Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PROSEDUR ARBITRASE

Untuk memenuhi tugas: Arbitrase Syari’ah

Dosen pengampu: Sukarto, S.HI, M.Ag

Disusun oleh:

Elisa Febriyani (18106021051)

Siti Nur Afifah (18106021085)

Faradhila Aulia Rizqi (18106021089)

Ahmad Budiyanto (18106021062)

Haris Alfiyansah (18106021075)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak masyarakat yang masih mengeluhkan mengenai ribetnya


berperkara di Pengadilan. Secara umum, kerumitan berperkara di Pengadilan
menggambarkan masih rumitnya birokrasi di Indonesia. Meskipun Pemerintah
sudah melakukan perbaikan di sana-sini, keluhan rumitnya berperkara di
Pengadilan masih ada. Salah satu solusi yang ada adalah dengan berperkara
melalui jalur arbitrase. Arbitrase diatur di dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 (UU Arbitrase). Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa
perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Sementara perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula


arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak
sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat
para pihak setelah timbul sengketa. Sidang Arbitrase diselenggarakan oleh
Arbiter. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga
arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan
penyelesaiannya melalui arbitrase.

B. Pembahasan

1. Bagaimana prosedur arbritase menurut arbritase Nasional?

2. Seperti apa perbandingan prosedur antara BANI dengan arbritase


Nasional?

3. Kapan berakhirnya ikatan arbritase?


BAB II

PEMBAHASAN

1. Prosedur arbritase menurut arbritase Nasional

Kesepakatan Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase


Penyelesaian sengketa melalui arbitrase harus disepakati oleh kedua belah pihak
terlebih dahulu. Perjanjian untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase
mengikuti peraturan yang telah diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata mengenai
syarat sahnya perjanjian.

Pendaftaran dan Permohonan Arbitrase


Berdasarkan Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Aternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase), permohonan
arbitrase dilakukan secara tertulis dan memuat lengkap informasi seperti nama
dan alamat Pemohon dan Termohon; penunjukan klausula arbitrase yang berlaku
pada perjanjian; perjanjian yang menjadi sengketa;dasar tuntutan; jumlah yang
dituntut (apabila ada); cara penyelesaian sengketa yang dikehendaki; dan
pengajuan jumlah arbiter yang dikehendaki.

Penunjukan Arbiter
Merujuk pada UU Arbitrase pasal 8 ayat 1 dan 2, Pemohon dan Termohon dapat
memiliki kesepakatan mengenai arbiter. Kesepakatan ini dituliskan pada
permohonan arbitrase yang disampaikan Pemohon dan dalam jawaban Termohon.
Forum arbitrase dapat dipimpin oleh hanya satu orang arbiter (arbiter tunggal)
atau majelis, sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Apabila dalam waktu
14 hari tidak ditemukan kesepakatan antara para pihak, maka Ketua Pengadilan
dapat melakukan pengangkatan arbiter tunggal. Keputusan tersebut kemudian
akan mengikat kedua belah pihak.

Tanggapan Termohon dan Tuntutan Balik (Rekonvensi)


Setelah berkas permohonan didaftarkan, pengurus Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI) akan memeriksa dan memutuskan apakah BANI memang
berwenang untuk melakukan pemeriksaan sengketa. Kemudian sekretariat BANI
akan menyiapkan salinan permohonan arbitrase Pemohon dan dokumen lampiran
lainnya untuk disampaikan kepada Termohon. Termohon memiliki waktu 30 hari
untuk memberikan jawaban, dan dapat diperpanjang hingga 14 hari.
Jawaban tersebut, Termohon dapat melampirkan data dan bukti lain yang relevan
terhadap kasus yang dipersengketakan untuk mengajukan tuntutan balik atau
disebut sebagai rekonvensi. Tuntutan balik ini dapat disertakan bersama jawaban
Termohon.

