Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

 Arbitrase internasional merupakan pilihan


penyelesaian sengketa bagi para pihak antar
negara.
 Dianggap lebih efisien dan terutama adalah
karena putusan arbirase dapat dieksekusi di
negara-negara penandatangan Konvensi New
York 1958.
 Konvensi tersebut telah diratifkasi oleh
pemerintah Indonesia melelui Keppres Nomor
34 Tahun 1981.
AD HOC DAN INSTITUTIONAL
 AD HOC : ARBITER DAN PROSEDUR DIPILIH
SENDIRI OLEH PARA PIHAK
 INSTITUTIONAL : LEMBAGA ARBITRASE
DENGAN PROSEDUR TERSENDIRI
 LEMBAGA ARBITRASE INSTITUTIONAL
YANG BERSIFAT NASIONAL, contohnya :
Singapore International Arbitation Centre
(SIAC), The American Arbitration Association
(AAA), The London Court of Arbitration dan
yang dimiliki oleh negara kita yaitu Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
 LEMBAGA ARBITRASE INSTITUTIONAL
YANG BERSIFAT INTERNASIONAL yang
menangani sengketa antara negara/berlainan
kewarganegaraan contohnya Court of
Arbitration of the International Chamber of
Commerce (ICC) berpusat di Paris dan The
International Centre For Settlement of
Investment Dispute (ICSID) berpusat di
Washington DC AS;
DASAR HUKUM
 Konvensi New York 1958 (The UN Convention
on the Recognition and Enforcement on
Foreign Arbitral Award) dan beberapa
instrument hukum yang terkenal yaitu:
 UNCITRAL Arbitration Rules (United Nation
Commission on International Trade Law) yang
merupakan resolusi PBB tgl 15 Desember 1976
 The Model Law on International Commercial
Arbitration 1985.
PILIHAN HUKUM
 LEX LOCI ARBITRI

Prosedur arbitrase yang berlaku di negara


tempat diselenggarakannya arbitrase, dapat
mengacu kepada prosedur arbitrase
institusional atau hukum yang berlaku di
negara tempat arbitrase berlangsung, apabila
tidak ditentukan lain dalam perjanjian oleh
para pihak.
Hukum yang dapat berlaku di arbitrase :

 Governing law : hukum yang berlaku untuk


agreement;
 Lex loci arbitri : hukum yang berlaku di tempat
diselenggarakannya arbitrase;
EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE
INTERNASIONAL DI INDONESIA

 UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase


dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 65
sampai pasal 69.

 Yang berwenang melaksanakan putusan


arbitrase internasional adalah Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.
SYARAT-SYARAT

 Dijatuhkan oleh arbitrase di Negara yang terikat


perjanjian baik bilateral maupun multilateral dengan
Indonesia mengenai pengakuan dan pelaksanaan
putusan arbitrase internasional;
 Putusan terbatas dalam ruang lingkup hukum
perdagangan;
 Putusan tidak bertentangan dengan kepentingan umum;
 Putusan dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur
dari Ketua PN Jakarta Pusat;
 Putusan yang salah satu pihaknya adalah Negara RI
harus memperoleh persetujuan eksekuatur dari
Mahkamah Agung RI
PROSEDUR EKSEKUATUR

 Permohonan eksekuatur didaftarkan ke kepaniteraan PN


Jakarta Pusat;
 Dokumen pendukung :
- Surat kuasa dari arbiter yang menjatuhkan putusan
(apabila arbiter tidak dapat mendaftarkan secara langsung);
- Salinan asli putusan arbitrase internasional dan terjemahan
resminya dalam bahasa Indonesia;
- Salinan asli perjanjian yang menjadi dasar putusan arbitrase;
- Surat keterangan dari perwakilan diplomatic RI di tempat
putusan tersebut ditetapkan yang menyatakan bahwa Negara
pemohon terikat pada perjanjian baik bilateral maupun
multilateral dengan Indonesia mengenai pengakuan dan
pelaksanaan putusan arbitrase internasional;
PROSEDUR EKSEKUSI
 Mengajukan permohonan aanmaning diikuti
terbitnya Penetapan Aanmaning;
 Para pihak dipanggil oleh Ketua PN Jakarta Pusat
dan pihak Termohon Eksekusi diminta
melaksanakan putusan secara sukarela;
 Apabila tidak dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu maka Pemohon mengajukan sita ekseskusi
yang diikuti terbitnya Penetapan Sita Eksekusi dan
Berita Acara Sita Eksekusi;
 Permohonan Eksekusi diikuti Penetapan Eksekusi;
 Lelang
UPAYA HUKUM TERHADAP
PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE
INTERNASIONAL DI INDONESIA

 Konvensi New York 1958 dan Model Law 1985


mengatur mengenai alasan-alasan tidak dapat
dilaksanakannya putusan arbitrase
internasional.
 Para pihak pada perjanjian (arbitrase) tidak
memiliki kecakapan berdasarkan hukum yang
berlaku atas mereka, atau perjanjian tersebut
tidak sah berdasarkan hukum mana para pihak
sudah menundukkan diri atau berdasarkan
hukum negara di mana putusan itu dijatuhkan.

 Pihak terhadap siapa putusan dijatuhkan tidak


diberi pemberitahuan yang patut mengenai
penunjukan arbiter atau mengenai proses
arbitrase atau tidak dapat membela perkaranya.
 Putusan berkenaan dengan perselisihan yang tidak dimaksudkan
oleh atau tidak termasuk dalam kesepakatan-kesepakatan
mengenai pengajuan perselisihan itu ke arbitrase atau memuat
putusan atas hal-hal yang berada di luar lingkup kesepakatan
mengenai pengajuan perselisihan itu ke arbitrase;

 Komposisi majelis arbitrase atau prosedur arbitrase tidak sesuai


dengan perjanjian para pihak atau, apabila kesepakatan tersebut
tidak ada, tidak sesuai dengan hukum negara di mana arbitrase itu
dilangsungkan.

 Putusan arbitrase masih belum mengikat para pihak, atau telah


dibatalkan atau ditangguhkan oleh pihak yang berwenang dari
negara di mana atau berdasarkan hukum mana putusan arbitrase
itu dijatuhkan.
 Materi pokok perselisihan tidak dapat
diselesaikan melalui arbitrase berdasarkan
hukum dari negara tersebut, atau pengakuan
atau pelaksanaan putusan arbitrase
berlawanan dengan ketertiban umum dari
negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai