1/Jan-Feb/2017
59
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
dengan proses penyelesaian di Pengadilan secara cepat, dan bersifat final and binding.5
Negeri, dapat berjalan bertahun-tahun karena Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
adanya upaya hukum seperti banding, kasasi penulis sangat tertarik dalam mengangkat judul
dan peninjauan kembali. Selain itu proses “Eksekusi Putusan Arbitrase Nasional Menurut
penyelesaiannyapun harus dilakukan secara Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999”.
terbuka.4 Satu hal yang kurang disukai oleh
kalangan bisnis yaitu terbukanya sengketa B. RUMUSAN MASALAH
diantara mereka, apalagi dipublikasikan melalui 1. Bagaimana prosedur eksekusi putusan
masa media. arbitrase nasional ?
Demikian pula sifat bisnis yang menghendaki 2. Bagaimana pengaturan tentang eksekusi
penyelesian sengketa dalam tenggang waktu putusan arbitrase oleh pengadilan negeri ?
yang relatif cepat tidak berkepanjangan
menempatkan Arbitrase sebagai tempat yang C. METODE PENELITIAN
lebih disukai untuk menyelesaiakan sengketa Metode yang digunakan dalam penelitian ini
dikalangan pebisnis. Namun terdapat adalah kepustakan (library research). Suatu
permasalahan yang sangat krusial sekali, metode penelitian yang digunakan dengan cara
manakala putusan arbitrase nasional tidak mempelajari peraturan perundang-undangan
dilaksanakan oleh pihak yang dinyatakan kalah dan berbagai literatur mengenai “eksekusi
secara suka rela, maka putusan Arbitrase putusan arbitrase nasional.
tersebut harus dimintakan pelaksanaannya
(eksekusi) di Pengadilan Negeri. PEMBAHASAN
Jika seandainya menurut pandangan Ketua A. Prosedur Eksekusi Putusan Arbitrase
Pengadilan Negeri putusan Arbitrase tidak Nasional
dapat dilaksanakan karena bertentangan Prosedur untuk eksekusi atau pelaksanaan
dengan ketentuan Pasal 4 ayat (1 dan 2) dan 5 suatu putusan arbitrase lebih dahulu
dari Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999. dipersilahkan pihak yang kalah untuk sukarela
Dengan kewenangan yang ditentukan oleh UU melaksanakan sendiri putusan arbitrase
tersebut Ketua Pengadilan Negeri sebelum tersebut. akan tetapi dalam praktik, pihak yang
melaksanakan putusan arbitrase melakukan kalah terutama pihak yang tidak puas dengan
pengkajian ulang tentang telah dipenuhinya putusan arbitrase, tidak akan melaksanakan
syarat formil ataupun syarat materiil dalam putusan itu secara sukarela.6 Bahkan, mungkin
putusan Arbitrase. akan memperlambat atau menghambat
Karena perintah Pasal 62 Undang-Undang pelaksanaan putusan itu. Oleh karena itu,
Nomor 30 tahun 1999 tersebut Ketua dalam putusan terhadap permohonan arbitrase
Pengadilan Negeri sebelum menyatakan apakah yang bersangkutan ditentukan juga jangka
putusan Arbitraase dapat dilaksanakan atau waktu pemenuhan (pelaksanaan) putusan. Jika
tidak, diharuskan meneliti terlebih dahulu para pihak tidak bersedia memenuhi
apakah putusan arbitrase telah sesuai dengan pelaksanaan putusan arbitrase nasional
ketentuan hukum yang berlaku atau tidak atau tersebut secara sukarela.
