Dosen Pembimbing :
Suyikno, S.Ag MH.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat arbiter.
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengankatan arbiter.
3. Untuk mengetahui kode etik arbiter.
4. Untuk mengetahui tugas dan tanggungjawab arbiter.
5. Untuk mengetahui berakhirnya tugas arbiter.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syarat-syarat Arbiter
Arbiter dalam proses arbitrase memegang peranan yang sangat penting
terutama dalam kaitannya memimpin jalannya proses tersebut. arbiter
diharuskan berada dalam posisi netral dan tidak memihak kepada salah satu
pihak yang bersengketa. Sehingga dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan alteratif penyelesaian sengketa pasal 12
memberikan persyaratan bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang arbiter1,
sebagai berikut :
1) Yang dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter harus memenuhi
beberapa syarat:
- Cakap dalam melakukan tindakan hukum
- Berumur paling rendah 35 tahun
- Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dengan salah satu pihak
sengketa
- Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas
putusan arbitrase
- Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif dibidangnya paling
sedikit 15 tahun.
2) Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk
atau diangkat sebagai arbiter.
Sedangkan ada syarat tersendiri untuk dapat diangkat dan tunjuk menjadi
arbiter menurut BAPMI. Pengaturan mengenai starat arbiter ini tertuang
dalam peraturan BAPMI Kep-03/BAPMI/11.2002 dalam pasal 3, sebagai
berikut2 :
1
Zuhairi Bharata Ashbahi,2016, “Urgensi penunjukan Arbiter oleh Ketua Pengadilan Negeri
dalam Proses Arbitrase”, Badamai Law Journal , Vol. 1, Issues 1 , April 2016, Hal. 313-
314
2
Ibid, hal. 314
a. Warga Negara Indonesia
b. Cakap melakukan tindakan hukum
c. Berumur paling rendah 35 tahun
d. Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif bidangnya paling
sedikit 15 tahun
e. Tidak pernah dihukum karena suatu tindak pidana kejahatan berdasarkan
putusan yang telah mempunyai kekuatan pasti
f. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap
g. Bukan merupakan pihak-pihak yang dilarang untuk menjadi arbiter oleh
ketentuan perundang- undangan yang berlaku
h. Tidak termasuk dalam daftar orang tercela atau daftar orang yang tidak
boleh melakukan tindakan tertentu dibidang pasar modal sesuai dengan
daftar yang dikeluarkan oleh BAPEPAM dan atau tidak pernah dihukum
karena suatu tindak pidana yang terkait dengan masalah ekonomi atau
keuangan
i. Memahami ketentuan perundang-undangan dibidang pasar modal dan
bidang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa di Indonesia
j. Memahami peraturan dan acara BAPMI
k. Bukan merupakan pejabat dibidang pengawas pasar modal, direksi bursa
efek atau lembaga kliring dan penjaminan atau lembaga penyimpanan
dan penyelesaian
l. Serta bukan merupakan pejabat aktif dari instansi peradilan,kejaksaan
atau kepolisian.
3
Tri Jata Ayu Pramesti, Syarat dan Prosedur Menjadi Arbiter, 2014,
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt53abca8761d37/syarat-dan-prosedur-menjadi-
arbiter/ ,diakses 07 July 2014
arbiter, daripada Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), Badan
Perdagangan Berjangka Komoditi (BAKTI) dan Badan Arbitrase Pasar Modal
Indonesia (BAPMI). Dan yang akan dipaparkan adalah kode etik dari BAPMI
karena menurut pemakalah kode etiknya lebih umum dan tidak khusus kepada
organisasinya sendiri.
a. Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan menjunjung tinggi Negara
Hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
b. Bersikap jujur, professional, objektif, hati-hati, dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugasnya.
c. Berorientasi kepada penegakan keadilan
d. Menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup di
dalam masyarakat.
e. Bersikap indipenden dan tidak memihak.
f. Mengambil keputusan berdasarkan ketentuan hukum, atau berdasarkan
rasa keadilan dan kepatutan.
g. Bersikap sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin siding, baik dalam
ucapan maupun perbuatan.
h. Menjaga kewibawaaan dan ketenteraman persidangan.
i. Menghormati hak para pihak untuk didengar keterangannya.
j. Menjaga kerahasian data dan informasi yang diterima, diketahui,
diperoleh dari atau sehubungan dengan pemeriksaan sengketa atau beda
pendapat yang diselesaikan melalui Arbitrase.
k. Menghindari diri dari adanya benturan kepentingan pada saat
mlaksanakan tugasnya.
l. Berupaya semaksimal mungkin untuk mmberikan putusan dalam waktu
yang telah disepakati atau ditentukan.4
4
Kode Etik (Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia, 2006),
http://www.bapmi.org/en/arbitrators_codeofconduct.php)
D. Tugas dan Tanggung Jawab Arbiter
Arbiter memiliki peran yang sangat penting dalam suatu proses arbitrase.
Arbiter bertugas untuk menyelesaikan pemeriksaan arbitrase dan selanjutnya
menjatuhkan putusan arbitrase dalam jangka waktu yang di tentukan oleh para
pihak yang menunjuk arbiter tersebut.5 dan jugatugas arbiter selain
memeriksa, memimpin serta menjatuhkan putusan terhadap sengketa yang
menjadi kewajibannya untuk diselesaikan adalah bahwa seluruh biaya selama
proses pemeriksaan hingga akhir tahapan arbitrase sepenuhnya ditentukan
olehnya6.
5
Aryani Witasari, 2011, “Konsekuensi hukum bagi seorang arbiter dalam memutus suatu
perkara berdasarkan Undang- Undang NO.30 Tahun 1999”, Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1,
April 2011.
6 Ibid.
DAFTAR PUSTAKA
Tri Jata Ayu Pramesti, Syarat dan Prosedur Menjadi Arbiter, 2014,
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt53abca8761d37/syarat-dan-
prosedur-menjadi-arbiter/ ,diakses 07 July 2014.