Anda di halaman 1dari 28

HUKUM ACARA ARBITRASE

&
ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION
(ADR)

Oleh:
JENI TUGISTAN, S.H., M.H.
A. I. PENDAHULUAN
Bentuk penyelesaian sengketa yang sangat dikenal dan
sudah lama digunakan orang adalah penyelesaian
sengketa melalui Pengadilan. Penyelesaian sengketa bisnis
melalui Pengadilan seringkali menimbulkan permasalahan
yaitu, lamanya waktu penyelesaian sengketa dari
Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi hingga Kasasi dan
Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung. Lama dan
panjangnya proses penyelesaian melalui Pengadilan, juga
adanya persidangan dilakukan secara terbuka, padahal di
sisi lain kerahasiaan merupakan sesuatu yang
diutamakan.
Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase, diyakini memiliki
banyak kelebihan, yaitu Prosedur tidak berbelit-belit, keputusan
dapat dicapai dalam waktu relatif singkat, dapat dihindari expose
dari keputusan di depan umum, hukum terhadap prosedur dan
pembuktian lebih relaks. keputusan bersifat final dan mengikat.
Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase akan menjadi efektif,
manakala didasari rasa saling percaya dan itikad baik, dan juga
harus didasarkan pada prinsip solusi menang-menang (win-win
solution), bukan menang-kalah (win-lose).
II. PENGERTIAN ARBITRASE
Prof. Dr. H. PRIYATNA ABDURRASYID, S.H, PhD.
“Arbitrase merupakan istilah yang dipakai untuk menjabarkan suatu bentuk tata cara
damai yang sesuai atau sebagai penyediaan dengan cara bagaimana menyelesaikan
sengketa yang timbul sehingga mencapai suatu hasil tertentu yang secara hukum final dan
mengikat. Prasyarat utama bagi suatu proses arbitrase ialah kewajiban pada para
pihakmembuat suatu kesepakatan tertulis perjanjian arbitrase dan kemudian penyepakati
hukum dan tata cara bagaimana mereka akan mengakhiri penyelesaiannya.”
Prof. R. SUBEKTI, S.H
“Bahwa arbitrase itu adalah penyelesaian suatu perselisihan (perkara) oleh seorang atau
beberapa orang wasit (arbiter) yang bersama-sama ditunjuk oleh para pihak yang
berperkara dengan tidak diselesaikan lewat pengadilan.”
Prof. SUDARGO GAUTAMA, S.H
“Arbitrase adalah cara-cara penyelesaian hakim pertikulir yang tidak terikat dengan
berbagai formalitas, cepat dalam memberikan keputusan, karena dalam instansi terakhir
serta mengikat, yang mudah untuk dilaksanakan karena akan ditaati para pihak”.
UU ARBITRASE No. 30 Tahun 1999
“Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa (vide Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 30 Tahun 1999)”.
4
 Menurut Undang-Undang ARBITRASE No. 30
Tahun 1999

“Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa


perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa (vide Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang No. 30 Tahun 1999)”.
III. TENTANG PERJANJIAN ARBITRASE
“ Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-Undang bagi
mereka yang membuatnya “.
( Pasal 1338 KUHPerdata )

“Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu


dipenuhi empat syarat :
• Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya ;
• Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
• Suatu pokok persoalan tertentu;
• Suatu sebab yang tidak terlarang;
( Pasal 1320 KUHPerdata )
• “ Adalah suatu kesepakatan berupa klausul arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para
pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase
tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa. “
(Pasal 1;3 UU No. 30/1999 ).

• “PN tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak


yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase.” ( Pasal 3 UU
No. 30/1999 )

• “ Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur


tangan didalam suatu penyelesaian sengketa yang telah
ditetapkan melalui arbitrase,... ( Pasal 11 (2) UU No. 30/1999 )
IV. Tentang Klausula Arbitrase
- Beberapa hal yang perlu di ketahui, berkaitan dengan Pencantuman Klausula
Penyelesaian Sengketa adalah sebagai berikut :
Bahwa apabila terjadi perselisihan atau sengketa dapat diselesaikan melalui :

- Arbitrase
Waktu Penyelesaiannya Relatif Cepat
Keputusannya bersifat Final dan Mengikat (Final & Binding)
Harus Ada Klausula Arbitrase atau “Arbitration Clause”

“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dan diputus oleh BANI Arbitration
Center menurut peraturan Prosedur Arbitrase BANI Arbitration Center, yang putusannya mengikat
kedua belah pihak yang bersengketa sebagai putusan dalam tingkat pertama dan terakhir”.

