbangkan kemungkinan pasar yang tidak sempurna


seperti biaya transportasi, bea masuk, dan kuota. Versi ini menyatakan bahwa karena
adanya ketidak sempurnaan pasar, harga sejumlah produk pada negara yang berbeda
tidak selalu sama jika diukur dalam mata uang yang sama. Namun bentuk ini menyatakan
bahwa tingkat perubahan harga barang kurang lebih akan sama jika diukur dalam mata
uang yang sama, selama biaya transportasi dan batasan perdagangan lainnya tidak
berubah.

1. Teori Paritas Daya Beli: Latar Belakang Jika dua negara menghasilkan produk
yang merupakan substitusi satu sama lain, permintaan produk tersebut akan berubah saat
terjadi perbedaan tingkat inflasi. Pada contoh sebelumnya.

inflansi As yang relatif tinggi akan menyebabkan konsumen AS meningkatkan


impor dari Inggris, sebaliknya konsumen Inggris menurunkan permintaan untuk barang
AS (karena kenaikan harga produk Inggris lebih kecil). Kekuatan tersebur mendorong,

8
kenaikan nilai pound sterling Inggris.

Perubahan konsumsi dari Amerika Serikat ke Inggris akan terus berlangsung


hingga nilai pound sterling Inggris ter-apresiasi hingga (1) harga yang dibayar atas
produk Inggris oleh konsumen Amerika tidak lebih rendah dari harga produk serupa yang
di produksi di Amerika Sekitar dan 2) harga yang dibayar atas produk AS oleh konsumen
Inggris tidak lebih tinggi dari harga produk serupa yang di produksi di Inggris. Untuk
memperoleh keseimbangan ini, pound sterling perlu ter-apresiasi sekitar 4 persen, seperti
akan dijelaskan berikut.

Dengan mempertimbangkan inflasi Inggris sebesar 5 persen dan apresiasi pound


sterling sebesar 4 persen konsumen A5 akan membayar produk Inggris 9 persen lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai keseimbangan awalnya. Angka ini sama dengan
kenaikan harga produk As sebesar 9 persen karena kenaikan inflasi AS.

Pertimbangan situasi di mana pound sterling hanya ter apresiasi sebesar 1 persen
terkait dengan perbedaan inflasi tersebut. Pada kasus ini, kenaikan harga produk Inggris
untuk konsumen AS adalah sekitar 6 persen (5 persen dari inflasi dan 1 persen dari
apresiasi pound sterling Inggris), yang lebih kecil dibandingkan kenaikan harga produk
AS sebesar 9 persen. Karenanya, dapat diperkirakan konsumen AS akan tetap
mengonsumsi produk Inggris. Paritas daya beli menyatakan bahwa peningkatan konsumsi
AS atas produk Inggris akan tetap terjadi hingga pound sterling terapresiasi sebesar 4
persen. Pada tingkat apresiasi di bawah ini akan membuat harga Inggris lebih menarik
relatif dibandingkan harga di As dari sudut pandang konsumen AS.

Dari sudut pandang konsumen Inggris, harga produk AS awalnya akan meningkat
4 persen lebih tinggi dibandingkan produk Inggris. Karenanya konsumen Inggris akan
tetap mengurangi impor dari AS hingga pound sterling terapresiasi cukup tinggi sehingga
produk as tidak lagi lebih mahal dibandingkan barang Inggris. Ketika pound sterling
terapresi: besar 4 persen, maka hal ini akan mengompensasi sebagian dari kenaikan harga
AS sebesar 9 persen dari sudut pandang konsumen Inggris. Tepatnya, dampak bersihnya
adalah harga di as akan meningkat sekitar 5 persen bagi konsumen Inggris (inflasi 9
persen dikurangi penghematan 4 persen terkait dari apresiasi pound sterling sebesar 4
persen).

Paritas Daya Beli: Turunan

9
Asumsikan bahwa indeks harga pada negara asal (b) dan negara asing (f) adalah setara.

Sekarang asumsikan bahwa sepanjang waktu, negara asal mengalami tingkat inflasi
sebesar Ib sementara negara asing mengalam inflasi sebesar If Karena infasi, indeks
harga barang pada negara asal konsumen (Pb) adalah:

Pb (1+Ib)Indeks harga negara asing (pf) juga akan berubah sesuai inflansi dinegara
tersebut.

Menghitung paritas daya beli:

Kelemahan Paritas Daya Beli


Sejak tahun 1986, The Economist dengan senang hati menelusuri harga
hamburger Big Mac milik McDonald's Corp. ( MCD ) di banyak negara. Studinya
menghasilkan Indeks Big Mac yang terkenal. Dalam "Burgernomics"—sebuah makalah
terkemuka tahun 2003 yang mengeksplorasi Indeks Big Mac dan PPP—penulis Michael
R. Pakko dan Patricia S. Pollard mengutip faktor-faktor berikut untuk menjelaskan
mengapa teori paritas daya beli tidak mencerminkan kenyataan dengan baik.

