Anda di halaman 1dari 6

Lembaga-lembaga arbitrase di Indonesia merupakan otoritas yang bertujuan untuk

sebagai jembatan para pihak yang ingin melakukan proses arbitrase, lembaga-lembaga
arbitrase tersebut antara lain: Pertama, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
Berperan untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai lembaga arbitrase
Indonesia untuk menyelesaikan sengketa-sengketa perdata yang muncul seperti bisnis,
perdagangan, industri, dan keuangan. BANI menjadi pihak ketiga yang memberikan jasa
untuk melakukan negosiasi, mediasi, konsiliasi, maupun pemberian pendapat yang
mengikat dengan peraturan dan tentunya prosedur yang telah ditetapkan oleh BANI;
Kedua, Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) sebagai lembaga yang
berperan untuk menanganai sengketa perdata bisni dalam lingkup syariah. Tentunya
lembaga ini memiliki peran penting untuk memberikan kedamaian, menyelesaikan
sengketa yang terjadi antara masyarakat dengan bank syariah yang mana dalam hal ini
masyarkat sebagai nasabah atau pengguna jasa. BASYARNAS didirikan dengan tujuan
dapat menyelesaikan perselisihan-perselisihan atau sengjeta keperdataan dengan
mengutamakan usaha perdamaian tentunya akan sesuai dengan syariat dan hukum islam;
Ketiga, Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) yang merupakan suatu
lembaga ynag memberikan penawaran untuk alternatif penyelesaian sengketa perdata
khusus pasar modal. BAPMI dalam menyelesaikan suatu sengketa berperan dan
memberikan tiga jenis layanan yaitu penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau biasa
disebut dengan non litigasi, sebagai sarana alternatif masyarakat untuk menyelesaikan
permasalahan perdata, yang mana dalam hal ini dapat dipilih oleh para pihak yang
bersengketa untuk diberikan pendapat yang mengikat, mediasi, atau arbitrase.

Secara umum, prosedur penyelesaian sengketa dibagi menjadi 2 jenis yaitu berdasarkan
UU Nomor 30 Tahun 1999 dan peraturan khusus prosedur penyelesaian sengketa yang
dibuat oleh masing-masing Lembaga.UU Arbitrase dan Penyelesaian sengketa, dalam
pasal 2 memberikan penjelasan bahwa UU tersebut berlaku juga terhadap BANI, dengan
kata lain BANI menjadi salah satu lembaga yang ditunjuk untuk menjalankan
penyelesaian sengketa, intinya para pihak sepakat untuk tidak menjalankan proses
pemeriksaan perkara di PN, namun akan menjalankan proses tersebut di BANI dengan
mengikuti hasil putusan dari Majelis Arbitrase berdasarkan Peraturan Prosedur Sengketa
di BANI. Sementara itu, penyelesaian sengketa melalui BAPMI secara khusus
dilaksanakan dengan mengacu kepada Peraturan BAPMI Nomor: 04/BAPMI/12.2014
Tentang Acara Arbitrase Pasar Modal Indonesia. Sedangkan prosedur penyelesaian
sengketa di BASYARNAS lebih khusus diatur dalam Peraturan Nomor:
PER-01/BASYARNAS-MUI/XI/2021 Tentang Cara penyelesaian sengketa syariah di
BASYARNAS
Arbitrase ialah salah satu alternatif penyelesaian sengketa dengan jalur non litigasi, dimana
membutuhkan seseorang atau beberapa orang arbiter untuk membantu menyelesaikan sengketa.

