Anda di halaman 1dari 10

Lex Administratum, Vol. II/No.

3/Jul-Okt/2014

ARBITRASE MERUPAKAN UPAYA HUKUM “kebebasan fundamental” (fundamental


DALAM PENYELESAIAN freedom). Dengan kebebasan ini, siapa saja
SENGKETA DAGANG INTERNASIOANAL1 harus memiliki kebebasan untuk
berdagang. Kebebasan ini tidak boleh
PENDAHULUAN dibatasi oleh adanya perbedaan agama,
A. Latar Belakang suku, kepercayaan, politik, sistem hukum
Hukum perdagangan internasional dan lain-lain. Piagam hak-hak dan
merupakan bidang hukum yang kewajiban Negara (charter of economic
berkembang cepat. Ruang lingkup bidang right and duties of state) juga mengakui
hukum ini cukup luas. Hubungan-hubungan bahwa setiap Negara memiliki hak untuk
dagang yang sifatnya lintas batas dapat melakukan perdagangan internasional.
mencakup banyak jenisnya, dari bentuknya
yang sederhana, yaitu dari barter, jual beli B. Rumusan Masalah
barang atau komoditi hingga hubungan 1. Apa saja kelebihan dan kekurangan
atau transaksi dagang yang kompleks. dalam penyelesaian masalah melalui
Kompleksnya hubungan atau transaksi arbitrase?
dagang internasional ini paling tidak 2. Bagaimana proses penyelesaian
disebabkan oleh adanya jasa teknologi sengketa melalui arbitrase?
(khususnya teknologi informasi ) sehingga
transaksi-transaksi dagang semakin c. Metode Penulisan
berlangsung cepat. Batas-batas Negara 1. Untuk mengetahui cara pelaksanaan
bukan lagi menjadi halangan dalam putusan arbitrase nasional/internasional
bertransaksi. Ada beberapa motif atau 2. Untuk mengetahui perbedaan antara
alasan mengapa Negara atau subjek hukum putusan arbitrase nasional/internasional
(pelaku dalam perdagangan) melakukan 3. Untuk mengetahui cara penolakan
transaksi dagang internasional. Kesadaran eksekusi putusan arbitrase
untuk melakukan transaksi dagang 4. Untuk mengetahui definisi dari arbitrase
internasional juga telah cukup lama disadari
oleh para pelaku pedagang di tanah air TINJAUAN PUSTAKA
sejak abad ke 17. Salah satunya adalah A. Definisi Arbitrase
Amanna Gappa, kepala suku Bugis yang Arbitrase berasal dari bahasa latin
sadar akan pentingnya dagang ( pelayaran) arbitrase yang berarti kekuasaan untuk
bagi kesejahteraan sukunya. Keunggulan menyelesaikan sesuatu menurut
suku Bugis dalam berlayar dengan hanya kebijaksanaan. Dihubungkannya arbitrase
menggunakan perahu-perahu Bugis yang dengan kebijaksanaan itu, dapat
kecil telah mengarungi lautan luas hingga menimbulkan salah satu kesan seolah-olah
ke Malaya ( sekarang menjadi wilayah seorang arbiter atau suatu majelis arbitrase
Singapura dan Malaysia). dalam menyelesaikan suatu sengketa tidak
Esensi untuk bertransaksi dagang ini mengindahkan norma-norma hukum lagi
merupakan dasar filosofis dari munculnya dan menyadarkan pemutusan sengketa
perdagangan. Sebagaimana telah tersebut hanya pada kebijaksanaan saja.
dikemukakan sebelumnya bahwa Kesan tersebut keliru, karena arbiter atau
berdagang ini merupakan suatu majelis tersebut juga menerapkan hukum
seperti apa yang dilakukan oleh hakim atau
1
Artikel pengadilan.3 Berdasarkan UU No 30 Tahun
2
Dosen pada Fakultas Hukum Unsrat 3
Prof. R. Subekti, Arbitrase Perdagangan, Bandung;
Angkasa Offset, 1981, hlm. 1.

