Anda di halaman 1dari 10

RANCANGAN PENELITIAN GUNA PENULISAN PROPOSAL

A. JUDUL : IMPLEMENTASI PELAKSANAAN PUTUSAN

ARBITRASE ASING DI INDOSESIA

B. IDENTITAS MAHASISWA

a. Nama : Nouval Dhia Fairul

b. Nomor Pokok Mahasiswa : 20101010223

c. Angkatan : 2020

d. Program Studi : Ilmu Hukum

e. Program Kekhususan : Hukum Perdata

f. Sudah Lulus/Belum Mata Kuliah Wajib : Belum

g. SKS yang Dicapai : 108

h. Alamat : Kota Sabang

C. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Arbitrase merupakan suatu mekanisme yang oleh para pihak yang

berselisih secara suka rela sepakat untuk terikat pada putusan pihak

ketiga yg netral di luar proses peradilan yang normal. nalar serta

kesederhanaan dari arbitrase menerima kebanggaan bahwa proses

tersebut ditujukan untu manusiasejak abad permulaan. buat alasan

yang sama pula arbitrase secara luas diterimasebagai pelengkap dari

hukum formildari orang-orang romawi dan lebih di sukai menjadi


indera penyelesaian perselisiahan komersil di abad pertengahan.1

Berawal pada penghujung abad ke-18, terbentuklah jay treaty

yang menjadi solusi arbitrase sebagai upaya penyelesaian sengketa

perdagangan internasional. Perjanjian tersebut lahir pada tanggal 19

November 1794 dimana perjanjian ini terjadi antara Amerika dan

Inggris. Perjanjian ini terbentuk karena solusi atas permasalahan

perdagangan internasional yang lama yang cenderung

mengecewakan. Sebelum adanya arbitrase internasional yang di

dasarkan pada prinsip hukum, sistem penyelesaian sengketa

internasioanl di laksanakan dengan sistem saluran diplomatik yang

sering kali melibatkan kepentingan politik dalam proses

penyelesaiannya. 2

Jauh sebelum Indonesia memiliki Undang-undang nomor 30

Tahun 1999 yang mengatur perihal Arbitrase dan cara lain

Penyelesaian sengketa (UU Arbitrase), Indonesia pernah disebut

sebagai negara yang tidak ramah arbitrase (not arbitration-friendly

country). pada era tadi, selama bertahun-tahun Indonesia diklaim

menjadi negara yang tak konsisten serta tidak mungkin

melaksanakan putusan arbitrase asing. di Indonesia. Hal tadi

menghasilkan reputasi Indonesia jelek pada mata dunia arbitrase

internasional. namun hal tersebut keliru serta tidak benar. Konvensi

New York yang menjadi salah satu resolusi atas ketentuan arbitrase

1
Jurnal Hukum Mila Karmila Hadi, Masa Depan Arbitrase
2
M. Yahya Harahap, Beberpa Tinjauan Mengenai Sistem Perdilan dan Penyelesaian Sengketa, (Bandung: Citra
Aditya Bakti 1997), h. 226
internasional ( convention on the Recognation and Enforcement of

Foreign Arbitration Awards ), yang disahkan per tanggal 10 Juni

1958 dan di ratifikasi indonesia pada 5 Agustus 1981 melaluki

Keputtusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 serta diumumkan dalam

Berita Negara Nomor 40 Tahun 1981 dan secara resmi terdaftar per

tanggal 7 Oktober 1981.3

Arbitrase dapat disebut “internasional” jika para pihak dalam

pembuatan perjanjian memiliki badan atau tempat usaha di negara

yang berbeda ataupun melewati batas negara antara pihak satu dan

pihak lainnya. Menurut Pasal 1 Angka 1 ketentuan umum model

Law UNCITRAL yang berbunyi: “This Law apllies to international

commercial arbitration, subject to an agreement inforce between

this state and any other State or States” bahwa Undang-Undang ini

ditetapkan buat apa yang disebut International Commertical

Arbitrastion. Yang dimaknai, arbitrase ini harus bersifat

internasional, Bila beberapa hal krusial sebagai berkut terpenuhi :

1. Jika para pihal yang membentuk klausak arbitrase atau

perjanjian arbitrase pada Ketika membuat perjanjian

memiliki Kawasan usaha yang berbeda ( Place of business )

2. Jika Kawasan arbitrase yang ditentukam pada perjanjian

arbitrase ini berada di luar negara daerah para pihal

mempunyai tempat usaha mereka

3
Nirmala, Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing (Internasional) di Indonesia, ( Business Law
Binus University,2017)
3. Jika suatu daerah dimana bagian terpenting kewajiban atau

korelasi dagang para pihak wajib dilaksanakan atau tempat

dimana objek koskurensi paling erat hubungannya (most

closely connected ), memang letaknya pada

2. Identifikasi Masalah

2.1. Bagaimana implementasi penyelesaian sengketa melalui

jalur arbitrase di indonesia ?