- Pengadilan Negeri
Proses dari Tingkat Pertama, Tingkat Banding,
Tingkat Kasasi, Bahkan Tingkat Peninjauan Kembali (PK)
memakan waktu lama;
V. TENTANG SYARAT-SYARAT PERMOHONAN
ARBITRASE
Nama lengkap dan tempat tinggal ( tempat PEMOHON
kedudukan kedua belah pihak ). PT.AGUNG GROUP & Co., berkedudukan di JL.
Jika permohonan diajukan oleh Kuasa (Advokat), Jakarta No. 25, Bandung, JAWA BARAT,
maka Surat Kuasa Khusus yang bersangkutan harus selanjutnya disebut PEMOHON.
dilampirkan.
TERMOHON
IDENTITAS PEMOHON & TERMOHON ARBITRASE PT. TRANSPORTER, berkedudukan di JL. Asia
Afrika No. 14 Bandung, selanjutnya disebut
TERMOHON.

DASAR PERMOHONAN -PilihSalah Satu


-Klausul Arbitrase (AKTA KOMPROMITINDO)

-atau

-Perjanjian ARBITRASE (AKTA KOMPROMIS)

POSITA Uraian tentang duduk persoalan sengketa


Uraian singkat tentang perkara yang disengketakan. secara singkat, jelas dan rinci.

PETITUM / apa yang dituntut (yang diminta) -Apa yang telah diuraikan dalam Posita
-Pengembalian pembayaran

-Tuntutan ganti rugi, dll.


VI. TENTANG PROSES BERACARA
ARBITRASE
1. Registrasi Permohonan dan Pemilihan Arbiter
2. Jawaban ( dan Rekonvensi )
3. Penetapan Majelis Arbitrase ( oleh Ketua oleh BANI)
4. Sidang ( Pemaparan oleh Para Pihak )
5. Replik ( Pemohon )
6. Duplik ( Termohon )
7. Sidang Pembuktian (Saksi / Saksi Ahli )
8. Kesimpulan ( Para Pihak )
9. Sidang Pembacaan Putusan
10.Pendaftaran Putusan ke Pengadilan Negeri
VII. TENTANG SURAT TUNTUTAN OLEH
PEMOHON
 Nama lengkap dan tempat tinggal/ kedudukan para pihak
 Uraian singkat tentang sengketa disertai dengan lampiran
pendukung
 Isi tuntutan yang jelas
 Disamping surat tuntutan yang diajukan pemohon, termohon dapat
mengajukan bantahan tertulisnya
 Tuntutan akan ditolak jika tuntutan tidak beralasan atau tidak
sesuai dengan hukum yang berlaku
VIII. TENTANG TUNTUTAN
BALASAN
 Disamping diberikan jawaban atas tuntutan dari pihak pemohon, pihak
termohon dapat juga mengajukan tuntutan balasan
 Pengajuan tuntutan balasan dapat dilakukan dengan 2 cara:
a. Diajukan dalam Jawabannya
b. Diajukan selambat-lambatnya pada sidang
arbitrase yang pertama
 Terhadap tuntutan balasan, pemohon dapat mengajukan Tanggapan
 Tuntutan balasan dari termohon bersama dengan tanggapan pemohon
atas tuntutan balasan tersebut harus diperiksa dan diputus bersama-sama
dengan pokok sengketa
IX. TENTANG PENCABUTAN SURAT
PERMOHONAN
ARBITRASE
 Jika diajukan sebelum ada Jawaban dari Termohon, pemohon dapat
mencabut surat permohonan Arbitrase tanpa perlu persetujuan dari
pihak termohon