1
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

1999, Arbitrase adalah cara penyelesaian arbiter perorangan yang menurut


suatu sengketa perdata di luar peradilan ketentuan hukum republik
umum yang didasarkan pada perjanjian indonesiadianggap sebagai suatu putusan
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh arbitrase internasional.
para pihak yang bersengketa. Ketentuan ini tidak jauh berbeda dengan
Menurut Sidik Suraputra, S.H. dalam pengaturan mengenai apa yang dimaksud
karangannya yang berjudul beberapa dengan arbitrase internasional dalam
masalah hambatan terhadap pelaksanaan article i paragraph (1) konvensi new york
perwasitan internasional yang diterbitkan 1958 :
oleh pusat studi hukum dan ekonomi 1. This Convention shall apply to the
fakultas hukum UI, 1977, mengutip batasan recognition and enforcement of arbitral
(definisi) yang diberikan oleh frank elkouri awards made in the territory of a state
dan edna elkouri dalam buku mereka hom other than the state where the regocnition
arbitration woks Washington d.c., 1974, and enforcement of such awards are
definisi arbitrase adalah sebagai berikut.4 sought, and arising out of differences
Arbitration is a simple proceeding between persons, whether physical or
voluntarily chosen by parties who want a legal. It shall also apply to arbitral awards
dispute determined by an impartial judge not considered as domestic awards in the
of their own mutual selection, whose state where theis recognition and
decision, based on the merits of the case, enforcement are sought.
they agreed in advance to accept as final
and binding. C. Kelebihan Dan Kelemahan Arbitrase
Pada umumnya lembaga arbitrase
B. Perbedaan Antara Putusan Arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan
Nasional Dan Putusan Arbitrase dengan lembaga peradilan umum, yaitu
Internasional sebagai berikut.6
Prosedur pelaksanaan putusan arbitrase 1. Sidang arbitrase adalah tertutup untuk
di Indonesia dibedakan berdasarkan jenis umum, sehingga kerahasiaan sengketa
putusan tersebut, yaitu apakah putusan para pihak terjamin.
tersebut merupakan jenis putusan arbitrase 2. Kelambatan yang diakibatkan oleh hal
nasional atau putusan arbitrase prosedural dan administratif dapat
internasional.UU No 30 Tahun 1999 tidak dihindari.
memberikan perbedaan yang jelas 3. Para pihak yang bersengketa dapat
mengenai putusan arbitrase nasional dan memilih arbiter yang menurut
putusan arbitrase internasional.Namun keyakinannya mempunyai pengalaman,
demikian, perbedaan antara putusan pengetahuan, jujur dan adil, serta latar
arbitrase nasional dan internasional dapat belakang yang cukup mengenai masalah
dilihat definisi putusan arbitrase yang disengketakan.
internasional yang diatur pada pasal 1 4. Sikap arbiter atau majelis arbiter dalam
angka (9) UU No 30 Tahun 1999 berikut.5 menangani perkara arbitrase
Putusan arbitrase internasional adalah didasarkan pada sikap yang
putusan yang dijatuhkan oleh suatu mengusahakan win-win solution
lembaga arbitrase atau arbiter perorangan terhadap para pihak yang bersengketa.
di luar wilayah hukum republik Indonesia, 5. Pilihan umum untuk menyelesaikan
atau putusan suatu lembaga arbitrase atau sengketa serta proses dan tempat
4
Ibid., hlm. 1.
5
Pasal 1 angka (9) UU No. 30 Tahun 1999. 6
Pasal 77 Ayat (2) UU No. 30 Tahun 1999.

2
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

penyelenggaraan arbitrase dapat diduga mengandung unsur-unsur antara


ditentukan oleh para pihak. lain:8
6. Putusan arbitrase mengikat para pihak 1. Surat atau dokumen yang diajukan
(final and binding) dan dengan melalui dalam pemeriksaan setelah putusan
tata cara (prosedur) sederhana ataupun dijatuhkan, diakui palsu dan/atau
langsung dapat dilaksanakan. dinyatakan palsu;
7. Suatu perjanjian arbitrase (klausul 2. Setelah putusan diambil ditemukan
arbitrase) tidak menjadi batal karena dokumen yang bersifat menentukan
berakhir atau batalnya perjanjian yang disembunyikan oleh pihak lawan;
pokok. atau
8. Didalam proses arbitrase, arbiter atau 3. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat
majelis arbitrase harus mengutamakan yang dilakukan oleh salah satu pihak
perdamaian diantara para pihak yang dalam pemeriksaan sengketa.
bersengketa.
Permohonan pembatalan diajukan
Selain kelebihan-kelebihan tersebut secara tertulis dalam waktu tiga puluh (30)9
diatas, terdapat juga kelemahan- hari kepada pengadilan wilayah hukum di
kelemahan dari arbitrase, yaitu sebagai mana keputusan arbitrase diambil, hal ini
berikut.7 didasarkan pada syarat putusan arbitrase
1. Putusan arbitrase ditentukan oleh asing (internasional), yang apabila
kemampuan teknis arbiter untuk permohonan dikabulkan, maka dalam
memberikan keputusan yang waktu 30 hari ketua pengadilan negeri akan
memuaskan untuk melakukan rasa menentukan lebih lanjut akibat pembatalan
keadilan para pihak. seluruhnya atau sebagian putusan
2. Apabila pihak yang kalah tidak mau arbitrase.10 Untuk memberikan kepastian
melaksanakan putusan arbitrase, maka hukum kepada pihak lawan, berdasarkan
diperlukan perintah dari pengadilan ketentuan Pasal 72 ayat (4) UU Arbitrase
untuk melakukan eksekusi atas putusan dinyatakan bahwa terhadap putusan
arbitrase tersebut. pembatalan dari pengadilan negeri dapat
3. Pada praktiknya pengakuan dan diajukan permohonan banding ke
pelaksanaan keputusan arbitrase asing Mahkamah Agung yang memutus dalam
masih menjadi hal yang sulit. tingkat pertama dan terakhir.11 Akan tetapi
4. Pada umumnya pihak-pihak yang UU Arbitrase tidak mengatur tentang
bersengketa di arbitrase adalah ketentuan mengenai batas waktu
perusahaan-perusahaan besar, oleh pengajuan banding dan memori banding,
karena itu untuk mempertemukan maka hal ini harus didasarkan kepada
kehendak para pihak yang bersengketa ketentuan hukum acara yang berlaku, yang
dan membawanya ke badan arbitrase menyatakan bahwa pengajuan memori
tidaklah mudah. banding oleh pemohon banding wajib
disampaikan dalam tenggang waktu 14 hari
D. Mekanisme Pembatalan Putusan setelah permohonan banding dicatat dalam
Arbitrase
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 70
8
UU Arbitrase, para pihak dapat mengajukan Pasal 70 UU No. 30 Tahun 1999.
9
Pasal 71 UU No. 30 Tahun 1999.
pembatalan apabila putusan arbitrase 10
Pasal 72 ayat (1) dan 72 ayat (2) UU No. 30 Tahun
1999.
11
7
Suyud Margono, Arbitrase Proses Pelembagaan
Pasl 77 ayat (2) UU No. 30 Tahun 1999. dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia;2004, hlm. 137.

3
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

buku daftar register. Sejak permohonan BANI, klausul yang disarankan oleh BANI
banding diterima paling lama tiga puluh adalah sebagai berikut.
hari kemudian sudah harus diputus. Untuk Semua sengketa yang timbul dari
putusan arbitrase internasional, seperti perjanjian ini, akan diselesaikan dan
disebutkan didalam pasal 70, pasal 71, diputus oleh Badan Arbitrase Nasional
pasal 72 UU Arbitrase, hanya memberi Indonesia (BANI) menurut peraturan-
wewenang kepada pengadilan Indonesia peraturan administrasi dan peraturan-
untuk melakukan pembatalan putusan peraturan prosedur arbitrase BANI, yang
arbitrase yang dibuat di Indonesia.Hal ini keputusannya mengikat kedua belah pihak
dapat diartikan bahwa ketentuan- yang bersengketa sebagai keputusan
ketentuan pembatalan tersebut bukan tingkat pertama dan terakhir. Dalam hal
sebagai dasar bagi pengadilan Indonesia ini jika para pihak terlah sepakat dalam
untuk melakukan pembatalan putusan perjanjian untuk membawa segala sengketa
arbitrase internasional.Hal ini terlihat dari keperdataan (baik wanprestasi ataupun
penggunaan kata putusan arbitrase melawan hukum) untuk diselesaikan
internasional dalam pasal 65 sampai melalui forum arbitrase, maka pengadilan
dengan pasal 69 UU Arbitrase yang negeri tidak berwenang untuk mengadili
dibedakan dengan kata putusan arbitrase sengketa para pihak tersebut.13 Dengan
seperti tercantum dalam pasal 70 UU menunjuk BANI dan/atau memilih
Arbitrase.Jadi pengadilan Negeri tidak peraturan prosedur BANI untuk
dapat membatalkan putusan arbitrase penyelesaian sengketa, para pihak dalam
internasional, sedangkan putusan arbitrase perjanjian atau sengketa tersebut dianggap
yang dibuat di dalam negeri hanya dapat sepakat untuk meniadakan proses
dibatalkan dengan melihat persyaratan pemeriksaan perkara melalui pengadilan
limitative dalam pasal 70 UU Arbitrase. negeri sehubungan dengan perjanjian atau
Majelis hakim pengadilan negeri Jakarta sengketa tersebut, dan akan melaksanakan
pusat berpendapat bahwa secara prinsip setiap putusan yang diambil oleh majelis
hanya Pasal VI jo. V (1) (e)Konvensi New arbitrase berdasarkan peraturan prosedur
York 1958 hanya merujuk pada satu BANI.14
otoritas yang berwenang (one competent Untuk memulai prosedur arbitrase,
authority).Hanya ada satu pengadilan yang maka pertama-tama pemohon arbitrase
berwenang dalam membatalkan putusan sebagai pihak yang memulai arbitrase ini
arbitrase internasional, yaitu pengadilan di harus mendaftarkan dan menyampaikan
mana putusan arbitrase di buat.12 terlebih dahulun permohonan arbitrase
kepada sekretariat BANI.15 Kemudian
E. Pengajuan Permohonan Arbitrase setelah majelis arbitrase terbentuk,
Untuk dapat mengajukan suatu diteruskan kepada ketua majelis arbitrase
persoalan arbitrase melalui BANI harus ada dan setiap anggota majelis arbitrase serta
persetujuan antara kedua belah pihak atau para pihak. Permohonan arbitrase dan
suatu klausul yang dicantumkan di dalam setiap anggota majelis arbitrase serta para
perjanjian yang menyatakan bahwa para pihak. Permohonan arbitrase memuat
pihak menyetujui bahwa segala sengketa di sekurang-kurangnya beberapa hal berikut.
antara mereka akan diselesaikan melalui 1. Identitas lengkap para pihak (nama,
alamat, beserta keterangan penunjukan
12
Hikmahanto Juwana, Pembatalan Putusan
Arbitrase Internasional oleh Pengadilan Nasional, 13
Pasal 3 UU No. 30 Tahun 1999.
Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 21, Jakarta, 2002, 14
Pasal 2 BANI Rules and Procedures.
hlm. 71. 15
Pasal 6 ayat (1) BANI Rules and Procedures.

