Anda di halaman 1dari 13

NILAI TUKAR TERHADAP INFLASI

A. Pengertian Nilai Tukar

Nilai adalah jumlah (nilai) uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk

memperoleh satu satuan mata uang asing.

Nilai tukar terdiri dari :

1. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate0

2. Nilai tukar riil (riel exchnge rate)

Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka

tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai

tukar yang stabil diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi

peningkatan kegiatan dunia usaha.

Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga

sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai tahun

1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak tahun 1978, dan sistem

nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate system) sejak 14

Agustus 1997.

Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar rupiah

sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar

pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Untuk

menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktu-waktu tertentu

melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak

kurs yang berlebihan.


Secara umum, nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang

negara lain ,ditentukan oleh keseimbangan yang terjadi pada permintaan dan

penawaran valuta asing mata uang yang diperdagangkan di pasar valuta asing

domestik. Apabila terjadi perubahan atas faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan atau penawaran, maka akan terjadi pergeseran kurva permintaan dan

penawaran, yang selanjutnya akan mengubah nilai tukar dari kondisi sebelumnya.

B. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah ukuran dari peningkatan umum tingkat harga dalam

perekonomian, yang diwakili biasanya dengan indeks harga inklusif, seperti

sebagai Indeks Harga Konsumen di Amerika Serikat.Istilah menunjukkan banyak

harga individu meningkat bersama-sama daripada satu atau duaharga terisolasi,

seperti harga bensin di lingkungan harga dinyatakan tenang. Tingkat inflasi

biasanya dinyatakan sebagai tingkat pertumbuhan tahunan pada harga (sekali lagi,

yang diukur dengan indeks) bahkan jika diukur selama periode waktu yang lebih

singkat.

Inflasi adalah kenaikan harga secara umum. Kenaikan harga berlangsung

secara terus menerus untuk sekelompok barang. Dan sebaliknya jika harga turun

secara terus menerus untuk sekelompok barang maka disebut deflasi. Kenaikan

harga secara umum akan menurunkan nilai riel dari masyarakat khususnya

masyarakat yang berpenghasilan rendah maupun tetap

C. Faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Melemah

Pencapaian nilai tukar yang stabil dan kompetitif serta laju inflasi yang

terkendali sangat diperlukan untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi

kegiatan ekonomi domestik. Perubahan nilai tukar memiliki efek luas dan
memiliki konsekuensi terhadap harga, upah, suku bunga, tingkat produksi, dan

kesempatan kerja serta perekonomian secara luas. Penelitian yang menganalisis

mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan dan stabilitas nilai tukar

sudah banyak dilakukan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Faktor faktor

yang memengaruhi nilai tukar dapat berupa faktor ekonomi, politik, psikologis,

dan juga faktor jangka pendek atau jangka panjang. Perilaku nilai tukar juga

memungkinkan untuk dipelajari melalui variabel makro dan/atau variabel mikro

(Saeed et al., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, beragam faktor yang

memengaruhi nilai tukar pun sudah ditemukan. Demikian pula dengan implikasi

kebijakan bagi otoritas berwenang sebagai bagian dari saran yang diberikan

berdasarkan hasil penelitian tersebut. Subbagian berikut akan membahas beberapa

literatur yang menganalisis faktor faktor yang memengaruhi nilai tukar dan

implikasi kebijakan yang disarankan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.

Saeed et al. (2012) melakukan analisis ekonometrik terhadap faktor-faktor

penentu nilai tukar Rupee Pakistan terhadap dolar AS dengan menggunakan

kerangka pendekatan moneter. Data yang digunakan dalam studi tersebut adalah

data bulanan mulai dari Januari 1982 sampai dengan April 2010. Hasil penelitian

mendukung peran faktor ekonomi dan non-ekonomi dalam penentuan nilai tukar

di Pakistan. Hasil empiris juga menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar sangat

terkait dengan rasio cadangan uang nominal masing-masing mata uang.