bertentangan dengan kesusilaan dan rasa Maka putusan arbitrase nasional itu
ketentraman masyarakat. Manakala setelah dilaksanakan secara paksa, berdasarkan
dilakukan pengkajian dan ternyata menurut perintah ketua pengadilan negeri atas
Ketua Pengadilan Negeri putusan arbitrase permohonan salah satu pihak yang
tersebut bertentangan dengan hukum bersengketa. Supaya putusan arbitrase nasional
(melanggar Pasal 4 dan 5 tersebut), maka dapat dilaksanakan, putusan tersebut harus
putusan arbitrase tersebut tidak dapat didaftarkan dahulu dalam akta pendaftaran
dilaksanakan. dikepaniteraan pengadilan negeri yang secara
Dengan tidak dipenuhinya segala lengkap akan diuraikan di bawah ini:
persyaratan tersebut maka kandaslah harapan
akan mendapatkan penyelesaian sengketa 5
Ibid, hlm. 270.
6
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase
dan Penerapan Hukumnya, Prenada Media Group, Jakarta,
4
Ibid, hlm. 269. 2015, hlm. 273.
60
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
61
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
putusan yang dijatuhkan oleh majelis arbitrase. dibuatnya, dan pengeluaran penetapan baru.
Sebelum ketua pengadilan negeri Landasan hukum tindakan pengawasan
mengeluarkan penetapan perintah eksekusi, jalannya peradilan yang diperankan oleh
harus lebih dahulu diberikan exequatur Mahkamah Agung maupun yang didelegasi
terhadap putusan. Ketentuan ini agak berbeda kepada pengadilan tinggi dalam masalah
dengan permintaan eksekusi terhadap putusan eksekusi.
yang dijatuhkan oleh pengadilan, yang tidak Bermuara dari ketentuan Pasal 32 Undang-
diperlukan proses exequatur langsung dapat Undang Nomor 14 Tahun 1985 (Undang-
dimintakan eksekusi. Undang Mahkamah Agung) Jo Undang-Undang
Sebaliknya, terhadap putusan arbitrase, Nomor 5 Tahun 2004 tentang perubahan
harus lebih dahulu dimohonkan permintaan, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 jo Pasal
mendapat exequatur. Jadi, makna pemberian 32 Undang-Undang Nomorr 3 Tahun 2009
exequatur ialah permintaan kepada ketua tentang perubahan kedua Undang-Undang
pengadilan negeri agar putusan arbtrase yang Nomor 14 Tahun 1985. Pasal-Pasal dimaksud
bersangkutan dapat dieksekusi. Memang, menegaskan: Mahkamah Agung melakukan
apabila ketua pengadilan negeri telah memberi pengawasan tertinggi terhadap
exequatur terhadap putusan arbitrase, maka penyelenggaraan peradilan pada semua badan
dapat langsung dikeluarkan penetapan perintah peradilan yang berada di bawahnya dalam
eksekusi. menyelenggarakan kekuasaan kehakiman.
62
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
pihak tidak mau melaksanakan putusan (eksekusi putusan Arbitrase Nasional) dan
Arbitrase secara suka rela, maka para pihak Ketua Mahkamah Agung (putusan Arbitrase
dapat meminta pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional).
tersebut secara paksa kepada Ketua Pengadilan Sebelum melaksanakan eksekusi tersebut
Negeri (eksekusi). untuk melakukan pengujian apakah putusan
Pelaksanaan eksekusi putusan Arbitrase badan Arbitrase tersebut telah memenuhi
Nasional oleh Pengadilan Negeri ini syarat formil dan syarat materiil. Yang
digantungkan pada suatu syarat, bahwa dimaksudkan dengan syarat formil adalah,
putusan Arbitrase dalam tenggang waktu 30 kesepakatan para pihak bahwa sengketa
hari sejak putusan diucapkan harus didaftarkan mereka akan diselesaikan di Arbitrase,
pada kepaniteraan Pengadilan Negeri. Apabila kesepakatan tersebut harus tertuang dalam
dalam waktu 30 hari tersebut putusan Arbitrase dokumen tertulis. Serta apakah sengketa
tidak didaftarkan atau terlambat mereka termasuk dalam sengketa bidang
mendaftarkannya, maka putusan Arbitrase perdagangan dan mengenai hak yang menurut
tersebut tidak dapat dilaksanakan atau non hukum dan peraturan perundang-undangan
executable. dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
Berbeda halnya dengan putusan Arbitrase bersengketa. Selanjutnya yang disebut syarat
Internasional tenggang waktu pendaftaran di materiil adalah, bahwa putusan Arbitrase tidak
Kepaniteraan Pengadilan Jakarta Pusat tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
dibatasi dengan waktu. Hanya saja umum.