4
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

atas kuasa hukumnya apabila memang Dalam hal pelaksanaan putusan, hal ini
diketahui telah menggunakan kuasa harus dilaksanakan dalam tenggang waktu
hukum). 30 hari terhitung sejak tanggal putusan
2. Uraian singkat mengenai duduk perkara ditetapkan, dimana lembar asli atau salinan
yang menjadi dasar dan alasan auntentik putusan arbitrase diserahkan dan
pengajuan permohonan arbitrase didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya
(keterangan fakta-fakta yang kepada panitera pengadilan negeri dan oleh
mendukung permohonan arbitrase dan panitera diberikan catatan yang merupakan
butir-butir permasalahannya). akta pendaftaran.18
3. Tuntutan (besarnya kompensasi dan Arbiter atau kuasanya wajib menyerahkan
lainnya). putusan dan lembar asli pengangkatan
4. Bukti-bukti yang digunakan sebagai sebagai arbiter atau salinan autentiknya
dasar pembuktian dari pemohon. kepada panitera pengadilan negeri. Dalam
hal arbiter atau kuasanya gagal
Dalam hal ini isi dari suatu permohonan menyerahkan kedua dokumen tersebut,
arbitrase dapat dikatakan mirip dengan isi maka berdasarkan UU No 30 Tahun 1999
dari suatu surat gugatan dalam perkara tidak dapat dilaksanakan.19 Dalam hal
keperdataan di pengadilan negeri yang juga pemberian perintah pelaksanaan, maka
berisi identitas lengkap para pihak yang ketua pengadilan negeri harus memeriksa
berperkara, uraian duduk perkara (posita), dahulu apakah putusan arbitrase
dan apa yang dituntut (petitum). Lebih memenuhi kriteria-kriteria berikut :
lanjut suatu permohonan arbitrase harus a. Para pihak menyetujui bahwa sengketa
disertai dengan pembayaran biaya di antara mereka akan diselesaikan
pendaftaran dan biaya administrasi sesuai secara arbitrase.
dengan ketentuan BANI. b. Persetujuan untuk menyelesaikan
Biaya-biaya ini harus dilunasi oleh para sengketa melalui arbitrase hanya
pihak terlebih dahulu sebelum pemeriksaan sengketa di bidang perdagangan dan
perkara arbitrase dimulai, jika belum mengenai hak yang menurut hukum dan
dilunasi maka pemeriksaan perkara tidak peraturan perundang-undangan.
akan dilaksanakan.16 Biaya administrasi c. Sengketa yang dapat diselesaikan
meliputi biaya administrasi sekretariat, melalui arbitrase hanya sengketa di
biaya pemeriksaan perkara, biaya arbiter, bidang perdagangan dan mengenai hak
dan biaya sekretariat majelis. yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan.
PEMBAHASAN d. Sengketa lain yang dapat diselesaikan
A. Pelaksanaan Putusan Arbitrase melalui arbitrase adalah yang tidak
Nasional bertentangan dengan kesusilaan dan
1. Putusan Arbitrase Final And Binding ketertiban umum.
Putusan arbitrase bersifat final dan Eksekusi putusan arbitrase akan hanya
mempunyai kekuatan hukum tetap dan dilaksanakan jika putusan arbitrase
mengikat para pihak, yang dimaksud tersebut telah sesuai dengan perjanjian
dengan bersifat final adalah bahwa putusan arbitrase dan memenuhi persyaratan yang
arbitrase tidak dapat diajukan banding, ada di undang-undang No 30 Tahun 1999
kasasi, atau peninjauan kembali.17

