Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 3

Arbitrase
Nama Kelompok :

1. Ananda Siti Nur Baiti D 101 17 078


2. Velnianti Laturisi D 101 17 013
3. Ivantry Lahanco D 101 17 029
4. Sri Wahyuni D 101 17 129
5. Muhammad Jaliansyah D 101 17 122
6. Ilham Nur Putra Sandegi D 101 17 229
7. Sebulon D 101 17 567
8. Supandi Hudodo D 101 17 289
9. Aditya Indrawan Syaputra D 101 17 570
10. Erdian Permana D 101 17 264
11. Akbar Tanjung D 101 17 300
12. Risfawati D 101 17 753
1. Pengertian dan Dasar
Hukum Arbitrase

2. Asas-Asas Arbitrase

3. Kelebihan dan
Kekurangan Arbitrase

4. Prosedur Pelaksanaan
Penyelesaian Sengketa Melalui
Arbitrase
Pengertian Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa.
(Berasasrkan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No 30 Tahun 1999 tentang
ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ).

Arbitrase berasal dari bahasa latin arbitrare


yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan
masalah berdasarkan kebijaksanaan
Dasar Hukum Arbitrase
 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1968 tentang Penyelesaian Perselisihan Antara
Negara dan Warga Negara Asing Mengenai Penanaman Modal
 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1990 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing
Asas-Asas Arbitrase

 Asas Kebebasan Berkontrak


Memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian,
mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian, pelaksanaan
danpersyartatanya, menentukan bentuk perjanjian yaitu tertulis atau lisan

 Asas Konsensualisme (kesepakatan)


Tanpa adanya kesepakatan para pihak untuk menentukan penyelesaian melalui arbitrase maka
secara otomatis Lembaga Arbitrase tidak mempunyai kompotensi untuk menyelesaikan sengketa
melalui Arbitrase.
 Asas Pacta Sunt Servanda (Kepastian  Asas Separabilitas
Hukum)
Diatur dalam pasal 10 UU APS, bahwa “Suatu
Perjanjian yang dibuat secara sah memuat perjanjian Arbitrase tidak menjadi batal
klausula arbitrase mempunyai kekuatan disebabkan oleh berlakunya syarat-syarat
mengikat yang harus dilaksanakan seperti hapusnya perikatan pokok. Seperti keadaan
halnya melaksanakan Undang-Undang. meninggalnya salah satu pihak atau salah satu
pihak mengalami kebangkrutan.

 Asas Peradilan

Asas peradilan yang baik mengandung


beberapa prinsip antara lain, prinsip peradilan
yang cepat, sederhana dan biaya ringan, dan
prinsip mendengar kedua belah pihak
Kelebihan Arbitrase

 Sidang arbitrase dilaksanakan tertutup untuk umum, sehingga kerahasiaan


sengketa para pihak terjamin.
 Kelambatan yang diakibatkan oleh hal prosedural dan administratif dapat
dihindari.
 Para pihak yang bersengketa dapat memilih arbiter yang menurut
keyakinannya mempunyai pengalaman, pengetahuan, jujur dan adil, serta
latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan.
 Sikap arbiter dalam menangani perkara arbitrase didasarkan pada sikap
yang mengusahakan win-win solution terhadap para pihak yang
bersengketa.
 Pilihan umum untuk menyelesaikan sengketa serta proses dan tempat
penyelenggaraan arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.

 Putusan arbitrase mengikat para pihak (final and binding) dan dengan
melalui tata cara (prosedur) sederhana ataupun langsung dapat
dilaksanakan.

 Suatu perjanjian arbitrase (klausul arbitrase) tidak menjadi batal karena


berakhir atau batalnya perjanjian pokok.

 Didalam proses arbitrase, arbiter atau majelis arbitrase harus


mengutamakan perdamaian diantara para pihak yang bersengketa.
Kekurangan Arbitrase

 Putusan arbitrase ditentukan oleh kemampuan teknis arbiter untuk memberikan


keputusan yang memuaskan untuk melakukan rasa keadilan para pihak.

 Apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan arbitrase, maka
diperlukan perintah dari pengadilan untuk melakukan eksekusi atas putusan
arbitrase tersebut.

 Pada praktiknya pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing masih


menjadi hal yang sulit.

 Pada umumnya pihak-pihak yang bersengketa di arbitrase adalah perusahaan-


perusahaan besar, oleh karena itu untuk mempertemukan kehendak para pihak
yang bersengketa dan membawanya ke badan arbitrase tidaklah mudah.
Prosedur Pelaksanaan Penyelesaian Arbitrase

1. Pendaftaran dan Permohonan arbitrase (pasal 8 ayat 2 UU NO 30/1999)


 Dibuat tertulis
 Memuat identitas pemohon dan termohon
 Penunjukan kepada klausula atau perjanjian arbitrase yang berlaku;
 Masalah yang menjadi sengketa;
 Dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut,
 Cara penyelesaian yang dikehendaki;
 Perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah arbiter atau apabila tidak
pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat mengajukan usul tentang
jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil.
2. Penunjukan Arbiter

Syarat menjadi Arbiter:


 Cakap melakukan tindakan hukum
 Berumur paling rendah 35 tahun
 Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dengan salah satu pihak bersengketa
 Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan arbitrase
 Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di bidangnya paling sedikit 15 tahun.

Apabila dalam waktu 14 hari tidak adanya kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai
arbiter maka ketua pengadilan dapat melakukan pengangkatan arbiter tunggal.
3. Tanggapan Termohon dan Tuntutan Balik (Rekonvensi)

 Setelah berkas permohonan didaftarkan, BANI akan memeriksadan memutuskan apakah


BANI memang berwenang untuk melakukan pemeriksaan sengketa.

 Kemudian sekretariat BANI akan menyiapkan Salinan permohonan arbitrase Pemohon dan
dokumen lampiran lainnya untuk disampaikan kepada Termohon.

 Termohon memiliki waktu 30 hari untuk memberikan jawaban dan dapat diperpanjang
hingga 14 hari.Jawaban tersebut,Termohon dapat melampirkan data dan bukti lain yang
relevan terhadap kasus yang dipersengketakan untuk mengajukantuntutan balik atau disebut
sebagai rekonvensi. Tuntutan balik ini dapat disertakan bersama jawaban

BANI : BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA


4. Sidang Pemeriksaan
Pada proses pemeriksaan arbitrase, dilaksanakan sebagaimana yang telah
diatur dalam undang-undang. Antara laim :
 Pemeriksaan dilakukan secara tertutup.
 Menggunakan Bahasa Indonesia dan harus dibuat secara tertulis.
 Mendengar keterangan dari para pihak.
 Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180
(seratus delapan puluh) hari sejak arbiter atau majelis arbitrase terbentuk.
5. Putusan akhir

Putusan akhir paling lama ditetapkan dalam kurun waktu 30 hari


sejak ditutupnya persidangan. Putusan arbitrase memuat keseakatan
antara kedua belah pihak yang bersengketa dan dilaksanakan sesuai
ketentuan pelaksanaan putusan dalam perkara perdata yang
putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Anda mungkin juga menyukai