Anda di halaman 1dari 6

Kekuatan Hukum Putusan LCIA terhadap PT Garuda Indonesia

- Mengingat PT Garuda Indonesia merupakan badan hukum yang menjalankan


usahanya di Indonesia, maka kekuatan hukum putusan arbitrase yang ditujukan
kepadanya akan bergantung pada pengaturan pengakuan putusan arbitrase asing di
Indonesia
- Instrumen hukum yang banyak digunakan oleh negara-negara di dunia berkaitan
dengan pengakuan putusan arbitrase asing adalah New York Convention 1958
- Indonesia merupakan salah satu negara yang meratifikasi new York convention 1958.
Sebagai salah satu negara yang meratifikasi new York convention 1958 berarti harus
tunduk pada ketentuan di dalam konvensi ini (cari pasalnya)
- Pengaturan mengenai kekuatan hukum putusan arbitrase internasional terdapat dalam
Pasal III New York Convention 1958, yaitu sebagai berikut:
“Setiap Negara Penandatangan (konvensi ini) wajib mengakui putusan arbitrase
sebagai putusan yang mengikat dan melaksanakannya sesuai dengan aturan
prosedural di wilayah di mana putusan itu akan diandalkan, sesuai dengan kondisi
yang dijelaskan dalam pasal-pasal berikut ini. Tidak boleh ada pemberlakuan kondisi
yang lebih berat atau pengenaan biaya yang lebih tinggi sehubungan dengan
pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase sesuai dengan Konvensi ini,
dibandingkan dengan kondisi yang diberlakukan untuk pengakuan dan pelaksanaan
putusan arbitrase domestic.”
- Berdasarkan Pasal III New York Convention 1958 tersebut, maka dapat ditarik
beberapa poin penting yang relevan ketika membahas kekuatan hukum putusan
LCUA terhadap Garuda Indonesia, yaitu:
o Indonesia wajib mengakui putusan LCIA sebagai putusan arbitrase
internasional sebagai putusan yang mengikat
o Pelaksanaan putusan LCIA sebagai putusan arbitrase internasional
dilaksanakan sesuai dengan aturan procedural di wilayah mana putusan itu
akan diandalkan, dalam hal ini adalah Indonesia.
- Ketentuan dalam New York Convention 1958 yang mensyratkan bahwa pelaksanaan
putusan arbitrase internasional harus dilaksanakan berdasarkan aturan procedural di
wilayah mana putusan itu akan diandalkan membawa konsekuensi keberlakuan
hukum nasional Indonesia yang berkaitan dengan pelaksanaan putusan arbitrase yang
dalam hal ini, maka UU Arbitrase lah yang berlaku.
- Berdasarkan Pasal 66 UU Arbitrase, putusan arbitrase internasional hanya diakui serta
dapat dilaksanakan di wilayah Indonesia apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Diajukan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu negara yang dengan negara
Indonesia terkait pada perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral,
mengenai pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional.
2. Putusan tersebut termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan
3. Putusan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
4. Memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
5. Jika Negara Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, memperoleh
eksekuatur dari Mahkamah Agung dan selanjutnya dilimpahkan kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
- Dalam hal ini, putusan arbitrase LCIA merupakan putusan arbitrase yang diajukan
oleh Inggris, yang merupakan negara yg juga menandatangani New York Convention
1958 sehingga secara langsung Indonesia terlibat pada perjanjian secara multilateral
dengan Inggris.1 Selain itu, putusan LCIA terhadap PT Garuda Indonesia pun
merupakan putusan dalam ruang lingkup hukum perdagangan dan sejauh ini tidak
ditemukan adanya pertentangan dengan kepentingan umum dalam putusan tersebut.
Oleh karena itu, putusan LCIA adalah putusan yang memenuhi persyaratan dalam
huruf a, b, dan c New York Convention 1958.
- Selanjutnya, agar dapat diakui dan dilaksanakan, maka putusan arbitrase internasional
dari LCIA tersebut harus dimohonkan eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat.
- Permohonan pelaksanaan putusan arbitrase internasional tersebut baru dapat
dilakukan jika putusan tersebut telah diserahkan dan didaftarkan terlebih dahulu oleh
arbiter atau kuasanya kepada Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 2 Adapun
dokumen yang perlu dipersiapkan dalam mengajukan permohonan tersebut adalah:3
a. lembar asli atau salinan otentik Putusan Arbitrase Internasional, sesuai ketentuan
perihal otentifikasi dokumen asing, dan naskah terjemahan resminya dalam
Bahasa Indonesia;

