Anda di halaman 1dari 7

Lex et Societatis, Vol. V/No.

1/Jan-Feb/2017

EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE NASIONAL Kata kunci: Eksekusi putusan, Arbitrase


MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 Nasional.
TAHUN 19991
Oleh : Reza A. Ngantung2 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ABSTRAK Hukum positip kita memberi alternatif lain
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk bagi mereka untuk menyelesaikan perselisihan
mengetahui bagaimana prosedur eksekusi yang terjadi melalui lembaga Arbitrase atau
putusan arbitrase nasional dan bagaimana melalui Alternatif Penyelesaian Perkara (APS)
pengaturan tentang eksekusi putusan arbitrase atau dalam istilah lain Alternative Dispute
oleh pengadilan negeri. Dengan menggunakan Resolution (ADR) sebagaimana diatur dalam
metode penelitian yuridis normatif, dapat Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999. Di
disimpulkan: 1. Prosedur untuk eksekusi suatu Indonesia sendiri proses penyelesaian melalui
putusan arbitrase dahulu dipersilakan pihak arbitrase atau ADR bukanlah merupakan hal
yang kalah untuk sukarela melaksanakan yang baru dalam nilai-nilai budaya kita. Banyak
sendiri putusan arbitrase tersebut. putusan penelitian telah menunjukkan bahwa
tersebut didaftarkan terlebih dahulu dalam penyelesaian sengketa yang bersifat
akta pendaftaran di kepaniteraan pengadilan kekeluargaan serta tidak mencuatkan konflik ke
negeri dalam waktu paling lama 30 hari permukaan, lebih diutamakan dan sangat
terhitung sejak putusan diucapkan. Kewajiban dihargai hasilnya.3
pendaftaran putusan dibebankan kepada salah Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase
seorang arbiter. Bila para pihak mengetahui adalah cara penyelesaian sengketa-sengketa
selesainya pendaftaran, maka dapat diajukan perdata bidang bisnis atau perdagangan baik
exequatur. Sebelum ketua pengadilan negeri dalam skala nasional maupun berskala
mengeluarkan penetapan perintah eksekusi, internasional. Akhir-akhir ini peranan arbitrase
haruslah dahulu diberikan exequatur terhadap dalam penyelesaian sengketa bisnis atau bidang
putusan. Kemudian langsung dikeluarkan perdagangan semakin menjadi penting. Banyak
penetapan perintah eksekusi. 2. Ketentuan kontrak nasional ataupun internasional
tentang eksekusi atas putusan Arbitrase yang mencantumkan klausula arbitrase.
dilakukan oleh Pengadilan Negeri dengan Penyelesaian sengketa melalui arbitrase
sebelumnya dilakukan terlebih dahulu diyakini oleh kalangan bisnis memberikan
pengujian atas kebenaran syarat formil dan keuntungan-keuntungan tersendiri daripada
materiil serta tidak bertentangan dengan melalui badan peradilan konvensional.
kesusilaan dan ketertiban umum, dirasakan Sedangkan pengakuan serta efektifitas dari
kurang memenuhi rasa keadilan masyarakat. putusan arbitrase akan sangat tergantung dari
Karena putusan Arbitrase adalah suatu putusan sikap “gentlemen” dari para pihak yang telah
dari lembaga peradilan negara selain memilih lembaga arbitrase tersebut.
Pengadilan Negeri, bagaimana mungkin Penyelesaian sengketa melalui lembaga
putusannya dikoreksi lagi oleh lembaga Arbitrase, diakui memiliki beberapa kelebihan-
peradilan lainnya. Pengaturan eksekusi putusan kelebihan yang tidak didapati pada proses
Arbitrase oleh Pengadilan Negeri, berpotensi penyelesian sengketa secara litigasi di
akan menghambat perkembangan lembaga Pengadilan Negeri. Secara umum kelebihan
Arbitrase nasional. Apabila putusan Arbitrase proses penyelesaian sengketa di Arbitrase
dinyatakan tidak dapat dilaksanakan oleh dapat berjalan secara lebih cepat karena
Pengadilan Negeri, maka putusan Arbitrase putusannya bersifat final and binding.
tersebut dinyatakan tidak memiliki nilai hukum. Proses penyelesaian sengketa dilakukan
oleh tenaga ahli (expert) dibidangnya serta
dilakukan secara tertutup. Hal ini berbeda
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Christine S. Tooy,
3
SH, MH; Meiske Mandey, SH, MH Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. dan Penerapan Hukumnya, Prenada Media Group, Jakarta,
120711453 2015, hlm.1.