3. International fisher effect theory


Efek Fisher internasional (kadang-kadang disebut sebagai hipotesis terbuka Fisher
) adalah hipotesis di bidang keuangan internasional yang menyatakan bahwa perbedaan
suku bunga nominal mencerminkan perubahan yang diharapkan pada nilai tukar spot
antar negara. Hipotesis tersebut secara khusus menyatakan bahwa nilai tukar spot
diperkirakan akan berubah secara merata dalam arah yang berlawanan dengan perbedaan
suku bunga; dengan demikian, mata uang negara dengan tingkat bunga nominal yang
lebih tinggi diperkirakan akan terdepresiasi terhadap mata uang negara dengan tingkat
bunga nominal yang lebih rendah, karena tingkat bunga nominal yang lebih tinggi
10
mencerminkan ekspektasi inflasi .

Efek Fisher Internasional


merupakan perpanjangan dari efek Fisher yang dihipotesiskan oleh ekonom
Amerika Irving Fisher . Efek Fisher menyatakan bahwa perubahan tingkat inflasi yang
diperkirakan suatu negara akan mengakibatkan perubahan yang proporsional pada tingkat
suku bunga negara tersebut.

11
Kaitannya dengan paritas suku bunga
Menggabungkan efek Fisher internasional dengan paritas suku bunga yang tidak tercakup
menghasilkan persamaan berikut

Contoh

Misalkan nilai tukar spot saat ini antara Amerika Serikat dan Inggris adalah 1,4339
GBP/USD. Misalkan juga tingkat suku bunga saat ini adalah 5 persen di AS dan 7 persen
di Inggris. Berapakah nilai tukar spot yang diharapkan 12 bulan dari sekarang menurut
efek Fisher internasional? Efeknya memperkirakan nilai tukar di masa depan berdasarkan
hubungan antara suku bunga nominal. Mengalikan nilai tukar spot saat ini dengan tingkat
bunga nominal tahunan AS dan membaginya dengan tingkat bunga nominal tahunan
Inggris akan menghasilkan perkiraan nilai tukar spot 12 bulan dari sekarang:

Untuk memeriksa contoh ini, gunakan ekspresi efek Fisher internasional yang formal
atau disusun ulang pada tingkat suku bunga yang diberikan:

Persentase perubahan nilai tukar yang diharapkan adalah depresiasi sebesar 1,87% untuk
GBP (sekarang hanya biaya $1,4071 untuk membeli 1 GBP daripada $1,4339), yang
12
konsisten dengan ekspektasi bahwa nilai mata uang di negara dengan nilai tukar yang
lebih tinggi tingkat bunga akan terdepresiasi.

4. International parity conditional ( kondisi paritas internasional )


Kondisi paritas Internasional Berdasarkan law of one price (hukum satu harga),
tiga hubungan paritas telah terbentuk yang berkenaan dengan kurs spot, tingkat inflasi
dan suku bunga pada valuta- valuta yang berbeda. Paritas tersebut adalah Paritas Daya
Beli, Efek Fisher, dan Efek Fisher Internasional.
Paritas tersebut dicapai melalui arbitrage pada pasar-pasar yang
memperdagangkan barang-barang dan asset finansial di seluruh dunia. Arbitrage terjadi
karena terdapat ketidaksesuaian dalam pasar valas, dimana nilai tukar actual dari valuta
berbeda dengan nilai tukar seharusnya menurut para pelaku pasar. Kekuatan pasar
tertentu akan menghilangkan ketidak sesuaian tersebut.
Mekanisme penyesuaian tersebut terjadi sebagai akibat dari arbitrage
internasional. Meski kondisi-kondisi paritas tersebut hanyalah suatu pendekatan
terhadap realitas, sejumlah faktornya dapat menyebabkan deviasi-deviasi yang
signifikan dan berkepanjangan. Sebagai contoh, resiko kurs dan resiko inflasi bisa
mengarah pada perbedaan suku bunga riil antar negara. Menurut law of one price,
barang-barang dijual dengan harga yang sama diseluruh dunia.
Dasar dari teori ini adalah bahwa jika harga dari komoditi tertentu tidak sama
dimana-mana, arbitrage dalam barang-barang pada akhirnya akan menjamin keadaan
yang sama. Ada lima (5) hubungan-hubungan kunci Paritas Internasional dihasilkan dari
aktivitas-aktivitas arbitrage tersebut adalah Purchasing Power Parity (PPP), Fisher
Effect (FE), International Fisher Effect (IFE), Interest Rate Parity (IRP) dan Unbiased
Forward Rates (UFR). Kondisi-kondisi paritas ini dikaitkan oleh :
1. Penyesuaian dari berbagai kurs dan harga terhadap inflasi
2. Konsepsi bahwa uang seharusnya tidak mempunyai efek terhadap variabel-variabel
riil. Inflasi dan depresiasi mata uang domestik ditentukan secara gabungan oleh
pertumbuhan supply uang domestik relatif terhadap pertumbuhan demand uang
domestik. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa peserta-peserta pasar adalah risk
neutral dan tidak ada friksi atau kendala (seperti pajak atau biaya transaksi) pada setiap
pasar. Analisis disini dapat dipakai untuk dua jenis valas apapun. Tentunya secara
prinsip analisis ini seharusnya dapat dipakai untuk setiap periode waktu tertentu
13
misalnya satu tahun.
Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi
di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun dari investor asing
khususnya pada jenis invesatsi portfolio yang umunya berjangka pendek. Perubahan
tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan
penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan
aliran modal masuk (capital inflows) di luar negeri, hal ini menyebabkan terjadinya
perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar
valuta asing (dalam Madura, 2000, p. 101)

