Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhamad Zuhal Amiruddin (1800024409)

Novia Sigalma Putri (1800024377)

Alief Budiman (1800024407)

Ananda Fia Asysyifa (1800024373)

Khoirul Ibnu Tsalis (1800024359)

Kelas :B

Tugas : Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Notulen hasil diskusi kelompok 9

a. Pengertian, Asas dan Tujuan Arbitrase


1. Pengertian
Alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
sengketa diluar pengadilan umum atau penyelesaian masalah atau sengketa diluar
peradilan hukum yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase secar tertulis oleh
para pihak yang bersengketa. Arbitrase merupakan salah satu dari berbagai
metode yang bisa digunakan dalam penyelesaian sengketa.
2. Asas
Asas-asas penyelesaian sengketa melalui arbitrase di Indonesia sangat banyak
macamnya diantaranya adalah asas-asas dalam kontrak yang dikenal menurut
ilmu hokum perdata yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas
kepastian hokum, asas idtikad baik, dan asas kepribadian.
Agumentasi asas-asas kontrak juga dapat dijadikan sebagai asas dalam
penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase, karena dalam pilihan arbitrase
yang dipilih antar para pihak didasarkan pada kontrak atau perjanjian. Baik
kontrak dalam lingkup nasional maupun internasional seyogyanya menggunakan
asas-asas tersebut.
Asas kedaulatan dan asas personalitas, kedua asas ini memiliki arti dan maksud
yang sama yaiyu sama-sama menghendaki pemberlakuan hokum Negara dimana
suatu perkara itu diajukan penyelesaiannya maka harus tunduk pada hokum
Negara tersebut atau harus mengikuti hokum yang berlaku pada Negara yang
dimaksud.
Asas separabilitas yang bersumber dari perjanjian-perjanjian dalam tradisi system
common law. Asas ini mengandung makna bahwa tidak mengakibatkan suatu
perjanjian menjadi batal atau klausula lain dalam perjanjian itu tidak dapat
dilaksanankan, jika satu diantara klausula tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Asas peradilan yang baik, asas ini mengandung beberapa prinsip yang diantara
adalah prinsip peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya yang ringan, prinsip
hakim bersifat menunggu, prinsip persidangan terbuka, prinsip mendengar kedua
belah pihak, prinsip penyertaan alas an-alasan pada putusan, prinsip pengenaan
biaya dalam beracara, dan prinsip tidak ada keharusan dalam mewakilkan.
3. Tujuan
Tujuan penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau arbitase yaitu suatu
peradilan yang dianjurkan olh UU demi tercapainyatujuan keadilan yakni untuk
memberikan kemanfaatan bagi setiap subyek hokum. Arbitrase memberikan
kemudahan para pihak dalam proses penyelesaian sengketa baik dalam hal biaya
maupun waktu.

b. Dasar hokum dari Arbitrase ini yakni terdapat pada


1. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang dalam
pasal 58 ditegaskan upaya penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan diluar
pengadilan Negara melalui arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa.
Ketentuan tersebutlah yang menunjukkan adanya legalitas dan peran arbitrase
dalam tata hokum di Indonesia.
2. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Rbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa. Arbitrase yang diatur dalam UU ini merupakan cara penyelesaian suatu
sengketa diluar pengadilan umum yang didasarkan atas perjanjian tertulis dari
pihak yang bersengketa. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya
sengketa mengenai hak yang menurut hokum dikuasai sepenuhnya oleh para
pihak yang bersengketa atas dasar kata sepakat.
3. Undang-undang No. 5 Tahun 1968 tentang Penyelesaian Perselisihan Antara
Negara dan Warga Negara Asing Mengenai Penanaman Modal. Tujuan
menetapkan persetujuan ratifikasi atas konvensi tersebutadalah untuk mendorong
dan membina perkembangan penanaman modal asing. Dengan pengakuan atas
konvensi ini, Indonesia menempatkan diri untuk tunduk pada ketentuan
international centre of other states (ICSID) yang melahirkan dewan arbitrase
ICSID.
4. Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1981 tentang Pengesahan Convention on the
Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award. Ketentuan ini bertujuan
untuk memasukan Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign
Arbitral Award atau yang lazim disebut konvensi New York 1958, ke dalam tata
hokum Indonesia.
5. Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1990, yang bertujuan untuk
mengantisipasi hambatan atau permasalahan pengakuan dalam pelaksanaan
eksekusi putusan arbitrase asing. Alas an dikeluarkan Perma ini adalah beahwa
ketentuan-ketentuan hokum acara perdata Indonesia sebagaimana diatur dalam
HIR yang diperbaharui dan Rv tidak memuat ketentuan-ketentuan mengenai
pelaksanaan putusan arbitrase asing.
6. UNCITRAL Arbitration Rules. UNCITRAL ini dilahirkan sebagai resolusi sidang
umum PBB tahun1976. Tujuan PBB melahirkan UNCITRAL ini adalah untuk
mengglobalisasikan nilai-nilai dan tata cara arbitrase dalam menyelesaikan
persengketaan yang terjadi dalam hubungan perdagangan internasional.

c. Alasan pemilihan Arbitrase


Arbitrase sering dipilih karena dianggap memiliki banyak kelebihan dibandingkan
dengan metode lainnya termasuk metode penyelesaian sengketa di pengadilan. Waktu
yang lebih singkat dan minimalisasi resiko ekonomi yang bisa merusak hubungan para
pihak, bersifat rahasia, inilah yang merupakan kelebihan dari penyelesaian sengketa
melalui arbitrase.

Anda mungkin juga menyukai