Cadangan uang relatif dan utang berkaitan positif dan signifikan dengan

nilai tukar. Ketidakstabilan politik berpengaruh negatif terhadap nilai mata uang

dalam kasus Pakistan. Variabel-variabel seperti tingkat suku bunga relatif jangka
pendek dan PDB riil relatif tidak berhubungan signifikan dengan penentuan nilai

tukar PKR terhadap dolar AS, tetapi kedua variabel tersebut menunjukkan tanda

negatif yang sesuai dengan model moneter harga kaku (sticky price monetary

model).

Rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil studi Saeed et al. (2012) adalah

bahwa sektor yang berorientasi ekspor harus dibiayai berdasarkan urutan prioritas.

Langkah-langkah untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dan defisit

transaksi berjalan sangat diperlukan. Selanjutnya, pelepasan diri dari utang harus

direncanakan dan beban utang harus dikurangi. Untuk mengoptimalkan

penggunaan dari keterbatasan dana yang tersedia untuk sektor swasta, kebijakan

kredit harus dilaksanakan sebagai solusi untuk meningkatkan ketersediaan dana

untuk kebutuhan bisnis sektor swasta.

Yang paling utama adalah menjaga tingkat nilai tukar asing yang stabil

dan lingkungan ekonomi makro yang kondusif untuk mempertahankan tingkat

harga yang relatif stabil. Disiplin fiskal dan moneter merupakan prasyarat penting

untuk stabilitas tingkat harga. Perilaku independen dan profesional dari bank

sentral dan pemerintah, bersamaan dengan stabilitas politik, sangat penting dalam

rangka menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mencapai tingkat harga dan

nilai tukar yang stabil.

Beberapa rekomendasi kebijakan yang disarankan oleh Syarifuddin et al.

(2014) adalah sebagai berikut: Volatilitas valuta asing harus diminimalkan

melalui beberapa tindakan. Intervensi valuta asing merupakan tindakan yang

paling memungkinkan dan relevan untuk memecahkan masalah dalam horizon

yang pendek. Berdasarkan hasil studi yang terkait dengan aktivitas intervensi,
Bank Indonesia harus memiliki strategi yang tepat ketika mengintervensi pasar

valuta asing. Bank Indonesia harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti

kondisi likuiditas pasar, omset transaksi (turnover transaction), dan kondisi

psikologi pasar setiap kali memasuki pasar nilai tukar domestik. Pelaksanaan

kebijakan intervensi mata uang asing juga harus mempertimbangkan waktu dan

besarnya (magnitude), untuk menghindari prediktabilitas. Operasi intervensi juga

harus dilakukan dengan cara yang terukur dan hati-hati, mengingat pentingnya

kecukupan cadangan devisa dalam negeri.

Penerapan tingkat suku bunga kebijakan yang tepat sehingga pergerakan

nilai tukar dapat mendorong inflasi aktual menuju titik target dan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Namun, untuk mencapai sasaran inflasi

dan menjaga stabilitas, tidak cukup bagi Bank Indonesia hanya mengandalkan

kebijakan suku bunga saja. Bank Indonesia juga perlu memasukkan aspek nilai

tukar ke dalam kebijakan moneter dan bauran kebijakan makroprudensial yang

terdiri dari lima instrumen kebijakan, yaitu suku bunga, nilai tukar, pengelolaan

arus modal, makroprudensial, dan komunikasi kebijakan moneter.

D. Penyebab Inflasi

Inflasi ditinjau dari penyebabnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

 Inflasi akibat tarikan permintaan (demand pull inflation)

 Inflasi akibat desakan biaya peroduksi (cost push inflation)

 Inflasi akibat tarikan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi yang terjadi karena adanya kelebihan/peningkatan permintaan total

(aggregate demand) dibandingkan dengan penawaran total (aggregate supply)


sehingga terjadi kenaikan harga. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation

adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya.

Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang

melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar

dari pada kapasitas perekonomian.

