Anda di halaman 1dari 2

HUKUM ACARA PERDATA

TUGAS 3
NAMA : NURBIANSAH
NIM : 042664641
MATA KULIAH : ILMU HUKUM

1. Penggunaan istilah klausula arbitrase mengandung konotasi bahwa perjanjian pokokyang


bersangkutan diikuti atau dilengkapi dengan persetujuan mengenai pelaksanaanarbitrase.
Dengan kata lain, perjanjian pokok yang bersangkutan, mengandungklausula arbitrase. Yang
dimaksud dengan klausula arbitrase adalah mengenai hal-halyang boleh dicantumkan dan
diperjanjikan, antara lain yang dimuat dalam undang-undang dan konvensi:
a. Tidak melampaui isi perjanjian pokok.
b. Isi klausula boleh secara umum.
c. Klausula arbitrase secara terinci.
d. Klausula binding opinion.
Klausula arbitrase dilarang dikaitkan dengan hal-hal yang sifatnya bertentangandengan moral
dan tertib umum. Apabila terjadi klausula arbitrase yang bertentangandengan tertib umum,
pelaksanaan arbitrase apalagi putusan arbiter akan mendapatkanperlawanan dari pihak yang
berkepentingan melalui pengadilan yang kepadaseseorang atau lebih arbiter yang
mendasarkan tindakan atau perbuatan kepada hal-halyang tidak bermoral dan tidak sah atau
melanggar hukum. Keabsahan klausula arbitrase menjadi sah dan dapat dilaksanakan oleh
para pihakapabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Perjanjian klausula harus tertulis.
b. Para pihak secara hukum mampu untuk melaksanakan perjanjian/klausulayang
ditandatangani tersebut.
c. perjanjian/klausula harus dengan secara jelas menjabarkan maksud danpersetujuan dari
para pihak dalam perjanjian.Pemberlakuan perjanjian/klausula arbitrase dapat terjadi apabila
salah satu pihakmencoba untuk menghalangi atau menghambat proses memperlakukan
arbitraseapabila untuk memberikan putusannya tentang keabsahan
perjanjian/klausulaarbitrase. Oleh karena itu, apabila terdapat salah satu pihak menghalangi
pelaksanaanproses arbitrase, dapat melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Meminta pendapat kepada arbiter atas keabsahan perjanjian/klausula arbitrase.
b. Mohon pelaksanaan proses arbitrase.
c. Mencegah membawa perkara/sengketa ke pengadilan.
Dalam Undang Undang Nomor 14 Tahun 1970 (tentang Pokok Pokok KekuasaanKehakiman)
keberadaan arbitrase dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 3 ayat 1 yangantara lain
menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasarperdamaian atau
melalui arbitrase tetap diperbolehkan, akan tetapi putusan arbiterhanya mempunyai kekuatan
eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untukdieksekusi dari Pengadilan.Klausula
arbitrse ini merupakan hal yang penting karena akan menentukanberlangsungnya suatu
arbitrase, bagaimana pelaksanaannya, hukum substantif apayang berlaku dan lain-lain.
Perjanjian arbitrase ini tidak melekat menjadi suatu satukesatuan dengan materi pokok
perjanjian. Perjanjian arbitrase yang lazim disebut“klausula arbitrase” merupakan tambahan
yang diletakkan pada perjanjian pokok.Meskipun keberadaannya hanya sebagai tambahan
pada perjanjian pokok, klausulaarbitrse maupun perjanjian arbitrase tidak bersifat accessoir
oleh karenapelaksanaannya dan samasekali tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
keabsahanmaupun pelaksanaan pemenuhan perjanjian pokok.Perjanjian arbitrase tidak
melekat menjadi suatu kesatuan dengan materi pokokperjanjian. Perjanjian arbitrase yang lazim
disebut dengan klausula arbitrasemerupakan tambahan yang diletakkan pada perjanjian pokok.
Seri Aspek Hukum dalam Bisnis, Arbitrase VsPengadilan Persoaln Kompetensi tambahan pada
perjanjian pokok, klausula arbitrasemaupun perjanjian arbitrase tidak bersifat accesoir oleh
karena pelaksanaannya dansama sekali tidak mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keabsahan
maupunpelaksanaan pemenuhan perjanjian pokok

2.Jenis arbitrase untuk kasus sengketa bisnis yang cocok adalah jenis arbitrase ad-
hoc.Arbitrase ad-hoc menurut ketentuan Reglement Rechtvordering adalah arbitrase
yangdibentuk khusus untuk menyelesaikan atau memutus perselisihan tertentu, ataudengan
kata lain arbitrase ad-hoc bersifat insidentil. Dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 pengertian
arbitrase ad-hoc diadakan dalam halterdapat kesepakatan para pihak, dengan mengajukan
permohonan kepada ketuapengadilan negeri untuk menunjuk seorang arbiter atau lebih dalam
rangkapenyelesaian sengketa para pihak. Tetapi hal ini bukan sebagai syarat
mutlakmengajukan permohonan kepada pengadilan negeri untuk para pihak dalammenentukan
sendiri arbiter dalam menyelesaikan sengketanya
ntuk mengetahui dan menentukan apakah arbitrase yang disepakati para pihakadalah jenis
arbitrase ad-hoc, dapat dilihat de compromittendo atau kata kompromisyang menyatakan
perselisihan akan diselesaikan oleh arbitrase yang berdiri sendiri diluar arbitrase institusional.
Dengan kata lain klausula menyebutkan arbitrase yangakan menyelesaikan perselisihan yang
terdiri dari arbitrase perorangan, maka jenisarbitrase yang disepakati adalah jenis arbitrase ad-
hoc dengan ciri pokok penunjukanpara arbiternya adalah secara perorangan

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Candra Irawan. 2017. Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa di Indonesia Edisi Revisi.
Bandung: CV. Mandar Maju.
Ira Sumaya. 2013. Analisis Kekuatan Mengikat Klausula Arbitrase Dalam PerjanjianMenurut
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase.

Anda mungkin juga menyukai