Anda di halaman 1dari 4

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH

MELALUI BASYARNAS MUI

1. LEMBAGA ARBITRASE
Merupakan sederet lembaga yang di gunakan sebagai alternatif penyelesaian
sengketa komersial. Penyelesaian sengketa kmersial melalui arbitrase tidak di
lakukan di pengadilan umum melainkan melalui lembaga arbitrase. Pada saat ini
di Indonesia terdapat 7 (tujuh) lembaga arbitrase institusional yang bersifat
nasional, yaitu :
a. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang diprakarsai oleh Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
b. Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) yang diprakarsai oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dan telah berganti nama menjadi Badan Arbitrase
Syariah Nasional (BASYARNAS).
c. Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI).
d. Badan Arbitrase Komoditi Berjangka Indonesia (BAKTI).
e. Badan Arbitrase dan Mediasi Hak Kekayaan Intelektual (BAM HKI).
f. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).
g. Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI).

2. BASYARNAS – MUI
Merupakan sebuah lembaga yang berfungsi dalam penyelesaian sengketa
ekonomi syariah di luar peradilan. Kehadiran basyarnas diharapkan mampu
melakasanakan syariah islam secara kaffah. Basyarnas MUI pada januari 2021
telah memiliki kantor di 20 provinsi di indonesia, semisal Jatim, Jateng, Kaltim,
Kalteng dan masih banyak lagi.

3. DASAR HUKUM BASYARNAS – MUI


Dasar hukum yang dipakai dalam penyelesaian sengketa melalui
BASYARNAS yaitu hukum Islam dan hukum nasional. Dasar hukum yang
digunakan BASYARNAS yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, Undang-Undang
No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, SK
MUI, dan Fatwa DSN-MUI.
Dasar hukum tersebut harus diikuti bagi para pihak yang sudah sepakat
menyelesaikan sengketa melalui BASYARNAS dan tidak boleh ada pertentangan
dari kedua belah pihak. Jika tidak ada pertentangan dari salah satu atau kedua
belah pihak maka penyelesaian sengketa tersebut dalam dilaksanakan secara
harmonis sesuai dengan prinsip BASYARNAS .

4. TAHAPAN – TAHAPAN PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA


MELALUI BASYARNAS
a. Permohonan Arbitrase
b. Penunjukan Arbiter Tunggal atau Arbiter Majelis
c. Jawaban, Eksepsi dan Rekonvensi Termohon
d. Perdamaian
e. Pembuktian dan Saksi/Ahli
f. Pencabutan Permohonan
g. Putusan
h. Pendaftaran Putusan
i. Eksekusi Putusan BASYARNAS

5. KEWENANGAN BASYARNAS
 Pertama, menyelesaikan secara adil dan cepat sengketa muamalah yang timbul
dalam bidang perdagangan, keuangan, industri, jasa, yang di selenggarakan
berdasarkan prinsip suariah.
 Kedua, memberikan pendapat yang mengikat atas per mintaan para pihak tanpa
adanya suatu sengketa mengenai suatu persoalan muamalat / perdata dalam
sebuah perjanjian atau akad.
6. FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG DAN PENGHAMBAT DALAM
PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS SYARIAH MELALUI BADAN
ARBITRASE SYARIAH NASIONAL (BASYARNAS).
1) Faktor penunjang
 Kemampuan arbiter para arbiter yang akan menyelesaikan sengketa
adalah para arbiter yang memang berkompeten dalam bidangnya.
 Bukti lengkap
 Pihak pihak terlibat datang
 Perjanjian jangka waktu penyelesaian sengketa
 Faktor penghambat
2) Faktor penghambat dalam penyelesaian sengketa bisnis syariah melalui
BASYARNAS dibagi menjadi hambatan yuridis dan hambatan non yuridis.
Hambatan yang bersifat yuridis, yaitu :
 Perlawanan pihak ketiga
 Perlawanan pihak tereksekusi
 Permohonan peninjauan kembali (PK)
 Amar putusan tidak jelas
 Objek eksekusi adalah barang milik negara

Hambatan yang bersifiat Non yuridis :

 Pengerahan Massa
 Adanya campur tangan pihak lain
 Peninjauan barang bukti

7. CONTOH KETERLIBATAN BASYARNAS DALAM PENYELESAIAN


SENGKETA
1) Oktober 2014, penyelesaian perselesian antara peserta asuransi haji dan
perusahaan asuransi
2) Akar masalah, di sebabkan oleh persoalan pemenuhan kewajiban (Klaim)
kepada nasabah
3) Sesuai ketentuan perusahaan asuransi syariah di wajibkan membayar klaim
kepada jamaah haji yang telah di sepakati pada awal perjanjian.
4) Mediasi / perdamaian di bantu badan mediasi asuransi Indonesia namun tidak
menemukan hasil dalam musyawarah tersebut
5) Hasil putusan : basyarnas memutuskan bahwa pihak asuransi harus
menginvestasikan dana tabarru’ sesuai dengan Fatwa DSN No. 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, dan hasil investasi
ditambahkan ke dalam dana tabarru’.

Anda mungkin juga menyukai