dipersaratkan sebelum memohon eksekusi Permasalahan akan muncul bila Ketua
putusan Arbitrase Internasional tersebut Pengadilan Negeri atau Ketua Mahkamah
putusan harus didaftarkan dulu. Kesepakatan Agung menyatakan bahwa seluruh atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa yang juga sebagian dari putusan badan Arbitrase tersebut
diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun tidak memenuhi persyaratan formil dan
1999 ini, Alternatif Penyeselesaian Sengketa materiil, sehingga tidak dapat di eksekusi.
hanya diatur dalam BAB II Pasal 6 terdiri dari 9 Kandaslah harapan bahwa penyelesaian
ayat, tidak ada satu ayatpun yang menyatakan sengketa melalui badan Arbitrase yang cepat
bahwa kesepakatan penyelesaian sengketa karena bersifat final and binding atau mengikat
melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa para pihak dan tidak ada upaya hukum lagi.13
manakala tidak dilaksanakan secara suka rela Terhadap putusan Arbitrase Nasional yang
oleh para pihak dapat dipaksakan dinyatakan tidak dapat dilaksanakan oleh Ketua
pelaksanaannya seperti Arbitrase. Pengadilan Negeri, maka tidak ada upaya
Pendaftaran kesepakatan penyelesaian hukum terhadap penolakan Ketua Pengadilan
sengketa ke Pengadilan Negeri sebagaimana Negeri tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa
diatur dalam ayat 7 tidak memiliki nilai masalah Arbitrase telah dituangkan dalam
eksekutorial (dapat dipaksakan). Pendaftaran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
tersebut setidak-tidaknya dapat dijadikan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
rujukan atau petunjuk bagi Hakim di Pengadilan terhitung sejak tanggal 12 Agustus 1999.
Negeri manakala menangani masalah Undang-Undang ini tercatat dalam Lembaran
12
tersebut. Negara Republik Indonesia Tahun 1999 dengan
Prosedur pelaksanaan eksekusi atas putusan Nomor 138.
Arbitrase tersebut diatur atau ditentukan Walaupun masalah Arbitrase baru
dalam Pasal 59 sampai dengan 64 dari Undang- dituangkan dalam Undang-Undang sejak tahun
Undang Nomor 30 Tahun 1999 untuk Arbitrase 1999, namun demikian eksistensi Arbitrase ini
Nasional, dan Pasal 65 sampai 69 untuk telah lama ada di Indonesia, dan selama ini
Arbitrase Internasional. Sebelum eksekusi eksistensi Arbitrase tersebut dilandaskan pada
dilaksanakan Undang-Undang memberi Pasal 130 HIR /154 Rbg, 377 HIR/705 Rbg,
kewenangan kepada Ketua Pengadilan Negeri kemudian Pasal 615-651 Rv. Juga dalam Pasal
12 13
Ibid, hlm. 164. Gunawan Widjajah, Op.Cit, hlm. 98.
63
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
14
H. Sudiarto dan Zaeni Asyhadie, Op.Cit, hlm. 56.
15 16
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit, hlm. 212. Ibid, hlm. 213.
64
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
kalah untuk sukarela melaksanakan sendiri Emirzon Joni, Alternatif Penyelesaian Sengketa
putusan arbitrase tersebut. putusan di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi,
tersebut didaftarkan terlebih dahulu dalam Konsiliasi, dan Arbitrase), PT. Gramedia
akta pendaftaran di kepaniteraan Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
pengadilan negeri dalam waktu paling lama Faisal Salam, Moch, Penyelesaian Sengketa
30 hari terhitung sejak putusan diucapkan. Bisnis Secara Nasional dan
Kewajiban pendaftaran putusan dibebankan Internasional, Cetakan I, Cv. Mandar
kepada salah seorang arbiter. Bila para pihak Maju, Bandung, 2007.
mengetahui selesainya pendaftaran, maka Fuady Munir, Arbitrase Nasional Alternatif
dapat diajukan exequatur. Sebelum ketua Penyelesaian Sengketa Bisnis, Cetakan
pengadilan negeri mengeluarkan penetapan II. PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
perintah eksekusi, haruslah dahulu diberikan Gautama Sudargo dan Rachmadi Usman,
exequatur terhadap putusan. Kemudian Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar
langsung dikeluarkan penetapan perintah Pengadilan, PT. Citra Aditya Bakti,
eksekusi. Bandung, 2004.
2. Ketentuan tentang eksekusi atas putusan _________, Undang-Undang Arbitrase Baru, PT
Arbitrase yang dilakukan oleh Pengadilan Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
Negeri dengan sebelumnya dilakukan Goodpaster, Gary, Suatu Tinjauan Terhadap
terlebih dahulu pengujian atas kebenaran Penyelesaian Sengketa, Elips Project,
syarat formil dan materiil serta tidak Medan, 1995.
bertentangan dengan kesusilaan dan Khoidin M., Hukum Arbitrase Bidang Perdata,
ketertiban umum, dirasakan kurang Cetakan III, Cv. Aswaja Pressindo,
memenuhi rasa keadilan masyarakat. Yogyakarta, 2013.
Karena putusan Arbitrase adalah suatu Mertoksumo, Sudikno, Arbitrase Bank Dunia
putusan dari lembaga peradilan negara Tentang Penanaman Modal Asing Di
selain Pengadilan Negeri, bagaimana Indonesia Dan Yurisprudensi Indonesia
mungkin putusannya dikoreksi lagi oleh Dalam Perkara Perdata, Alumni,
lembaga peradilan lainnya. Pengaturan Bandung, 1997.
eksekusi putusan Arbitrase oleh Pengadilan Muhammad, Abdulkadir, Pengantar Hukum
Negeri, berpotensi akan menghambat Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya
perkembangan lembaga Arbitrase nasional. Bakti, Bandung, 1993.
Apabila putusan Arbitrase dinyatakan tidak Subekti, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta,
dapat dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri, Bandung, 1981.
maka putusan Arbitrase tersebut dinyatakan Sudiarto, H dan Zaeni Asyhadie, Mengenal
tidak memiliki nilai hukum. Arbitrase, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm. 165.
B. Saran Syarifuddin, Hafni dkk, Abstract Teaching
1. Sudah seharusnya lembaga arbitrase Materials Arbitrase, Program
dilengkapi pula dengan perangkat eksekusi Pencangkokan Hukum Ekonomi
untuk melaksanakan putusan-putusannya. Fakultas Hukum Universitas Indonesia
2. Mengingat tujuan penyelesaian sengketa dan Elips Project, 1996.
melalui arbitrase agar penyelesaiannya Gunawan Widjajah dan Ahmad Yani, Seri
dapat lebih cepat dan putusannya bersifat Hukum Bisnis Huku Arbitrase, Edisi I
final and binding, maka tidak seharusnya Cetakan I, PT Raja Grafindo Persada,
lagi putusan arbiter melalui fiat eksekusi Jakarta, 2000.
oleh Pengadilan Negeri.
SUMBER-SUMBER LAIN
DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Adi Nugroho Susanti, Penyelesaian Sengketa Tentang Arbitrase dan Alternatif
Arbitrase dan Penerapan Hukumnya, Penyelesaian Sengketa.
Prenada Media Group, Jakarta, 2015.
65