Sidang Pemeriksaan
Pada proses pemeriksaan arbitrase, dilaksanakan sebagaimana yang telah diatur
dalam undang-undang. Pengaturan ini antara lain: pemeriksaan dilakukan secara
tertutup, menggunakan Bahasa Indonesia, harus dibuat secara tertulis, dan
mendengar keterangan dari para pihak.
Putusan akhir paling lama ditetapkan dalam kurun waktu 30 hari sejak ditutupnya
persidangan.1

2. Perbandingan prosedur antara BANI dengan arbritase Nasional

Penyelesaian sengketa melalui arbitrase yang dikenal saat ini adalah


Arbitrase Nasional dan Arbitrase Internasional. Yang dimaksud dengan Arbitrase
Internasional adalah suatu metode yang sangat dikenal yang digunakan untuk
menyelesaiakan sengketa antara para pihak yang terikat dalam suatu kontrak
bisnis internasional. Sejalan dengan arbitrase pada umumnya, arbitrase
internasional tercipta dari klausul arbitrase yang dituangkan di dalam kontrak
yang sudah disetujui oleh para pihak yang terikat di dalamnya. Penyelesaian
sengketa internasional yang berdasarkan kontrak bisnis internasional secara luas
dijalankan di bawah beberapa institusi peradilan wasit internasional ternama,
salah satunya adalah Singapore International Arbitration Center (yang selanjutnya
disebut SIAC). Mengenai posedur pelaksanaan putusan arbitrase di Indonesia
dibedakan berdasarkan jenis putusan, yakni putusan arbitrase nasional atau
putusan arbitrase internasional. Yang dimaksud dengan putusan arbitrase
internasional adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (9) Undang-undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian Sengketa.
Melatarbelakangi penelitian ini adalah bahwa para pelaku bisnis, baik domestik

1 https://bahasan.id/mengenal-penyelesaian-sengketa-melalui-arbitrase/
maupun internasional, dalam menyelesaikan sengketa bisnis mereka lebih
memilih penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase, khususnya SIAC
dibanding dengan lembaga arbitrase seperti BANI. Hal ini yang akan diteliti apa
dan bagaimana proses dan tata cara yang ada pada kedua lembaga tersebut,
sebagai perbandingan serta kelebihan dan kekurangannya. Penelitian ini
membahas mengenai perbandingan proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase
pada lembaga BANI dan SIAC, sehingga didapatkan data mengenai bagaimana
metode penyelesaian sengketa melalui arbitrase tersebut menjadi pilihan utama
bagi para pelaku bisnis yang bersengketa. Hasil penelitian membuktikan bahwa
proses dan tata cara penyelesaian sengketa pada lembaga SIAC memiliki
perbedaan dengan lembaga BANI dalam proses dan tata cara serta dasar hukum
yang digunakan dalam penyelesaian sengketa bisnis para pihak.Kata kunci:
Perbandingan, Putusan Arbitrase, Implementasi. 2

3. Berakhirnya ikatan arbritase

Sebagaimana dikatakan dalam Penjelasan Pasal 56 ayat (1) Undang-


Undang Arbitrase ditentukan bahwa :Pada dasarnya para pihak dapat mengadakan
perjanjian untuk menentukan bahwa arbiter dalam memutus perkara wajib
berdasarkan ketentuan hukum atau sesuai dengan rasa keadilan dan kepatutan (ex
aequo et bono), sedangkan mengenai sifatnya baik yang didasarkan pada
ketentuan hukum maupun berdasarkan keadilan dan kepatutan, tentu saja dapat
bersifat menghukum (Condemnatoir), hal ini tampak dalam peraturan prosedur
BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) yang berlaku efektif tanggal 1 Maret
2003, dimana dalam Pasal 39 Peraturan Prosedur tersebut ditemukan dalam
kalimat : Biaya-biaya eksekusi Putusan ditanggung oleh Pihak yang kalah dan
lalai untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dalam putusan.