59
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

dengan proses penyelesaian di Pengadilan secara cepat, dan bersifat final and binding.5
Negeri, dapat berjalan bertahun-tahun karena Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
adanya upaya hukum seperti banding, kasasi penulis sangat tertarik dalam mengangkat judul
dan peninjauan kembali. Selain itu proses “Eksekusi Putusan Arbitrase Nasional Menurut
penyelesaiannyapun harus dilakukan secara Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999”.
terbuka.4 Satu hal yang kurang disukai oleh
kalangan bisnis yaitu terbukanya sengketa B. RUMUSAN MASALAH
diantara mereka, apalagi dipublikasikan melalui 1. Bagaimana prosedur eksekusi putusan
masa media. arbitrase nasional ?
Demikian pula sifat bisnis yang menghendaki 2. Bagaimana pengaturan tentang eksekusi
penyelesian sengketa dalam tenggang waktu putusan arbitrase oleh pengadilan negeri ?
yang relatif cepat tidak berkepanjangan
menempatkan Arbitrase sebagai tempat yang C. METODE PENELITIAN
lebih disukai untuk menyelesaiakan sengketa Metode yang digunakan dalam penelitian ini
dikalangan pebisnis. Namun terdapat adalah kepustakan (library research). Suatu
permasalahan yang sangat krusial sekali, metode penelitian yang digunakan dengan cara
manakala putusan arbitrase nasional tidak mempelajari peraturan perundang-undangan
dilaksanakan oleh pihak yang dinyatakan kalah dan berbagai literatur mengenai “eksekusi
secara suka rela, maka putusan Arbitrase putusan arbitrase nasional.
tersebut harus dimintakan pelaksanaannya
(eksekusi) di Pengadilan Negeri. PEMBAHASAN
Jika seandainya menurut pandangan Ketua A. Prosedur Eksekusi Putusan Arbitrase
Pengadilan Negeri putusan Arbitrase tidak Nasional
dapat dilaksanakan karena bertentangan Prosedur untuk eksekusi atau pelaksanaan
dengan ketentuan Pasal 4 ayat (1 dan 2) dan 5 suatu putusan arbitrase lebih dahulu
dari Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999. dipersilahkan pihak yang kalah untuk sukarela
Dengan kewenangan yang ditentukan oleh UU melaksanakan sendiri putusan arbitrase
tersebut Ketua Pengadilan Negeri sebelum tersebut. akan tetapi dalam praktik, pihak yang
melaksanakan putusan arbitrase melakukan kalah terutama pihak yang tidak puas dengan
pengkajian ulang tentang telah dipenuhinya putusan arbitrase, tidak akan melaksanakan
syarat formil ataupun syarat materiil dalam putusan itu secara sukarela.6 Bahkan, mungkin
putusan Arbitrase. akan memperlambat atau menghambat
Karena perintah Pasal 62 Undang-Undang pelaksanaan putusan itu. Oleh karena itu,
Nomor 30 tahun 1999 tersebut Ketua dalam putusan terhadap permohonan arbitrase
Pengadilan Negeri sebelum menyatakan apakah yang bersangkutan ditentukan juga jangka
putusan Arbitraase dapat dilaksanakan atau waktu pemenuhan (pelaksanaan) putusan. Jika
tidak, diharuskan meneliti terlebih dahulu para pihak tidak bersedia memenuhi
apakah putusan arbitrase telah sesuai dengan pelaksanaan putusan arbitrase nasional
ketentuan hukum yang berlaku atau tidak atau tersebut secara sukarela.
bertentangan dengan kesusilaan dan rasa Maka putusan arbitrase nasional itu
ketentraman masyarakat. Manakala setelah dilaksanakan secara paksa, berdasarkan
dilakukan pengkajian dan ternyata menurut perintah ketua pengadilan negeri atas
Ketua Pengadilan Negeri putusan arbitrase permohonan salah satu pihak yang
tersebut bertentangan dengan hukum bersengketa. Supaya putusan arbitrase nasional
(melanggar Pasal 4 dan 5 tersebut), maka dapat dilaksanakan, putusan tersebut harus
putusan arbitrase tersebut tidak dapat didaftarkan dahulu dalam akta pendaftaran
dilaksanakan. dikepaniteraan pengadilan negeri yang secara
Dengan tidak dipenuhinya segala lengkap akan diuraikan di bawah ini:
persyaratan tersebut maka kandaslah harapan
akan mendapatkan penyelesaian sengketa 5
Ibid, hlm. 270.
6
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase
dan Penerapan Hukumnya, Prenada Media Group, Jakarta,
4
Ibid, hlm. 269. 2015, hlm. 273.

