Anda di halaman 1dari 11

Lex et Societatis, Vol. III/No.

1/Jan-Mar/2015

ARBITRASE MERUPAKAN UPAYA hubungan atau transaksi dagang yang kompleks.


HUKUM Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang
DALAM PENYELESAIAN internasional ini paling tidak disebabkan oleh
SENGKETA DAGANG adanya jasa teknologi (khususnya teknologi
INTERNASIOANAL1 informasi ) sehingga transaksi-transaksi dagang
Oleh : Grace Henni Tampongangoy2 semakin berlangsung cepat. Batas-batas Negara
bukan lagi menjadi halangan dalam bertransaksi.
ABSTRAK Tujuan Ada beberapa motif atau alasan mengapa Negara
dilakukannya penelitian ini adalah atau subjek hukum (pelaku dalam perdagangan)
untuk mengetahui apa saja kelebihan melakukan transaksi dagang internasional.
dan kekurangan dalam penyelesaian Kesadaran untuk melakukan transaksi
masalah melalui arbitrase dan dagang internasional juga telah cukup lama
bagaimana proses penyelesaian disadari oleh para pelaku pedagang di tanah air
sengketa melalui arbitrase. Denagn sejak abad ke 17. Salah satunya adalah Amanna
menggunakan metode penelitian Gappa, kepala suku Bugis yang sadar akan
yuridis normatif, maka dapat pentingnya dagang ( pelayaran) bagi kesejahteraan
disimpulkan, bahwa: 1. sukunya. Keunggulan suku Bugis dalam berlayar
Arbitrase adalah cara dengan hanya menggunakan perahu-perahu Bugis
penyelesaian suatu sengketa perdata yang kecil telah mengarungi lautan luas hingga ke
di luar peradilan umum yang Malaya ( sekarang menjadi wilayah Singapura dan
didasarkan pada perjanjian arbitrase Malaysia).
yang dibuat secara tertulis oleh para Esensi untuk bertransaksi dagang ini
pihak yang bersengketa. 2. Adanya merupakan dasar filosofis dari
perjanjian tertulis meniadakan hak munculnya perdagangan.
para pihak untuk mengajukan Sebagaimana telah dikemukakan
penyelesaian sengketa atau beda sebelumnya bahwa berdagang ini
pendapat yang termuat merupakan suatu “kebebasan
dalam perjanjiannya ke pengadilan fundamental” (fundamental freedom).
negara. Dengan kebebasan ini, siapa saja harus
Kata kunci: Arbitrasi, Penyelesaian memiliki kebebasan untuk
sengketa, Dagang internasional. berdagang. Kebebasan ini tidak boleh
dibatasi oleh adanya perbedaan
PENDAHULUAN agama, suku, kepercayaan, politik,
A. Latar Belakang sistem hukum dan lain-lain.
Hukum perdagangan internasional Piagam hak-hak dan
merupakan bidang hukum yang kewajiban Negara (charter of economic
berkembang cepat. Ruang lingkup right and duties of state) juga mengakui
bidang hukum ini cukup luas. bahwa setiap Negara memiliki hak
Hubungan-hubungan dagang yang untuk melakukan perdagangan
sifatnya lintas batas dapat mencakup internasional.
banyak jenisnya, dari bentuknya yang
sederhana, yaitu dari barter, jual beli B. Rumusan Masalah
barang atau komoditi hingga 1. Apa kelebihan dan kekurangan
dalam penyelesaian masalah
1 Artikel. melalui arbitrase?
2 Dosen pada Fakultas Hukum Unsrat

