Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEUANGAN INTERNASIONAL
KONSEKUENSI KEBIJAKAN KURS MENGAMBANG BAGI
PERUSAHAAN DI INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : FEBRI EDWARD

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4


1. ADITHIYA OKTA NUGRAHA (201061201267)

2. CITRAWATY SITORUS (211061201013)

3. FATRA EKA SILVA (201061201078)

UNIVERSITAS IBU SINA


BATAM
2023
DAFTAR ISI

BAB I : Pendahuluan............................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 3


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 3

BAB II : Landasan Teori........................................................................................................4


2.1 Pengertian Nilai Tukar.................................................................................................... 4
2.2 Pengertian Inflasi............................................................................................................ 4
2.3 Faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar........................................................................ 5
2.4 Penyebab Inflasi............................................................................................................. 8
2.5 Penentuan dalam nilai tukar............................................................................................ 8
2.6 Hubungan antara nilai tukar terhadap inflasi.................................................................. 10
Penelitian Terdahulu.............................................................................................................. 10

BAB III : ANALISIS TEORI................................................................................................ 12


3.1 Data Pergerakan Kurs..................................................................................................... 13
3.2 Data Rata-rata Inflasi..................................................................................................... 13
3.3 Data gabungan antara rata-rata inflasi dengan ekspor-impor........................................ 14

BABIV : PENUTUP............................................................................................................. 15
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 15
4.2 Saran............................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan
nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Nilai tukar
memainkan peran vital (penting) dalam tingkat perdagangan sebuah negara. Adanya
perbedaan mata uang yang digunakan baik di negara yang mengimpor maupun mengekspor
akan menimbulkan suatu perbedaan nilai tukar mata uang. Perbedaan nilai tukar mata uang
suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran
mata uang tersebut.
Pentingnya menjaga permintaan mata uang suatu negara tersebut dalam menstablikan harga
nilai mata uang suatu negara tersebut. Jika permintaan mata uang tersebut bertambah banyak
terhadap dollar maka menyebabkan nilai tukar menjadi melemah. Dengan nilai tukar yang
melonjak menyebabkan semua orang terkena akibatnya, banyak orang yang menutup
usahanya, yang menjadi pengangguran, dan lain-lain maka nilai tukar suatu mata uang itu
sangatlah penting antara satu negara dengan yang lain.
Di Indonesia, nilai rupiah pun melemah dari hari ke hari terhadap dollar sehingga pemerintah
melakukan dan memaksimalkan agar mata uang rupiah dapat stabil dari hari ke hari.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana keterkaitan antara nilai tukar terhadap inflasi ?

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Nilai Tukar

Nilai adalah jumlah (nilai) uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu
satuan mata uang asing .
Nilai tukar terdiri dari:
1. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate)
2. Nilai tukar riil (riel exchnge rate)
Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya
stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil
diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha.
Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu
sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai tahun 1978, sistem nilai tukar mengambang
terkendali sejak tahun 1978, dan sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating
exchange rate system) sejak 14 Agustus 1997.
Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan
oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar pencerminan keseimbangan antara
kekuatan penawaran dan permintaan.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktu-waktu tertentu melakukan
sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan
(Yanuar, 2016)
Secara umum, nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain ,ditentukan
oleh keseimbangan yang terjadi pada permintaan dan penawaran valuta asing mata uang yang
diperdagangkan di pasar valuta asing domestik. Apabila terjadi perubahan atas faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan atau penawaran, maka akan terjadi pergeseran kurva
permintaan dan penawaran, yang selanjutnya akan mengubah nilai tukar dari kondisi
sebelumnya. (Ferry Syarifuddin, 2016)

2.2 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah ukuran dari peningkatan umum tingkat harga dalam perekonomian, yang
diwakili biasanya dengan indeks harga inklusif, seperti sebagai Indeks Harga Konsumen di

4
Amerika Serikat.Istilah menunjukkan banyak harga individu meningkat bersama-sama
daripada satu atau duaharga terisolasi, seperti harga bensin di lingkungan harga dinyatakan
tenang. Tingkat inflasi biasanya dinyatakan sebagai tingkat pertumbuhan tahunan pada harga
(sekali lagi, yang diukur dengan indeks) bahkan jika diukur selama periode waktu yang lebih
singkat. (Priyono, Teddy Chandra; 2016)

Inflasi adalah kenaikan harga secara umum. Kenaikan harga berlangsung secara terus
menerus untuk sekelompok barang. Dan sebaliknya jika harga turun secara terus menerus
untuk sekelompok barang maka disebut deflasi. Kenaikan harga secara umum akan
menurunkan nilai riel dari masyarakat khususnya masyarakat yang berpenghasilan rendah
maupun tetap (Yanuar, 2016)

2.3 Faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Melemah

Pencapaian nilai tukar yang stabil dan kompetitif serta laju inflasi yang terkendali sangat
diperlukan untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi kegiatan ekonomi domestik.
Perubahan nilai tukar memiliki efek luas dan memiliki konsekuensi terhadap harga, upah,
suku bunga, tingkat produksi, dan kesempatan kerja serta perekonomian secara luas.
Penelitian yang menganalisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan dan
stabilitas nilai tukar sudah banyak dilakukan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Faktor
faktor yang memengaruhi nilai tukar dapat berupa faktor ekonomi, politik, psikologis, dan
juga faktor jangka pendek atau jangka panjang. Perilaku nilai tukar juga memungkinkan
untuk dipelajari melalui variabel makro dan/atau variabel mikro (Saeed et al., 2012).
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, beragam faktor yang memengaruhi nilai
tukar pun sudah ditemukan. Demikian pula dengan implikasi kebijakan bagi otoritas
berwenang sebagai bagian dari saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian tersebut.
Subbagian berikut akan membahas beberapa literatur yang menganalisis faktor faktor yang
memengaruhi nilai tukar dan implikasi kebijakan yang disarankan berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan.

Saeed et al. (2012) melakukan analisis ekonometrik terhadap faktor-faktor penentu nilai tukar
Rupee Pakistan terhadap dolar AS dengan menggunakan kerangka pendekatan moneter. Data
yang digunakan dalam studi tersebut adalah data bulanan mulai dari Januari 1982 sampai
dengan April 2010.

5
Hasil penelitian mendukung peran faktor ekonomi dan non-ekonomi dalam penentuan nilai
tukar di Pakistan. Hasil empiris juga menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar sangat
terkait dengan rasio cadangan uang nominal masing-masing mata uang. Cadangan uang
relatif dan utang berkaitan positif dan signifikan dengan nilai tukar. Ketidakstabilan politik
berpengaruh negatif terhadap nilai mata uang dalam kasus Pakistan. Variabel-variabel seperti
tingkat suku bunga relatif jangka pendek dan PDB riil relatif tidak berhubungan signifikan
dengan penentuan nilai tukar PKR terhadap dolar AS, tetapi kedua variabel tersebut
menunjukkan tanda negatif yang sesuai dengan model moneter harga kaku (sticky price
monetary model).

Rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil studi Saeed et al. (2012) adalah bahwa sektor yang
berorientasi ekspor harus dibiayai berdasarkan urutan prioritas. Langkah-langkah untuk
mengurangi defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan sangat diperlukan.
Selanjutnya, pelepasan diri dari utang harus direncanakan dan beban utang harus dikurangi.
Untuk mengoptimalkan penggunaan dari keterbatasan dana yang tersedia untuk sektor swasta,
kebijakan kredit harus dilaksanakan sebagai solusi untuk meningkatkan ketersediaan dana
untuk kebutuhan bisnis sektor swasta.

Yang paling utama adalah menjaga tingkat nilai tukar asing yang stabil dan lingkungan
ekonomi makro yang kondusif untuk mempertahankan tingkat harga yang relatif stabil.
Disiplin fiskal dan moneter merupakan prasyarat penting untuk stabilitas tingkat harga.
Perilaku independen dan profesional dari bank sentral dan pemerintah, bersamaan dengan
stabilitas politik, sangat penting dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
mencapai tingkat harga dan nilai tukar yang stabil.

