0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang notulen diskusi kelompok yang membahas arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. Diskusi mencakup pengertian, asas, dan tujuan arbitrase, dasar hukum arbitrase di Indonesia, serta alasan pemilihan arbitrase sebagai metode penyelesaian sengketa.
Dokumen tersebut membahas tentang notulen diskusi kelompok yang membahas arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. Diskusi mencakup pengertian, asas, dan tujuan arbitrase, dasar hukum arbitrase di Indonesia, serta alasan pemilihan arbitrase sebagai metode penyelesaian sengketa.
Dokumen tersebut membahas tentang notulen diskusi kelompok yang membahas arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. Diskusi mencakup pengertian, asas, dan tujuan arbitrase, dasar hukum arbitrase di Indonesia, serta alasan pemilihan arbitrase sebagai metode penyelesaian sengketa.
Tugas : Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Notulen hasil diskusi kelompok 9
a. Pengertian, Asas dan Tujuan Arbitrase
1. Pengertian Alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa diluar pengadilan umum atau penyelesaian masalah atau sengketa diluar peradilan hukum yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase secar tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Arbitrase merupakan salah satu dari berbagai metode yang bisa digunakan dalam penyelesaian sengketa. 2. Asas Asas-asas penyelesaian sengketa melalui arbitrase di Indonesia sangat banyak macamnya diantaranya adalah asas-asas dalam kontrak yang dikenal menurut ilmu hokum perdata yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas kepastian hokum, asas idtikad baik, dan asas kepribadian. Agumentasi asas-asas kontrak juga dapat dijadikan sebagai asas dalam penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase, karena dalam pilihan arbitrase yang dipilih antar para pihak didasarkan pada kontrak atau perjanjian. Baik kontrak dalam lingkup nasional maupun internasional seyogyanya menggunakan asas-asas tersebut. Asas kedaulatan dan asas personalitas, kedua asas ini memiliki arti dan maksud yang sama yaiyu sama-sama menghendaki pemberlakuan hokum Negara dimana suatu perkara itu diajukan penyelesaiannya maka harus tunduk pada hokum Negara tersebut atau harus mengikuti hokum yang berlaku pada Negara yang dimaksud. Asas separabilitas yang bersumber dari perjanjian-perjanjian dalam tradisi system common law. Asas ini mengandung makna bahwa tidak mengakibatkan suatu perjanjian menjadi batal atau klausula lain dalam perjanjian itu tidak dapat dilaksanankan, jika satu diantara klausula tersebut tidak dapat dilaksanakan. Asas peradilan yang baik, asas ini mengandung beberapa prinsip yang diantara adalah prinsip peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya yang ringan, prinsip hakim bersifat menunggu, prinsip persidangan terbuka, prinsip mendengar kedua belah pihak, prinsip penyertaan alas an-alasan pada putusan, prinsip pengenaan biaya dalam beracara, dan prinsip tidak ada keharusan dalam mewakilkan. 3. Tujuan Tujuan penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau arbitase yaitu suatu peradilan yang dianjurkan olh UU demi tercapainyatujuan keadilan yakni untuk memberikan kemanfaatan bagi setiap subyek hokum. Arbitrase memberikan kemudahan para pihak dalam proses penyelesaian sengketa baik dalam hal biaya maupun waktu.
b. Dasar hokum dari Arbitrase ini yakni terdapat pada
1. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang dalam pasal 58 ditegaskan upaya penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan diluar pengadilan Negara melalui arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa. Ketentuan tersebutlah yang menunjukkan adanya legalitas dan peran arbitrase dalam tata hokum di Indonesia. 2. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Rbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Arbitrase yang diatur dalam UU ini merupakan cara penyelesaian suatu sengketa diluar pengadilan umum yang didasarkan atas perjanjian tertulis dari pihak yang bersengketa. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa mengenai hak yang menurut hokum dikuasai sepenuhnya oleh para pihak yang bersengketa atas dasar kata sepakat. 3. Undang-undang No. 5 Tahun 1968 tentang Penyelesaian Perselisihan Antara Negara dan Warga Negara Asing Mengenai Penanaman Modal. Tujuan menetapkan persetujuan ratifikasi atas konvensi tersebutadalah untuk mendorong dan membina perkembangan penanaman modal asing. Dengan pengakuan atas konvensi ini, Indonesia menempatkan diri untuk tunduk pada ketentuan international centre of other states (ICSID) yang melahirkan dewan arbitrase ICSID. 4. Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1981 tentang Pengesahan Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award. Ketentuan ini bertujuan untuk memasukan Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award atau yang lazim disebut konvensi New York 1958, ke dalam tata hokum Indonesia. 5. Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1990, yang bertujuan untuk mengantisipasi hambatan atau permasalahan pengakuan dalam pelaksanaan eksekusi putusan arbitrase asing. Alas an dikeluarkan Perma ini adalah beahwa ketentuan-ketentuan hokum acara perdata Indonesia sebagaimana diatur dalam HIR yang diperbaharui dan Rv tidak memuat ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan putusan arbitrase asing. 6. UNCITRAL Arbitration Rules. UNCITRAL ini dilahirkan sebagai resolusi sidang umum PBB tahun1976. Tujuan PBB melahirkan UNCITRAL ini adalah untuk mengglobalisasikan nilai-nilai dan tata cara arbitrase dalam menyelesaikan persengketaan yang terjadi dalam hubungan perdagangan internasional.
c. Alasan pemilihan Arbitrase
Arbitrase sering dipilih karena dianggap memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya termasuk metode penyelesaian sengketa di pengadilan. Waktu yang lebih singkat dan minimalisasi resiko ekonomi yang bisa merusak hubungan para pihak, bersifat rahasia, inilah yang merupakan kelebihan dari penyelesaian sengketa melalui arbitrase.