18
Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 30 Tahun
16
Pasal 6 ayat (4) BANI Rules and Procedures. 1999.
17 19
Suyud Margono, op. cit., hlm. 132. Suyud Margono, op. cit., hlm. 132.
serta tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
5
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

internasional, maka terhadap putusan ini


2. Pengaturan Pelaksanaan Putusan dapat diajukan kasasi.23
Internasional Dalam UU No 30 Tahun
1999 3. Keppres No 34 Tahun 1981 tentang
Pengaturan tentang arbitrase mengesahkan convention on the
internasional di Indonesia terdapat pada recognition and enforcement of foreign
pasal 65 hingga pasal 69 UU No 3 Tahun arbitral awards dan perma No 1 Tahun
1999. Dimana antara lain menyebutkan 1990 tentang tata cara pelaksanaan
bahwa putusan arbitrase internasional putusan arbitrase asing.
tersebut hanya diakui serta dapat Perma No 1 Tahun 1990 tentang tata car
dilaksanakan di wilayah hukum Republik pelaksanaan putusan arbitrase asing
Indonesia jika putusan tersebut dijatuhkan merupakan pengaturan utama mengenai
oleh majelis arbitrase Indonesia terkait cara pelaksanaan eksekusi putusan
dengan perjanjian bilateral dan perjanjian arbitrase asing (internasional). Arti penting
multilateral tentang pengakuan dan dari perma ini dikarenakan meskipun
pelaksanaan putusan arbitrase pemerintah telah mengesahkan UU No 5
internasional. Tahun 1968 tentang penyelesaian
Seperti yang telah dijelaskan sebelumya perselisihan antara Negara dan warga asing
bahwa putusan arbitrase internasional ialah mengenai penanaman modal dan
putusan arbitrase yang diputuskan di luar bergabung ke dalam convention on the
wilayah hukum RI.Putusan ini harus settlement on investment disputes
didaftar di Pengadilan Negeri Jakarta between states and nationals of other
Pusat.Pengadilan Negeri Jakarta Pusat states (ICSID) dalam praktiknya eksekusi
diberi kewenangan oleh UU No 30 Tahun putusan arbitrase asing masih tetap
1999 untuk menangani masalah pengakuan mengalami kegagalan.24 Pengesahan untuk
dan pelaksanaan dari putusan arbitrase bergabung denga ICSID telah menempatkan
internasional.20Dalam hal putusan arbitrase Indonesia sebagai Negara yang terikat
internasional menyangkut Negara RI, maka mengakui (recognize) dan melaksanakan
pengadilan yang mempunyai wewenang eksekusi (enforcement) setiap putusan
untuk menerbitkan exequatur adalah arbitrase asing. Namun demikian, dalam
Mahkamah Agung21. praktiknya eksekusi putusan arbitrase
Putusan arbitrase internasional dapat asing, banyak yang gagal di depan
dilaksanakan di Indonesia setelah pengadilan. Alasan pokok pengadilan
memperoleh exequatur dari ketua PN menolak pengakuan dan pelaksanaan
Jakarta Pusat, dan terhadap putusan ini eksekusi tersebut misalnya tercantum
tidak dapat diajukan banding atau dalam salah satu putusan Mahkamah
kasasi.22Namun jika putusan ketua Agung No. 2944 K/Pdt/1983 tanggal 29
pengadilan negeri Jakarta pusat adalah november 1984.25
menolak untuk mengakui dan Pertimbangan penolakan eksekusi yang
melaksanakan suatu putusan arbitrase dicantumkan dalam putusan tersebut
antara lain :
meskipun sudah ada KEPPRES No. 34 Tahun
1981.

20
Pasal 65 UU No. 30 Tahun 1999.
21
Pasal 66 huruf (e) UU No. 30 Tahun 1999. 23
Pasal 68 ayat (2) UU No. 30 Tahun 1999.
22
Pasal 66 huruf (d) UU No. 30 Tahun 1999 jo. Pasal 24
Yahya Harahap, op. cit., hlm. 31.
68 ayat (1) UU No. 30 Tahun 1999. 25
Ibid., hlm. 31.

