Internasional
Compiled by : Deslaely Putranti, S.H., M.H.
Penyelesaian Sengketa Dagang Internasional
2
Bentuk-bentuk penyelesaian sengketa
• 1. negosiasi/mediasi (non litigasi)
• 2. Arbitrase
Alasan :
a. Penyerahan sengketa baik kepada pengadilan
maupun ke arbitrase kerap kali didasarkan pada suatu
perjanjian di antara para pihak. Langkah yang biasa
ditempuh adalah dengan membuat suatu perjanjian
atau memasukkan suatu klausul peyelesaian sengketa
ke dalam kontrak atau perjanjian yang mereka buat,
baik ke pengadilan atau ke badan arbitrase
b. Yang menjadi dasar hukum bagi forum atau
badan penyelesaian sengketa yang akan
menangani sengketa tersebut adalah kesepakatan
para pihak. Kesepakatan inilah hukum.
Kesepakatan tersebut diletakkan baik pada waktu
kontrak ditandatangani atau setelah sengketa
timbul
◈ Dalam sistem hukum Common law dikenal
dengan konsep ‘long arm’ jurisdiction.
Menurut konsep ini pengadilan dapat
menyatakan kewenangannya untuk menerima
setiap sengketa yang dibawa ke hadapannya
meskipun hubungan antara pengadilan dengan
sengketa tersebut tipis sekali
◈ 3. Para pihak dapat pula menyerahkan
sengketanya kepada alternatif penyelesaian
sengketa yang lazim dikenal sebagai ADR
(Alternative Dispute Resolution) atau APS
(Alternatif penyelesaian sengketa)
Para pihak yang bersengketa
1. Pedagang dengan pedagang
2. Pedagang dengan negara asing
Memakai konsep jure gesiones, yaitu tindkan-tindakan
negara di bidang keperdataan atau dagang.
Karena itu, tindakan-tindakan seperti itu tidak lain
adalah tindakan-tindakan negara dalam kapasitasnya
sebagai orang perorangan (pedagang atau privat)
Karena itu tindakan-tindakan seperti itu yang kemudian
menimbulkan sengketa, dapat saja diselesaikan di
hadapan badan-badan peradilan umum, arbitrase
Prinsip-prinsip penyelesaian sengketa
1. Prinsip kesepakatan para pihak (Konsensus)
a. Bahwa salah satu pihak atau kedua belah pihak
tidak berupaya menipu, menekan atau
menyesatkan pihak lainnya;
b. Bahwa perubahan atas kesepakatan harus berasal
dari kesepakatan kedua belah pihak.
Pengakhiran kesepakatan atau revisi terhadap
muatan kesepakatan harus pula berdasarkan pada
kesepakatan kedua belah pihak
2. Prinsip kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa
Prinsip dimana para pihak memiliki kebebasan penuh untuk menentukan
dan memilih cara atau mekanisme bagaimana sengketanya diselesaikan
(Principle of free choice of means)
3. Prinsip kebebasan memilih hukum
Prinsip kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang
akan diterapkan (bila sengketanya diselesaikan) oleh badan peradilan
(arbitrase) terhadap pokok sengketa
Kebebasan para pihak untuk menentukan hukum ini termasuk kebebasan
untuk memilih kepatutat dan kelayakan (ex aequo et bono)
Yang terakhir ini adalah sumber dimana pengadilan akan memutus sengketa
berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kepatutan atau kelayakan suatu
penyelesaian sengketa
4. Prinsip Itikad baik (good faith)
Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan adanya itikad baik dari para
pihak dalam menyelesaikan sengketanya
20
Hukum yang berlaku
• Pilihan hukum (choice of law, proper law atau
applicable law)suatu hukum nasional dari sauatu
negara tidak berarti bahwa badan peradilan negara
tersebut secara otomatis yang berwenang
menyelesaikan sengketanya. Yang terakhir ini
disebut juga sebagai choice of forum
• Choice of law tidak sama dengan choice of forum
• Peran choice of law disini adalah hukum yang akan
digunakan oleh badan peradilan (pengadilan atau arbitrase)
untuk :
1. Menentukan keabsahan suatu kontrak dagang
2. Menafsirkan suatu kesepakatan-kesepakatan dalam kontrak
3. Menentukan telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakannya
suatu prestasi (pelaksanaan suatu kontrak dagang), dan
4. Menentukan akibat-akibat hukum dari adanya pelanggaran
terhadap kontrak
Hukum yang akan berlaku ini dapat mencakup beberapa
macam hukum. Hukum-hukum tersebut adalah :
1. Hukum yang akan diterapkan terhadap pokok sengketa
(applicable substantive law atau lex causae)
2. Hukum yang akan berlaku untuk persidangan
(procedural law)
29
International Trade Law
30