2.2. Bagaimana kewenangan lembaga peradilan Indonesia

terhadap eksistensi putusan arbitrase asing ?

2.3. Apakah praktek eksekusi putusan arbitrase asing oleh

pengadilan sudah sejalan dengan Undang-undang Nomor 30

tahun 1999 ?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa melalui

jalur arbitrase di Indonesia.

2. Untuk mengetahui gambaran terhadap putusan arbitrase

asing, apabila dilaksanakan oleh Lembaga peradilan di

Indonesia.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan

putusan arbitrase asing dalam praktek di Indonesia.

D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum Arbitrase


a. Pengertian Arbitrase

Arbitrase adalah sebuah proses penyelesaian sengketa

alternatif di luar pengadilan, di mana para pihak sepakat

untuk menyelesaikan sengketa yang sedang

dipertentangkan dengan mengajukan kasusnya ke arbiter

atau panel arbiter yang telah ditunjuk. Keputusan yang

diambil oleh arbiter bersifat final dan mengikat para pihak.4

b. Kelebihan dan kekurangan arbitrase

Arbitrase memiliki beberapa kelebihan dibandingkan

penyelesaian sengketa di pengadilan, di antaranya adalah

lebih cepat, lebih murah, lebih rahasia, dan dapat

meminimalkan kerugian bisnis. Arbitrase juga dapat

dilakukan secara internasional dan dapat menyelesaikan

sengketa antara negara.5

Namun, arbitrase juga memiliki beberapa kelemahan,

seperti tidak ada jaminan keadilan yang sama seperti di

pengadilan, tidak ada jaminan keberhasilan pelaksanaan

keputusan, dan dapat memerlukan biaya yang cukup besar

tergantung pada kompleksitas kasusnya.6

2. Tinjauan Pelaksanaan Putusan arbitase asing di

Indonesia

4
Redfern, A., & Hunter, M. (2014). Law and practice of international commercial arbitration. Sweet & Maxwell.
5
Blackaby, N., Partasides, C., Redfern, A., & Hunter, M. (2015). Redfern and Hunter on international
arbitration. Oxford University Press.
6
Moses, M. L. (2012). The principles and practice of international commercial arbitration. Cambridge
University Press.
Dalam pelaksanaan pengakuan dan pelaksanaan putusan

arbitrase asing di Indonesia, terdapat permasalahan terkait

administrasi penyampaian berkas permohonan yang

memerlukan lembar asli/salinan otentik putusan arbitrase,

perjanjian yang menjadi dasar putusan, dan keterangan dari

perwakilan diplomatik Indonesia di negara tempat putusan

arbitrase internasional tersebut ditetapkan. Namun,

keterangan dari perwakilan diplomatik belum

dikomunikasikan secara efektif oleh Kementerian Luar

Negeri Indonesia kepada perwakilan diplomatiknya di luar

negeri, yang sering menambah beban administratif dan

mengakibatkan keterlambatan dalam pendaftaran di

Pengadilan Negeri.

Permohonan tersebut disampaikan oleh arbiter atau kuasanya

kepada Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Putusan

Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang mengakui dan

melaksanakan putusan arbitrase internasional bersifat

mengikat dan final, tidak dapat diajukan banding atau kasasi.

Namun, terhadap putusan yang menolak untuk mengakui dan

melaksanakan putusan arbitrase internasional, dapat

diajukan kasasi dalam waktu 30 hari sejak penyerahan dan

pendaftaran putusan arbitrase di Pengadilan Negeri.

Mahkamah Agung akan mempertimbangkan serta

memutuskan setiap pengajuan kasasi putusan yang menolak

untuk mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase


internasional. Namun, terhadap perkara di mana negara

Indonesia menjadi salah satu pihak, maka putusan

Mahkamah Agung tidak dapat diajukan upaya perlawanan.

Indonesia merupakan negara yang sangat positif mengakui

dan melaksanakan putusan arbitrase asing sejak lahirnya UU

Arbitrase. Sejak UU Arbitrase berlaku sampai sekarang,

tidak ada permohonan eksekutor putusan arbitrase asing

yang ditolak oleh Pengadilan Negeri. Hal ini menunjukkan

hal yang benar-benar positif, yang sangat berbeda jauh

dengan sebelum lahirnya UU Arbitrase.7

E. METODE PENELITIAN

a. Pendekatan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian di bidang hukum, yang

menggunakan pendekatan perundang-undangan untuk

mengkaji substansi undang-undang terkait dengan

permasalahan yang diteliti. Selain itu, digunakan juga

pendekatan konseptual yang berdasarkan pada konsep-

konsep hukum dan prinsip-prinsip hukum, serta pendekatan

kasus yang berkaitan dengan putusan arbitrase asing di

Indonesia. Dalam hal ini, pendekatan perundang-undangan

digunakan untuk menganalisis hukum positif, sistematisasi

hukum positif, dan interpretasi hukum positif. Sedangkan

7
Bambang Sumantri, 'Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing di Indonesia', Jurnal Dinamika
Hukum, vol. 17, no. 2, 2017.
pendekatan konseptual dan kasus digunakan untuk menilai

hukum positif.8

b. Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum, terdapat dua jenis bahan yang

digunakan, yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan yang diakui

oleh otoritas, seperti peraturan perundang-undangan dan

putusan pengadilan. Sedangkan bahan hukum sekunder

adalah bahan lain yang tidak bersifat otoritatif, seperti buku,

artikel, dan makalah. Untuk memulai penelitian, bahan-

bahan hukum baik primer maupun sekunder dihimpun

dengan melakukan penelusuran pada perpustakaan, lembaga

pemerintahan, internet, seminar, dan lain-lain. Setelah itu,

bahan-bahan tersebut dipelajari dan diambil inti sari berupa

pandangan, konsep, teori, dan ketentuan yang terkait dengan

substansi permasalahan. Semua materi dicatat pada kartu-

kartu yang disusun berdasarkan pokok masalah yang telah

dirumuskan. Dalam analisis bahan hukum, konsep-konsep

dan teori-teori yang relevan digunakan untuk mencari

hubungan antara bahan satu dengan lainnya. Penelitian ini

juga dilengkapi dengan studi lapangan ke instansi-instansi

terkait, terutama lembaga peradilan, untuk mengamati secara

langsung atau melakukan wawancara bila dibutuhkan.

8
Philipus M. Hadjon, P'engkajian limu Huhum Dogmatik (normative), Makalah disampulkan poda Penataran
Metode Penelitiun /Tukum C'niversiras Lidayana, Denpasar. Bali 24-25 Nopember 1994 - 8
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan akan

ditemukan jawaban ilmiah atas pokok-pokok permasalahan

yang dirumuskan dalam penelitian.

c. Analisis Bahan Hukum

Dalam penelitian ini, bahan hukum primer dan sekunder

akan dianalisis dengan cara mengaitkannya dengan konsep-

konsep, teori-teori, dan kasus-kasus yang terkait dengan

bidang arbitrase, khususnya dalam hal eksekusi putusan

arbitrase asing. Melalui analisis bahan hukum tersebut,

diharapkan dapat menghasilkan pemikiran yang mampu

memberikan jawaban yang ilmiah terhadap permasalahan

yang telah dirumuskan.


DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Hukum Mila Karmila Hadi, Masa Depan Arbitrase;


M. Yahya Harahap, Beberpa Tinjauan Mengenai Sistem Perdilan dan Penyelesaian
Sengketa, (Bandung: Citra Aditya Bakti 1997);
Nirmala, Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing (Internasional) di
Indonesia, ( Business Law Binus University,2017);
Redfern, A., & Hunter, M. (2014). Law and practice of international commercial
arbitration. Sweet & Maxwell.
Blackaby, N., Partasides, C., Redfern, A., & Hunter, M. (2015). Redfern and Hunter on
international arbitration. Oxford University Press.
Moses, M. L. (2012). The principles and practice of international commercial
arbitration. Cambridge University Press
Bambang Sumantri, 'Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing di
Indonesia', Jurnal Dinamika Hukum, vol. 17, no. 2, 2017.
Philipus M. Hadjon, P'engkajian limu Huhum Dogmatik (normative), Makalah
disampulkan poda Penataran Metode Penelitiun /Tukum C'niversiras Lidayana, Denpasar.
Bali 24-25 Nopember 1994 - 8

Anda mungkin juga menyukai