160
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

2. Bagaimana proses di luar peradilan umum yang didasarkan pada


penyelesaian sengketa perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
melalui arbitrase? oleh para pihak yang bersengketa.
C. Tujuan penulisan Menurut Sidik Suraputra, S.H. dalam
1. Untuk mengetahui karangannya yang berjudul beberapa masalah
cara pelaksanaan hambatan terhadap pelaksanaan perwasitan
putusan arbitrase internasional yang diterbitkan oleh pusat studi
nasional/internasional hukum dan ekonomi fakultas hukum UI, 1977,
2. Untuk mengetahui mengutip batasan (definisi) yang diberikan oleh
perbedaan antara frank elkouri dan edna elkouri dalam buku mereka
putusan hom arbitration woks Washington d.c., 1974,
arbitrase definisi arbitrase adalah sebagai berikut.4
nasional/internasional Arbitration is a simple proceeding voluntarily
3. Untuk mengetahui chosen by parties who want a dispute determined
cara penolakan by an impartial judge of their own mutual
eksekusi putusan selection, whose decision, based on the merits of
arbitrase the case, they agreed in advance to accept as final
4. Untuk mengetahui and binding.
definisi dari arbitrase
B. Perbedaan Antara Putusan Arbitrase Nasional
TINJAUAN PUSTAKA Dan Putusan Arbitrase
A. Definisi Arbitrase Internasional
Arbitrase berasal dari bahasa latin Prosedur pelaksanaan putusan arbitrase di
arbitrase yang berarti kekuasaan Indonesia dibedakan berdasarkan jenis putusan
untuk menyelesaikan sesuatu tersebut, yaitu apakah putusan tersebut
menurut kebijaksanaan. merupakan jenis putusan arbitrase nasional atau
Dihubungkannya arbitrase dengan putusan arbitrase internasional.UU No 30 Tahun
kebijaksanaan itu, dapat 1999 tidak memberikan perbedaan yang jelas
menimbulkan salah satu kesan mengenai putusan arbitrase nasional dan putusan
seolah-olah seorang arbiter atau arbitrase internasional.Namun demikian,
suatu majelis arbitrase dalam perbedaan antara putusan arbitrase nasional dan
menyelesaikan suatu sengketa tidak internasional dapat dilihat definisi putusan
mengindahkan norma-norma hukum arbitrase internasional yang diatur pada pasal 1
lagi dan menyadarkan pemutusan angka (9) UU No 30 Tahun 1999 berikut.4 Putusan
sengketa tersebut hanya pada arbitrase internasional adalah putusan yang
kebijaksanaan saja. Kesan tersebut dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau
keliru, karena arbiter atau majelis arbiter perorangan di luar wilayah hukum republik
tersebut juga menerapkan hukum Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase
seperti apa yang dilakukan oleh hakim atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan
atau pengadilan.3 Berdasarkan UU No hukum republik indonesiadianggap sebagai suatu
30 Tahun 1999, Arbitrase adalah cara putusan arbitrase internasional.
penyelesaian suatu sengketa perdata Ketentuan ini tidak jauh berbeda dengan
pengaturan mengenai apa yang dimaksud dengan
3 Prof. R. Subekti, Arbitrase Perdagangan,
arbitrase internasional dalam article i paragraph
Bandung; Angkasa Offset, 1981, hlm. 1.
4
Ibid., hlm. 1. 4 Pasal 1 angka (9) UU No. 30 Tahun 1999.

161
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

(1) konvensi new york 1958 : This 5. Pilihan umum untuk menyelesaikan sengketa
Convention shall apply to the serta proses dan tempat penyelenggaraan
recognition and enforcement of arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.
arbitral awards made in the territory 6. Putusan arbitrase mengikat para pihak (final
of a state other than the state where and binding) dan dengan melalui tata cara
the regocnition and enforcement of (prosedur) sederhana ataupun langsung dapat
such awards are sought, and arising dilaksanakan.
out of differences between persons,
7. Suatu perjanjian arbitrase (klausul arbitrase)
whether physical or legal. It shall
tidak menjadi batal karena berakhir atau
also apply to arbitral awards not
batalnya perjanjian pokok.
considered as domestic awards in
the state where theis recognition and 8. Didalam proses arbitrase, arbiter atau majelis
enforcement are sought. arbitrase harus mengutamakan perdamaian
diantara para pihak yang bersengketa.
C. Kelebihan Dan Kelemahan
Arbitrase Pada umumnya Selain kelebihan-kelebihan tersebut diatas,
lembaga arbitrase mempunyai terdapat juga kelemahankelemahan dari arbitrase,
kelebihan dibandingkan dengan yaitu sebagai berikut.7
lembaga peradilan umum, yaitu 1. Putusan arbitrase ditentukan oleh kemampuan
sebagai berikut.5 teknis arbiter untuk memberikan keputusan
yang memuaskan untuk melakukan rasa
1. Sidang arbitrase adalah tertutup
keadilan para pihak.
untuk umum, sehingga
kerahasiaan sengketa para pihak 2. Apabila pihak yang kalah tidak mau
terjamin. melaksanakan putusan arbitrase, maka
diperlukan perintah dari pengadilan untuk
2. Kelambatan yang diakibatkan oleh
melakukan eksekusi atas putusan arbitrase
hal prosedural dan administratif
tersebut.
dapat dihindari.
3. Pada praktiknya pengakuan dan pelaksanaan
3. Para pihak yang bersengketa
keputusan arbitrase asing masih menjadi hal
dapat memilih arbiter yang
yang sulit.
menurut keyakinannya
mempunyai pengalaman, 4. Pada umumnya pihak-pihak yang bersengketa
pengetahuan, jujur dan adil, serta di arbitrase adalah perusahaan-perusahaan
latar belakang yang cukup besar, oleh karena itu untuk mempertemukan
mengenai masalah yang kehendak para pihak yang bersengketa dan
disengketakan. membawanya ke badan arbitrase tidaklah
mudah.
4. Sikap arbiter atau majelis arbiter
dalam menangani perkara
D. Mekanisme Pembatalan Putusan Arbitrase
arbitrase didasarkan pada sikap
yang mengusahakan win-win Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 70 UU
solution terhadap para pihak yang Arbitrase, para pihak dapat mengajukan
bersengketa. pembatalan apabila putusan arbitrase diduga
mengandung unsur-unsur antara lain:6
1. Surat atau dokumen yang diajukan dalam
5 Pasal 77 Ayat (2) UU No. 30 Tahun
pemeriksaan setelah putusan dijatuhkan,
1999. 7Pasl 77 ayat (2) UU No. 30
Tahun 1999. 6 Pasal 70 UU No. 30 Tahun 1999.