14
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas kita dapat menarik kesimpulan diantaranya :

Nilai Tukar dan Inflasi: Kenaikan inflasi cenderung menurunkan nilai tukar mata uang
negara tersebut karena daya beli relatifnya menurun. Sebaliknya, deflasi cenderung
meningkatkan nilai tukar.
1. Inflasi dan Suku Bunga: Suku bunga yang lebih tinggi biasanya digunakan untuk
menekan inflasi dengan mengurangi jumlah uang yang tersedia untuk dipinjam.
Sebaliknya, saat inflasi rendah, bank sentral dapat menurunkan suku bunga untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Nilai Tukar dan Suku Bunga: Suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik investor
asing untuk menanamkan modal di negara tersebut, menyebabkan permintaan terhadap
mata uangnya meningkat dan oleh karena itu, meningkatkan nilai tukar. Sebaliknya, suku
bunga yang rendah dapat mengurangi daya tarik mata uang suatu negara dan menurunkan
nilainya.

15
BAB IV
KASUS BANK UMUM INDONESIA DAN MASALAH NILAI TUKAR VALUTA
ASING

Perubahan nilai tukar mempunyai pengaruh terhadap Bank Umum terutama Bank
Umum Devisa. Bentuk dan besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada
pilihan-pilihan strategi yang berkaitan dengan valuta asing. Strategi Bank Umum dalam
valuta asing dapat berkaitan dengan sumber dana (pada posisi pasiva) maupun dalam
penyaluran dana (aktiva). Sumber dana dapat berasal dari berbagai bentuk simpanan
(Giro, Deposito, Tabungan) dapatpula berbentuk pinjaman valas luas negeri (offshore
borrowing)
Selain dalam aktiva dan pasiva, strategi bank umum dalam valuta asing juga dapat
berkaitan dengan keterlibatannya dalam perdagangan valuta asing (foreign exchange
trading) dalam pasar/bursa valuta asing (foreign exchange market). Kegiatan bank dalam
bursa valas yang masih berjalan nilainya akan dicatatat dalam laporan Rekening
Adminstratif atau rekening off-balance sheet. Kewajiban yang besar dalam valas pada
saat nilai tukar rupiah turun (depresiasi) akan merugikan bank, demikian terjadi
sebaliknya akan untung bila tagihan besar. Karena sulitnya menaksir pergerakan nilai
tukar, kegiatan bank yang berkaitan dengan valas ini mempunyai resiko yang besar dalam
bentuk exchange rate risk.
Pengamatan terhadap nilai tukar rupiah khususnya terhadap dolar Amerika, mulai
terjadi krisis (depresiasi) sejak Juli sampai Agustus 1997, dimana pada waktu itu nilai
setiap dollar mulai tembus diatas Rp. 3.000,- Sejak itu nilai rupiah terhadap dolar terus
bergejolak, hingga periode Desember 1997 ± Januari 1998 sertiap dolar hampir mencapai
Rp.15.000,-. Gejolak nilai tukar tersebut telah menimbulkan krisis likuiditas di perbankan
Nasional. Dari berbagai laporan Bank Indonesia dapat dikemukakan ada tiga hal utama
yang mengakibatkan krisi perbankan dalam kaitannya dengan gejolak nilai tukar :
1. Ekspansi kredit yang cukup tinggi pada tahun-tahun sebelumnya berdampak pada
sulitnya debitur dalam mengembalikan kewajiban kreditnya dalam valuta asing
2. Meningkatnya pinjaman luar negeri dari bank-bank dalam beberapa tahun terakhir
(misalnya 30, 195 milliar pada 1995/1996 menjadi 120.124 milliar pada 1997/1998)
berakibat kewajiban dalam valuta asing meningkat tajam. Hal ini masih diperberat

16
dengan banyaknya nasabah yang mengajukan penundaan pembayaran kredit,sementara
bank harus tetap membayar kepada kreditur
3. Meningkatnya kegiatan bank dalam rekening adminstratif (off-balance sheet) terutama
dalam valuta asing. Kegiatan ini merupakan kegiatan bank dalam perdagangan valuta
asing (foreign exchange trading) yang memiliki resiko tinggi. Resiko tersebut (resiko
nilai tukar) terjadi terutama apabila dalam keadaan posisi terbuka (open position), baik
oversold maupun overbought. Overbought akan rugi bila nilai tukar merosot, dan
sebaliknya oversold rugi bila meningkat. Contoh : kegagalan perdagangan valuta asing
yang cukup besar karena besarnya posisi terbuka adalah yang dialami Bank Duta pada
sekitar tahun 1990-an Krisis perbankan sebagai akibat merosotnya nilai tukar tersebut
diperburuk dengan lemahnya kondisi internal perbankan dalam manajemen, konsentrasi
kredit yang berlebihan, moral hazard, terbatasnya informasi, dan belum efektifnya
pengawasan Bank Indonesia (laporan tahunan Bank Indonesia, 1997/1998 : 98)
Adanya perubahan strukutur nilai tukar yang berpengaruh pada bank, baik pilihan
pilihan strategi yang mungkin resiko yang tinggi serta kemungkinan keuntungan tinggi
pula, maka dalam studi lingkungan strategi, dan kinerja ini akan berusaha memasukkan
nilai tukar sebagai variabel lingkungan yang merupakan exogeneous variabel yang
diperkirakan berpengaruh terhadap pilihan strategi bank. Selanjutnya dalam strategi
diverifikasi juga akan dibahas dalam pilihan maupun kewajiban terhadap seluruh
rekening adminstratif
Posisi (position) dalam perdagangan valas merupakan posisi jual beli atau asset-
liabilites pada suatu valuta tertentu, baik untuk spot maupun forward. Posisi tersebut
disebut overbought atau log jika pembelian (assets) lebih besar daripada pembelian
disebut oversold atau short. Posisi overbought atau oversold itu disebut open position.
Kalau pembelian persis sama dengan penjualannya (fully matched),posisinya disebut
square position. Kondisi open position akan menghadapi rugi meskipun ada peluang
untuk memperoleh keuntungan. Seorang dealer yang memiliki posisi overbought pada
suatu valuta tertentu kemudian ternyata valuta tersebut nilainya merosot, dia akan rugi.
Sebaliknya akan untung apabila nilainya meningkat. Ada dua resiko yang dihadapi akibat
open position, yaitu : exchange rate risk dan interest rate risk. Exchange rate risk adalah
resiko yang timbul akibat baik/turunnya nilai tukar suatu valuta. Resiko itu terjadi karena
open position (baik oversold maupun overbought). Untuk menghindarinya dapat
dilakukan square position. Interest Rate Risk adalah resiko yang timbul sebagai akibat
17
naik/turunnya tingkat bunga valuta yang bersangkutan. Resiko ini dapat timbul, baik
dalam open position maupun square position. Pada square position, resiko timbul jika
maturity jual-beli berbeda.
Pelaku perdagangan valas atau dealer termasuk bagi bank dalam menghadapi
pergerakan nilai tukar valuta, resiko yang timbul, serta perbedaan nilai tukar antar tempat,
perbedaan tingkat bunga dapat memilih melakukan beberapa hal berikut ini :
a. Spekulasi. Kegiatan ini untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan resiko yang
besar pula. Spekulasi dilakukan dengan melakukan posisi terbuka, baik overbouhgt
maupun oversold, baik untuk spot maupun untuk forward. Spekulasi dapat dilakukan
terhadap mata uang lemah, yakni dengan menjual di muka suatu mata uang lemah dengan
harapan dapat membeli kembali ketika mata uang tersebut mengalami depresiasi.
Kemudian spekulasi mata uang kuat, dilakukan dengan membeli murah suatu mata uang
dengan harapan dapat menjualnya kembali pada saat mengalami apresiasi
b. Hedging. Hedging dalam bursa valas adalah penghapusan atau pencegahan atas resiko
valas. Hal ini dapat dilakukan dengan menghindari posisi-posisi terbuka dalam valas.
Kerugian potensial akibat depresiasi spot dapat dihindari dengan melakukan hedging,
yaitu dengan menutup posisi terbuka baik melalui penjualan ke depan dari mata uang itu
dengan asset netto didenomikasikan. Dalam situasi tersebut biaya potensial dari flutkuasi
mata uang yang merugikan akan dibatasi oleh biaya penutup ke depan (cost of forward
cover) yang ditentukan pada permulaan transaksi valuta asing ke depan = Assets/utang
into valas x premi/discount ke depan valas
c. Abritrage. Dalam pengertian umum arbitrage adalah eksploitasi simultan atas
perbedaan biaya kesempatan dalam satu atau lebih bursa untuk tujuan keuntungan.
Arbitrase dalam bursa valas dapat berkaitan dengan adanya perbedaan kurs dari suatu
mata uang di bursa yang berbeda, akan menimbulkan adanya arbitrase ada dua titik (two
point arbitrase) atau locational arbitrage. Kemudian arbitrase juga dapat berupa arbitrase
tingkat bunga, yang merupakan eksploitasi simultan dari berbagai perbedaan tingkat
bunga dalam satu atau lebih pasar untuk tujuan keuntungan. Arbitrase tingkat bunga
dapat dilakukan dengan Arbirase Tingkat Bunga tak Tertutup, bila arbitrator
mengeksploitir perbedaan tingkat bunga dan menanggung resiko kurs devisi (dengan
tidak menutupya resiko ini). Kemudian arbitrase tingkat bunga yang tidak disertai dengan
kemauan untuk menanggung pergerakan kurs yang dilakukan dengan menutup posisi
terbuka disebut Arbitrase Tingkat Bunga Tertutup.
18
d. Pilihan lain yang mungkin adalah tetap melakukan open position untuk mendapatkan
keuntungan, namun disertai dengan usaha untuk mengendalikan resiko yang mungkin
timbul. Pilihan ini dapat dilakukan dengan menetapkan limit open position. Limit dapat
dilakukan untuk posisi overnight per valuta, posisi daylight per valuta, dan total posisi
overnight bagi semua valuta. Limit open position ini dapat
diterapkan keada setiap dealer, kelompok dealer, maupun semua aktivitas perdagangan
valas