Putusan Arbiter atau Majelis Arbitrase dapat dieksekusi melalui


Pengadilan Negeri, sebagaimana ketentuan Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang
Arbitrase, sebagaimana asas yang berlaku dalam hukum acara perdata, maka
hanya putusan yang bersifat Menghukum (Condemnatoir) sajalah yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya oleh pengadilan, baik itu melalui mekanisme Sita
Eksekusi, Sita Lelang, Sita Pengosongan dan Sita-sita lainnya.

2 https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/959059
Sengketa bisnis juga dapat terjadi karena adanya penafsiran atas isi suatu
kontrak (perjanjian) apabila terdapat klausul arbitrase dalam kontrak berkaitan
dengan penyelesaian sengketa karena adanya perbedaan penafsiran, maka para
pihak dapat meminta pendapat lembaga arbitrase dimana pendapat tersebutu
bersifat mengikat & tidak dapat dilakukan upaya hukum apapun/ Binding
Opinion.3

BAB III

PENUTUP

3 https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl2813/macam-putusan-arbitrase/
Kesimpulan :

1. Setelah berkas permohonan didaftarkan, pengurus Badan Arbitrase


Nasional Indonesia akan memeriksa dan memutuskan apakah BANI
memang berwenang untuk melakukan pemeriksaan sengketa. Kemudian
sekretariat BANI akan menyiapkan salinan permohonan arbitrase
Pemohon dan dokumen lampiran lainnya untuk disampaikan kepada
Termohon. Pada proses pemeriksaan arbitrase, dilaksanakan sebagaimana
yang telah diatur dalam undang-undang. Putusan akhir paling lama
ditetapkan dalam kurun waktu 30 hari sejak ditutupnya persidangan

2. Perbandingan prosedur antara BANI dengan Arbitrase Nasional


penyelesaian sengketa melalui arbitrase yang dikenal saat ini adalah
Arbitrase Nasional dan Arbitrase Internasional. Yang dimaksud dengan
Arbitrase Internasional adalah suatu metode yang sangat dikenal yang
digunakan untuk menyelesaiakan sengketa antara para pihak yang terikat
dalam suatu kontrak bisnis internasional. Penyelesaian sengketa
internasional yang berdasarkan kontrak bisnis internasional secara luas
dijalankan di bawah beberapa institusi peradilan wasit internasional
ternama, salah satunya adalah Singapore International Arbitration Center .
Melatarbelakangi penelitian ini adalah bahwa para pelaku bisnis, baik
domestik maupun internasional, dalam menyelesaikan sengketa bisnis
mereka lebih memilih penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase,
khususnya SIAC dibanding dengan lembaga arbitrase seperti BANI. Hal
ini yang akan diteliti apa dan bagaimana proses dan tata cara yang ada
pada kedua lembaga tersebut, sebagai perbandingan serta kelebihan dan
kekurangannya.

3. Putusan Arbiter atau Majelis Arbitrase dapat dieksekusi melalui


Pengadilan Negeri, sebagaimana ketentuan Pasal 67 ayat Undang-Undang
Arbitrase, sebagaimana asas yang berlaku dalam hukum acara perdata,
maka hanya putusan yang bersifat Menghukum sajalah yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya oleh pengadilan, baik itu melalui mekanisme
Sita Eksekusi, Sita Lelang, Sita Pengosongan dan Sita-sita lainnya.
Sengketa bisnis juga dapat terjadi karena adanya penafsiran atas isi suatu
kontrak apabila terdapat klausul arbitrase dalam kontrak berkaitan dengan
penyelesaian sengketa karena adanya perbedaan penafsiran, maka para
pihak dapat meminta pendapat lembaga arbitrase dimana pendapat
tersebutu bersifat mengikat & tidak dapat dilakukan upaya hukum apapun/
Binding Opinion.

Daftar Pustaka:

https://bahasan.id/mengenal-penyelesaian-sengketa-melalui-arbitrase/

https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/959059
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl2813/macam-putusan-
arbitrase/

Anda mungkin juga menyukai