Anda di halaman 1dari 6

Soal 1

a. Apa yang menjadi pokok permasalahan di dalam perkara tersebut? Jelaskan Kasus posisi yang
ada di dalam putusan tersebut.

Jawab

Dalam kasus tersebut, terdapat dua posisi yang dapat diidentifikasi:

1. Pemohon (pihak yang mengajukan permohonan tuntutan ingkar):


Pemohon mengajukan tuntutan ingkar atas penunjukan arbiter yang dilakukan oleh
Termohon I dan II dalam proses arbitrase di Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
Pemohon berpendapat bahwa profesi arbiter termasuk dalam jenis profesi atau kegiatan
yang diharuskan untuk memegang visa-visa sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 35, 36,
38, dan 39 UU Imigrasi. Dengan demikian, pemohon berargumen bahwa penunjukan arbiter
yang tidak memenuhi persyaratan visa yang diatur dalam UU Imigrasi mengakibatkan
wanprestasi dalam proses arbitrase.

2. Termohon I dan II (pihak yang dituntut):


Termohon I dan II berpendapat bahwa penyelesaian sengketa melalui BANI, dengan
menggunakan Peraturan BANI, adalah kesepakatan yang harus ditegakkan dan dilaksanakan.
Mereka berargumen bahwa pilihan para pihak untuk menggunakan BANI sebagai lembaga
arbitrase dan persetujuan terhadap peraturannya harus dihormati oleh pengadilan. Oleh
karena itu, mereka berpendapat bahwa pengadilan tidak memiliki kewenangan untuk
mengadili perkara ini.

Landasan hukum yang relevan dalam kasus ini adalah:

1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


Sengketa:
UU ini mengatur mengenai arbitrase di Indonesia. Dalam hal ini, perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis dan kesepakatan para pihak untuk menyerahkan sengketa ke arbitrase
harus dihormati oleh pengadilan.

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian:


UU ini mengatur mengenai masalah keimigrasian di Indonesia, termasuk persyaratan visa
bagi mereka yang bekerja atau melakukan kegiatan tertentu di Indonesia. Pasal 35, 36, 38,
dan 39 UU Imigrasi mungkin menjadi acuan dalam mempertimbangkan apakah profesi
arbiter termasuk dalam kategori yang diharuskan memiliki visa sesuai dengan peraturan
tersebut.

Dalam kasus ini, pengadilan perlu mempertimbangkan landasan hukum tersebut untuk
memutuskan apakah pemilihan arbiter yang tidak memenuhi persyaratan visa yang diatur
dalam UU Imigrasi mengakibatkan wanprestasi dalam proses arbitrase atau apakah
kesepakatan untuk menggunakan BANI harus dihormati dan dilaksanakan.
b.Berikan analisa saudara terhadap pertimbangan putusan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan dalam perkara tersebut

Jawab

Berdasarkan konteks yang diberikan, maka alasan yang melatarbelakangi putusan majelis
hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengenai sengketa yang melibatkan arbiter dan
BANI adalah bahwa para pihak telah bersepakat untuk menggunakan BANI dan peraturannya
untuk menyelesaikan sengketanya, dan karenanya pengadilan tidak memiliki yurisdiksi untuk
mendengar kasus tersebut. Pengadilan juga mencatat bahwa tidak ada pengaturan yang jelas
mengenai penerbitan visa untuk arbiter dalam UU Keimigrasian, sehingga terdakwa tidak
diharuskan untuk mendapatkan visa tersebut. Selain itu, pengadilan menyatakan bahwa
korespondensi antara penggugat dan lembaga pemerintah mengenai masalah tersebut tidak
dapat digunakan sebagai dasar hukum.

c.Apakah karena seorang arbiter ditunjuk oleh salah satu pihak di dalam perkara maka arbiter
tersebut harus memihak ke pihak yang menunjuknya? Jelaskan

Jawab

Konteks yang diberikan tidak langsung menjawab pertanyaan ini. Namun, secara umum,
seorang arbiter diharapkan tidak memihak dan tidak bias terhadap kedua belah pihak yang
bersengketa. Artinya, mereka tidak boleh memihak pihak yang menunjuk mereka atau
memiliki konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan mereka.
Jika seorang arbiter ditemukan bias, hal itu dapat merusak legitimasi proses arbitrase dan
berpotensi menimbulkan tantangan hukum terhadap keputusan tersebut.

d.Apa yang dimaksud dengan hak ingkar dan bagaimana hak ingkar diatur di dalam Undang-
Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa?

Jawab

Hak ingkar diatur dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa pada Pasal 43. Hak ingkar adalah hak yang diberikan kepada pihak
yang bersengketa untuk mengajukan keberatan atas arbiter yang menyelesaikan sengketa
dalam suatu perkara. Dalam Pasal 24 ayat (3) dan (4) UU Arbitrase, diatur bahwa pihak yang
keberatan terhadap penunjukan seorang arbiter yang dilakukan oleh pihak lain harus
mengajukan tuntutan ingkar dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak
pengangkatan. Dalam hal alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dan (2)
diketahui kemudian, tuntutan ingkar harus diajukan dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari sejak diketahuinya hal tersebut.

Soal 2

a.Apa yang menjadi pokok permasalahan di dalam perkara tersebut? Jelaskan kasus posisi yang
ada di dalam putusan tersebut

Jawab

 Halaman 45: Persyaratan Dokumen Bukti Perjanjian Arbitrase


Pokok permasalahan dalam halaman ini adalah tentang persyaratan dokumen bukti
perjanjian arbitrase yang harus ada dan ditandatangani oleh pihak yang bersengketa
yang menjadi dasar lembaga arbitrase tersebut. Landasan hukum yang relevan
adalah UU Arbitrase Indonesia (No. 30 Tahun 1999) dan persyaratan perjanjian
arbitrase yang sah. UU Arbitrase Indonesia mengatur bahwa perjanjian arbitrase
harus dibuat secara tertulis dan memuat kesepakatan antara para pihak untuk
menyerahkan sengketa ke arbitrase. Dokumen bukti perjanjian arbitrase yang
memenuhi persyaratan tersebut dapat menjadi dasar sah bagi lembaga arbitrase
untuk memulai proses penyelesaian sengketa.

 Halaman 58: Eksepsi Terhadap Putusan Arbitrase Internasional


Pokok permasalahan dalam halaman ini adalah eksepsi yang diajukan oleh Terlawan I
(Pelawan) dengan alasan Partij Verzet (Perlawanan Pihak Tersita). Terlawan I
berpendapat bahwa gugatan perlawanan yang diajukan oleh Pelawan tidak jelas atau
kabur karena mencampuradukkan antara gugatan perlawanan, pembatalan putusan
arbitrase internasional, dan bantahan terhadap pengakuan dan pelaksanaan putusan
arbitrase internasional. Landasan hukum yang relevan adalah UU Arbitrase Indonesia
dan hukum internasional terkait pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase
internasional. UU Arbitrase Indonesia mengatur prosedur untuk mengajukan eksepsi
terhadap putusan arbitrase, sementara hukum internasional, seperti Konvensi New
York tentang Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing, mengatur prinsip-
prinsip yang berkaitan dengan pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase
internasional.

 Halaman 28: Eksekusi Putusan Arbitrase


Pokok permasalahan dalam halaman ini adalah tentang tahapan eksekusi putusan
yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pokok permasalahan
ini berkaitan dengan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa proses eksekusi telah
dilakukan dengan benar. Landasan hukum yang relevan adalah UU Arbitrase
Indonesia dan peraturan yang mengatur prosedur eksekusi putusan arbitrase. UU
Arbitrase Indonesia memberikan dasar hukum untuk melaksanakan putusan
arbitrase dan menetapkan persyaratan dan prosedur yang harus diikuti dalam proses
eksekusi. Selain itu, peraturan dan ketentuan lembaga arbitrase yang digunakan juga
dapat menjadi landasan hukum yang relevan dalam konteks ini.

b.Berikan analisa saudara terhadap pertimbangan putusan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan dalam perkara tersebut

Jawab

Tentang keputusan pengadilan di Jakarta yang memenangkan Perusahaan Umum (Perum) BULOG
dalam kasus perdata melawan PT. Permata Hijau Sawit, Bulog Oil & Grains Pte.Ltd, dan PT. Bank
Bukopin. Keputusan tersebut diambil setelah memeriksa dokumen kasus dan mendengarkan
argumen dari kedua belah pihak.
Halaman 7 : Halaman tersebut memuat beberapa paragraf yang membahas berbagai topik, antara
lain kewenangan direksi BUMN, proses pengambilan keputusan direksi, dan kebutuhan bagi direksi
untuk mematuhi anggaran dasar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

Halaman 45 : Pokok permasalahan yang dibahas pada halaman 45 adalah faktor-faktor yang dapat
menyebabkan ditangguhkannya pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional menurut ketentuan
Pasal 66 huruf c dan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase.