 Jika sudah ada Jawaban dari Pemohon, maka perubahan atau


penambahan atas surat tuntutan Arbitrase hanya dapat dilakukan jika:
a. Adanya persetujuan dari Termohon
b. Perubahan atau penambahan tersebut hanya
bersangkutan dengan hal-hal yang bersifat fakta, tidak
bersangkutan dengan dasar-dasar hukum dari
permohonan
X. TENTANG PROSEDUR PEMBUKTIAN DALAM
ARBITRASE
 Prosedur Pembuktian di Pengadilan Negeri dapat
diberlakukan dalam proses Arbitrase
 Atas perintah Arbiter atau Majelis Arbiter atau atas
permintaan para pihak dapat dipanggil seorang saksi atau
lebih atau seorang saksi ahli atau lebih, untuk didengar
keterangannya
 Biaya pemanggilan dan perjalanan saksi atau saksi ahli
dibebankan kepada pihak yang meminta
 Sebelum memberikan keterangan para saksi atau saksi ahli
wajib mengucapkan sumpah
XI. TENTANG PUTUSAN ARBITRASE
 Bersifat Final dan mengikat, namun dapat diajukan permohonan
pembatalan ke Pengadilan Negeri dengan alasan-alasan sesuai dengan
Pasal 70 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999:
1. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah
putusan dijatuhkan diakui palsu atau dinyatakan palsu;
2. Setelah adanya putusan diketahui dokumen yang bersifat
menentukan disembunyikan oleh pihak lawan;
3. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh
salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.

 Terhadap putusan Pengadilan Negeri tersebut dapat diajukan banding ke


Mahkamah Agung yang memutus dalam tingkat pertama dan terakhir
(Pasal 72 ayat (4) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999).
Terhadap putusan Arbitrase jika tidak dilaksanakan
oleh para pihak sukarela melaksanakan sendiri isi
putusan Arbitrase tersebut, maka pihak yang
menang dapat mengajukan permohonan agar ketua
Pengadilan Negeri memerintahkan kepada pihak
yang dikalahkan untuk melaksanakan putusan
Arbitrase, selanjutnya pelaksanaan eksekusi
keputusan Arbitrase itu akan dilaksanakan menurut
cara-cara yang biasa dilakukan dalam eksekusi
keputusan Pengadilan.
 Terhadap putusan Arbitrase tidak dapat
dilaksanakan atau dieksekusi disebabkan hal-hal
sebegai berikut: putusan diterbitkan secara tidak
tertulis, dan dengan demikian menyalahi ketentuan
Arbitrase; putusan itu hanya berbentuk suatu
pernyataan/ pengumuman, dan putusan tidak jelas,
juga tata cara melaksanakannya.

 Terhadap putusan Arbitrase yang tidak dapat


dilaksanakan atau dieksekusi para pihak,
terkadang melakukan upaya hukum lain seperti
mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri,
atau mengajukan permohonan pailit melalui
Pengadilan Niaga, walaupun upaya hukum ini
belum tentu diterima/dikabulkan.
XII. TENTANG JENIS SENGKETA

1. Sengketa yang bersifat Keperdataan.


2. Sengketa yang Bersifat Pidana.
3. Sengketa Yang Bersifat Administratif.
XIII. TENTANG PENYELESAIAN
SENGKETA /
1. Permasalahan Perdata:
PROSES
 Permohonan HUKUM
melalui Arbitrase/BANI
 Gugatan Melalui Pengadilan Negeri
 Permohonan Eksekusi Melalui Pengadilan Negeri
o Proses Aanmaning (Teguran)
o Proses Sita Eksekusi
o Proses Lelang Eksekusi
o Proses Eksekusi Pengosongan
 Permohonan Melalui Pengadilan Niaga (Pailit)
 Gugatan Melalui Pengadilan Agama
 Permohonan Melalui Pengadilan Agama
o Permohonan Aanmaning (Teguran)
o Permohonan Sita Eksekusi
o Lelang Eksekusi
o Eksekusi Pengosongan
2. Permasalahan Pidana:
 Pelaporan melalui Kepolisian Republik Indonesia
o Proses Pidana Umum
o Proses Pidana Khusus
3. Permasalahan Administratif
 Gugatan melalui PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara)
BERKAITAN DENGAN PENYELESAIAN
SENGKETA
BISNIS DAN SOLUSINYA
Masih perlunya pemahaman bagi pihak yang tidak puas
terhadap putusan arbitrase yang bersifat final dan mengikat,
apabila tidak memiliki alasan hukum yang kuat sesuai dengan
UU No. 30 Tahun 1999, diupayakan untuk tidak melakukan
upaya hukum lain seperti: mengajukan permohonan
pembatalan putusan arbitrase; mengajukan bantahan;
mengajukan gugatan; bahkan melakukan upaya secara
pidana, untuk menghindari hambatan atau lamanya waktu
pelaksanaan putusan arbitrase tersebut, agar rasa keadilan dan
efisiensi terhadap pencari keadilan dapat terpenuhi.
MENDALAM ATAS UNDANG-UNDANG NO. 30
TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN
ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA,
TERUTAMA UNTUK KALANGAN DUNIA BISNIS
DAN JAJARAN PENEGAK HUKUM SEPERTI
ARBITER, HAKIM, JAKSA, POLISI, DAN ADVOKAT,
KARENA DENGAN BERKEMBANGNYA PERAN
LEMBAGA ARBITRASE DALAM MENYELESAIKAN
SENGKETA BISNIS DI LUAR PENGADILAN SESUAI
KETENTUAN UNDANG-UNDANG, MAKA SECARA
LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG AKAN
BERPENGARUH MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN
TERHADAP INVESTOR BAIK LOKAL NAUPUN
ASING YANG DAPAT MEMBANTU
PERKEMBANGAN BISNIS DI INDONESIA.
XV. TENTANG BEBERAPA CONTOH
KONTRAK /
PERJANJIAN PENYELESAIAN
SENGKETA
1. Perjanjian / Kontrak Pemain Sepakbola.