METODELOGI PENELITIAN
Bagian ini akan menjelaskan bagaimana menentukan nilai tukar ? secara lebih
rinci akan membahas :
a. Pengukuran perubahan nilai tukar
b. Keseimbangan nilai tukar, distribusi faktorfaktor yang mempengaruhi nilai tukar
c. Cara yang ditunjukkan oleh para spekulan dalam usahanya untuk mengapitalisasi
perubahan nilai tukar Untuk mengetahui perubahan nilai tukar suatu valuta asing (mata
uang), dapat digunakan
formulasi sebagai berikut :
Presentase perubahan St ± St ± 1
Nilai mata uang St ± 1
Dalam hal ini :
St = nilai kurs tunai pada saat tertentu (tanggal baru saja)
St ± 1 = nilai kurs tunai pada saat sebelumnya (tanggal mula-mula) Nilai mata uang
dikatakan mengalami kebaikan terhadap mata uang lainnya (Apresiasi) apabila hasilnya
menghasilkan angka positif. Sedangkan apabila angka menghasilkan angka negatif berarti
mengalami penurunan (dperesiasi).
Kurs mata uang pada suatu saat akan merupakan harga bagi mata uang tersebut.
Kurs tersebut akan ditentukan oleh kebutuhan akan mata uang realtif (permintaa)
terhadap penawaran. Keseimbangan nilai tukar akan terjadi apabila permintaan sepadan
dengan penawarannya. Usaha penyesuaian menuju keseimbangan akan menyebabkan
adanya perubahan gerakan dalam harga valuta asing (mata uang).
Permintaan terhadap mata uang asing pada umumnya dibutuhkan untuk
membayar barang dan jasa dari luar negeri, dan aset di luar negeri (yang mungkin
berbentuk investasi langsung). Permintaan mata uang asing (misalnya Indonesia terhadap
dolar AS), ditentukan oleh beberapa faktor berikut :

19
1. Harga dolar AS
2. Harga produk AS
3. Harga produk pesaing
4. Pendapatan luar negeri
5. Tingkat bunga di AS
Sebagai contoh : permintaan sterling mengalami penurunan pada saat nilai sterling naik
dibandingkan Dolar AS (keadaan lain tetap), dan akan mengalami kenaikan permintaan
saat nilai tukar streling turun dibanding dolar AS
Dari sisi penawaran, penawaran akan mempunyai hubungan positif dengan nilai
tukar (harga mata uang). Misalnya penawaran streling naik pada saat nilai streling naik
dibanding dolar AS, karena di Inggris permintaan barang AS naik, selanjutnya
masyarakat akan menawarkan streling. Kondisi ini terjadi sebaliknya jika nilai streling
turun dibanding dolar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tingkat Inflasi Relatif Pengaruh inflasi terhadap sterling dapat dijelaskan dengan
contoh : pada saat di AS terjadi lonjakan inflasi, dan inflasi di Inggris konstan dengan
asumsi barang kedua negara saling bersubsidi, maka yang akan terjadi adalah :
Permintaan AS terhadap barang Inggris naik, ini akan mendorong permintaan sterling.
Sebaliknya permintaan barang AS di Inggris turun, dan akan menurunkan penawaran
sterling. Akibatnya akan menaikkan harga keseimbangan sterling. Tingkat Bunga Relatif
Pengaruh tingkat bunga dapat dijelaskan bahwa apabila tingkat bunga di AS naik, dan
bunga di Inggris tetap, maka permintaan AS akan sterling akan turun, minat deposito di
Inggris turun. Penawaran sterling di Inggris naik untuk deposito di AS dalam bentuk
dolar.
Harga keseimbangan akan turun. Suku bunga negara ketiga juga dapat
berpengaruh terhadap perubahan kurs dua negara. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan aliran dana dari suatu negara ke negara ketiga tersebut jika memiliki tingkat
bunga yang lebih menarik Tingkat Bunga Riil Tingkat bunga riil merupakan hasil selisih
antara tingkat bunga nominal dengan inflasi Pergerakan nilai tukar ditaksir melalui
perbandingan antara negara-negara. Tingkat bunga nominasi dan inflasi, keduanya
berpengaruh terhadap nilai tukar. Akan terjadi korelasi kuat antara selisih tingkat bunga
riil dan nilai dolar (relatif terhadap lima mata uang) Tingkat Pendapatan Relatif Pengaruh
20
pendapatan terhadap penawaran dan nilai tukar dapat dijelaskan dengan contoh : jika
pendapatan AS naik, dan Inggris tetap, maka permintaan sterling akan naik (untuk
membeli barang Inggris oleh AS) penawaran sterling tetap. Akibatnya keseimbangan
harga naik. Pengawasan Pemerintah Pengawasan / pengendalian pemerintah terhadap
nilai tukar dapat dilakukan melalui empat faktor :
1. Pengenaan foreign exchange barrier
2. Pengenaan foreign trade barrier
3. Intervensi langsung (jual/beli valas)
4. Melalui variabel makro

Harapan-harapan
Harapan merupakan harapan dari pasar terhadap perubahan nilai tukar di masa
yang akan datang karena adanya berita berita yang berkaitan dengan valuta asing
Transaksi pada dasar valuta asing memberikan fasilitas pada salah satu perdagangan
internasional atau arus keuangan. Transaksi valuta asing yang berhubungan dengan arus
keuangan lebih responsif terhadap berita-berita dibanding transaksi valuta asing yang
berkaitan dengan perdagangan internasional\Interaksi dari Beberapa Faktor Ini
menggambarkan adanya pengaruh dari beberapa faktor yang telah disebut di atas
terhadap nilai tukar valas Misalnya, adanya tiga skenario berikut :
1. Inflasi di AS yang melonjak
2. Pendapatan di AS menanjak
3. Suku bunga di AS naik
Dari tiga skenario di atas, jika pendapatan di Inggris tetap, maka dua skenario
pertama akan menaikkan nilai sterling,dan skenario ke tiga akan menurunkan sterling
Bila dua negara terlibat perdagangan internasional, maka pengaruh dari dua skenario
pertama kaut, namun jika terlibat dalam arus keuangan pengaruh skenario ketiga lebih
kuat. Pengaruh perdagangan internasional selain oleh dua skenario pertama juga oleh
adanya ristriksi perdagangan oleh pemerintah. Sedangkan pengaruh arus keuangan juga
oleh ristriksi pada arus modal

PENGGUNAAN INDEKS UNTUK MENGUKUR PERUBAHAN MATA UANG


Cara mengukur perubahan mata uang dengan indeks ini adalah dengan
mengkonsolidasikan menjadi satu gabungan dari beberapa mata uang. Bobot masing-
21
masing mata uang ditentukan atas dasar arti pentingya dalam perdagangan dan keuangan
internasional
SPEKULASI TERHADAP PERUBAHAN NILAI TUKAR
Spekulasi dalam valuta asing pada dasarnya akan memperoleh keuntungan dari
selisih kurs (jual dan beli), dan tingkat bunga. Hal yang perlu akan terjadi dan perubahan
kurs. Keuntungan akan sangat tergantung pada ketetapan terhadap antisipasi kedua faktor
tersebut. Sebagai contoh :
1. Bank Chicago mengharapkan nilai tukar DM naik dari $0.50 menjadi $0.52 dalam 30
hari
2. Bank Chicago dapat meminjam $20.000.000 dalam jangka pendek dari bank lain
3. Tingkat suku bunga jangka pendek antar
bank sebagai berikut :

Currency Lending Borrowing


US Rate Rate
Dollar 6.72% 7.2%
DM 6.48% 6.96%
Jerman

Kadang-kadang broker merupakan perantara antar bank, sehingga bunga pinjaman


berbeda dengan bunga yang dipinjamkan. Informasi yang ada adalah :
1. Bank Chicago meminjam $20.000.000
2. Menukarkan $ 20.000.0000 dengan DM 40.000.000
3. Meminjamkan DM pada 6.48 % peraturan yang menghasilkan return 0.54% setelah 30
hari (6.48% x 30/360). Setelah 30 hari bank akan menerima DM 40.216.000 (40.000.000
(1 + 0.054)) Dengan asumsi bahwa nilai tukar pada hari ke 30 adalah 0.523 dolar per DM,
maka yang dibutuhkan untuk membayar pinjaman dolar adalah DM 38.692.308
($20.120.000/$0.52 per DM) Nilai akumulasi bank DM 216.00 dari pinjaman DM yang
akan menghasilkan keuntungan DM 1.523.682 yang ekuivalen dengan $ 792.320

HUBUNGAN ANTAR INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR


Setidaknya ada tiga teori yang menjelaskan hubungan antara inflasi tingkat bunga
dan nilai tukar. Ketiga teori tersebut adalah : Purchasing Power Parity (Paritas daya beli).
22
Interest Rate Parity (Paritas Tingkat Bunga) dan Internasional Fisher Effect. Purchasing
Power Parity (PPP) Doktrin Paritas daya beli (Purchasing Power Parity) pertama kali
diperkenalkan oleh Cassel (1922). Pada dasarnya doktrin ini beranggapan bahwa
pemegang uang akan menukarkan mata uang domestik dengan mata uang asing dengan
daya belinya, yang tercermin pada harga barang-barang. Domestik ini biasanya
menyinggung barang-barang secara agregat.

