Anda di halaman 1dari 9

BADAN ARBRITRASE NASIONAL

INDONESIA
(BANI)

Nama : Falya kiara hafia


nim : b10020342
Pengertian BANI
◦ Badan Arbritrase Nasional Indonesia (BANI) adalah lembaga independent yang
memberikan jasa beragam yang berhubungan dengan arbritrase, mediasi dan
bentuk-bentuk lain dari penyelsaian sengketa di luar pengadilan.
◦ BANI menyediakan jasa-jasa bagi penyelenggaraan penyelesaian sengketa melalui
arbritrase atau bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya, seperti
negosiasi, mediasi, konsilasi dan pemberian pendapat yang mengikat sesuai dengan
peraturan prosedur BANI atau peraturan prosedur lainnya yang disepakati oleh para
pihak yang berkepentingan.
Berdirinya BANI
◦ BANI didirikan pada tahun 1977 oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN)
melalui SK No. SKEP/152/DPH/1977 tanggal 30 November 1977 dan dikelola oleh
Dewan Pengurus dan diawasi oleh Dewan Pengawas dan Dewan Penasehat yang
terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dan sektor bisnis. Pendirian organisasi ini diusulkan
dan didukung oleh beberapa tokoh, yaitu R. Soebakti, Harjono Tijtrosoebono, Priyatna
Abdurrasyid, Suwoto Sukendar, Julius Tahija, dan J. Abubakar. Kamar Dagang dan
Industri Indonesia (KADIN) juga memberi dukungan terkait pendirian organisasi.
Klausula Arbritrase
◦ Klausula arbitrase adalah suatu klausula dalam perjanjian antara para pihak yang
mencantumkan adanya kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul
antara para pihak melalui proses arbitrase.
◦ Klausula arbitrase sebagaimana yang disarankan oleh BANI isinya adalah sebagai
berikut:
◦ “Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturan-peraturan administrasi
dan peraturan-peraturan prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya mengikat
kedua belah pihak yang bersengketa sebagai keputusan tingkat pertama dan
terakhir”.
Tujuan Didirikannya BANI
◦ Dalam rangka turut serta dalam upaya penegakan hukum secara otonom dan
independen di Indonesia menyelenggarakan penyelesaian sengketa atau beda
pendapat, melalui arbitrase dan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa
lainnya di bidang perdagangan, termasuk korporasi, konstruksi, asuransi, industri,
keuangan, fabrikasi, Hak Kekayaan Intelektual, lisensi, franchise, minyak, gas bumi dan
sumber daya alam lainnya, pelayaran/maritim, telekomunikasi, dan lain-lain dalam
lingkup peraturan perundang-undangan dan kebiasaan internasional. Menyediakan
jasa-jasa bagi penyelenggaraan penyelesaian sengketa melalui arbitrase atau bentuk-
bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya, seperti negiosiasi, mediasi, konsiliasi
dan pemberian pendapat yang mengikat sesuai dengan Peraturan Prosedur BANI
atau peraturan prosedur lainnya yang disepakati oleh para pihak yang
berkepentingan. Menyelenggarakan pengkajian dan riset serta program-program
pelatihan/pendidikan mengenai arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa.
Objek Arbritrase
◦ Menurut ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Tersebut, objek perjanjian arbitrase hanyalah sengketa di
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
◦ BANI berkedudukan di Jakarta dan memiliki arbitrase wilayah di beberapa kota besar
di Indonesia, yaitu Surabaya, Bandung, Medan, Denpasar, Palembang, Pontianak dan
Jambi
Prosedur Dalam Penyelesaian BANI
◦ BANI berpekara maksimal 180 hari sejak majelis arbiter terbentuknya, berikut 4 tahapan prosedur
berperkara di BANI:
◦ 1. pendaftaran permohonan, permohonan wajib di daftarkan oleh pemohon kesekertariat bani,
dalam permohonan tersebut perlu dijelaskan kedudukan pemohon terkait perjanjian arbitrase,
kewenangan Bani untuk memeriksa perkara dan upaya atau prosedur apa yang telah ditempuh
para pihak sebelum ke forum bani.
◦ 2. menunjukkan majelsi arbiter, masing maisng pihak mengangkat satu arbiter lalu untuk arbiter
ketiga yang di daulat sebagai ketua majelis, ketua majelis diangkat berdasarkan kesepakatan
para pihak. Jika kesepakatan terkait arbiter tidak tercapai, maka atas permohonan salah satu
pihak ketua pengadilan negeri yang akan mengangkat arbiter ketiga tersebut.
◦ 3. sidang pemeriksaan digelar secara tertutup dengan bahasa Indonesia atau bahasa lain atas
persetujuan majelis arbiter dengan surat kuasa para pihak dapat diwakili dengan kuasanya.
Sekretariat majelis arbiter wajib menyampaikan salinan permohonan beserta dokumen-dokumen
terkait kepada pihak
Lanjutan…
◦ 3. termohon, dan kemudian meminta termohon menyampaikan tanggapan tertulis
dengan jangka waktu maksimal 30 hari, jangka waktu penyampaian tanggapan oleh
ketua Bani dapat diperpanjang paling lama 14 hari.
◦ 4. putusan akhir dalam waktu paling lama, 30 hari sejak ditutupnya persidangan
majelis arbiter wajib menetapkan putusan akhir. Ketentuan jangka waktu ini dapat
diperpanjang secukup atas pertimbangan majelis arbiter. Selain putusan akhir majelis
arbiter juga berwenang menetapkan putusan pendahuluan, putusan sela, putusan
parsial.
Kerjasama BANI dengan berbagai
lembaga di beberapa negara
◦ 1. The Japan Commercial Arbitration Association (JCAA);
◦ 2. The Netherlands Arbitration Institute (NAI);
◦ 3. The Korean Commercial Arbitration Board (KCAB);
◦ 4. Australian Centre for International Commercial Arbitration (ACICA);
◦ 5. The Philippines Dispute Resolution Centre, Inc. (PDRCI);
◦ 6. Hong Kong International Arbitration Centre (HKIAC);
◦ 7. The Foundation for International Commercial Arbitration dan Alternative Dispute
Resolution (SICA-FICA).

Anda mungkin juga menyukai