162
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

diakui palsu dan/atau dinyatakan banding wajib disampaikan dalam tenggang waktu
palsu; 14 hari setelah permohonan banding dicatat dalam
2. Setelah putusan diambil buku daftar register. Sejak permohonan banding
ditemukan dokumen yang bersifat diterima paling lama tiga puluh hari kemudian
menentukan yang disembunyikan sudah harus diputus. Untuk putusan arbitrase
oleh pihak lawan; atau internasional, seperti disebutkan didalam pasal 70,
3. Putusan diambil dari hasil tipu pasal 71, pasal 72 UU Arbitrase, hanya memberi
muslihat yang dilakukan oleh wewenang kepada pengadilan Indonesia untuk
salah satu pihak dalam melakukan pembatalan putusan arbitrase yang
pemeriksaan sengketa. dibuat di Indonesia.Hal ini dapat diartikan bahwa
ketentuanketentuan pembatalan tersebut bukan
Permohonan pembatalan diajukan sebagai dasar bagi pengadilan Indonesia untuk
secara tertulis dalam waktu tiga puluh melakukan pembatalan putusan arbitrase
(30)7 hari kepada pengadilan wilayah internasional.Hal ini terlihat dari penggunaan kata
hukum di mana keputusan arbitrase putusan arbitrase internasional dalam pasal 65
diambil, hal ini didasarkan pada syarat sampai dengan pasal 69 UU Arbitrase yang
putusan arbitrase asing dibedakan dengan kata putusan arbitrase seperti
(internasional), yang apabila tercantum dalam pasal 70 UU Arbitrase.Jadi
permohonan dikabulkan, maka dalam pengadilan Negeri tidak dapat membatalkan
waktu 30 hari ketua pengadilan putusan arbitrase internasional, sedangkan
negeri akan menentukan lebih lanjut putusan arbitrase yang dibuat di dalam negeri
akibat pembatalan seluruhnya atau hanya dapat dibatalkan dengan melihat
sebagian putusan arbitrase.8 Untuk persyaratan limitative dalam pasal 70 UU Arbitrase.
memberikan kepastian hukum kepada Majelis hakim pengadilan negeri Jakarta pusat
pihak lawan, berdasarkan ketentuan berpendapat bahwa secara prinsip hanya Pasal VI
Pasal 72 ayat (4) UU Arbitrase jo. V (1) (e)Konvensi New York 1958 hanya merujuk
dinyatakan bahwa terhadap putusan pada satu otoritas yang berwenang (one
pembatalan dari pengadilan negeri competent authority).Hanya ada satu pengadilan
dapat diajukan permohonan banding yang berwenang dalam membatalkan putusan
ke Mahkamah Agung yang memutus arbitrase internasional, yaitu pengadilan di mana
dalam tingkat pertama dan terakhir.9 putusan arbitrase di buat.10
Akan tetapi UU Arbitrase tidak
mengatur tentang ketentuan E. Pengajuan Permohonan Arbitrase
mengenai batas waktu pengajuan Untuk dapat mengajukan suatu
banding dan memori banding, maka persoalan arbitrase melalui BANI harus
hal ini harus didasarkan kepada ada persetujuan antara kedua belah
ketentuan hukum acara yang berlaku, pihak atau suatu klausul yang
yang menyatakan bahwa pengajuan dicantumkan di dalam perjanjian yang
memori banding oleh pemohon menyatakan bahwa para pihak
menyetujui bahwa segala sengketa di
7 Pasal 71 UU No. 30 Tahun 1999.
antara mereka akan diselesaikan melalui
8 Pasal 72 ayat (1) dan 72 ayat (2) UU No. 30
Tahun 1999. 10 Hikmahanto Juwana, Pembatalan Putusan
9 Suyud Margono, Arbitrase Proses Arbitrase Internasional oleh Pengadilan Nasional,
Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 21, Jakarta, 2002, hlm.
Indonesia;2004, hlm. 137. 71. 13Pasal 3 UU No. 30 Tahun 1999.