Doktrin PPP mempunyai dua pengertian, yaitu :


¤ Pengertian absolut. Dalam pengertian absolut PPP menyatakan bahwa nilai tukar
keseimbangan di antara dua mata uang dalam negeri dan luar negeri merupakan rasio
antara harga absolut dalam negeri dan harga absolut di luar negeri. Secara umum dapat
dirumuskan dalam bentuk persamaan seperti berikut : St = Pt /P*t di mana St merupakan
nilai tukar keseimbangan pada saat itu. Pt merupakan tingkat harga dalam negeri, dan P*t
merupakan tingkat harga di luar negeri. Persamaan di atas juga dapat diubah menjadi : Pt
= St . P*t. Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Satu harga (Law of One Price), yang
menyatakan bahwa untuk barang yang sama akan dijual denga harga yang sama di
seluruh dunia. Dengan demikian dalam doktrin tersebut berasumsi bahwa tarif sama
dengan nol. Dalam kenyataan sangat jarang tarif sama dengan nol, sedang komposisi dari
indeks harga bervariasi antar negara, serta banyak barang yang tidak diperdagangkan.
Oleh karenanya PPP dalam pengertian absolut dalam dunia nyata sangat jarang terjadi
¤ Pengertian relatif. Jika faktor penyebab kegagalan paritas daya beli absolut konstan
sepanjang waktu, maka pengertian PPP relatif dapat digunakan. PPP relatif menyatakan
bahwa presentase perubahan nilai tukar keseimbangan di antara dua mata uang dalam
negeri dan luar negeri merupakan rasio antara persentase perubahan harga dalam negeri
dan presentase perubahan harga luar negeri, sehingga persentase perubahan nilai tukar
keseimbangan tersebut mencerminkan perbedaan tingkat inflasi di antara dua negara.
Secara umum hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut : : % Dst = % DPt / %DP&t,
dimana % Dst adalah
pertumbuhan tingkat nilai tukar pada periode t. Dpt adalah pertumbuhan tingkat harga
daam negeri pada periode k t. Beberapa masalah yang ada dalam penggunaan PPP antara
lain adalah :
¤ Pengukuran tingkat harga yang digunakan. IHK, indeks biaya hidup atau Indeks harga
perdagangan besar
23
¤ Kedudukan doktrin tersebut sebagai variabel, merupakan satu-satunya variabel atau
salah satu variabel penentu nilai tukar
¤ Masalah pengertian yang digunakan apakah absolut atau relatif Disamping berbagai
masalah, penggunaan PPP juga memiliki batas-batas (Officer, 1976 : 9), antara lain :
¤ Adanya pembatasan perdagangan, misalnya pembatasan terhadap impor lebih besar dari
pembatasan ekspor, maka nilai tukar domestika akan lebih besar dari ketentuan dalam
PPP
¤ Campur tangan pemerintah dalam menentukan nilai tukar dapat mengakibatkan
kemungkinan nilai tukar tidak sesuai dengn PPP
¤ Adanya spekulasi valuta asing dapat mengakibatkan nilai tukar domestik berada di
bawah PPP
¤ Dan sebagainya Berlaku tidaknya Doktrin Paritas Daya Beli pernah diuji di Indonesia
oleh Setyawati (1992) terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mulai 1978 (11)
± 1999 (09) dengan pendekatan model statistik dinamis yang juga menerapkan
pendekatan kointegrasi. Dengan pendekatan ini berarti peilaku data telah diamati.
Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka panjang terdapat indikasi bahwa variasi nilai
tukar mempunyai hubungan positif dengan harga dalam negeri dan hubungan negatif
dengan harga luar negeri.
Hasil ini selaras dengan anggapan dan harapan yang diinginkan dari Doktrin
Paritas Daya Beli. Dari hasil uji empiris dengan menggunakan model empiris Frenkel
ECM (Error Correction Model) menunjukkan bahwa Doktrin Paritas Daya Beli baik
dalam pengertian absolut maupun relatif tidak berlaku di Indonesia. Namun dari hasil
regresi IECM diketahui bahwa variabel syok (selisih antara jumlah uang inti Amerika dan
Indonesia) mampu menjelaskan variasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, baik
jangka pendek maupun jangka panjang Interest Rate Parity / IRP (Paritas Suku Bunga)
Konsep paritas suku bunga sangat penting, karena konsep tersebut menghubungkan
variabel nilai tukar dan tingkat bunga yang fluktuasinya dapat mempengaruhi kegiatan
bank dan perekonomian. Ide dasarnya adalah bahwa dengan memperhatikan tingkat
depresiasi nilai mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri dan selama tingkat
bung domestik lebih besar dari pada tingkat bunga luar negeri, maka tidak akan terjadi
pelarian model ke luar negeri. Sebaliknya, pelarian modal ke luar negeri akan terjadi
tingkat bunga dalam negeri lebih kecil dari pada tingkat bunga luar negeri Dengan
demikian dasar dari kondisi paritas suku bunga adalah hubungan antara nilai tukar dan
24
suku bunga, yang menyatakan bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara
satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain setelah diperhitungkan
laju diopresiasi mata uang negera yang satu dengan negara yang lain (Boediono,
1989 :101)
Beberapa asumsi yang melandasi konsep paritas suku bunga adalah :
¤ Surat berharga dalam negeri dan luar negeri dianggap mempunyai batas waktu dan
resiko identik
¤ Tidak ada kontrak modal
¤ Tidak ada biaya transaksi dan ketidaksempurnaan pasar lainnya (Baile dan McMohon,
1989 : 151)
Pada dasarnya dikenal dua konsep poaritas suku bunga, yaitu paritas suku bunga
tertutup (Convered Interest Parity = CIP) dan paritas suku bunga tertutup (Uncovered
Interest Parity = UIP). Konsep CIP menunjukkan hubungan yang erat antara nilai tukar
sport, nilai tukar for-ward dan suku bunga.
Konsep ini mengharuskan manfaat yang sama dari surat berharga dalam mata
uang yang lain (Krugma dan Obstfeld, 1991 : 78). Para pelaku dipasar valas berusaha
untuk memperoleh keuntungan karena adanya perubahan nilai tukar dengan
memperhitungkan pergerakan suku bunga dari simpanan mata yang satu dengan lain.
Sebagai ilustrasi bagaimana nilai tukar digunakan bersama sama suku bunga dalam
menghitung manfaat dari dua macam surat berharga valas, dimisalkan tingkat bunga
domestik r persen pertahun, dan suku bunga luar negeri e persen pertahun.
Bila pendapatan dibelanjakan dalam surat berharga dalam negeri maka
pendapatan satu tahun mendatang adalah (1 + r) satuan uang domestik, namun bila
dibelanjakan dalam surat berharga luar negeri maka harus diperhitungkan pula nilai mata
uang domestik terdapat mata uang luar negeri (spot), sehingga manfaat yang diperoleh
menjadi (1 + r)/S satuan uang domestik. Dengan harapan bahwa nilai tukar yang akan
terjadi satu tahun kemudian adalah sebesar F ( nilai forwad maka manfaat satu tahun
kemudian adalah: (( 1 + r’)/F-s)/S/.Simpanan pada surat berharga luar negeri akan lebih
menarik bila manfaat seperti yang ditunjukkan di atas lebih besar dari suku bunga
domestik Berbeda dengan CIP, hubungan yang ditunjukkan dalam UIP berkaitan dengan
perkirakan nilai tukar spot di masa mendatang (expected future spot rate). Dalam hal ini,
nilai tukar forward dianggap sebagai peramal yang tidak biasa dari nilai tukar spot yang
akan datang Beberapa asumsi yang digunakan dalam UIP adalah :
25
¤ Perilaku para pelaku pasar valuta asing memenuhi kondisi harapan rasional dan resiko
netral
¤ Para spekulan memaksimumkan dan menurunkan kurs spot atau suku bunga pada suatu
posisi di mana tingkat harapan akan terjadinya apresiasi atau depresiasi kurs spot
seimbang dengan perbedaan suku bunga (Baile dan McMohon, 1989 : 163)

Hubungan-hubungan yang terjadi dalam paritas suku bunga tidak tertutup adalah :
Et (St-1) - ST rt - r’t

St = 1 +r’t
Yang secara implisit mengasumsikan pasar valas yang efisien dimana nilai tukar forward
merupakan predikator yang tidak bias untuk nilai spot yang akan terjadi masa yang akan
datang Internasional Fisher Effect (IFE) Beberapa pemikiran penting dari IFE antara lain :
¤ Menggunakan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi nilai tukar
¤ Teori ini berhubungan dengan keputusan investasi terhadap surat berharga luar negeri
atau dalam negeri
¤ Mata uang suatu negara (dengan tingkat inflasi yang tinggi akna menurun). Dengan
kuantitas tingkat bunga yang berbeda
¤ Fisher Effect menjelaskan dimana tingkat bunga nominal dari suatu investasi (1) akan
memasukkan inflasi lebih dahulu ; sebagai berikut : 1 = rr + pe, dimana rr merupakan real
return, dan pe adalah tingkat inflasi yang diharapkan. Jadi bunga nominal akan terdiri dari
dua komponen real return dan kompensasi inflasi.

KESIMPULAN
Pada dasarnya untuk memprediksikan nilai tukar di masa yang akan datang,
sebagai teknikteknik peramalan yang lain dapat digunakan beberapa pendekatan, yakni
dengan technical forecating yagn mendasarkan pada gejala nilai tukar pada masa
sebelumnya. Kemudian dengan fundamental forecasting, yang mendasarkan pada faktor-
faktor fundamental (teoritis) yang diperkirakan akan mempengaruhi nilai tukar. Kedua
bentuk forecasting ini dapat dilakukan secara judgement maupun dengan statistik. Selain
dua bentuk peramalan di atas terdapat juga Market Based Forecasting, yang umumnya
berdasarkan spot rate dan forward rate. Sedang yang terakhir adalah Mixed Forcasting,
yakni dengan menggunakan berbagai pendekatan
26
SARAN
Dengan melakukan kajian terhadap perubahan nilai tukar, implikasinya serta
antisipasi yang mungkin dilaksanakan maka diharapkan dapat lebih memahami
perubahan struktur nilai tukar yang berpengaruh terhadap bank-bank di Indonesia,
khususnya bank devisa

27
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/25249644/Resume_Seputar_Paritas_Internasional
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id

28

Anda mungkin juga menyukai