60
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

1. Kewenangan pengadilan negeri didaftarkan terlebih dahulu. Tujuan


Apabila para pihak tidak mau melaksanakan perndaftaran agar terhadap putusan dapat
putusan arbitrase secara sukarela, maka dimintakan eksekusi, apabila para pihak tidak
eksekusi dapat dilakukan melalui pengadilan mau menjalankan putusannya secara sukarela.
negeri. adapun pejabat yang bertindak Pendaftaran putusan arbitrase bersifat
memerintahkan dan memimpin eksekusi ialah imperatif tanpa pendaftaran putusan,
ketua pengadilan negeri. lembaga arbitrase permintaan eksekusi tidak dapat diterima.
yang memutus sengketa tidak memiliki Dengan demikian, tindakan pendaftaran
kewenangan untuk memerintahkan dan putusan arbitrase nasional bukan hanya
menjalankan eksekusi. merupakan tindakan pendaftaran yang bersifat
Adapun pengadilan negeri yang bertindak administrasi belaka, melainkan telah bersifat
memerintahkan dan memimpin eksekusi ialah konstitutif, dalam arti merupakan suatu
Ketua Pengadilan Negeri. lembaga arbitrase rangkaian dalam mata rantai proses arbitrase.8
yang memutus sengketa tidak memiliki
kewenangan untuk memerintahkan dan 3. Pemberitahuan pendafataran kepada para
menjalankan eksekusi. Adapun Pengadilan pihak
Negeri yang berwenang untuk mengeksekusi Mengenai perlu atau tidaknya pendaftaran
berpedoman kepada ketentuan kewenangan diberitahu kepada para pihak tidak diatur
kompetensi relatif. Patokan untuk menentukan dalam undang-undang. Namun ditinjau dari
kewenangan relatif didasarkan pada Pengadilan segi yang digariskan berbagai rules, seperti
yang berwenang untuk mengeksekusi ialah yang tersirat pada Pasal 2 UNCITRAL, tindakan
pengadian yang daerah hukumnya meliputi atau hal-hal yang terjadi pada semua tingkat
tempat di mana putusan arbitrase diambil. provinsi harus diberitahukan kepada para
Pendapat penulis, bahwa putusan arbitrase pihak. Malah kita berpendapat, pemberitahuan
dapat dilaksanakan apabila kedua belah pihak pendaftaran kepada para pihak msih
menyetujui pelaksanaanya harus sesuai dengan merupakan satu rangkaian lanjutan
ketentuan yang berlaku yaitu mereka pemberitahuan putusan. Selain dari pada itu,
menyetujui agar dapat dilakukan melalui pemberitahuan pendaftaran sangat penting
arbitrase, harus dimuat dalam dokumen yang kaitannya dengan permintaan pelaksanaan
ditanda tangani oleh kedua belah pihak eksekusi yang didahului dengan proses
kemudian sengketa tersebut masuk dalam permintaan exequatur.
bidang hukum dagang, serta tidak Bila pihak yang berkepentingan mengetahui
bertentangan dengan ketentuan perundang- selesainya pendaftaran, maka dapat diajukan
undangan yang berlaku dan tidak bertentangan permintaan exequatur. Di satu sisi, demikian
dengan kesusilaan serta ketertiban umum yang besar urgensi pemberitahuan pendaftaran
berlaku dalam masyarakat. kepada para pihak, terutama kepada pihak
yang berkepentingan, tetapi dari segi lain
2. Kewajiban Pendaftaran Putusan Arbitrase ditinjau dari segi fungsi pelayanan yang
Ketentuan batas jangka waktu tindakan diemban pengadilan, panitera pun memikul
pendaftaran di atur dalam Pasal 59 ayat (1) UU kewajiban untuk menyampaikan
No. 30 Tahun 1999, yang menentukan bahwa, pemberitahuan pendaftaran kepada para
dalam waktu paling lama 30 hari sejak tangggal pihak.9
putusan diucapkan, lembar asli atau salinan
autentik putusan arbitrase di serahkan dan 4. Permohonan Exequatur
didaftarkan oleh arbitrase atau kuasanya pada Adapun makna “exequatur adalah
panitera Pengadilan Negeri.7 permintaan kepada ketua pengadilan negeri
Permohonan eksekusi baru mempunyai nilai agar dikeluarkan perintah eksekusi terhadap
yang sah apabila putusan arbitrase telah
8
Gunawan Widjajah, Seri Hukum Bisnis Alternatif
7
Lihat, Pasal 59 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun Penyelesaian Sengketa, Cetakan II, PT Raja Grafindo
1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Persada, Jakarta, 2002, hlm. 141.
9
Sengketa. Ibid, hlm. 277.