Dan telah dikeluarkannya beberapa SK yang lain terkait dengan terbentuknya BANI, yaitu
seperti SK No. Oleh karena itu terbentuklah Badan Arbitrase Nasional (BANI), sebuah lembaga
penyelesaian sengketa yang bersifat otonom dan independent. Dan BANI telah terbentuk sebagai
lembaga yang otonom dan independent, sehingga akan bertindak juga seperti hal tersebut dalam
menegakkan hukum. Hal tersebut menunjukkan bahwa BANI telah mengalami perkembangan
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. SK tersebut juga berisikan mengenai bahwa
BASYARNAS juga menjadi lembaga arbitrase di Indonesia yang bersifat otonom dan
independent dan juga mengesahkan pedoman yang akan digunakan pada BASYARNAS. Serta
pada SK disebutkan bahwa periode dari BASYARNAS ini mengikuti juga dari periode pada
kepengurusan MUI. Dan dari pembentukan lembaga penyelesaian sengketa syariah memiliki
tujuan atau maksud, ialah untuk menjadikan lembaga penyelesaian sengketa syariah di luar
pengadilan yang memiliki sifat independen, akuntabel, professional, dan juga kredibel sehingga
akan adanya perkembangan minat para pelaku yang terjadi sengketa untuk menyelesaikan
sengketanya dapat menggunakan lembaga tersebut. Dan tentu akan melakukan proses
penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dengan adil dan cepat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang belaku. Dan pada pembentukan lembaga arbitrase syariah ini awalnya
tertuju pada UU No. 7 Tahun 1992 sehingga para Dewan Pimpinan MUI serta praktisi hukum
untuk membicarakan terkait pembentukan lembaga arbitrase. Badan Arbitrase Pasar Modal
Indonesia merupakan suatu badan hukum penyelesaian sengketa yang dibentuk dengan tujuan
khusus yaitu untuk menangani sengketa-sengketa yang berkaitan erat dengan dunia pasar modal.
BAPMI disahkan pada 29 Agustus 2002 dengan adanya Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor C-2620 HT.01.03 Tahun 2002. a. Pendapat Mengikat. Pendapat mengikat
di dalam BAPMI merupakan suatu alternative penyelesaian sengketa dengan dikeluarkannya
pendapat yang dikemukakan oleh BAPMI dengan lebih dahulu ada permintaan dari para pihak
yang sedang bersengketa mengenai hal-hal yang dianggap abstrak atau tidak jelas dimana
pendapat tersebut yang digunakan untuk membuka jalan menuju arah yang landai dalam proses
penyelesaian sengketa yang ada. Pendapat tersebut diberikan secara tertulis dengan dibubuhkan
tanda tangan dari ketua BAPMI dan dengan segera diberikan kepada para pihak selambat-
lambatnya selama 30 hari usai dimulainya proses pemeriksaan sengketa pasar modal. Pendapat-
pendapat yang dikemukakan tersebut bersifat mengikat para pihak yang bersangkutan dan juga
final dimana pendapat tersebut merupakan pendapat yang tetap dan tidak dapat dilakukan
bantahan atau merupakan suatu yang tidak dapat dilawan dan diganggu. Apabila salah satu pihak
menolak atau melawan pendapat tersebut, maka sama dengan melanggar ketentuan yang tertera
pada Pasal tersebut. Seperti proses mediasi pada umumnya, BAPMI menyediakan alternative
penyelesaian sengketa pasar modal berupa mediasi. Dengan begitu, mediator hanya diizinkan
untuk menjadi perantara atau jembatan tanpa mencampuri urusan atau memberikan pendapat
pribadi mengenai perkara yang sedang berlangsung. Berbeda dengan mediator, seorang arbiter
memberikan saran dan suatu keputusan untuk menyelesaikan suatu sengketa yang ada. Negosiasi
merupakan suatu langkah pertama yang dilakukan oleh BAPMI untuk menyelesaikan suatu
perkara pasar modal. Cara negosiasi ini digunakan dengan tujuan agar suatu permasalahan yang
timbul tidak menjadi lebih besar atau lebih serius lagi. B. PERAN LEMBAGA-LEMBAGA
ARBITRASE INDONESIA. 1. BANI (BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA) .
BANI merupakan suatu lembaga yang didirikan secara otonom dan dijamin integritasnya untuk
tidak ikut campur pada kekuasaan lain. Tujuan dari dibentukanya lembaga ini adalah untuk
membantu masyarakat dalam penyelesaian sengketa secara adil dan tentunya cepat. • Berperan
untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai lembaga arbitrase Indonesia untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa perdata yang muncul seperti bisnis, perdagangan, industri, dan
keuangan. • BANI tentunya memiliki peran untuk Pengadilan Negeri yaitu untuk mengurangi
tumpukan perkara yang ada. Hal tersebut tentunya sangat memberikan manfaat besar dalam
penyelesaian sengketa agar cepat dan mudah serta tepat untuk diselesaikan. 2. BAPMI (BADAN
ARBITRASE PASAR MODAL) . Pada dunia pasar modal tentu saja akan ditemukan beberapa
sengketa di dalamnya. BAPMI merupakan suatu lembaga ynag memberikan penawaran untuk
alternatif penyelesaian sengketa perdata khusus pasar modal. Dalam hal pendapat mengikat pada
dasarnya pendapat yang diberikan oleh lembaga ini adalah sesuai dengan permintaan para pihak
yang saling terlibat dalam suatu tafsiran ketentuan yang dirasa kurang jelas pada perjanjian, agar
para pihak yang terlibat memiliki penafsiran yang sama dan dapat membuka sengketa lebih
dalam. Pendapat mengikat ini akan bersifat final dan mengikat bagi para pihak atas
permintaannya sehingga tidak dapat diberikan perlawanan atau bantahan. Mediator atau orang
yang memberikan mediasi pada lembaga ini tida boleh berperan atau bertindak sebagai
saksi/saksi ahli maupun konsultan pada perkara yang sama. Mediator di sini harus berinisiatif
memulai pertemuan, mengatur jadwal setiap agenda pertemuan para pihak untuk membahas dan
menyepakati penyelesaian suatu sengketa. 3. BASYARNAS (BADAN ARBITRASE SYARIAH
NASIONAL INDONESIA). Basyarnas adalah suatu lembaga yang berperan untuk menanganai
sengketa perdata bisni dalam lingkup syariah. Prosedur penyelesaian sengketa di BANI lebih
khusus diatur dalam Peraturan Arbitrase Nasional Indonesia 2022. a. Tahap 1 para pemohon
dapat melakukan pendaftaran serta memberikan penyampaian permohonan arbitrase kepada
Sekretariat BANI (Pasal 6 ayat 1 bab III). Dalam permohonan yang diajukan wajib melampirkan
salinan perjanjian arbitrase dan dokumen pendukung yang dianggap relevan para pihak yang
mengajukan Permohonan. b. Tahap 2 yaitu proses penunjukan arbiter (Pasal 6 ayat 4 Bab III).
Penunjukan ini dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari mulai dari permohonan
arbitrase didaftarkan kepada BANI. c. Tahap 3 para pihak yang akan melakukan penyelesaian
sengketa di BANI, wajib membayar biaya pendaftaran dan administrasi. h. Tahap 8 setelah
Termohon menerima permohonan, maka Termohon wajib menyampaikan jawaban tertulis atas
permohonan arbitrase yang diajukan. j. Tahap 10 terhadap Termohon dapat mengajukan
rekonvensi dengan bersama surat jawaban yang dapat diserahkan paling lambat pada sidang
pertama. l. Tahap 12 yaitu proses pembuatan berita acara pemeriksaan oleh sekretaris majelis
dan penetapan prosedur dari majelis arbitrase. m. Tahap 13 yaitu proses pemeriksaan dan
pemutusan sengketa antara para pihak yang dilakukan oleh Majelis Arbitrase. Dalam hal
sebelum maupun selama persidangan, Majelis akan menekankan terlebih dahulu terhadap
penyelesain sengketa melalui upaya perdamaian. dengan bantuan Majelis Arbitrase yang
berperan sebagai mediator atau tim mediator apabila disepakati para pihak (pasal 19 ayat 1). r.
Tahap 18 setelah proses permohonan, pengajuan bukti, kesaksian, dan persidangan dianggap
cukup oleh Majelis Arbitrase, maka persidangan ditutup oleh Ketua Majelis Arbitrase, sekaligus
juga menyampaikan penetapan jadwal sidang untuk penyampaian putusan akhir. Dengan
ketentuan lain yang mengatur yaitu Majelis Arbitrase dapat memutuskan untuk membuka
kembali persidangan sebelum putusan dibuat apabila terdapat suatu keadaan yang khusus. s.
Tahap 19 yaitu proses penetapan putusan akhir oleh Majelis Arbitrase dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sejak persidangan ditutup. Ketentuan lainnya sebelum menetapkan putusan
akhir, majelis arbitrase berwenang menetapkan putusan pendahuluan, putusan sela atau putusan
parsial. Prosedur penyelesaian sengketa arbitrase secara elektronik di BANI juga sudah diatur
dalam Surat Keputusan Dewan Pengurus No. Penyelesaian sengketa melalui BAPMI secara
khusus dilaksanakan dengan mengacu kepada Peraturan BAPMI Nomor: 04/BAPMI/12.2014
Tentang Acara Arbitrase Pasar Modal Indonesia. Jika penyelesaian damai tercapai, maka Majelis
Arbitrase akan menyusun akta perdamaian yang isinya memuat klausula pencabutan permohonan
atau klausula yang menyatakan sengketa telah selesai. Namun apabila penyelesaian damai tidak
tercapai, maka Majelis Arbitrase akan melanjutkan pemeriksaan perkara arbitrase tersebut. b.
Prosedur tahap 2 yaitu pendaftaran dengan memberikan penyampaian permohonan arbitrase
kepada Sekretariat BASYARNAS-MUI (Pasal 4 ayat 1). g. Prosedur tahap 7 yaitu proses
penyampaian jawaban sekaligus pengajuan rekonvensi apabila berkehendak. Penyampaian
jawaban juga disertai dengan melampirkan surat kuasa khusus dan bukti yang mendukung paling
lambat sebelum sidang pertama. h. Prosedur tahap 8 yaitu upaya penyelesaian damai. Jika
penyelesaian damai tercapai, maka Majelis Arbitrase akan menyusun putusan perdamaian dan
mendaftarkannya ke Pengadilan Agama.

Anda mungkin juga menyukai