Anda di halaman 1dari 12

Penyelesaian sengketa bisnis (Alternatif

Dispute Resolution (ADR)) dan Arbitrase


Pengertian Penyelesaian Sengketa Bisnis di
Luar Pengadilan

ASSALAMU’ALAI
NAMA KELOMPOK :
KUM Wr. Wb. 1. A L I S M A G U S YA K A
(1996154001)
2. K H O I R U N N I S A K A M A I A A .
(1996154003)
3. E K A Y U N I TA C . ( 1 9 9 6 1 5 4 0 0 8 )
Negosiasi sebagai sarana bagi para
pihak yang bersengketa untuk
mendiskusikan penyelesaiannya tanpa
keterlibatan pihak ketiga sebagai
penengah, sehingga tidak ada prosedur
Negosiasi baku, akan tetapi prosedur dan
mekanismenya diserahkan kepada
kesepakatan para pihak yang
bersengketa tersebut. Penyelesaian
sengketa sepenuhnya dikontrol oleh
para pihak, sifatnya informal, yang
dibahas adalah berbagai aspek, tidak
hanya persoalan hukum saja
penyelesaian sengketa dengan
dibantu oleh pihak ketiga
(mediator) yang netral/tidak
memihak. Peranan mediator
Mediasi adalah sebagai penengah (yang
pasif) yang memberikan bantuan
berupa alternatif-alternatif
penyelesaian sengketa untuk
selanjutnya ditetapkan sendiri
oleh pihak yang bersengketa.
Berbeda dengan bentuk ADR/APS
lainnya, arbitrase memiliki karakteristik
yang hampir serupa dengan penyelesaian
sengketa adjudikatif. Sengketa dalam
arbitrase diputus oleh arbiter atau
majelis arbiter yang mana putusan
arbitrase tersebut bersifat final and
Arbitrase binding. Namun demikian, suatu
putusan arbitrase baru dapat
dilaksanakan apabila putusan tersebut
telah didaftarkan ke Pengadilan Negeri
(lihat Pasal 59 ayat (1) dan (4) UU
No.30/1999). Dalam hal para pihak
sepakat untuk penyelesaian sengketa
melalui arbitrase, maka sengketa tidak
dapat diselesaikan melalui pengadilan
Pengertian abitrase

Arbitrase adalah salah satu dari berbagai metode


yang bisa digunakan dalam penyelesaian sengketa.
Dengan arbitrase nantinya akan memberikan
alternatif untuk mengajukan gugatan dan pergi ke
pengadilan. Arbitrase pada dasarnya dirancang
untuk menjadi opsi yang bisa dipilih untuk
menangani masalah hukum.
Sumber Hukum Arbitrase di Indonesia

Pasal II
Pasal 80 H. Kepres.
Aturan
UU NO. No.
Peralihan
14/1985 34/1981
UUD 1945

Pasal 377
HIR Pasal 22 ayat (2) Peraturan
dan (3) UU No. Mahkamah
1/1967 tentang Agung No.
Penanaman Modal 1/1990
Pasal 615 Asing
s/d 651 RV

Penjelasan UU No.
pasal 3ayat UU No. 30/1999s
(1) UU No. 5/1968
14/1970
terdapat dua bentuk klausul arbitrase berdasarkan waktu
pembuatannya

1. Pactum de
Compromitten
do
2 Akta
Kompromis
Bentuk-Bentuk Perjanjian Arbitrase

Bentuk perjanjian arbitrase yang menyerahkan sengketa


pada arbitrase pada umumnya dapat dibagai atas dua,
yaitu:
1. Perjanjian yang
merujuk pada
keseluruhan sengketa
yang akan terjadi di 2. Perjanjian yang
masa datang (future merujuk pada
sengketa-sengketa
yang ada (telah
terjadi).
Berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU
Arbitrase), pelaksanaan arbitrase oleh Pengadilan
Negeri dibedakan berdasarkan jenis putusan
arbitrasenya.

Untuk putusan arbitrase nasional, pelaksanaannya


dilakukan berdasarkan pasal 59 – pasal 64 UU
Arbitrase. Tahapannya adalah:
1.  Pendaftaran putusan arbitrase ke Pengadilan Negeri, oleh
arbiter atau kuasanya.

2. Permohonan eksekusi kepada Panitera Pengadilan Negeri. Atas


permohonan ini, Ketua PN akan mengeluarkan penetapan
menerima atau menolak pelaksanaan eksekusi. Setelah ada
penetapan ini, maka putusan arbitrase tersebut dilaksanakan
sesuai ketentuan pelaksanaan putusan dalam perkara perdata
yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Untuk putusan arbitrase internasional, pelaksanaannya dilakukan berdasar pasal
65 – pasal 69 UU Arbitrase. Tahapannya adalah:

1. Tahap Pendaftaran. Putusan arbitrase tersebut harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta


Pusat (pasal 65 UU Arbitrase). Berdasarkan pasal 67 UU Arbitrase, pendaftaran putusan
arbitrase asing dilakukan dengan penyerahan putusan arbitrase ke Panitera Pengadilan Jakarta
Pusat oleh arbiter atau kuasanya.

2. Setelah pendaftaran ini, diajukan permohonan eksekuatur kepada PN Jakarta Pusat (pasal 67


UU Arbitrase). Terhadap permohonan ini, Ketua PN akan mengeluarkan perintah yang
mengakui dan memerintahkan pelaksanaan putusan arbitrase asing ini.

3. Setelah perintah Ketua PN diterima, pelaksanaan selanjutnya dilimpahkan kepada ketua


Pengadilan Negeri yang memiliki kompetensi relatif untuk melaksanakannya (pasal 69 ayat 1
UU Arbitrase). Tata cara pelaksanaan eksekusi sendiri dilakukan sesuai ketentuan Hukum
Acara Perdata.
STUDI KASUS

Kasus Antara PT. Petronas Niaga Indonesia dengan PT. Persada


Sembada

Bahwa tepatnya pada tanggal 9 Oktober 2007 PT. Petronas Niaga Indonesia
telah mengajukan permohonan arbItrase di Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI), beralamat di Wahana Graha Lt. 2, jalan Mampang Prapatan
No. 2 Jakarta, sebagaimana tercatat dalam pperkara Arbitrase Nomor:
266/X/ARB-BANI/2007 tanggal 9 Oktober 2007, yang pada pokoknya alasan
diajukannya permohonan arbitrase tersebut sehubng dengan Termohon (PT.
Persada Sambada) telah melakukan cidera janji (wanprestasi)terhadap
perjanjian pengikatan dengan tidak menyerahkan seluruh ijin-ijin yang
disyaratkan dalam pasal 2 dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam pasal
2.1. juncto pasal 5.1. perjanjian, yaitu 180 hari kalender ditambah
perpanjangan 90 hari kalender sejak ditandatangani perjanjian.

Anda mungkin juga menyukai