Beberapa rekomendasi kebijakan yang disarankan oleh Syarifuddin et al.(2014) adalah


sebagai berikut: Volatilitas valuta asing harus diminimalkan melalui beberapa tindakan.
Intervensi valuta asing merupakan tindakan yang paling memungkinkan dan relevan untuk
memecahkan masalah dalam horizon yang pendek. Berdasarkan hasil studi yang terkait
dengan aktivitas intervensi, Bank Indonesia harus memiliki strategi yang tepat ketika
mengintervensi pasar valuta asing. Bank Indonesia harus mempertimbangkan faktor-faktor
seperti kondisi likuiditas pasar, omset transaksi (turnover transaction), dan kondisi psikologi
pasar setiap kali memasuki pasar nilai tukar domestik. Pelaksanaan kebijakan intervensi mata
uang asing juga harus mempertimbangkan waktu dan besarnya (magnitude), untuk

6
menghindari prediktabilitas. Operasi intervensi juga harus dilakukan dengan cara yang
terukur dan hati-hati, mengingat pentingnya kecukupan cadangan devisa dalam negeri.

Penerapan tingkat suku bunga kebijakan yang tepat sehingga pergerakan nilai tukar dapat
mendorong inflasi aktual menuju titik target dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan. Namun, untuk mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas, tidak cukup bagi
Bank Indonesia hanya mengandalkan kebijakan suku bunga saja. Bank Indonesia juga perlu
memasukkan aspek nilai tukar ke dalam kebijakan moneter dan bauran kebijakan
makroprudensial yang terdiri dari lima instrumen kebijakan, yaitu suku bunga, nilai tukar,
pengelolaan arus modal, makroprudensial, dan komunikasi kebijakan moneter. (Ferry
Syarifuddin, 2016)

2.4 Penyebab Inflasi

Inflasi ditinjau dari penyebabnya dapat digolongkan menjadi dua (Parkin, 2010:702) yaitu:

  Inflasi akibat tarikan permintaan (demand pull inflation)

  Inflasi akibat desakan biaya peroduksi (cost push inflation)

 Inflasi akibat tarikan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi yang terjadi karena adanya kelebihan/peningkatan permintaan total (aggregate


demand) dibandingkan dengan penawaran total (aggregate supply) sehingga terjadi kenaikan
harga. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan
jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini
digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total
(agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.

 Inflasi akibat desakan biaya peroduksi (cost push inflation)

Inflasi yang terjadi akibat kenaikan biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga
jual produk (output) meningkat. Misalnya, sebagai akibat kenaikan upah buruh, harga bahan
baku ataupun kenaikan biaya teknologi dan sebagainya. Faktor-faktor terjadinya cost push
inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama
negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah
(administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan
terganggunya distribusi. (Yanuar, 2016: 230)

2.5 Penentuan dalam Nilai Tukar

Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap
mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu (1) fixed exchange

7
rate atau sistem nilai tukar tetap; (2) managed floating exchange rate atau sistem nilai tukar
mengambang terkendali; dan (3) floating exchange rate atau sistem nilai tukar mengambang.

Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain
ditetapkan pada nilai tertentu, misalnya, nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika
dipatok Rp 8.000,- per dolar. Pada nilai tukar ini bank sentral akan siap untuk menjual atau
membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai
tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, bank sentral dapat melakukan devaluasi
ataupun revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.

Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat
apabila terjadi kelebihan penawaran valuta asing dan sebaliknya nilai tukar mata uang
domestik akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan valuta asing.

Bank sentral dapat saja melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan menjual
devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli devisa apabila terjadi kelebihan
penawaran untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar. Akan tetapi,
intervensi dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau
dalam kisaran tertentu.

Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem yang berada di antara kedua
sistem nilai tukar di atas. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan suatu
kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band atau batas pita
intervensi. Nilai tukar akan ditentukan sesuai dengan mekanisme pasar sepanjang berada di
dalam batas kisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau
batas bawah dari kisaran tersebut, maka bank sentral akan secara otomatis melakukan
intervensi di pasar valuta asing sehingga nilai tukar bergerak kembali ke dalam pita intervensi.

Setiap sistem nilai tukar mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pemilihan sistem yang
diterapkan akan tergantung pada situasi dan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan,
khususnya besarnya cadangan devisa yang dimiliki, keterbukaan ekonomi, sistem devisa
yang dianut (bebas, semi terkontrol, atau terkontrol), dan besarnya volume pasar valuta asing
domestik. Sistem nilai tukar tetap mempunyai kelebihan karena adanya kepastian nilai tukar
bagi pasar. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan cadangan devisa yang besar karena
keharusan bagi bank sentral untuk mempertahankan nilai tukar pada level yang ditetapkan.
Selain itu, sistem ini dapat mendorong kecenderungan dunia usaha untuk tidak melakukan

8
hedging (perlindungan nilai) valuta asingnya terhadap risiko perubahan nilai tukar. Sistem ini
umumnya diterapkan negara yang mempunyai cadangan devisa besar, dengan sistem devisa
yang masih relatif terkontrol.

