Muskibah
Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi
Email : muskibah@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan dengan klausula arbitrase yang
berbentuk pactum de compromittendo dan klausula arbitrase yang berbentuk acta
compromise. Lembaga arbitrase yang dapat dipilih oleh para pihak untuk menyelesaikan
sengketa, terdiri atas Arbitrase ad hoc dan Arbitrase institusional. Mekanisme penyelesaian
sengketa dimulai dari tahap pemberitahuan dan jawaban kepada para pihak, kemudian diikuti
dengan pemilihan dan pengangkatan arbiter, dan diakhiri dengan pemeriksaan dan putusan.
Kekuatan hukum dari putusan arbitrase adalah bersifat final dan mengikat, tetapi pengakuan
dan pelaksanaan putusannya tetap harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri.
ABSTRACT
Dispute settlement by means of arbitration can be conducted by using the arbitration
clause of pactum de compromittendo and acta compromise. The choice of the arbitration
institution chosen by the disputing parties consists of ad hoc arbitration and institutionalized
arbitration. Dispute settlement mechanism commences from the notification stage and
responses to the parties, followed by the choice and appointment of the arbitrators, and ended
by hearing session and award rendered by the arbitrators. Arbitral award given by
arbitrators has a legal and binding force, but the recognition and the implementation of the
said award requires submission of registration for arbitral award through District Court.
hukum tetap dan mengikat para pihak. Putusan Mahkamah Konstitusi No.
Artinya putusan arbitrase tersebut tidak 15/PUU-XII/2014, yang menyatakan
dapat diajukan upaya hukum banding, bahwa Penjelasan Pasal 70 UU AAPS
kasasi, atau peninjauan kembali. bertentangan dengan UUD 1945 dan
Berdasarkan ketentuan Pasal 59 angka tidak mempunyai kekuatan mengikat.
(1) dan (4) UU AAPS, sifat final dan Berdasarkan putusan Mahkamah
mengikat putusan arbitrase tersebut Konstitusi tersebut, alasan-alasan
digantungkan pada kewajiban untuk permohonan pembatalan arbitrase tidak
mendaftarkan putusan arbitrase ke harus dibuktikan di pengadilan.
Pengadilan Negeri sehingga putusan Putusan arbitrase yang bersifat final
tersebut dapat dilaksanakan. Kemudian dan mengikat tersebut pada
berdasarkan ketentuan Pasal 70 UU kenyataannya belum merupakan
AAPS, putusan arbitrase yang bersifat putusan yang final dan mengikat, karena
final dan mengikat tersebut masih putusan arbitrase yang bersifat final dan
dapat diajukan upaya pembatalan mengikat tersebut baru dapat
apabila putusan arbitrase mengadung dilaksanakan setelah didaftarkan ke
unsur-unsur yang telah diatur, antara pengadilan. Dalam hal para pihak tidak
lain sebagai berikut: bersedia memenuhi pelaksanaan
1. Surat atau dokumen yang diajukan putusan tersebut secara sukarela,
dalam pemeriksaan, setelah putusan tersebut dapat dilaksanakan
putusan dijatuhkan, diakui palsu berdasarkan perintah Ketua Pengadilan
atau dinyatakan palsu; Negeri atas permohonan salah satu
2. Setelah putusan diambil pihak yang bersengketa. Di sisi lain
ditemukan dokumen yang bersifat putusan arbitrase tersebut juga dapat
menentukan, yang disembunyikan dimintakan pembatalan ke Pengadilan
oleh pihak lawan; atau Negeri (Pasal 60, Pasal 61, dan Pasal 70
3. Putusan diambil dari hasil tipu UU AAPS.).
muslihat yang dilakukan oleh Pendaftaran putusan arbitrase ke
salah satu pihak dalam Pengadilan Negeri untuk memperoleh
pemeriksaan sengketa. kekuatan mengikat serta upaya
Ketentuan Pasal 70 UU AAPS tidak pembatalan putusan arbitrase
sejalan dengan penjelasannya, karena menunjukan adanya penyimpangan
dalam penjelasan Pasal 70 UU AAPS terhadap asas final dan mengikat yang
disebutkan bahwa alasan-alasan diatur dalam Pasal 60 UU AAPS dan asas
pembatalan yang ditetapkan dalam kebebasan berkontrak yang terdapat
Pasal 70 UU AAPS harus dibuktikan dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Para
dengan putusan pengadilan. Putusan pihak yang telah sepakat mengadakan
pengadilan tersebut dapat digunakan perjanjian arbitrase dan menyerahkan
sebagai dasar pertimbangan hakim proses penyelesaian sengketanya
untuk mengabulkan atau menolak melalui arbitrase, terikat untuk mentaati
permohonan pembatalan putusan dan melaksanakan putusan arbitrase
arbitrase. Penjelasan Pasal 70 UU AAPS tersebut tanpa harus menunggu
ini kemudian dibatalkan berdasarkan eksekusi dari pengadilan. Adanya
yang sah antara pihak pengguna jasa arbitrase ditentukan dan disepakati
konstruksi dan pihak penyedia jasa sendiri oleh para pihak.