163
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

BANI, klausul yang Untuk memulai prosedur arbitrase, maka


disarankan oleh BANI pertama-tama pemohon arbitrase sebagai pihak
adalah sebagai berikut. yang memulai arbitrase ini harus mendaftarkan
Semua sengketa yang dan menyampaikan terlebih dahulun permohonan
timbul dari perjanjian arbitrase kepada sekretariat BANI.12 Kemudian
ini, akan diselesaikan dan setelah majelis arbitrase terbentuk, diteruskan
diputus oleh Badan Arbitrase kepada ketua majelis arbitrase dan setiap anggota
Nasional Indonesia (BANI) majelis arbitrase serta para pihak. Permohonan
menurut arbitrase dan setiap anggota majelis arbitrase serta
peraturanperaturan para pihak. Permohonan arbitrase memuat
administrasi dan sekurang-kurangnya beberapa hal berikut.
peraturanperaturan prosedur 1. Identitas lengkap para pihak (nama, alamat,
arbitrase BANI, yang beserta keterangan penunjukan atas kuasa
keputusannya mengikat kedua hukumnya apabila memang diketahui telah
belah pihak yang menggunakan kuasa hukum).
bersengketa sebagai
2. Uraian singkat mengenai duduk perkara yang
keputusan tingkat pertama
menjadi dasar dan alasan pengajuan
dan terakhir. Dalam hal ini
permohonan arbitrase (keterangan fakta-fakta
jika para pihak terlah sepakat
dalam perjanjian untuk yang mendukung permohonan arbitrase dan
membawa segala sengketa butir-butir permasalahannya).
keperdataan (baik wanprestasi 3. Tuntutan (besarnya kompensasi dan lainnya).
ataupun melawan hukum) 4. Bukti-bukti yang digunakan sebagai dasar
untuk diselesaikan melalui pembuktian dari pemohon.
forum arbitrase, maka
pengadilan negeri tidak Dalam hal ini isi dari suatu permohonan
berwenang untuk mengadili arbitrase dapat dikatakan mirip dengan isi dari
sengketa para pihak suatu surat gugatan dalam perkara keperdataan di
tersebut.13 Dengan pengadilan negeri yang juga berisi identitas
menunjuk BANI lengkap para pihak yang berperkara, uraian duduk
dan/atau memilih perkara (posita), dan apa yang dituntut (petitum).
peraturan prosedur Lebih lanjut suatu permohonan arbitrase harus
BANI untuk penyelesaian disertai dengan pembayaran biaya pendaftaran
sengketa, para pihak dalam dan biaya administrasi sesuai dengan ketentuan
perjanjian atau sengketa BANI. Biaya-biaya ini harus dilunasi oleh para
tersebut dianggap sepakat pihak terlebih dahulu sebelum pemeriksaan
untuk meniadakan proses perkara arbitrase dimulai, jika belum dilunasi maka
pemeriksaan perkara melalui pemeriksaan perkara tidak akan dilaksanakan.13
pengadilan negeri sehubungan
Biaya administrasi meliputi biaya administrasi
dengan perjanjian atau
sekretariat, biaya pemeriksaan perkara, biaya
sengketa tersebut, dan akan
arbiter, dan biaya sekretariat majelis.
melaksanakan setiap putusan
yang diambil oleh majelis
arbitrase berdasarkan PEMBAHASAN
peraturan prosedur BANI.11
12 Pasal 6 ayat (1) BANI Rules and Procedures.
11 Pasal 2 BANI Rules and Procedures. 13 Pasal 6 ayat (4) BANI Rules and Procedures.