Sistem nilai tukar mengambang mempunyai kelebihan dengan tidak perlunya cadangan
devisa yang besar, karena bank sentral tidak harus mempertahankan nilai tukar pada suatu
level tertentu. Akan tetapi, nilai tukar yang terlalu berfluktuasi dapat menambah
ketidakpastian bagi dunia usaha. Sistem ini umumnya diterapkan di negara yang mempunyai
cadangan devisa relatif kecil sementara sistem devisa yang dianut cenderung bebas. (Ferry
Syarifuddin, 2016)

2.6 Hubungan antara nilai tukar yang melemah terhadap inflasi

Pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi ataupun di pengaruhi oleh laju inflasi ataupun
kinerja perdagangan internasional atau ekspor dan impor. (Aulio Rahman Bato ,2017)

Secara umum, nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain, ditentukan
oleh keseimbangan yang terjadi pada permintaan dan penawaran valuta asing mata uang yang
diperdagangkan di pasar valuta asing domestik. Apabila terjadi perubahan atas faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan atau penawaran, maka akan terjadi pergeseran kurva
permintaan dan penawaran, yang selanjutnya akan mengubah nilai tukar dari kondisi
sebelumnya. (Ferry Syarifuddin, 2016)

Terjadinya perubahan atas faktor yang memmpengaruhinya permintaan atau penawaran ini
disebabkan oleh salah satunya yaitu inflasi.Inflasi yang tinggi menyebabkan pertumbuhan
ekonomi yang lambat dan tidak stabil sehingga naiknya harga barang sama artinya dengan
turunnya nilai mata uang. (Aulio Rahman Bato ,2017)

Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian : Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Tahun 2006-2015

Dibuat oleh : Aulia Rahman Bato, Muhammad Taufiq dan Eti Rahayu Putri

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, yaitu metode penelitian yang merupakan
pendekatan ilmiah terhadap keputusan ekonomi.

9
Kesimpulan Analisis :

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi,
secara simultan berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap nilai tukar rupiah.
Inflasi tidak berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap nilai tukar rupiah.
Suku bunga tidak berpengaruh signifikan dan berhubungan negatif terhadap nilai tukar rupiah.
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dan berhubungan negatif terhadap nilai tukar
rupiah.

10
BAB III

ANALISIS TEORI

Data bersumber dari Badan Pusat Statisti –Pergerakan Kurs dan Asian Development Bank -
rata-rata IHK

Tahun Pergerakan Kurs Rata-rata IHK


(dalam Rupiah)
2000 9595
210,3
2001 10400
234,5
2002 8940
262,3
2003 8465
279,6 |
2004 9290
113,3
2005 9830
125,1
2006 9020
145,9
2007 9419
150,6 |
2008 10950
109,8
2009 9400
115,1
2010 8991
121,0
2011 9068
127,5
2012 9670
132,9
2013 12189
142,2 |
2014 12440
113,2
2015 13795
120,4
2016 13436
124,7
2017 13548
129,4
2018 14710

11
3.1 Data Pergerakan Kurs Dollat terhadap Rupiah

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dapat dilihat dari grafik yang ada diatas mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2018,
pergerakan rupiah yang pada awal abad 21 mengalami kelonjakan dikarenakan tahun-tahun
sebelumnya yaitu tahun 90’an. Dari tahun 2000 hingga tahun 2012 mengalami kestabilan
walaupun mengalami kenaikan yang relatif standar sedangkan pada tahun 2013 harga rupiah
yang ada mulai melonjak naik kembali sampai dengan sekarang. Oleh karena itu maka rupiah
yang ada semakin melemah pada tiap tahunnya dan adanya dollar yang semakin menguat.