6
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

Menurut Mahkamah Agung RI, sesuai Disamping hal-hal yang telah diutarakan
dengan praktik hukum yang berlaku, diatas, yang termasuk pada putusan
diperlukan lagi peraturan pelaksanaan arbitrase internasional menurut Pasal 1
tentang tata cara exequatur. Selain itu, ayat (2) Konvensi New York 1958, bukan
pandangan MA masih berpendapat bahwa hanya putusan-putusan yang dijatuhkan
tanpa peraturan pelaksanaan, pengadilan oleh badan arbitrase ad hoc atau arbitrator
Indonesia tidak dapat menilai dan appointed for each case, melainkan
mempertimbangkan apakah putusan termasuk setiap putusan yang diambil oleh
hukum atau ketertiban umum yang berlaku badan arbitrase permanen atau permanent
di Indonesia. arbitral body yang lazimjuga disebut
arbitrase institutional.
B. Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Internasional 2. Penolakan Eksekusi Putusan Arbitrase
(Pengaturan Konvensi New York Tahun Dalam hal tata cara penolakan putusan
1958) arbitrase, telah diatur dalam Pasal VI
1. Arti Putusan Arbitrase Internasional Konvensi New York 1958, yang
Pengertian putusan arbitrase menyatakan:
internasional, dirumuskan dalam pasal 1 If an application for the setting aside or
ayat (1) konvensi new york 1958, sebagai suspension of the award has been made
berikut : to a competent authority before which the
This convention shall apply to the award is sought to be relied upon may, if it
recognition and enforcement of arbitral considers it proper, adjourn the decision on
awards made in the territory of a state the enforcement of the award nad may
other than the state where the regocnition also, on the application of the party
and enforcement of such awards are claiming enforcement of the award, order
sought.26 Dalam pasal ini dijelaskan, yang the other party to give suitable security.
dimaksud dengan putusan arbitrase Pada intinya, Pasal VI Konvensi New York
internasional adalah putusan-putusanyang 1958 menyatakan bahwa penolkan atas
dibuat di wilayah negara lain dari negara pelaksanaan putusan arbitrase disampaikan
tempat dimana pengakuan dan kepada pejabat yang berwenang
pelaksanaan eksekusi atas putusan (competent authority), di Negara mana
arbitrase yang bersangkutan tersebut permohonan pelaksanaan diajukan.
diminta. Berdasarkan pasal tersebut, maka Pasal 60 UU Arbitrase menyebutkan
yang menjadi syarat utama suatu putusan kalau putusan arbitrase bersifat final dan
arbitrase dikatakan sebagai putusan mempunyai kekuatan hukum tetap yang
arbitrase internasional adalah putusan mengikat para pihak.27 Teorinya, setelah
arbitrase yang dibuat di luar negara dari ada putusan arbitrase tidak ada upaya
negara yang diminta pengakuan dan hukum lain yang bias diajukan oleh pihak
eksekusi. Lebih jauh lagi, syarat lain untuk yang kalah dan pihak yang menang tinggal
menentukan suatu putusan tersebut harus menjalankan eksekusi. Kenyataanya,
mengenai perselisihan yang timbul antara eksekusi putusan arbitrase tidak semudah
perseorangan atau badan hukum. Dalam membalikkan telapak tangan. Pasal 61 UU
hal ini perlu digaris bawahi bahwa faktor Arbitrase menyatakan bahwa: 28
perbedaan kewarganegaraan tidak mutlak. Dalam hal para pihak tidak melaksanakan
putusan arbitrase secara sukarela, putusan
27
26
Pasal 60 UU Arbitrase
Ibid., hlm. 39. 28
Pasal 61 UU Arbitrase

7
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

dilaksanakan berdasarkan perintah ketua Ketentuan dalam pasal tersebut memberi


pengadilan negeri atas permohonan salah arti bahwa Pengadilan Negeri tidak
satu pihak yang bersengketa. perkenankan untuk memeriksa pokok
Agar suatu putusan arbitrase benar- perkaranya lagi tetapi tugasnya hanya
benar bermanfaat bagi para pihak, maka untuk mengizinkan atau menolak eksekusi.
putusan tersebut harus dapat Pengadilan yang berwenang dapat menolak
dieksekusi.Eksekusi tersebut dapat suatu permohonan pelaksanaan putusan
dilakukan oleh badan pengadilan yang arbitrase jika ada alasan untuk itu.Terhadap
berwenang. Cara melakukan eksekusi penolakan tersebut tersedia upaya kasasi
terhadap suatu putusan arbitrase adalah sedangkan terhadap putusan Ketua
sebagai berikut: Pengadilan Negeri yang mengakui dan
1. Eksekusi secara sukarela melaksanakan putusan arbitrase tidak
Eksekusi secara sukarela adalah tersedia upaya hukum apapun.
eksekusi yang tidak memerlukan Sebagaimana ketentuan yang tercantum
campur tangan dari pihak ketua dalam Pasal 62 ayat (2) UU Arbitrase, maka
pengadilan negeri manapun, tetapi para alasan-alasan yang dapat digunakan oleh
pihak melaksanakan sendiri secara pengadilan (dalam hal ini ketua pengadilan)
sukarela terhadap apa-apa yang telah untuk penolakan eksekusi putusan
diputuskan oleh arbitrase yang arbitrase yang secara limitative ditentukan
bersangkutan. adalah sebagai berikut.
2. Eksekusi secara paksa 1. Arbiter memutus melebihi kewenangan
Eksekusi putusan arbitrase secara paksa yang diberikan kepadanya.
adalah bilamana pihak yang harus 2. Putusan arbitrase bertentangan dengan
melakukan eksekusi, tetapi secara kesusilaan.
sukarela tidak mau melaksanakan isi 3. Putusan arbitrase bertentangan dengan
putusan tersebut.Untuk itu, perlu ketertiban umum.
dilakukan upaya-upaya paksa.Dalam hal 4. Keputusan tidak memenuhi syarat-
ini campur tangan pihak pengadilan syarat sebagai berikut.
diperlukan, yaitu dengan memaksa para - Sengketa tersebut bukan mengenai
pihak yang kalah untuk melaksanakan perdagangan
putusan tersebut.Misalnya, dengan - Sengketa tersebut bukan mengenai
melakukan penyitaan-penyitaan. hak yang menurut hukum dikuasai
Selanjutnya, berdasarkan Pasal 62 ayat sepenuhnya oleh pihak yang
(2) UU Arbitrase, Ketua Pengadilan Negeri bersengketa.
memeriksa terlebih dahulu dokumen, ruang - Sengketa tersebut bukan mengenai
lingkup, dan kompetensi dari arbitrase yang hal-hal yang menurut perundang-
dipilih sebagaimana dinyatakan berikut ini: undangan dapat dilakukan
29
perdamaian.
Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana Kemudian dalam Pasal 62 ayat (3)
dimaksud dalam ayat (1) sebelum disebutkan bahwa:30
memberikan perintah pelaksanaan, Dalam hal putusan arbitrase tidak
memeriksa terlebih dahulu apakah putusan memenuhi ketentuan sebagaimana
arbitrase memenuhi ketentuan Pasal 4 dan dimaksud dalam ayat (2), Ketua pengadilan
Pasal 5, serta tidak bertentangan dengan negeri menolak permohonan pelaksanaan
kesusilaan dan ketertiban umum. eksekusi dan terhadap putusan ketua

29 30
Pasal 62 ayat (2) UU Arbitrase Pasal 62 ayat (3) UU Arbitrase

8
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

Pengadilan Negeri tersebut tidak terbuka f. UU No 32 Tahun 2000 tentang desain


upaya hukum apa pun. tata letak sirkuit terpadu.
g. UU No 14 Tahun 2001 tentang hak
C. Badan Arbitrase Dan Mediasi Hak paten.
Kekayaan Intelektual h. UU No 15 Tahun 2001 tentang merek.
Penyelesaian sengketa arbitrase di BAM i. UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.
HAKI adalah cara penyelesaian suatu
sengketa perdata di bidang HKI yang - Tujuan BAM HKI
didasarkan pada perjanjian tertulis oleh Tujuan BAM HKI antara lain sebagai berikut
para pihak dan diselesaikan menurut :
ketentuan dan prosedur BAM HKI dan a. Menyelenggarakan penyelesaian
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 sengketa atau perselisihan perdata yang
tentang arbitrase dan alternatif bersifat adjudikatif di bidang Hak
penyelesaian sengketa. Kekayaan Intelektual secara adil dan
Prosedur penyelesaian sengketa tahap cepat.
pertama, yaitu pengajuan permohonan b. Menyelenggarakan sosialisasi, pelatihan,
penyelesaian sengketa, kemudian pengurus dan pendidikan di bidang HKI sejalan
melihat apakah permohonan tersebut dengan maksud dan tujuan didirikannya
memenuhi syarat perdata.31Permohonan BAM HKI.
tersebut dikomunikasikan dengan pihak c. Menyelenggarakan kegiatan lain yang
lawan, kemudian para pihak memilih berkaitan dengan arbitrase dan mediasi
arbiter.Bidang-bidang yang dapat ditangani yang tidak bertentangan dengan
oleh BAM HKI antara lain Paten, Merek, kegiatan utama.
Indikasi Geografis, Hak Cipta, Desain Sebagaimana prosedur arbitrase pada
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, umumnya di BANI, arbitrase BAM HKI pun
Rahasia Dagang, Varietas Tanaman, serta hanya dapat dilaksanakan apabila para
bidang lainnya yang terkait dengan HKI. pihak telah terikat oleh perjanjian arbitrase.
Yang dimaksud dengan perjanjian arbitrase
- Dasar Hukum adalah suatu kesepakatan berupa klausul
arbitrase yang tercantum dalam suatu
Dasar Hukum Penyelesaian Sengketa perjanjiann tertulis yang dibuat oleh para
HKI di BAM HKI : pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu
a. UU No 7 Tahun 1994 tentang perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat
pengesahan agreement establishing the para pihak setelah timbul sengketa.
world trade organization (persetujuan Keberadaan perjanjian arbitrase
pembentukan organisasi perdagangan meniadakan hak para pihak untuk
dunia). mengajukan sengketa ke pengadilan, dan
b. UU No 30 Tahun 1999 tentang arbitrase pengadilan pun tidak berwenang untuk
dan alternatif penyelesaian sengketa. mengadili sengketa para pihak yang telah
c. UU No 29 Tahun 2000 tentang terikat dalam perjanjian arbitrase.
perlindungan varietas tanaman. Perjanjian arbitrase selanjutnya
d. UU No 30 Tahun 2000 tentang rahasia didaftarkan di pengadilan. Pihak yang
dagang. dimenangkan bisa meminta juru sita untuk
e. UU No 31 Tahun 2000 tentang desain memaksa pihak yang kalah melaksanakan
industri. kewajiban sesuai putusan. Dengan
kekuatan pengadilan, seseorang bisa
31
Pasal 1320 KUH Perdata memaksa pihak lain untuk melaksanakan
kewajiban sesuai putusan. Sebagai bentuk alternatif dari arbitrase institusional adalah
9
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

arbitrase ad hoc. Dalam pengertian ini yang DAFTAR PUSTAKA


dimaksud dengan arbitrase ad hoc adalah Buku Hukum Penyelesaian Sengketa. Dr.
arbitrase yang tidak diselenggarakan atau Frans Hendra Winarta, SH., M.H.
tidak melalui suatu badan atau lembaga Buku Hukum Arbitrase Bidang Perdata.
arbitrase tertentu (Institutional Prof.Dr.M.Khoidin,S.H.,M.Hum,C.N.
32
Arbitration). Menurut Alan Redfern, Kitab Undang-Undang No. 30 Tahun 1999.
arbitrase ad hoc adalah:33 Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternatif
Arbitration without designating any arbitral Penyelesaian Sengketa.
institution and without referring to any Altschul, Analisis dan Evaluasi Hukum
particural set of institutional rules. Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase
Prof. R. Subekti, Arbitrase Perdagangan,
PENUTUP Bandung: Angkasa Offset, 1981
A. Kesimpulan Sudargo Gautama, Arbitrase Dagang
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu Internasional.
sengketa perdata di luar peradilan umum Hikmahanto Juwana, Pembatalan Putusan
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase Arbitrase Internasional oleh Pengadilan
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak Nasional, Jurnal Hukum Bisnis.
yang bersengketa. (UU No 30 Tahun Suyud Margono, Arbitrase Proses
1999).34 Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia
Dalam pasal 7 UU No 30 Tahun 1999 Indonesia;2004
mengatur para pihak dapat menyetujui
perjanjian suatu sengketa yang terjadi atau
akan terjadi di antara mereka untuk
diselesaikan melalui arbitrase dengan suatu
perjanjian tertulis yang disepakati para
pihak. Adanya perjanjian tertulis
meniadakan hak para pihak untuk
mengajukan penyelesaian sengketa atau
beda pendapat yang termuat dalam
perjanjiannya ke pengadilan negara.

B. Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca
untuk dapat memperkaya khasanah
perpustakaan serta bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca mengenai mata kuliah ini
guna kesempurnaan penulisan makalah
selanjutnya.

32
Sudargo Gautama, Arbitrase Dagang Internasional,
Bandung: Alumni, 1986, hlm. 19
33
Alan Redfern, op. cit., p. 56.
34
UU No. 30 Tahun 1999.

10

Anda mungkin juga menyukai