 Inflasi akibat desakan biaya peroduksi (cost push inflation)

Inflasi yang terjadi akibat kenaikan biaya produksi (input) sehingga

mengakibatkan harga jual produk (output) meningkat. Misalnya, sebagai akibat

kenaikan upah buruh, harga bahan baku ataupun kenaikan biaya teknologi dan

sebagainya. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh

depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner

dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered

price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya

distribusi.

E. Penentuan dalam Nilai Tukar

Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu

mata uang terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai

tukar, yaitu (1) fixed exchange rate atau sistem nilai tukar tetap; (2) managed

floating exchange rate atau sistem nilai tukar mengambang terkendali; dan (3)

floating exchange rate atau sistem nilai tukar mengambang.

Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang

terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misalnya, nilai tukar rupiah

terhadap mata uang dolar Amerika dipatok Rp 8.000,- per dolar. Pada nilai tukar

ini bank sentral akan siap untuk menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk
mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak

lagi dapat dipertahankan, bank sentral dapat melakukan devaluasi ataupun

revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.

Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai

dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan

demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran valuta

asing dan sebaliknya nilai tukar mata uang domestik akan melemah apabila terjadi

kelebihan permintaan valuta asing. Bank sentral dapat saja melakukan intervensi

di pasar valuta asing, yaitu dengan menjual devisa dalam hal terjadi kekurangan

pasokan atau membeli devisa apabila terjadi kelebihan penawaran untuk

menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar. Akan tetapi, intervensi

dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau

dalam kisaran tertentu.

Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem yang berada

di antara kedua sistem nilai tukar di atas. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral

menetapkan batasan suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut

intervention band atau batas pita intervensi. Nilai tukar akan ditentukan sesuai

dengan mekanisme pasar sepanjang berada di dalam batas kisaran pita intervensi

tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari kisaran

tersebut, maka bank sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di pasar

valuta asing sehingga nilai tukar bergerak kembali ke dalam pita intervensi.

Setiap sistem nilai tukar mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pemilihan

sistem yang diterapkan akan tergantung pada situasi dan kondisi perekonomian

negara yang bersangkutan, khususnya besarnya cadangan devisa yang dimiliki,


keterbukaan ekonomi, sistem devisa yang dianut (bebas, semi terkontrol, atau

terkontrol), dan besarnya volume pasar valuta asing domestik. Sistem nilai tukar

tetap mempunyai kelebihan karena adanya kepastian nilai tukar bagi pasar. Akan

tetapi, sistem ini membutuhkan cadangan devisa yang besar karena keharusan

bagi bank sentral untuk mempertahankan nilai tukar pada level yang ditetapkan.

Selain itu, sistem ini dapat mendorong kecenderungan dunia usaha untuk tidak

melakukan hedging (perlindungan nilai) valuta asingnya terhadap risiko

perubahan nilai tukar. Sistem ini umumnya diterapkan negara yang mempunyai

cadangan devisa besar, dengan sistem devisa yang masih relatif terkontrol.

Sistem nilai tukar mengambang mempunyai kelebihan dengan tidak

perlunya cadangan devisa yang besar, karena bank sentral tidak harus

mempertahankan nilai tukar pada suatu level tertentu. Akan tetapi, nilai tukar

yang terlalu berfluktuasi dapat menambah ketidakpastian bagi dunia usaha. Sistem

ini umumnya diterapkan di negara yang mempunyai cadangan devisa relatif kecil

sementara sistem devisa yang dianut cenderung bebas.

F. Hubungan antara nilai tukar yang melemah terhadap inflasi

Pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi ataupun di pengaruhi oleh laju

inflasi ataupun kinerja perdagangan internasional atau ekspor dan impor. Secara

umum, nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain,

ditentukan oleh keseimbangan yang terjadi pada permintaan dan penawaran valuta

asing mata uang yang diperdagangkan di pasar valuta asing domestik. Apabila

terjadi perubahan atas faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan atau

penawaran, maka akan terjadi pergeseran kurva permintaan dan penawaran, yang

selanjutnya akan mengubah nilai tukar dari kondisi sebelumnya.