3.2 Data Rata-rata Inflasi

Sumber : adb 2018

12
Dari grafik di atas, maka dapat diketahuinya rata-rata kenaikan inflasi pertahun. Jika dilihat
dari grafik yang ada diatas maka kenaikan paling tinggi terjadi tahun 2003 dimana sebanyak
262, 31. Sementara dari tahun 2004 hingga tahun2017 berlangsung dengan stabil walaupun
ada sedikit lonjakan yang terjadi tahun 2006,2007 dan 2013 tetapi kenaikan inflasi tersebut
masih dapat dikatakan sebagai garis normal.

3.3 Data gabungan antara rata-rata inflasi dengan ekspor-impor

Dapat dilihat dari grafik gabungan yang ada diatas terdapat CPI (Customer Price Index) yang
merupakan satuan penghitungan dalam menghitung inflasi dan expor-impor yaitu salah satu
pengukur dalam pergerakan kurs. Dalam tahun 2008, terdapat lonjakan impor yang sangat
maksimal tetapi pada tahun 2009, terjadi penurunan yang sangat drastis baik impor maupun
ekspor sehingga menyebabkan penurunan dalam CPI walaupun tidak pesat. Lalu pada tahun
2009, mengalami penurunan yang drastis baik ekspor maupun impor tetapi pada tahun 2010
mengalami peningkatan yang signifikan baik ekspor maupun impor. Selain itu mengalami
penurunan kembali di tahun 2012 sampai dengan 2016 tetapi pada tahun 2017 terjadi
kenaikan kembali. Dari tahun 2000 sampai dengan 2017 dapat dilihat, CPI yang tergolong
stabil walaupun ada penurunan dan kenaikan tetapi tidak menyebabkan perubahan yang
drastis.

13
Kesimpulan :

Dapat dilihat dari berbagai tabel dan grafik yang ada diatas, maka nilai tukar (kurs) rupiah
berkaitan juga dengan naiknya inflasi. Walaupun tidak secara langsung berkaitan antara
inflasi dengan pergerakan kurs namun ada hubungan antara nilai kurs dengan inflasi yaitu
nilai tukar tersebut disebabkan salah satunya oleh naikya inflasi sehingga pertumbuhan
ekonomi yang lambat dan tidak stabil yang menyebabkan nilai tukar rupiah semakin
melemah.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi berperan sebagai salah satu faktor dari melemahnya
nilai tukar rupiah. Walaupun ada faktor lain yang mengakibatkan nilai tukar yang menurun
seperti faktor ekonomi, politik, psikologis, dan lain-lain. Adanya nilai tukar yang melemah
ini menyebabkan pengaruh yang luas dan memiliki konsekuensi terhadap harga, upah, suku
bunga, tingkat produksi, dan kesempatan kerja serta perekonomian secara luas. Oleh karena
itu, pentingnya situasi yang kondusif serta laju inflasi yang terkendali agar nilai tukar rupiah
menjadi tetap stabil dari tahun ke tahun.
4.2. Saran

Melemahnya nilai tukar rupiah tidak bisa dibiarkan secara terus-menerus, karena akan
menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sebaiknya pemerintah, dapat segera
melaksanakan upaya dalam memperkuat nilai tukar rupiah dan laju inflasi yang terkendali
demi keberlangsungan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia

15
DAFTAR PUSTAKA

Yanuar. (2016). ekonomi makro:suatu analisis konteks indonesia.


https://doi.org/10.17605/OSF.IO/CTMGP
Syarifuddin, Ferry.2016. Konsep, Dinamika dan Respon Kebijakan Nilai Tukar Di
Indonesia.Jakarta: Bank Institut Indonesia
Saeed, A., Awan, R.U., Sial, M.H., Sher, F. 2012. An Econometric Analysis of Determinants of Exchange
Rate in Pakistan. International Journal of Business and Social Science 3 (6), pp. 184-196

Chandra, Teddy dan Priyono.2016.Esensi Ekonomi Makro.Surabaya: Zifatama.


Bato, Aulio Rahman. dkk. 2017.Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Nilai
Tukar Rupiah.Makassar: Laa Maisyir
Syarifuddin, F., Achsani, N.A., Hakim, D.B., Bakhtiar, T. 2014. Monetary Policy Response on Exchange
Rate Volatility in Indonesia. Journal of Contemporary Economic and Business Issues 1 (2), pp. 35 - 54.

16

Anda mungkin juga menyukai