Anda di halaman 1dari 20

ALTERNATIF

PENYELESAIAN
SENGKETA

Dr. I WAYAN KARTIKA JAYA UTAMA. SH., M.Kn


Pengertian

 Pranata penyelesaian sengketa alternatif pada dasarnya merupakan


suatu bentuk penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang
didasarkan pada kesepakatan para pihak yang bersengketa.
 Alternatif penyelesaian sengketa bersifat sukarela dan karenanya
tidak dapat dipaksakan oleh salah satu pihak.
 Walau demikian, sebagai suatu bentuk perjanjian (alternatif
penyelesaian sengketa), kesepakatan yang telah dicapai oleh para
pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui forum diluar
pengadilan harus ditaati oleh para pihak
 Alternatif penyesuaian sengketa
bersifat supel dan tidak formal,
sedang litigasi prosedurnya telah
ditentukan oleh hukum/kaidah
hukum.
Pranata Alternatif Penyelesaian Sengketa

 Secara umum pranata alternatif penyelesaian sengketa antara lain :


1. Konsultasi
2. Negosiasi dan Perdamaian
3. Mediasi
4. Konsiliasi dan Perdamaian
5. Arbitrase
Konsultasi

 Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang


bersifat “personal” antara suatu pihak tertentu (klien) dengan
pihak lain yang merupakan pihak konsultan yang memberikan
pendapatnya kepada klien sesuai dengan keperluan dan
kebutuhan kliennya. Keputusan tetap berada di tangan klien.
Negosiasi & Perdamaian

 Negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk


mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang sama maupun berbeda. Negosiasi merupakan
sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan
penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak ketiga.
 Pasal 6 (2) UU No. 30/1999 dikatakan bahwa para pihak dapat
dan berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul
diantara mereka, kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut
harus dituangkan dalam bentuk tertulis dengan melakukan
pertemuan langsung antara para pihak yang bersengketa dengan
tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari
Mediasi

 Pasal 6 (3) “atas kesepakatan tertulis para pihak” sengketa atau


beda pendapat diselesaikan melalui bantuan “Seorang atau lebih
penasehat ahli” maupun melalui “Seorang Mediator”.
 Mediasi adalah suatu proses alternatif penyelesaian sengketa
dimana pihak ketiga yang dimintakan bantuannya untuk
membantu proses penyelesaian sengketa bersifat pasif dan sama
sekali tidak berhak atau berwenang untuk memberikan suatu
masukan, terlebih lagi untuk memutuskan perselisihan yang
terjadi. Jadi mediator hanya berfungsi sebagai penyambung
lidah dari para pihak yang bersengketa.
 Mediasi merupakan salah satu bentuk negosiasi antara para pihak
yang bersengketa, yang melibatkan pihak ketiga dengan tujuan
membantu tercapainya penyelesaian yang bersifat kompromistis.
Pihak ketiga yang ditunjuk membantu menyelesaikan sengketa
disebut mediator.
 Mediasi mengandung unsur-unsur:
1. proses penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan;
2. mediator terlibat dan diterima oleh para pihak
yang bersengketa di dalam perundingan;
3. mediator bertugas membantu para pihak yang
bersengketa untuk mencari penyelesaian;
4. tujuan mediasi untuk mencapai atau
menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima
pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri
sengketa.
 Tugas Mediator:
1. bertindak sebagai seorang fasilitator sehingga
terjadi pertukaran informasi yang dapat
dilaksanakan;
2. menemukan dan merumuskan titik-titik
persamaan dari argumentasi para pihak dan
berupaya untuk mengurangi perbedaan
pendapat yang timbul.
Konsiliasi & Perdamaian

 Konsiliasi dalam UU No. 30/1999 adalah suatu tindakan atau


proses untuk mencapai perdamaian di luar pengadilan, untuk
mencegah dilaksanakannya proses litigasi (peradilan). Namun
bisa juga terjadi di tiap tingkat peradilan yang sedang
berlangsung, baik di dalam maupun di luar pengadilan, kecuali
untuk sengketa atau hal – hal yang telah di putus dan mempunyai
kekuatan hukum tetap.
 Konsiliator berkewajiban untuk menyampaikan pendapatnya mengenai duduk
persoalan dari masalah atau sengketa yang dihadapi, alternatif penyelesaian
yang terbaik, apa keuntungan dan kerugian para pihak, serta akibat hukumnya.

 Konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan (pasif). Keputusan akan


diambil sepenuhnya oleh para pihak yang dituangkan dalam bentuk
kesepakatan.
Arbitrase

 Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata


khususnya dibidang perdagangan di luar pengadilan umum yang
di dasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh pihak yang bersengketa (Ps 1 angka 1 UU No. 30/1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyesuaian Sengketa).
 Yang termasuk ruang lingkup hukum perdagangan adalah
Perniagaan, Perbankan, Keuangan, Penanaman modal, Industri,
Haki, dsb.
 Pasal 48 UU No.1/1999 menetapkan bahwa dalam waktu 180 hari (6 bulan)
pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan.
 Dalam hal arbiter / majelis arbitrase tanpa alasan yang sah tidak memberikan
putusan dalam jangka waktu yang telah ditentukan maka arbiter dihukum
membayar denda untuk mengganti biaya kerugian yang diakibatkan karena
keterlambatan tersebut kepada para pihak. Kadang memang pelaksanaan
arbitrase lambat tetapi tidak selambat bila melalui proses pengadilan biasa.
 Kesepakatan dalam arbitrase dapat terjadi melalui komunikasi tertulis secara
modern yang tentunya wajib disertai suatu catatan penerimaan.
 Arbitrase bersifat Final & Binding (final & mengikat)
 Pengadilan wajib karena jabatan (ex officio) menyatakan diri tidak berwenang,
bila terdapat klausula Arbitrase dalam suatu perjanjian. (Ps.3)
 Penawaran penyelesaian sengketa melalui arbitrase bisa melalui telex,
telegram, faximile / e-mail. (Ps.4 ayat (3))
 Syarat utama untuk dapat dilakukan Arbitrase adalah adanya suatu perjanjian
untuk berarbitrase (pasal 1 ayat (1)).
 Perjanjian Arbitrase dibuat dengan akta Notaris yang isinya memuat (pasal 9
ayat (3)) :
1. masalah yang dipersengketakan;

2. nama lengkap & alamat para pihak;

3. nama lengkap & alamat arbiter;

4. tempat arbitrase akan mengambil keputusan;

5. jangka waktu 6 bulan penyelesaian masalah dengan cara arbitrase

6. pernyataan kesediaan dari para pihak yang bersengketa untuk menanggung segala
biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan sengketa melalui arbitrase.
 Arbiter bisa tunggal atau banyak, tetapi jumlahnya harus ganjil.
Pihak yang berkeberatan terhadap pengangkatan hakim arbiter
mengajukan hak ingkar paling lama 14 hari sejak pengangkatan
 Semua pemeriksaan sengketa oleh majelis arbiter dilakukan
secara tertutup, karena arbitrase bersifat konfindensial.
 Terhadap putusan arbitrase dapat diminta pembatalan bila diduga mengandung
unsur-unsur :
1. dipergunakan dokumen palsu dalam persidangan.
2. telah disembunyikan dokumen yang menentukan.
3. telah dilakukan tipu muslihat oleh lawan.

Anda mungkin juga menyukai