1
https://www.newyorkconvention.org/countries
2
Pasal 67 (1) UU Arbitrase
3
Pasal 67 (2) UU Arbitrase
b. lembar asli atau salinan otentik perjanjian yang menjadi dasar Putusan Arbitrase
Internasional sesuai ketentuan perihal otentifikasi dokumen asing, dan naskah
terjemahan resminya dalam bahasa Indonesia; dan
c. keterangan dari perwakilan diplomatik Republik Indonesia di negara tempat
Putusan Arbitrase Internasional tersebut ditetapkan, yang menyatakan bahwa
negara pemohon terikat pada perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral
dengan negara Republik Indonesia perihal pengakuan dan pelaksanaan Putusan
Arbitrase Internasional.
- Barulah setelah Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memberikan perintah
eksekusi, maka pelaksanaannya dilimpahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
secara relative berwenang melaksanakannya.4 Adapun pelaksanaannya adalah sesuai
dengan ketentuan pelaksanaan putusan dalam perkara perdata yang putusannya telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.5

4
Pasal 69 (1) UU Arbitrase
5
Pasal 69 (1) jo. 64 UU Arbitrase
PT Garuda Indonesia merupakan badan hukum yang menjalankan usahanya di
Indonesia, maka kekuatan hukum putusan arbitrase yang ditujukan kepadanya akan
bergantung pada pengaturan pengakuan putusan arbitrase internasional di Indonesia. Adapun
yang dimaksud dengan Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh
suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia,
atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum
Republik Indonesia dianggap sebagai suatu putusan arbitrase internasional.6 Dalam kasus ini,
maka putusan arbitrase internasional yang dimaksud adalah putusan LCIA sebahai sebuah
Lembaga arbitrase internasional yang berkedudukan di London, Inggris.
Di Indonesia sendiri, pengakuan putusan arbitrase internasional mengacu pada New
Convention 1958 atau Convention on Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral
Award yang diratifikasi dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
1981 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981. Dengan dilakukannya ratifikasi
terhadap New Convention 1958 tersebut, maka …(cari akibat hukum ratifikasi). Adapun
pengaturan mengenai kekuatan hukum putusan arbitrase internasional diatur dalam Pasal III
New York Convention 1958, yaitu sebagai berikut:
“Setiap Negara Penandatangan (konvensi ini) wajib mengakui putusan arbitrase
sebagai putusan yang mengikat dan melaksanakannya sesuai dengan aturan
prosedural di wilayah di mana putusan itu akan diandalkan, sesuai dengan kondisi
yang dijelaskan dalam pasal-pasal berikut ini. Tidak boleh ada pemberlakuan kondisi
yang lebih berat atau pengenaan biaya yang lebih tinggi sehubungan dengan
pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase sesuai dengan Konvensi ini,
dibandingkan dengan kondisi yang diberlakukan untuk pengakuan dan pelaksanaan
putusan arbitrase domestic.”
Berdasarkan Pasal III New York Convention 1958 tersebut, maka dapat ditarik
beberapa poin penting yang relevan ketika membahas kekuatan hukum putusan LCIA
terhadap Garuda Indonesia, yaitu:
1. Indonesia wajib mengakui putusan LCIA sebagai putusan arbitrase
internasional sebagai putusan yang mengikat; dan
2. Pelaksanaan putusan LCIA sebagai putusan arbitrase internasional
dilaksanakan sesuai dengan aturan procedural di wilayah mana putusan itu
akan diandalkan, dalam hal ini adalah Indonesia.