61
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

putusan yang dijatuhkan oleh majelis arbitrase. dibuatnya, dan pengeluaran penetapan baru.
Sebelum ketua pengadilan negeri Landasan hukum tindakan pengawasan
mengeluarkan penetapan perintah eksekusi, jalannya peradilan yang diperankan oleh
harus lebih dahulu diberikan exequatur Mahkamah Agung maupun yang didelegasi
terhadap putusan. Ketentuan ini agak berbeda kepada pengadilan tinggi dalam masalah
dengan permintaan eksekusi terhadap putusan eksekusi.
yang dijatuhkan oleh pengadilan, yang tidak Bermuara dari ketentuan Pasal 32 Undang-
diperlukan proses exequatur langsung dapat Undang Nomor 14 Tahun 1985 (Undang-
dimintakan eksekusi. Undang Mahkamah Agung) Jo Undang-Undang
Sebaliknya, terhadap putusan arbitrase, Nomor 5 Tahun 2004 tentang perubahan
harus lebih dahulu dimohonkan permintaan, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 jo Pasal
mendapat exequatur. Jadi, makna pemberian 32 Undang-Undang Nomorr 3 Tahun 2009
exequatur ialah permintaan kepada ketua tentang perubahan kedua Undang-Undang
pengadilan negeri agar putusan arbtrase yang Nomor 14 Tahun 1985. Pasal-Pasal dimaksud
bersangkutan dapat dieksekusi. Memang, menegaskan: Mahkamah Agung melakukan
apabila ketua pengadilan negeri telah memberi pengawasan tertinggi terhadap
exequatur terhadap putusan arbitrase, maka penyelenggaraan peradilan pada semua badan
dapat langsung dikeluarkan penetapan perintah peradilan yang berada di bawahnya dalam
eksekusi. menyelenggarakan kekuasaan kehakiman.