konstruksi. Syarat kedua yakni sengketa Hal ini sejalan dengan pendapat yang
yang terjadi antara pengguna jasa dikemukakan Priyatna Abdurrasyid
konstruksi dengan penyedia jasa yakni, ada tiga keadaan yang
konstruksi harus merupakan sengketa menyebabkan perjanjian arbitrase
yang dapat diselesaikan melalui menjadi sah dan dapat dilaksanakan
arbitrase. oleh para pihak bilamana memenuhi
Suatu perjanjian arbitrase dikatakan syarat-syarat sebagai berikut:
sah apabila memenuhi ketentuan a. Perjanjian harus tertulis
mengenai syarat sahnya perjanjian yang b. Para pihak harus secara hukum
termuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, mampu untuk menutup dan
yakni: melaksanakan perjanjian yang
a. kesepakatan para pihak ditandatanganinya
b. kecakapan untuk membuat perjanjian c. Perjanjian harus dengan secara
c. suatu hal tertentu jelas menjabarkan maksud dan
d. suatu sebab yang halal persetujuan dari para pihak dalam
Syarat subyektif perjanjian arbitrase perjanjian, masalah apa yang
terlihat dari keharusan bahwa diperjanjikan dan dilarang
perjanjian arbitrase tersebut dibuat oleh berisikan ketentuan yang
mereka yang oleh hukum dianggap diarahkan untuk menolak
cakap dan mempunyai wewenang untuk kekuasaan hukum arbitrase
melakukan perjanjian. Sedangkan syarat (Priyatna Abdurrasyid, Op.
obyektif dalam perjanjian arbitrase Cit:114).
terlihat dari obyek perjanjian arbitrase Selanjutnya syarat kedua yakni
adalah hanya untuk sengketa di bidang sengketa yang dapat diselesaikan
perdagangan dan mengenai hak yang melalui arbitrase menurut Pasal 5 ayat
menurut hukum dan aturan perundang- (1) UU Nomor 30 Tahun 1999 adalah
undangan dikuasai sepenuhnya oleh sengketa di bidang perdagangan dan
pihak yang bersengketa. hak yang menurut hukum dan peraturan
Kemudian perjanjian arbitrase perundang-undangan dikuasai
tersebut harus dibuat sebelum atau sepenuhnya oleh pihak yang
setelah adanya sengketa dalam bentuk bersengketa. Dalam penjelasan Pasal 66
tertulis, bentuk tertulis tersebut huruf b UU Nomor 30 Tahun 1999
termasuk dengan menggunakan teleks, disebutkan bahwa yang termasuk ruang
telegram, faksimili, e mail atau sarana lingkup perdagangan adalah kegiatan-
telekomunikasi lainnya sebagaimana kegiatan di bidang perniagaan,
ditentukan dalam Pasal 4 ayat (3) UU perbankan, keuangan, penanaman
Nomor 30 Tahun 1999. Perjanjian modal, industri, dan hak kekayaan
arbitrase ini tunduk pada prinsip intelektual. Usaha jasa konstruksi
otonomi para pihak sebagaimana yang termasuk dalam bidang insdustri, oleh
diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) karena itu sengketa jasa konstruksi
KUHPerdata. Dengan kata lain proses dapat diselesaikan melalui arbitrase.
(2) Para pihak yang bersengketa c. Dianggap perlu oleh arbiter atau
dapat diwakili oleh kuasanya majelis arbitrase untuk
dengan surat kuasa khusus. kepentingan pemeriksaan.
Dengan demikian, ketentuan dalam
Pasal 28 dan Pasal 29 UU Nomor 30 Pihak ketiga yang berada di luar
Tahun 1999 tersebut menghendaki perjanjian arbitrase menurut Pasal 30
bahwa bahasa yang digunakan dalam UU Nomor 30 Tahun 1999, dapat turut
pemeriksaan arbitrase adalah bahasa serta dan menggabungkan diri dalam
Indonesia, penggunaan bahasa lain proses penyelesaian sengketa melalui
dimungkinkan akan tetapi dengan arbitrase. Keikutsertaan pihak ketiga ini
persetujuan arbiter atau majelis arbiter. dimungkinkan dengan syarat disepakati
Dan para pihak yang bersengketa oleh para pihak yang bersengketa, serta
mempunyai hak yang sama untuk disetujui oleh arbiter atau majelis
mengeluarkan pendapat serta dapat arbitrase yang memeriksa sengketa.
diwakili oleh kuasanya. Dalam pemeriksaan sengketa, arbiter
Untuk menjamin kepastian atau majelis arbitrase atau atas
penyelesaian pemeriksaan arbitrase permintaan para pihak dapat
Pasal 48 UU Nomor 30 Tahun 1999 mendatangkan seorang saksi atau lebih
menentukan bahwa pada dasarnya atau seorang saksi ahli atau lebih untuk
pemeriksaan atas sengketa dalam didengar keterangannya. Kemudian
arbitrase harus dilakukan dalam waktu para pihak berhak memohon pendapat
paling lama 180 hari sejak arbiter atau yang mengikat dari lembaga arbitrase
majelis arbiter terbentuk. Dengan atas hubungan hukum tertentu dari
persetujuan para pihak dan apabila suatu perjanjian. Misalnya mengenai
diperlukan, jangka waktu tersebut dapat penafsiran ketentuan yang kurang jelas,
diperpanjang. Dalam Pasal 33 UU Nomor penambahan atau perubahan pada
30 Tahun 1999 ditegaskan bahwa ketentuan yang berhubungan dengan
arbiter atau majelis arbitrase timbulnya keadaan baru. Terhadap
berwenang untuk memperpanjang pendapat tersebut tidak dapat dilakukan
jangka waktu tugasnya jika: perlawanan melalui upaya hukum
a. Diajukan permohonan oleh salah apapun.
satu pihak mengenai hal khusus Putusan dalam pemeriksaan
tertentu, misalnya, karena adanya sengketa melalui arbitrase dijatuhkan
gugatan antara atau gugatan dalam waktu paling lama tiga puluh (30)
isidentil di luar pokok sengketa hari setelah pemeriksaan ditutup. Dalam
seperti permohonan jaminan waktu empat belas (14) hari setelah
sebagaimana dimaksud dalam putusan diterima, para pihak dapat
hukum acara perdata. mengajukan koreksi kepada arbiter atau
b. Sebagai akibat ditetapkan putusan majelis arbitrase terhadap kekeliruan
provisional atau putusan sela administratif misal koreksi karena
lainnya. kesalahan pengetikan, penulisan nama,
alamat dan lain-lain, tetapi tidak
mengubah substansi putusan.
Putusan yang diambil oleh Arbiter yang bersengketa dengan arbiter untuk
atau majelis arbitrase adalah biaya arbitrase. Selanjutnya arbiter juga
berdasarkan ketentuan hukum, atau berhak atas biaya tambahan jika waktu
berdasarkan keadilan dan kepatutan. arbitrase yang telah disepakati perlu
Dalam hal arbiter diberi kebebasan diperpanjang.
untuk memberikan putusan Berdasarkan mekanisme
berdasarkan keadilan dan kepatutan, penyelesaian sengketa melalui arbitrase
maka peraturan perundang-undangan di atas dapat dikemukakan, bahwa
dapat dikesampingkan kecuali aturan proses arbitrase mempunyai kelebihan
hukum yang bersifat memaksa. jika dibandingkan penyelesaian
Sebaliknya jika arbiter tidak diberi sengketa melalui pengadilan. Rachmadi
kewenangan untuk memberikan Usman mengemukakan ada 5 (lima)
putusan berdasarkan keadilan dan kelebihan penyelesaian sengketa
kepatutan, maka arbiter hanya dapat melalui arbitrase yakni:
memberikan putusan berdasarkan a. Dijamin kerahasiaan sengketa
kaidah hukum materil sebagaimana para pihak.
yang dilakukan oleh hakim. b. Dapat dihindari kelambatan yang
Untuk biaya arbitrase menurut Pasal diakibatkan karena hal prosedural
76 UU Nomor 30 Tahun 1999, dan dan administratif.
ditentukan oleh arbiter, dan biaya c. Para pihak dapat memilih arbiter
tersebut dibebankan kepada pihak yang yang menurut kenyakinannya
kalah, kecuali dalam hal tuntutan hanya mempunyai pengetahuan,
dikabulkan sebagian, biaya arbitrase pengalaman, latar belakang yang
dibebankan kepada para pihak secara cukup mengenai masalah yang
seimbang. Biaya arbitrase tersebut disengketakan, serta jujur dan adil.
meliputi honorarium arbiter, biaya d. Para pihak dapat menentukan
perjalanan dan biaya lain yang pilihan hukum untuk
dikeluarkan arbiter, biaya saksi dan atau menyelesaikan masalahnya serta
saksi ahli yang diperlukan dalam proses dan tempat
pemeriksaan sengketa, dan biaya penyelenggaraan arbitrase.
administrasi. e. Putusan arbitrase merupakan
Kebebasan arbiter dalam putusan yang mengikat para pihak
menentukan biaya arbitrase tergantung dengan melalui tata cara
dari perjanjian arbitrase. Arbiter tidak (prosedur) sederhana saja
wajib memberikan alasan apabila ia ataupun dapat dilaksanakan
menetapkan biaya dengan cara yang (Rachmadi Usman, Op. Cit:143).
berbeda dari aturan yang biasa Pendapat lain mengenai kelebihan
ditetapkan oleh suatu lembaga misalnya penyelesaian sengketa melalui arbitrase
seperti BANI, yang menetapkan biaya dikemukakan oleh M. Husseyn Umar dan
arbitrase dalam suatu daftar terpisah A. Supriyani Kardono, yakni:
dan terlampir pada peraturan prosedur a. Arbitrase memberikan
arbitrase. Oleh karena itu harus ada prediktabilitas serta kepastian
perjanjian yang jelas antara para pihak