Jika dilihat dari waktu arbitrase memiliki efisien waktu, waktu yang digunakan untuk proses
arbitrase lebih efisien dan fleksibel. Kedua belah pihak memilih arbiter, dan kemudian proses
persidangan akan dipimpin oleh arbiter, dimana dalam hal ini arbiter dapat bebas menentukan
agenda persidangan dengan menyesuaikan waktu para pihak yang berperkara. Sedangkan apabila
sengketa diselesaikan melalui pengadilan, suatu permasalahan baru bisa diselesaikan jika pihak
pengadilan telah memproses kasus tersebut, menunjuk hakim, dan melakukan panggilan,
sehingga penyelesaian kasus akan memakan waktu cukup lama. Belum lagi jika salah satu pihak
Dan juga hemat biaya, biaya dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase lebih murah karena
waktu yang digunakan lebih singkat dan prosesnya hanya di Lembaga arbitase itu saja.
Sedangkan dalam proses litigasi harus melewati proses yang cukup panjang, mulai dari
pendaftaran berkas ke pengadilan, pembayaran pengacara, dan biaya pengadilan. Biaya tersebut
akan terus bertambah seiring dengan pengajuan banding dan kasasi. Sehigga, biaya yang
dikeluarkan untuk penyelesaian masalah secara litigasi akan lebih banyak, dimana dalam proses
“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh
bahwa akad atau perjanjian tersebut karena terbukti telah disepakati oleh para pihak
secara hukum adalah mengikat dan wajib ditaati serta dilaksanakan dalam upaya hukum
arbitrase !
Karena klausul arbitrase merupakan perjanjian accessoir (perjanjian ikutan) terhadap perjanjian
perjanjian arbitrase tidak menjadi batal disebabkan oleh keadaan tersebut di bawah ini:
pada pihak ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan perjanjian arbitrase tersebut; atau
Berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok. Merujuk pada Pasal 10 huruf f dan h di atas, maka
klausul arbitrase menjadi terpisah dari perjanjian pokoknya. Prinsip pemisahan (separability
principle) ini merupakan doktrin otonomi dari klausul arbitrase (the autonomy of arbitration
clause). Jadi, kesimpulannya adalah apabila perjanjian pokok berakhir atau batal tidak
mengakibatkan klausul arbitrase batal, melainkan tetap eksis dan Prinsip Pemisahan telah diakui
secara internasional, dan dimasukkan ke dalam Pasal 16 ayat (1) Model Law 1985.
4. Uraikan bagaimana pendapat anda terkait acara arbitrase yang diatur dalam
Ketentuan Pasal 36 ayat (1) dan Pasal 43 Undang-undang No.30 tahun 1999 !
Menurut pendapat saya mengenai acara arbitrase yang diatur dalam Ketentuan Pasal 36 ayat
(1) berisi bahwa “pemeriksaan sengketa dalam arbitrase harus diajukan secara tertulis”
dengan dilakukanya dengan secara tertulis hal ini dapat membantu berjalanya pemeriksaan
sengketa arbitase dan memiliki bukti autentik berupa dokumen yang ditulis sebagai bukti
tentang apa saja yang diperiksa dalam sengketa. Sedangkan dalam pasal 43 menjelaskan
“apabila pada hari yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (2) pemohon
tanpa suatu alasan yang sah tidak datang menghadap, sedangkan telah dipanggil secara patut,
surat tuntutanya dinyatakan gugur arbiter atau majelis arbitrase dianggap selesai”. Hal
tersebut sudah cukup baik karena timbul sikap tegas dengan dinyatakan gugur maka
terciptanya kepastian,efesiensi waktu dan juga bertanggungjawabnya pemohon atas apa yang
diajukan.
5. Uraikan syarat-syarat dapat dilaksankannya putusan arbitrase asing di Indonesia !
- Putusan arbitrase luar negeri terbatas pada putusan yang menurut ketentuan hukum
- Telah mendapatkan fiat eksekutor dari Ketua Pengadilan Negeri jakarta Pusat.
- Putusan arbitrase luar negeri yang salah satu pihaknya menyangkut negara RI eksekutor