6
Pasal 1 angka 9 UU Arbitrase
Berkaitan dengan poin ke-2, maka timbul konsekuensi hukum lainnya yaitu berlakunya
hukum nasional Indonesia yang berkaitan dengan pelaksanaan putusan arbitrase yang dalam
hal ini, maka UU Arbitrase lah yang berlaku.
UU Arbitrase telah mengatur secara komprehensif mengenai tatacara dan persyaratan
pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di wilayah Indonesia.
Berdasarkan Pasal 66 UU Arbitrase, putusan arbi putusan arbitrase internasional hanya diakui
serta dapat dilaksanakan di wilayah Indonesia apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
6. Diajukan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu negara yang dengan negara
Indonesia terkait pada perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral,
mengenai pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional.
7. Putusan tersebut termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan
8. Putusan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
9. Memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
10. Jika Negara Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, memperoleh
eksekuatur dari Mahkamah Agung dan selanjutnya dilimpahkan kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Dalam hal ini, putusan arbitrase LCIA merupakan putusan arbitrase yang diajukan
oleh Inggris, yang merupakan negara yg juga menandatangani New York Convention 1958
sehingga secara langsung Indonesia terlibat pada perjanjian secara multilateral dengan
Inggris.7 Selain itu, putusan LCIA terhadap PT Garuda Indonesia pun merupakan putusan
dalam ruang lingkup hukum perdagangan dan sejauh ini tidak ditemukan adanya
pertentangan dengan kepentingan umum dalam putusan tersebut. Oleh karena itu, putusan
LCIA adalah putusan yang memenuhi persyaratan dalam huruf a, b, dan c New York
Convention 1958.
Selanjutnya, agar sebuah putusan arbitrase internasional dapat diakui dan
dilaksanakan, maka putusan arbitrase tersebut harus terlebih dahulu diserahkan dan
didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 8 Hal
ini berkaitan dengan dibatasinya wewenang penanganan masalah pengakuan dan pelaksanaan
putusan arbitrase internasional yang hanya dapat dilakukan oleh Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.9 Setelah putusan arbitrase internasional tersebut diserahkan oleh arbiter, maka langkah

7
https://www.newyorkconvention.org/countries
8
Pasal 67 (1) UU Arbitrase
9
Pasal 65 UU Arbitrase
selanjutnya adalah menyampaikan berkas permohonan pelaksanaan putusan arbitrase
internasional dengan menyerahkan dokumen-dokumen berupa:10
d. lembar asli atau salinan otentik Putusan Arbitrase Internasional, sesuai ketentuan
perihal otentifikasi dokumen asing, dan naskah terjemahan resminya dalam
Bahasa Indonesia;
e. lembar asli atau salinan otentik perjanjian yang menjadi dasar Putusan Arbitrase
Internasional sesuai ketentuan perihal otentifikasi dokumen asing, dan naskah
terjemahan resminya dalam bahasa Indonesia; dan
f. keterangan dari perwakilan diplomatik Republik Indonesia di negara tempat
Putusan Arbitrase Internasional tersebut ditetapkan, yang menyatakan bahwa
negara pemohon terikat pada perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral
dengan negara Republik Indonesia perihal pengakuan dan pelaksanaan Putusan
Arbitrase Internasional.
Setelah penyerahan permohonan beserta dokumen-dokumen tersebut, maka untuk
dapat dilaksanakan harus terlebih dahulu menunggu perintah eksekusi dari Ketua Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Barulah setelah Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memberikan
perintah eksekusi, maka pelaksanaannya dilimpahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
secara relative berwenang melaksanakannya.11 Adapun pelaksanaannya adalah sesuai dengan
ketentuan pelaksanaan putusan dalam perkara perdata yang putusannya telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.12

10
Pasal 67 (2) UU Arbitrase
11
Pasal 69 (1) UU Arbitrase
12
Pasal 69 (1) jo. 64 UU Arbitrase

Anda mungkin juga menyukai