MELALUI
2. Perjanjian / ARBITRASE
Kontrak Pelatih Sepakbola.
3. Perjanjian / Kontrak Asisten Pelatih Sepakbola.
4. Perjanjian / Kontrak Sponsor-sponsor.
5. Perjanjian / Kontrak Kerjasama Pendirian Rumah Sakit.
6. Perjanjian / Kontrak Jual Beli Tanah dan Bangunan
(Pabrik)
XVI. TENTANG PERAN ADVOKAT DAN
KONSULTAN HUKUM
( LITIGASI dan NON-LITIGASI
- Undang-Undang )
No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.

Pasal 1 ayat (1) : Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa
hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
Undang-Undang ini.

Pasal 1 ayat (2) : Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,
menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela,
dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien.

- Penanganan dalam Perkara Perdata termasuk Arbitrase,


Pidana dan Administrasi.
B. I. ALTERNATIF PENYELESAIAN
SENGKETA
“ Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli. “
( Pasal 1 Ayat 10 UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. )

“…Sekumpulan prosedur atau mekanisme yang


berfungsi memberi alternatif atau pilihan suatu tata
cara penyelesaian sengketa melalui bentuk
aps/arbitrase agar memperoleh putusan akhir dan
mengikat para pihak.”
(Prof. Dr. H. Priyatna Abdurrasyid,S.H., PhD, 2002:17)
II. TENTANG ALTERNATIF DISPUTE
RESOLUTION
(ADR)

 Merupakan penyelesaian sengketa secara :

- Damai
- Sukarela
- Win-win solution
III. TENTANG PENYELESAIAN
SENGKETA
(1) konsultasi
(2) Negosiasi
(3) Mediasi,
(4) Konsiliasi,
(5) Penilaian Ahli.

( Sesuai dengan Pasal 1 Ayat 10 UU No. 30 Tahun 1999 Tentang


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa)
IV. ADR DALAM PASAL 6 UU 30
1999
TENTANG ARBITRASE DAN APS

1. ADR berdasarkan itikad baik para pihak


2. Pertemuan langsung para pihak dalam waktu 14 hari.
3. Apabila gagal, penyelesaian melalui suatu atau lebih
penasehat ahli melalui bantuan seorang arbitrator.
4. Apabila gagal, para pihak dapat meminta arbitrase
atau lembaga ADR untuk menunjuk mediator.
5. Mediasi harus mulai 7 hari setelah penunjukan
arbitrator.
6. Mediasi berlangsung selama 30 hari.
7. Kesepakatan harus tertulis dan didaftarkan pada Pengadilan
Negeri paling lambat 30 hari sejak penandatanganan.
8. Kesepakatan penyelesaian sengketa wajib selesai
dilaksanakan paling lama 30 hari sejak pendaftaran.
9. Apabila gagal perdamaian, para pihak dapat menyerahkan
sengketanya kepada arbitrase.

Anda mungkin juga menyukai