164
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

A. Pelaksanaan Putusan Arbitrase dan mengenai hak yang menurut hukum dan
Nasional peraturan perundang-undangan.
1. Putusan Arbitrase Final And c. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui
Binding Putusan arbitrase bersifat arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan
final dan mempunyai kekuatan dan mengenai hak yang menurut hukum dan
hukum tetap dan mengikat para peraturan perundang-undangan.
pihak, yang dimaksud dengan bersifat d. Sengketa lain yang dapat diselesaikan melalui
final adalah bahwa putusan arbitrase arbitrase adalah yang tidak bertentangan
tidak dapat diajukan banding, kasasi, dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
atau peninjauan kembali.14 Dalam hal Eksekusi putusan arbitrase akan hanya
pelaksanaan putusan, hal ini harus dilaksanakan jika putusan arbitrase tersebut telah
dilaksanakan dalam tenggang waktu sesuai dengan perjanjian arbitrase dan memenuhi
30 hari terhitung sejak tanggal persyaratan yang ada di undang-undang No 30
putusan ditetapkan, dimana lembar Tahun 1999 serta tidak bertentangan dengan
asli atau salinan auntentik putusan kesusilaan dan ketertiban umum.
arbitrase diserahkan dan didaftarkan
oleh arbiter atau kuasanya kepada 2. Pengaturan Pelaksanaan Putusan Internasional
panitera pengadilan negeri dan oleh Dalam UU No 30 Tahun 1999
panitera diberikan catatan yang Pengaturan tentang arbitrase internasional di
merupakan akta pendaftaran.18 Indonesia terdapat pada pasal 65 hingga pasal 69
Arbiter atau kuasanya wajib UU No 3 Tahun 1999. Dimana antara lain
menyerahkan putusan dan lembar asli menyebutkan bahwa putusan arbitrase
pengangkatan sebagai arbiter atau internasional tersebut hanya diakui serta dapat
salinan autentiknya kepada panitera dilaksanakan di wilayah hukum Republik Indonesia
pengadilan negeri. Dalam hal arbiter jika putusan tersebut dijatuhkan oleh majelis
atau kuasanya gagal menyerahkan arbitrase Indonesia terkait dengan perjanjian
kedua dokumen tersebut, maka bilateral dan perjanjian multilateral tentang
berdasarkan UU No 30 Tahun 1999 pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase
tidak dapat dilaksanakan.15 internasional. Seperti yang telah dijelaskan
Dalam hal pemberian perintah sebelumya bahwa putusan arbitrase internasional
pelaksanaan, maka ketua pengadilan ialah putusan arbitrase yang diputuskan di
negeri harus memeriksa dahulu luar wilayah hukum
apakah putusan arbitrase memenuhi RI.Putusan ini harus didaftar di Pengadilan Negeri
kriteria-kriteria berikut : Jakarta Pusat.Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
a. Para pihak menyetujui bahwa diberi kewenangan oleh UU No 30 Tahun 1999
sengketa di antara mereka akan untuk menangani masalah pengakuan dan
diselesaikan secara arbitrase. pelaksanaan dari putusan arbitrase
16
b. Persetujuan untuk menyelesaikan internasional. Dalam hal putusan arbitrase
sengketa melalui arbitrase hanya internasional menyangkut Negara RI, maka
sengketa di bidang perdagangan pengadilan yang mempunyai wewenang untuk
menerbitkan exequatur adalah Mahkamah
Agung17. Putusan arbitrase internasional dapat
14 Suyud Margono, op. cit., hlm. 132.
18
Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 16 Pasal 65 UU No. 30 Tahun 1999.
30 Tahun 1999. 17 Pasal 66 huruf (e) UU No. 30 Tahun 1999. 22 Pasal 66
15 Suyud Margono, op. cit., hlm. 132. huruf (d) UU No. 30 Tahun 1999 jo. Pasal 68 ayat (1) UU No.