5. Pengawasan pemberian exequatur oleh B. Peraturan Tentang Eksekusi Putisan


Mahkamah Agung Arbitrase Oleh Pengadilan Negeri
Setelah diteliti, Mahkamah Agung Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase
berpendapat, penilaian ketua pengadilan negeri mengandung konsekuensi yuridis, bahwa
atas aturan formil tersebut keliru. Karena manakala putusan dari badan Arbitrase ini tidak
ternyata dalam perjanjian arbitrase para pihak ditaati secara suka rela oleh para pihak, maka
telah sepakat sistem pengambilan putusan pelaksanaan putusan tersebut dapat
dapat dilakukan oleh ”umpire”. Maka berdasar dimintakan eksekusinya ke Pengadilan Negeri.
fakta ini Mahkamah Agung mengeluarkan Dengan demikian pelaksanaan putusan badan
petunjuk atau fatwa, agar penetapan Arbitrase tersebut dapat dipaksakan
penolakan exequatur dicabut, dan berbarengan pelaksanaannya (execution force) melalui
dengan itu menyatakan atau memerintahkan mekanisme eksekusi sebagaimana layaknya
ketua pengadilan negeri mengeluarkan terhadap putusan Pengadilan Negeri.
penetapan baru berupa pengabulan pemberian Pelaksanaan putusan Hakim (termasuk
exequatur. Hakim Arbitrase) atau eksekusi tersebut pada
Tindakan pengawasan ini tidak berarti hakekatnya adalah realisasi daripada kewajiban
mempunyai kewenangan untuk membatalkan pihak yang bersangkutan untuk memenuhi
suatu surat penetapan yang dikeluarkan oleh prestasi yang tercantum dalam putusan
ketua pengadilan negeri. Karena tindakan dimaksud. Dalam setiap putusan Arbitrase
pengawasan, bukan tindakan proses selalu diberi tenggang waktu untuk
pemeriksaan pengadilan, melainkan merupakan melaksanakan secara suka rela oleh pihak-pihak
tindakan pengawasan terhadap jalannya yang bersengketa, tenggang waktu tersebut
peradilan. Itu sebabnya, pengadilan tinggi atau tidak diatur secara limitatif diserahkan kepada
Mahkamah Agung tidak mungkin membatalkan kebijakan Arbiter. 11
penetapan pengabulan atau penolakan Sebagaimana bunyi Pasal 61 UU No. 30 /
pemberian exequatur yang dikeluarkan oleh 1999, dan secara umum diatur dalam BAB VI
ketua pengadilan negeri.10 Pasal 59 sampai dengan 69. Manakala para
Dapat dilakukan hanya memberi petunjuk
atau instruksi agar ketua pengadilan negeri 11
Sudikno Mertoksumo, Arbitrase Bank Dunia Tentang
membatalkan sendiri penetapan yang Penanaman Modal Asing Di Indonesia Dan Yurisprudensi
Indonesia Dalam Perkara Perdata, Alumni, Bandung, 1997,
hlm. 193.
10
Susanti Adi Nugroho, Loc.Cit.

62
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

pihak tidak mau melaksanakan putusan (eksekusi putusan Arbitrase Nasional) dan
Arbitrase secara suka rela, maka para pihak Ketua Mahkamah Agung (putusan Arbitrase
dapat meminta pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional).
tersebut secara paksa kepada Ketua Pengadilan Sebelum melaksanakan eksekusi tersebut
Negeri (eksekusi). untuk melakukan pengujian apakah putusan
Pelaksanaan eksekusi putusan Arbitrase badan Arbitrase tersebut telah memenuhi
Nasional oleh Pengadilan Negeri ini syarat formil dan syarat materiil. Yang
digantungkan pada suatu syarat, bahwa dimaksudkan dengan syarat formil adalah,
putusan Arbitrase dalam tenggang waktu 30 kesepakatan para pihak bahwa sengketa
hari sejak putusan diucapkan harus didaftarkan mereka akan diselesaikan di Arbitrase,
pada kepaniteraan Pengadilan Negeri. Apabila kesepakatan tersebut harus tertuang dalam
dalam waktu 30 hari tersebut putusan Arbitrase dokumen tertulis. Serta apakah sengketa
tidak didaftarkan atau terlambat mereka termasuk dalam sengketa bidang
mendaftarkannya, maka putusan Arbitrase perdagangan dan mengenai hak yang menurut
tersebut tidak dapat dilaksanakan atau non hukum dan peraturan perundang-undangan
executable. dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
Berbeda halnya dengan putusan Arbitrase bersengketa. Selanjutnya yang disebut syarat
Internasional tenggang waktu pendaftaran di materiil adalah, bahwa putusan Arbitrase tidak
Kepaniteraan Pengadilan Jakarta Pusat tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
dibatasi dengan waktu. Hanya saja umum.
dipersaratkan sebelum memohon eksekusi Permasalahan akan muncul bila Ketua
putusan Arbitrase Internasional tersebut Pengadilan Negeri atau Ketua Mahkamah
putusan harus didaftarkan dulu. Kesepakatan Agung menyatakan bahwa seluruh atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa yang juga sebagian dari putusan badan Arbitrase tersebut
diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun tidak memenuhi persyaratan formil dan
1999 ini, Alternatif Penyeselesaian Sengketa materiil, sehingga tidak dapat di eksekusi.
hanya diatur dalam BAB II Pasal 6 terdiri dari 9 Kandaslah harapan bahwa penyelesaian
ayat, tidak ada satu ayatpun yang menyatakan sengketa melalui badan Arbitrase yang cepat
bahwa kesepakatan penyelesaian sengketa karena bersifat final and binding atau mengikat
melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa para pihak dan tidak ada upaya hukum lagi.13
manakala tidak dilaksanakan secara suka rela Terhadap putusan Arbitrase Nasional yang
oleh para pihak dapat dipaksakan dinyatakan tidak dapat dilaksanakan oleh Ketua
pelaksanaannya seperti Arbitrase. Pengadilan Negeri, maka tidak ada upaya
Pendaftaran kesepakatan penyelesaian hukum terhadap penolakan Ketua Pengadilan
sengketa ke Pengadilan Negeri sebagaimana Negeri tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa
diatur dalam ayat 7 tidak memiliki nilai masalah Arbitrase telah dituangkan dalam
eksekutorial (dapat dipaksakan). Pendaftaran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
tersebut setidak-tidaknya dapat dijadikan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
rujukan atau petunjuk bagi Hakim di Pengadilan terhitung sejak tanggal 12 Agustus 1999.
Negeri manakala menangani masalah Undang-Undang ini tercatat dalam Lembaran
12
tersebut. Negara Republik Indonesia Tahun 1999 dengan
Prosedur pelaksanaan eksekusi atas putusan Nomor 138.
Arbitrase tersebut diatur atau ditentukan Walaupun masalah Arbitrase baru
dalam Pasal 59 sampai dengan 64 dari Undang- dituangkan dalam Undang-Undang sejak tahun
Undang Nomor 30 Tahun 1999 untuk Arbitrase 1999, namun demikian eksistensi Arbitrase ini
Nasional, dan Pasal 65 sampai 69 untuk telah lama ada di Indonesia, dan selama ini
Arbitrase Internasional. Sebelum eksekusi eksistensi Arbitrase tersebut dilandaskan pada
dilaksanakan Undang-Undang memberi Pasal 130 HIR /154 Rbg, 377 HIR/705 Rbg,
kewenangan kepada Ketua Pengadilan Negeri kemudian Pasal 615-651 Rv. Juga dalam Pasal

12 13
Ibid, hlm. 164. Gunawan Widjajah, Op.Cit, hlm. 98.

63
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

108-111 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1950 Alternatif Penyelesaian Sengketa memberikan


tentang Mahkamah Agung, demikian pula hak dan kewenangan kepada Ketua Pengadilan
dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang- Negeri untuk mengontrol atau mengoreksi
Undang nomor 14 Tahun 1970 tentang putusan badan Arbitrase Nasional atau
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Internasonal sebelum dinyatakan apakah
Kehakiman, disebutkan antara lain bahwa putusan Arbitrase tersebut dapat dilaksanakan
penyelesaian perkara di luar Pengadilan atas atau tidak.
dasar perdamaian atau melalui Arbitrase tetap Selain dari pada itu, menurut Undang-
diperbolehkan.14 Undang Nomor 30 Tahun 1999 para pihak
Akan tetapi putusan Arbitrase hanya masih diperbolehkan mengajukan permohonan
mempunyai kekuatan eksekutorial setelah pembatalan atas putusan badan Arbitrase
memperoleh izin atau perintah untuk eksekusi tersebut ke Ketua Pengadilan Negeri.
(executoir) dari Pengadilan. Dengan telah Sebagaimana ditentukan dalam Undang-
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 30 Undang Nomor 30 Tahun 1999 tersebut,
Tahun 1999 tersebut, maka sumber hukum putusan badan Arbitrase bersifat final and
utama dalam masalah Arbitrase dan Alternatif binding. Tidak ada upaya hukum atas putusan
Penyelesaian sengketa hanya berlandaskan Arbitrase, mengikat para pihak, efisiensi dan
pada undang-undang tersebut, dan segala efektifitas merupakan karakteristik dari proses
peraturan yang selama ini dijadikan pedoman Arbitrase.
dalam penanganan Arbitrase dinyatakan tidak Dengan diperkenankannya upaya kontrol
berlaku lagi. atau pengujian serta permohonan pembatalan
Sebaik apapun putusan Arbitrase, manakala atas putusan Arbitrase oleh Ketua Pengadilan
para pihak tidak mau melaksanakannya dengan Negeri dapat berakibat sifat putusan yang final
suka rela, maka akan sia-sialah putusan dan binding kehilangan maknanya. Manakala
tersebut. Maka untuk melaksanakan putusan Ketua Pengadilan Negeri dalam proses eksekusi
Arbitrase yang tidak dilaksanakan secara menyatakan putusan Arbitrase tidak dapat
sukarela terutama oleh pihak yang dinyatakan dieksekusi karena telah melanggar syarat formil
kalah dalam perkaranya. Undang-Undang mupun materiil. Maka kandaslah segala atau
memberikan satu bentuk pemaksaan kepada sebagian dari proses penyelesaian sengketa
pihak yang tidak mau secara sukarela Arbitrase dan pemeriksaan harus diulang
melaksanakan putusan Arbitrase tersebut, yaitu seluruhnya atau sebagiannya.
berupa eksekusi. Demikian pula dalam permohonan
Eksekusi Arbitrase adalah upaya negara pembatalan putusan Arbitrase, manakala
(dalam hal ini dilaksanakan oleh Pengadilan permohonan tersebut dikabulkan, maka kandas
Negeri) Herzeine Indonesich Reglement (HIR) pula putusan Arbitrase tersebut. Hal semacam
atau Reglemen Indonesia yang Diperbaharui ini pernah juga terjadi pada setiap putusan
(RIB) hukum acara yang diciptakan oleh Pengadilan Agama sebelum munculnya
Belanda untuk diberlakukan bagi golongan Undang-Undang Peradilan Agama Tahun 1989,
masyarakat Indonesia pribumi yang berdomisili setiap putusan Hakim Agama harus
di pulau jawa dan Madura. Pelaksanaan mendapatkan fiat Ketentuan Pasal 62
putusan (eksekusi) Arbitrase, sesungguhnya memberikan hak kepada Ketua Pengadilan
merupakan produk hukum dari suatu lembaga Negeri, untuk meneliti apakah putusan
(Institusi) dilaksanakan oleh lembaga (Institusi) Arbitrase telah memenuhi ketentuan Pasal 4
lain. dan 5 dari Undang-Undang Nomor 30 tahun
Dalam hal ini putusan badan Arbitrase 1999.16
dilaksanakan oleh badan peradilan yaitu
Pengadilan Negeri. Dalam praktek pelaksanaan PENUTUP
eksekusi ini dapat menimbulkan beberapa A. Kesimpulan
permasalahan hukum atau yuridis.15 Karena 1. Prosedur untuk eksekusi suatu putusan
secara umum Undang-Undang Arbitrase dan arbitrase dahulu dipersilakan pihak yang

14
H. Sudiarto dan Zaeni Asyhadie, Op.Cit, hlm. 56.
15 16
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit, hlm. 212. Ibid, hlm. 213.

