(PERTEMUAN 5)
“PLKH NON LITIGASI”
Kelompok 3 :
biasanya bisa dipilih seperti: melalui prosedur jalur litigasi (pengadilan) atau melalui
non-line litigasi (mediasi, konsiliasi, negoisation, konsultasi, valuasi ahli, dan arbitrase).
Berkaitan dengan arbitrase atau arbitrase lembaga, sebenarnya itu sudah ada dan telah
dipraktikkan selama berabad-abad. Di negeri ini, arbitrase juga telah sudah dikenal
sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa publik melalui non-litigasi. Arbitrase
diciptakan dari klausul yang mereka diambil dalam kontrak yang mereka sudah setuju.
Dengan demikian, pihak-pihak yang terlibat dalam poin kontrak dapat diselesaikan
dengan menggunakan metode sengketa. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas
hukum di Indonesia.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan Puji syukur kehadirat Allah SWT atas keberkahan dan kelimpahan nikmat
ilmu, iman, rezki serta kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok
pada mata kuliah PLKH Non Litigasi dengan baik. Makalah ini merupakan bentuk
kewajiban melainkan sebagai bekal untuk ilmu dan pengetahuan yang lebih luas,
iii
PERTEMUAN V
1. Pengertian Arbitrase
Istilah arbitrase berasal dari kata ‘’arbitrare’’ (bahasa Latin) yang
oleh para sarjana saat ini walaupun sebenarnya mempunyai makna yang
persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau menaati keputusan
1
Subekti, Arbitrase Perdagangan (Bandung: Bina Cipta, 1992), hal.1.
2
H. Priyatna Abdurrasyid, Penyelesaian Sengketa Komersial Nasional dan
Internasional diluar Pengadilan, Makalah, September 1996, hal. 1.
1
hakim yang tidak memihak yang ditunjuk oleh para pihak sendiri dan
Poin penting yang membedakan pengadilan dan arbitrase adalah bila jalur
3
H. M. N Poerwosutjipto, Pokok-pokok Hukum Dagang, Perwasitan, Kepailitan
dan Penundaan Pembayaran, Cetakan III, (Jakarta: Djambatan, 1992), hal.1.
2
karena hingga saat ini belum diadakan penggantinya yang baru sesuai
perselisihan mereka diputus oleh juru pisah atau arbitrase maka mereka
Eropah”.
bangsa Eropa yang dimaksud pasal 377 HIR dan 705 RBg ini adalah
semua ketentuan tentang acara perdata yang diatur dalam RV. Pasal
3
Peraturan mengenai arbitrase dalam RV tercantum dalam Buku ke
Tiga Bab Pertama Pasal 615 s/d 651 RV, yang meliputi :
4
Pengadilan Mahkamah Agung Indonesia. UU No. 1/1950 menunjuk
sejumlah uang lebih dari Rp. 25.000,- (Pasal 15 Jo. Pasal 108 UU No.
1/1950).
“Badan arbitrase terdiri atas tiga orang yang dipilih oleh pemerintah
dan pemilik modal masing-masing satu orang, dan orang ketiga
sebagai ketuanya dipilih bersama-sama oleh pemerintah dan pemilik
modal”.
5
h. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981
Penyelesaian Sengketa
arbitrase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 615 s/d 651 RV, Pasal 377
HIR, dan Pasal 705 RBG, dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan demikian
6
ketentuan hukum acara dari lembaga arbitrase saat ini telah
7
r. Prinsip resiprositas dalam pengakuan dan pelaksanaan putusan
arbitrase
s. internasional;
t. Prinsip ketertiban umum dalam pengakuan dan pelaksanaan
putusan arbitrase
u. internasional;
v. Prinsip pembatalan putusan arbitrase dengan alasan yang
bersifat limitatif.
w. Prinsip religiusitas putusan arbitrase merupakan prinsip yang
khas dan bersumberdari nilai-nilai filosofis masyarakat Indonesia.
Selain yang tersebut diatas, terdapat juga prinsip cepat dan hemat
cepat dan biaya ringan. Prinsip ini sejati ditegaskan dalam peraturan
dengan prinsip yang dianut oleh lembaga arbitrase seperti yang terdapat
dalam waktu paling lama 180 (seratus delapan puluh hari). Ada beberapa
sengketa secara cepat dan biaya ringan dalam lembaga arbitrase, antara lain 8 : 5
proses beracaranya, yang tentunya pemilihan prosedur yang singkat dan cepat
5
Suleman Batubara dkk, Arbitrase Internasional Penyelesaian Sengketa
Investasi Asing, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2013, hlm 25
8
adalah subjek hukum yang memiliki itikad baik (good faith) untuk sama-sama
sengketanya menjadi lebih ringan dan cepat karena adanya dukungan dari
akan membawa kearah penyelesaian cepat, singkat dan tepat. Hal ini
arbitrase yang final dan binding yang meniadakan upaya hukum dengan kata
lain proses pemeriksaan dan penyelesaian hanya ada satu tahap tanpa adanya
kewajiban, sekaligus tanggung jawab, bagi semua pihak yang terkait dengan
Arbitrase hanya mungkin berkembang dengan baik apabila kultur dan etika
9
arbtrase tidak memliki wewenang public sebagaimana terdapat lembaga
kesepakatan
b. Pemilihan arbitrator
Internasional
Internasional
10
Bahwa arbitrase bukanlah merupakan pesaing bagi pengadilan yang akan
4. Syarat Arbitrase
a. Syarat subjektif
b. Syarat objektif
Kesimpulan
tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Poin penting yang membedakan
11
tersebut. Dalam arbitrase, arbitrator bertindak sebagai hakim dalam
yuridis/ dasar hukum yang tetap dalam sistem hukum nasional Indonesia,
antara lain pada pasal 377 HIR atau pasal 705 RBg, Buku Ketiga
Reglemen Hukum Acara Perdata atau Rv, dimulai dari pasal 615 s/d pasal
651 Rv, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pada pasal 1338 ayat (1),
sengketa yang terjadi antara para pihak yang bersengketa yaitu, Arbitrase
12
Nasional Indonesia (BANI), Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia
bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para
dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Putusan dari arbitrase juga dapat
Pengadilan Negeri baik terhadap sebagian atau seluruh isi putusan, apabila
tersebut batal.
Daftar Pustaka
Internasional diluar
Kepailitan dan
1992), hal.1.
13
M. Yahya Harahap, Arbitrase, Cetakan ke empat, Sinar Grafika, Jakarta,
2006, hlm. 1
Investasi Asing,
14