165
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

dilaksanakan di Indonesia setelah putusan arbitrase asing. Namun demikian, dalam


memperoleh exequatur dari ketua PN praktiknya eksekusi putusan arbitrase asing,
Jakarta Pusat, dan terhadap putusan banyak yang gagal di depan pengadilan. Alasan
ini tidak dapat diajukan banding atau pokok pengadilan menolak pengakuan dan
kasasi.22Namun jika putusan ketua pelaksanaan eksekusi tersebut misalnya tercantum
pengadilan negeri Jakarta pusat dalam salah satu putusan Mahkamah Agung No.
adalah menolak untuk mengakui dan 2944 K/Pdt/1983 tanggal 29 november 1984. 20
melaksanakan suatu putusan Pertimbangan penolakan eksekusi yang
arbitrase internasional, maka dicantumkan dalam putusan tersebut antara lain :
terhadap putusan ini dapat diajukan meskipun sudah ada KEPPRES No. 34 Tahun 1981.
kasasi.18 Menurut Mahkamah Agung RI, sesuai dengan
praktik hukum yang berlaku, diperlukan lagi
3. Keppres No 34 Tahun 1981 tentang peraturan pelaksanaan tentang tata cara
mengesahkan convention on the exequatur. Selain itu, pandangan MA masih
recognition and enforcement of berpendapat bahwa tanpa peraturan pelaksanaan,
foreign arbitral awards dan perma pengadilan Indonesia tidak dapat menilai dan
No 1Tahun 1990 tentang tata cara mempertimbangkan apakah putusan hukum atau
pelaksanaan putusan arbitrase ketertiban umum yang berlaku di Indonesia.
asing.
Perma No 1 Tahun 1990 tentang tata C. Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional
car pelaksanaan putusan arbitrase (Pengaturan Konvensi New York Tahun 1958)
asing merupakan pengaturan utama 1. Arti Putusan Arbitrase Internasional
mengenai cara pelaksanaan eksekusi Pengertian putusan arbitrase internasional,
putusan arbitrase asing dirumuskan dalam pasal 1 ayat (1) konvensi new
(internasional). Arti penting dari york 1958, sebagai berikut : This convention shall
perma ini dikarenakan meskipun apply to the recognition and enforcement of
pemerintah telah mengesahkan UU arbitral awards made in the territory of a state
No 5 Tahun 1968 tentang other than the state where the regocnition and
penyelesaian perselisihan antara enforcement of such awards are sought. 21 Dalam
Negara dan warga asing mengenai pasal ini dijelaskan, yang dimaksud dengan
penanaman modal dan bergabung ke putusan arbitrase internasional adalah putusan-
dalam convention on the settlement putusan yang dibuat di wilayah negara lain dari
on investment disputes between negara tempat dimana pengakuan dan
states and nationals of other states pelaksanaan eksekusi atas putusan arbitrase yang
(ICSID) dalam praktiknya eksekusi bersangkutan tersebut diminta. Berdasarkan pasal
putusan arbitrase asing masih tetap tersebut, maka yang menjadi syarat utama suatu
mengalami kegagalan.19 Pengesahan putusan arbitrase dikatakan sebagai putusan
untuk bergabung denga ICSID telah arbitrase internasional adalah putusan arbitrase
menempatkan Indonesia sebagai yang dibuat di luar negara dari negara yang diminta
Negara yang terikat mengakui pengakuan dan eksekusi. Lebih jauh lagi, syarat lain
(recognize) dan melaksanakan untuk menentukan suatu putusan tersebut harus
eksekusi (enforcement) setiap mengenai perselisihan yang timbul antara
perseorangan atau badan hukum. Dalam hal ini
30 Tahun 1999.
18 Pasal 68 ayat (2) UU No. 30 Tahun 1999. 20 Ibid., hlm. 31.
19 Yahya Harahap, op. cit., hlm. 31. 21 Ibid., hlm. 39.

166
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

perlu digaris bawahi bahwa faktor kekuatan hukum tetap yang mengikat para pihak.22
perbedaan kewarganegaraan tidak Teorinya, setelah ada putusan arbitrase tidak ada
mutlak. upaya hukum lain yang bias diajukan oleh pihak
Disamping hal-hal yang telah yang kalah dan pihak yang menang tinggal
diutarakan diatas, yang termasuk menjalankan eksekusi. Kenyataanya, eksekusi
pada putusan arbitrase internasional putusan arbitrase tidak semudah membalikkan
menurut Pasal 1 ayat (2) Konvensi telapak tangan. Pasal 61 UU Arbitrase menyatakan
New York 1958, bukan hanya bahwa: 2324
putusan-putusan yang dijatuhkan Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan
oleh badan arbitrase ad hoc atau arbitrase secara sukarela, putusan dilaksanakan
arbitrator appointed for each case, berdasarkan perintah ketua pengadilan negeri atas
melainkan termasuk setiap putusan permohonan salah satu pihak yang bersengketa.
yang diambil oleh badan arbitrase Agar suatu putusan arbitrase benarbenar
permanen atau permanent arbitral bermanfaat bagi para pihak, maka putusan
body yang lazimjuga disebut arbitrase tersebut harus dapat dieksekusi.Eksekusi tersebut
institutional. dapat dilakukan oleh badan pengadilan yang
berwenang. Cara melakukan eksekusi terhadap
D. Penolakan Eksekusi Putusan suatu putusan arbitrase adalah sebagai berikut: 1.
Arbitrase Eksekusi secara sukarela
Eksekusi secara sukarela adalah eksekusi yang
Dalam hal tata cara penolakan tidak memerlukan campur tangan dari pihak
putusan arbitrase, telah diatur dalam ketua pengadilan negeri manapun, tetapi para
PasalVI pihak melaksanakan sendiri secara sukarela
Konvensi New York 1958, yang terhadap apa-apa yang telah diputuskan oleh
menyatakan: If an application for the arbitrase yang bersangkutan.
setting aside or suspension of the 2. Eksekusi secara paksa Eksekusi putusan
award has been made to a competent arbitrase secara paksa adalah bilamana pihak
authority before which the award is yang harus melakukan eksekusi, tetapi secara
sought to be relied upon may, if it sukarela tidak mau melaksanakan isi putusan
considers it proper, adjourn the tersebut.Untuk itu, perlu dilakukan upaya-
decision on the enforcement of the upaya paksa.Dalam hal ini campur tangan pihak
award nad may also, on the pengadilan diperlukan, yaitu dengan memaksa
application of the party claiming para pihak yang kalah untuk melaksanakan
enforcement of the award, order the putusan tersebut.Misalnya, dengan melakukan
other party to give suitable security. penyitaan-penyitaan.
Pada intinya, Pasal VI Konvensi New Selanjutnya, berdasarkan Pasal 62 ayat (2) UU
York 1958 menyatakan bahwa Arbitrase, Ketua Pengadilan Negeri memeriksa
penolkan atas pelaksanaan putusan terlebih dahulu dokumen, ruang lingkup, dan
arbitrase disampaikan kepada pejabat kompetensi dari arbitrase yang dipilih sebagaimana
yang berwenang (competent dinyatakan berikut ini:
authority), di Negara mana 29 Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana
permohonan pelaksanaan diajukan. dimaksud dalam ayat (1) sebelum memberikan
Pasal 60 UU Arbitrase
22 Pasal 60 UU Arbitrase
menyebutkan kalau putusan arbitrase
23 Pasal 61 UU Arbitrase
bersifat final dan mempunyai 24 Pasal 62 ayat (2) UU Arbitrase

167
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

perintah pelaksanaan, memeriksa - Sengketa tersebut bukan mengenai hal-hal


terlebih dahulu apakah putusan yang menurut perundangundangan dapat
arbitrase memenuhi ketentuan Pasal dilakukan perdamaian.
4 dan Pasal 5, serta tidak Kemudian dalam Pasal 62 ayat (3) disebutkan
bertentangan dengan kesusilaan dan bahwa:25 Dalam hal putusan arbitrase tidak
ketertiban umum. Ketentuan dalam memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pasal tersebut memberi arti bahwa dalam ayat (2), Ketua pengadilan negeri menolak
Pengadilan Negeri tidak perkenankan permohonan pelaksanaan eksekusi dan terhadap
untuk memeriksa pokok perkaranya putusan ketua Pengadilan Negeri tersebut tidak
lagi tetapi tugasnya hanya untuk terbuka upaya hukum apa pun.
mengizinkan atau menolak eksekusi.
Pengadilan yang berwenang dapat E. Badan Arbitrase Dan Mediasi Hak Kekayaan
menolak suatu permohonan Intelektual
pelaksanaan putusan arbitrase jika
ada alasan untuk itu.Terhadap Penyelesaian sengketa arbitrase di BAM HAKI
penolakan tersebut tersedia upaya adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di
kasasi sedangkan terhadap putusan bidang HKI yang didasarkan pada perjanjian tertulis
Ketua Pengadilan Negeri yang oleh para pihak dan diselesaikan menurut
mengakui dan melaksanakan putusan ketentuan dan prosedur BAM HKI dan Undang-
arbitrase tidak tersedia upaya hukum Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang arbitrase
apapun. dan alternatif penyelesaian sengketa. Prosedur
Sebagaimana ketentuan yang penyelesaian sengketa tahap pertama, yaitu
tercantum dalam Pasal 62 ayat (2) UU pengajuan permohonan penyelesaian sengketa,
Arbitrase, maka alasan-alasan yang kemudian pengurus melihat apakah permohonan
dapat digunakan oleh pengadilan tersebut memenuhi syarat perdata.26Permohonan
(dalam hal ini ketua pengadilan) tersebut dikomunikasikan dengan pihak lawan,
untuk penolakan eksekusi putusan kemudian para pihak memilih arbiter.Bidang-
arbitrase yang secara limitative bidang yang dapat ditangani oleh BAM HKI antara
ditentukan adalah sebagai berikut. lain Paten, Merek, Indikasi Geografis, Hak Cipta,
1. Arbiter memutus melebihi Desain
kewenangan yang diberikan Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia
kepadanya. Dagang, Varietas Tanaman, serta bidang lainnya
2. Putusan arbitrase bertentangan yang terkait dengan HKI.
dengan kesusilaan.
3. Putusan arbitrase bertentangan - Dasar Hukum
dengan ketertiban umum. Dasar Hukum Penyelesaian Sengketa HKI di
4. Keputusan tidak memenuhi BAM HKI :
syaratsyarat sebagai berikut. a. UU No 7 Tahun 1994 tentang pengesahan
- Sengketa tersebut bukan agreement establishing the world trade
mengenai perdagangan organization (persetujuan pembentukan
- Sengketa tersebut bukan organisasi perdagangan dunia).
mengenai hak yang menurut
hukum dikuasai sepenuhnya
oleh pihak yang bersengketa. 25 Pasal 62 ayat (3) UU Arbitrase
26 Pasal 1320 KUH Perdata

168
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

b. UU No 30 Tahun 1999 tentang dibuat oleh para pihak sebelum timbul sengketa,
arbitrase dan alternatif atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang
penyelesaian sengketa. dibuat para pihak setelah timbul sengketa.
c. UU No 29 Tahun 2000 Keberadaan perjanjian arbitrase meniadakan hak
tentang perlindungan varietas para pihak untuk mengajukan sengketa ke
tanaman. pengadilan, dan pengadilan pun tidak berwenang
d. UU No 30 Tahun 2000 tentang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah
rahasia dagang. terikat dalam perjanjian arbitrase.
e. UU No 31 Tahun 2000 tentang Perjanjian arbitrase selanjutnya didaftarkan di
desain industri. pengadilan. Pihak yang dimenangkan bisa meminta
f. UU No 32 Tahun 2000 tentang juru sita untuk memaksa pihak yang kalah
desain tata letak sirkuit terpadu. melaksanakan kewajiban sesuai putusan. Dengan
g. UU No 14 Tahun 2001 tentang hak kekuatan pengadilan, seseorang bisa memaksa
paten. pihak lain untuk melaksanakan kewajiban sesuai
putusan. Sebagai bentuk alternatif dari arbitrase
h. UU No 15 Tahun 2001 tentang
institusional adalah arbitrase ad hoc. Dalam
merek.
pengertian ini yang dimaksud dengan arbitrase ad
i. UU No 19 Tahun 2002 tentang hak
hoc adalah arbitrase yang tidak diselenggarakan
cipta.
atau tidak melalui suatu badan atau lembaga
arbitrase tertentu (Institutional Arbitration).27
- Tujuan BAM HKI
Menurut Alan Redfern, arbitrase ad hoc adalah:33
Tujuan BAM HKI antara lain sebagai
Arbitration without designating any arbitral
berikut: a. Menyelenggarakan
institution and without referring to any particural
penyelesaian sengketa atau
set of institutional rules.
perselisihan perdata yang bersifat
adjudikatif di bidang Hak Kekayaan
Intelektual secara adil dan cepat. PENUTUP
A. Kesimpulan
b. Menyelenggarakan sosialisasi,
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
pelatihan, dan pendidikan di
sengketa perdata di luar peradilan umum yang
bidang HKI sejalan dengan maksud
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
dan tujuan didirikannya BAM HKI.
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
c. Menyelenggarakan kegiatan lain
(UU No 30 Tahun
yang berkaitan dengan arbitrase
1999).34
dan mediasi yang tidak
bertentangan dengan kegiatan Dalam pasal 7 UU No 30 Tahun 1999 mengatur
utama. para pihak dapat menyetujui perjanjian suatu
Sebagaimana prosedur arbitrase sengketa yang terjadi atau akan terjadi di antara
pada umumnya di BANI, arbitrase mereka untuk diselesaikan melalui arbitrase
BAM HKI pun hanya dapat dengan suatu perjanjian tertulis yang disepakati
dilaksanakan apabila para pihak telah para pihak. Adanya perjanjian tertulis meniadakan
terikat oleh perjanjian arbitrase. Yang hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian
dimaksud dengan perjanjian arbitrase sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam
adalah suatu kesepakatan berupa perjanjiannya ke pengadilan negara.
klausul arbitrase yang tercantum 27 Sudargo Gautama, Arbitrase Dagang Internasional,
dalam suatu perjanjiann tertulis yang Bandung: Alumni, 1986, hlm. 19 33 Alan Redfern, op.
cit., p. 56. 34UU No. 30 Tahun 1999.

169
Lex et Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015

B. Saran
Penulisan makalah ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca untuk dapat memperkaya
khasanah perpustakaan serta
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca mengenai
mata kuliah ini guna kesempurnaan
penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Buku Hukum Penyelesaian Sengketa.
Dr. Frans Hendra Winarta, SH.,
M.H.
Buku Hukum Arbitrase Bidang
Perdata.
Prof.Dr.M.Khoidin,S.H.,M.Hum,C.N.
Kitab Undang-Undang No. 30 Tahun
1999. Priyatna Abdurrasyid,
Arbitrase & Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
Altschul, Analisis dan Evaluasi Hukum
Penyelesaian Sengketa melalui
Arbitrase
Prof. R. Subekti, Arbitrase
Perdagangan, Bandung: Angkasa
Offset, 1981
Sudargo Gautama, Arbitrase
Dagang
Internasional.
Hikmahanto Juwana, Pembatalan
Putusan Arbitrase Internasional
oleh Pengadilan Nasional, Jurnal
Hukum Bisnis.
Suyud Margono, Arbitrase Proses
Pelembagaan dan Aspek Hukum,
Ghalia
Indonesia;2004

170

Anda mungkin juga menyukai