64
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

kalah untuk sukarela melaksanakan sendiri Emirzon Joni, Alternatif Penyelesaian Sengketa
putusan arbitrase tersebut. putusan di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi,
tersebut didaftarkan terlebih dahulu dalam Konsiliasi, dan Arbitrase), PT. Gramedia
akta pendaftaran di kepaniteraan Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
pengadilan negeri dalam waktu paling lama Faisal Salam, Moch, Penyelesaian Sengketa
30 hari terhitung sejak putusan diucapkan. Bisnis Secara Nasional dan
Kewajiban pendaftaran putusan dibebankan Internasional, Cetakan I, Cv. Mandar
kepada salah seorang arbiter. Bila para pihak Maju, Bandung, 2007.
mengetahui selesainya pendaftaran, maka Fuady Munir, Arbitrase Nasional Alternatif
dapat diajukan exequatur. Sebelum ketua Penyelesaian Sengketa Bisnis, Cetakan
pengadilan negeri mengeluarkan penetapan II. PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
perintah eksekusi, haruslah dahulu diberikan Gautama Sudargo dan Rachmadi Usman,
exequatur terhadap putusan. Kemudian Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar
langsung dikeluarkan penetapan perintah Pengadilan, PT. Citra Aditya Bakti,
eksekusi. Bandung, 2004.
2. Ketentuan tentang eksekusi atas putusan _________, Undang-Undang Arbitrase Baru, PT
Arbitrase yang dilakukan oleh Pengadilan Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
Negeri dengan sebelumnya dilakukan Goodpaster, Gary, Suatu Tinjauan Terhadap
terlebih dahulu pengujian atas kebenaran Penyelesaian Sengketa, Elips Project,
syarat formil dan materiil serta tidak Medan, 1995.
bertentangan dengan kesusilaan dan Khoidin M., Hukum Arbitrase Bidang Perdata,
ketertiban umum, dirasakan kurang Cetakan III, Cv. Aswaja Pressindo,
memenuhi rasa keadilan masyarakat. Yogyakarta, 2013.
Karena putusan Arbitrase adalah suatu Mertoksumo, Sudikno, Arbitrase Bank Dunia
putusan dari lembaga peradilan negara Tentang Penanaman Modal Asing Di
selain Pengadilan Negeri, bagaimana Indonesia Dan Yurisprudensi Indonesia
mungkin putusannya dikoreksi lagi oleh Dalam Perkara Perdata, Alumni,
lembaga peradilan lainnya. Pengaturan Bandung, 1997.
eksekusi putusan Arbitrase oleh Pengadilan Muhammad, Abdulkadir, Pengantar Hukum
Negeri, berpotensi akan menghambat Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya
perkembangan lembaga Arbitrase nasional. Bakti, Bandung, 1993.
Apabila putusan Arbitrase dinyatakan tidak Subekti, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta,
dapat dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri, Bandung, 1981.
maka putusan Arbitrase tersebut dinyatakan Sudiarto, H dan Zaeni Asyhadie, Mengenal
tidak memiliki nilai hukum. Arbitrase, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm. 165.
B. Saran Syarifuddin, Hafni dkk, Abstract Teaching
1. Sudah seharusnya lembaga arbitrase Materials Arbitrase, Program
dilengkapi pula dengan perangkat eksekusi Pencangkokan Hukum Ekonomi
untuk melaksanakan putusan-putusannya. Fakultas Hukum Universitas Indonesia
2. Mengingat tujuan penyelesaian sengketa dan Elips Project, 1996.
melalui arbitrase agar penyelesaiannya Gunawan Widjajah dan Ahmad Yani, Seri
dapat lebih cepat dan putusannya bersifat Hukum Bisnis Huku Arbitrase, Edisi I
final and binding, maka tidak seharusnya Cetakan I, PT Raja Grafindo Persada,
lagi putusan arbiter melalui fiat eksekusi Jakarta, 2000.
oleh Pengadilan Negeri.
SUMBER-SUMBER LAIN
DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Adi Nugroho Susanti, Penyelesaian Sengketa Tentang Arbitrase dan Alternatif
Arbitrase dan Penerapan Hukumnya, Penyelesaian Sengketa.
Prenada Media Group, Jakarta, 2015.

65

Anda mungkin juga menyukai