Terjadinya perubahan atas faktor yang memmpengaruhinya permintaan

atau penawaran ini disebabkan oleh salah satunya yaitu inflasi.Inflasi yang tinggi

menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tidak stabil sehingga

naiknya harga barang sama artinya dengan turunnya nilai mata uang.

ANALISIS TEORI

Data bersumber dari Badan Pusat Statistic - Pergerakan Kurs dan Asian

Development Bank -rata-rata IHK

Tahun Pergerakan Kurs Rata-rata IHK

(dalam Rupiah)

2000 9595 210,3

2001 10400 234,5

2002 8940 262,3

2003 8465 279,6 |

2004 9290 113,3

2005 9830 125,1

2006 9020 145,9

2007 9419 150,6 |

2008 10950 109,8

2009 9400 115,1

2010 8991 121,0

2011 9068 127,5

2012 9670 132,9

2013 12189 142,2 |

2014 12440 113,2


2015 13795 120,4

2016 13436 124,7

2017 13548 129,4

2018 14710

1. Data Pergerakan Kurs Dollat terhadap Rupiah

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dapat dilihat dari grafik yang ada diatas mulai tahun 2000 sampai dengan tahun

2018, pergerakan rupiah yang pada awal abad 21 mengalami kelonjakan

dikarenakan tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun 90’an. Dari tahun 2000 hingga

tahun 2012 mengalami kestabilan walaupun mengalami kenaikan yang relatif


standar sedangkan pada tahun 2013 harga rupiah yang ada mulai melonjak naik

kembali sampai dengan sekarang. Oleh karena itu maka rupiah yang ada semakin

melemah pada tiap tahunnya dan adanya dollar yang semakin menguat.

2. Data Rata-rata Inflasi

Sumber : adb 2018

Dari grafik di atas, maka dapat diketahuinya rata-rata kenaikan inflasi pertahun.

Jika dilihat dari grafik yang ada diatas maka kenaikan paling tinggi terjadi tahun

2003 dimana sebanyak 262, 31. Sementara dari tahun 2004 hingga tahun 2017

berlangsung dengan stabil walaupun ada sedikit lonjakan yang terjadi tahun

2006,2007 dan 2013 tetapi kenaikan inflasi tersebut masih dapat dikatakan

sebagai garis normal.

3. Data gabungan antara rata-rata inflasi dengan ekspor-impor


Dapat dilihat dari grafik gabungan yang ada diatas terdapat CPI (Customer Price

Index) yang merupakan satuan penghitungan dalam menghitung inflasi dan expor-

impor yaitu salah satu pengukur dalam pergerakan kurs. Dalam tahun 2008,

terdapat lonjakan impor yang sangat maksimal tetapi pada tahun 2009, terjadi

penurunan yang sangat drastis baik impor maupun ekspor sehingga menyebabkan

penurunan dalam CPI walaupun tidak pesat. Lalu pada tahun 2009, mengalami

penurunan yang drastis baik ekspor maupun impor tetapi pada tahun 2010

mengalami peningkatan yang signifikan baik ekspor maupun impor. Selain itu

mengalami penurunan kembali di tahun 2012 sampai dengan 2016 tetapi pada

tahun 2017 terjadi kenaikan kembali. Dari tahun 2000 sampai dengan 2017 dapat

dilihat, CPI yang tergolong stabil walaupun ada penurunan dan kenaikan tetapi

tidak menyebabkan perubahan yang drastis.


G. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi berperan sebagai salah satu faktor dari

melemahnya nilai tukar rupiah. Walaupun ada faktor lain yang mengakibatkan

nilai tukar yang menurun seperti faktor ekonomi, politik, psikologis, dan lain-lain.

Adanya nilai tukar yang melemah ini menyebabkan pengaruh yang luas dan

memiliki konsekuensi terhadap harga, upah, suku bunga, tingkat produksi, dan

kesempatan kerja serta perekonomian secara luas. Oleh karena itu, pentingnya

situasi yang kondusif serta laju inflasi yang terkendali agar nilai tukar rupiah

menjadi tetap stabil dari tahun ke tahun.

Anda mungkin juga menyukai