Halaman 58 : Pokok persoalan yang dibahas pada halaman 58 adalah penolakan pihak Pelawan
terhadap suatu kasus dan perintah agar Pelawan membayar biaya perkara tersebut.

Halaman 28 : Halaman 28 membahas tentang proses pelaksanaan putusan pengadilan dan


memberikan informasi mengenai langkah-langkah pelaksanaan putusan. Tidak ada masalah utama
khusus yang dibahas di halaman ini.

c.Jelaskan proses yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu putusan arbitrase internasional
di Indonesia sampai selesainya proses eksekusi

Jawab

Proses yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu putusan arbitrase internasional di Indonesia
sampai selesainya proses eksekusi adalah sebagai berikut

1. Pendaftaran putusan arbitrase: Setelah putusan arbitrase diterbitkan, pihak yang menang
harus mendaftarkan putusan tersebut ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

2. Penetapan teguran: Setelah putusan didaftarkan, Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat akan
mengeluarkan penetapan teguran terhadap pihak yang kalah untuk melaksanakan isi
putusan yang berkekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 8 hari setelah pihak yang kalah
dipanggil untuk ditegur

3. Perintah eksekusi: Jika pihak yang kalah setelah ditegur tidak mau menjalankan putusan,
Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan perintah eksekusi sesuai amar dalam
putusan, dimana perintah menjalankan eksekusi ditujukan kepada Panitera atau Jurusita dan
dalam pelaksanaannya apabila diperlukan dapat meminta bantuan kekuatan umum

4. Permohonan eksekusi riil: Pihak yang menang dapat mengajukan permohonan eksekusi riil
kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk melaksanakan putusan arbitrase

5. Permohonan penetapan eksekusi (aanmaning): Jika pihak yang kalah masih tidak mau
menjalankan putusan setelah dikeluarkan perintah eksekusi, pihak yang menang dapat
mengajukan permohonan penetapan eksekusi (aanmaning) kepada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat
6. Pelaksanaan eksekusi riil: Setelah permohonan eksekusi riil atau penetapan eksekusi
(aanmaning) dikabulkan, pihak yang menang dapat melaksanakan eksekusi riil terhadap
pihak yang kalah

d. Jelaskan perbedaan antara proses eksekusi suatu putusan arbitrase internasional dan
nasional berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.

Jawab

Berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa, terdapat perbedaan antara proses eksekusi suatu putusan arbitrase
internasional dan nasional, yaitu

1. Penetapan pengadilan: Dalam eksekusi putusan arbitrase nasional, penetapan


pengadilan yang diperlukan adalah penetapan perintah eksekusi yang ditujukan kepada
Panitera atau Jurusita. Sedangkan dalam eksekusi putusan arbitrase internasional,
penetapan pengadilan yang diperlukan adalah penetapan pengakuan dan pelaksanaan
putusan arbitrase yang diterbitkan oleh pengadilan negeri setempat

2. Waktu pelaksanaan: Dalam eksekusi putusan arbitrase nasional, pihak yang kalah harus
melaksanakan isi putusan dalam jangka waktu 8 hari setelah dipanggil untuk ditegur.
Sedangkan dalam eksekusi putusan arbitrase Internasional, waktu pelaksanaan putusan
arbitrase tergantung pada hukum dan prosedur yang berlaku di negara tempat putusan
tersebut akan dilaksanakan

3. Pembatalan putusan: Dalam eksekusi putusan arbitrase nasional, putusan arbitrase


dapat dibatalkan melalui proses pembatalan di pengadilan negeri setempat. Sedangkan
dalam eksekusi putusan arbitrase internasional, putusan arbitrase dapat dibatalkan
melalui proses pembatalan di pengadilan negeri setempat dengan syarat bahwa alasan
pembatalan tersebut dibuktikan dalam sidang pengadilan mengenai permohonan
pembatalan

4. Persetujuan para pihak: Dalam eksekusi putusan arbitrase nasional, persetujuan para
pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase harus dimuat dalam suatu
dokumen yang ditandatangani oleh para pihak. Sedangkan dalam eksekusi putusan
arbitrase internasional, persetujuan para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui
arbitrase harus dimuat dalam suatu dokumen yang ditandatangani oleh para pihak dan
harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh hukum dan prosedur yang berlaku di
negara tempat putusan tersebut akan dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai