Pengangkatan
Arbiter dalam memeriksa dan memutus perkara dapat melalui pengangkatan tunggal dan
Majelis arbitrase.
Pengangkatan arbiter tunggal
Para pihak dapat mengangkat arbiter tunggak atas dasar kesepakatan dan diberi kesempatan
tenggang waktu selama 14 hari apabila tidak berhasil maka para pihak dapat memohon
kepada ketua PN untuk mengangkat hakim tunggal tersebut, pengangkatan hakim tunggal
oleh pengadilan Negeri dapat didasarkan :
1. Daftar nama yang disampaikan oleh para pihak
2. Daftar nama yang diperoleh dari organisasi atau lembaga arbitrase yang ditunjuk oleh
para pihak tersebut
3. Dengan memperhatikan hak rekomendasi yang diajukan oleh para pihak terhadap
calon arbiter yang bersangkutan.
Pada dasarnya Undang-Undang memberika kebebasan kepada para pihak untuk menentukan
sendiri acara dan proses arbitrase yang akan digunakan dalam pemeriksaan perkara, pilihan
para pihak terhadap proses beracara pemeriksaan perkara arbitrase harus dinyatakan secara
tegas dan tertulis dalam suatu perjanjian arbitrase dengan syarat sepanjang hal tersebut tidak
bertentangan dengan ketentuan UU No 30 Tahun 1999.
Cara mengadakan arbitrase (pasal 8 ayat (1))
Pemohon menyampaikan pemberitahuan kepada termohon untuk berarbitrase, pemberitahuan
itu dapat dilakukan melalui surat tercatat, telegram, Email, buku ekspedisi.
Isi pemberitahuan (pasal 8 ayat (2))
1. Nama dan alamat pihak yang berperkara
2. Klausula dalam perjanjian arbitrase
3. Perjanjian tentang masalah yang menjadi sengketa
4. Dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut
5. Cara penyelesaian yang dikehendaki para pihak
6. Perjanjian yang disepakati oleh para pihak tentang jumlah arbiter.
Pemeriksaan perkara arbitrase secara tertutup
Pemeriksaan arbitrase harus dilakukan secara tertutup tanpa ada pengecualian hal ini terdapat
dalam pasal 27 UU No 30 Tahun 1999 ditetntukan bahwa semua pemeriksaan perkara oleh
arbiter atau majelis arbitrase dilakukan secara tertutup. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
menegaskan sifat kerahasiaan, penyelesaian melalui arbitrase sifat kerahasiaan ini cenderung
menjadi pilihan utama bagi kalangan usahawan yang tidak menginginkan mesyarakat umum
mengetahui adanya perselisihan atau sengketa yang dialami oleh usahawan tersebut dengan
pihak lain yang merupakan mitra usahanya.
Keterlibatan para pihak dalam proses persidangan
1. Para pihak yang bersengketa (termohon dan pemohon)
2. Ada kuasa hukum, pemeriksaan perkara arbitrase boleh diwakili oleh kuasa hukum.
Pasal 29 ayat (2) UU No 30 Tahun 1999 “kepada para pihak yang berperkara
diberikan kesempatan untuk menunjuk kuasanya sebagai wakil dimuka pengadilan
baik secara lisan maupun tertulis yang bersifat khusus.”
Namum pemberian kuasa ini bersifat fakultatif (artinya tidak harus penyelesaian
sengketa arbitrase diwakili oleh kuasa hukum)
3. Keterlibatan pihak ketiga dalam proses pemeriksaan perkara.
Dalam proses pemeriksaan perkara arbitrase dimungkinkan adanya keterlibatan pihak
ketiga yang disebut Intervensi.
Intervensi ada 2 yaitu vooging dan Tussencomst.
o Vooging : Ikut sertanya pihak ketiga karena ditarik oleh salah satu pihak,
biasanya yang menarik........
o Tussencomst : Keinginan pihak ketiga karena mempunyai kepentingan
terhadap pemeriksaan perkara tersebut.
PUTUSAN
1. Putusan sela
Putusan sela dapat diambil sebelum menjatuhkan putusan akhi, hal ini bertujuan untuk
ketertiban pemeriksaan perkara yang meliputi :
a. Untuk menetapkan sita jaminan
b. Memerintahkan kepada pihak ketiga untuk menitipkan barang-barang milik debitur
atau tergugat.
c. Memerintahkan pihak ketiga atau tergugat untuk menjual barang yang sudah rusak.
2. Putusan akhir
Adalah putusan yang bersifat menentukan
1. Penyampaian surat tuntutan oleh pemohon dan jawaban dari termohon pada arbitrase ad hoc.
Proses arbitrase diawali dengan penyampaian surat tuntutan oleh pemohon kepada termohon.
Penetapan ini tercantum dalam pasal 38 UU No 30 Tahun 1999 bahwa dalam jangka waktu
yang telah ditentukan oleh arbiter atau majelis arbitrase pemohon harus menyampaikan surat
tuntutannya kepada arbiter atau majelis arbitrase.
Surat tuntutan tersebuat harus diajukan secara tertulis dan berisi antara lain :
a. Identitas para pihak (apabila menggunakan advokat, advokat itu dicantumkan setelah
nama pihak, apabila tergugat setelah tergugat, penggugat setelah penggugat)
b. Uraian singkat tentang duduk perkara atau posita
c. Isi tuntutan harus jelas (petitum)
2. Segera setelah menerima surat tuntutan dari pihak pemohon arbiter para pihak menggunakan
arbiter tunggal atau ketua majelis arbitrase akan menyampaikan satu salinan surat tuntutan
kepada termohon disertai dengan perintah bahwa termohon harus menanggapi dan
memberikan jawaban secara tertulis dalam waktu 14 hari sejak diterimanya salinan surat
tuntutan oleh termohon.
Apabila termohon tidak menyampaikan jawabannya, arbiter atau majelis arbitrase wajib
memanggil pemohon atau kuasanya untuk hadir dimuka sidang arbitrase dalam jangka waktu
14 hari terhitung mulai dikeluarkannya surat perintah pemanggilan, namun apabila termohn
menjawab surat tuntutan pemohon maka arbiter atau majelis arbitrase wajib menyerahkan
jawaban tersebut kepada pemohon, ketua majelis arbitrase memerintahkan kepada kedua
belah pihak untuk menghadap dimuka sidang arbitrase yang ditetapkan paling lama 14 hari
terhitung sejak dkeluarkannya surat perintah pemanggilan.
PROSES KE BANI
1. Proses arbitrase diawali dengan masukna surat permohonan dari pemohon kesekretariat
panitia arbitrase BANI, sekretariat ada 5 permohonan.
2. Sekretariat memeriksa surat permohonan diperiksa secara teliti apakah dalam perjanjian
antara pihak yang berperkara terdapat klausula yang menyertakan secara tegas bahwa : BANI
adalah institusi yang ditunjuk oleh para pihak untuk menyelesaikan perkara.
Bila didalamnya klausula terdapat klausula yang menyatakan bahwa BANI adalah institusi
yang ditunjuk mak pemohon diterima, namun apabila klausula tidak tercantum secara tegas
maka BANI adalah institusi yang ditunjuk maka permohonan akan ditolak.\
3. Permohona tersebut oleh BANI diberikan bukti penerimaan dan nomor pendaftaran yang
kemudian diberi kwitansi dan nomor pembayaran.
4. Setelah menerima surat permohonan tersebut ketua BANI membentuk Majelis arbitrase atau
apabila pemohon dan termohon telah menetapkan pilihan majelis arbitrase maka kemudian
ketua BANI menerbitkan surat keputusan atas terbentuknya majelis arbitrase tersebut dan
juga ditetapkan besarnya biaya perkara yang dibebankan kepada termohon dan pemohon
dengan surat keputusan pula, apabila para pihak telah membayar biaya perkara arbitrase maka
oleh BANI dibuatkan Undangan untuk menghadiri sidang pertama pemeriksaan perkara
kepada termohon dan pemohon.
2. Pada sidang pertama dimulai maka ketua majelis arbitrase menyatakan sidang dibuka dan
tertutup untuk umum. Apabila pemohon dan termohon hadir oleh ketua majelis arbitrase
dibacakan surat tuntutan pemohon. Ketua majelis arbitrase menawarkan kepada para pihak
suatu penyelesaian sacara damai atau perdamaian, apabila para pihak menerima perdamaian
maka kemudian ketua majelis arbitrase membuat surat perdamaian yang mempunyai kekuatan
seperti kekuatan putusan arbiter atau hakim.
3. Pada sidang pemeriksaan pertama maka termohon harus menyampaikan jawabannya dan jug
adapat mengajukan tuntutan balik (rekovensi) bersama dengan jawaban termohon.
4. Apabila dalam sidang pertama pemohon tidak hadir sedangkan termohin hadir maka surat
permohonan pemohon dinyatakan gugur, sehingga tugas majelis arbitrase selesai.
Apabila dalam sidang pertama termohon tidak hadir tanpa alasan yang sah maka majelis
arbitrase memanggil termohon sekali lagi dan apabila termohon tidak hadir juga diberi waktu
10 hari, maka majelis menjatuhkan putusan verstek kecuali jika tuntutan pemohon tidak
beralasan.
5. Namun apabila pada sidang tersebut pemohon dan termohon hadir maka termohon harus
menyampaikan jawabannya dan gugat balik apabila ada. Dalam jawaban termohon dapat
menyampaikan hak ingkar jika menurut termohon memepunyai keyakinan bahwa arbiter
tidak memenuhi syarat-syarat untuk menjadi arbiter,dengan UU No 30 Tahun 1999.
6. apabila termohon dapat membuktikan tuntutan ingkar tersebut maka arbiter yang
bersangkutan dapat diganti.
7. Selanjutnya dimana pada saat itu pemohon diminta untuk memasukkan jawaban pada
permohonan dan rekopensi jika ada (Replik) dan pada sidang selanjutnya termohon dapat
menanggapi replik dari pemohon (Duplik).
8. ..........................................
9. Dst.
Dalam membuat surat kuasa arbitrase sama dengan membuat sirat kuasa kepengadilan negeri.
Yang penting dalam pembuatan surat kuasa yaitu :
a. Nomor surat kuasa itu dibuat
b. Identitas penerima dan pemberi kuasa
c. Perkara apa yang terjadi
d. Sejauh mana pemberi kuasa membrika kuasa kepada penerima kuasa. Dalam soal ada
hak subtitusi hak untuk melimpahkan apa wewenangnya kepada kuasa hukum lain
tidak? Jika ada dicantumkan, jika tidak maka tidak perlu ditulis
e. TTD
f. Ingat terlebih dulu membuat surat kuasa dari pada membuat surat permohonan.
Surat kuasa apabila lebih dari 3 bulan maka tidak dapat dipakai atau diberlakukan lagi.
Contoh surat kuasa
SURAT KUASA KHUSUS
No : 151/ SKK/01/2016
(Arbitrase ad hoc) (arbitrase Institusi)
Kepada : Yth. Bapak Ketua BANI
Yth. Bapak/Ibu... Geduang Wahana Graha Lt II
Selaku arbiter yang memeriksa di......... Jln Mampang Prapatan No 2 Jakarta Selatan
Selaku Direktur PT Pembangunan Graha Permai dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
perusahaan yang termaksud beralamat di Jalan Senopati No 3 Jakarta
Pekerjaan : Advokat
-KHUSUS-
Untuk mewakili Pemberi Kuasa sebagai PEMOHON perkara wanprestasi pembanguna Gedung
Melawan Yudhistira selaku Direktur PT Wisama Indah yang beralamat di Jalan Keindahan No 5
Jakarta sebagai TERMOHON.
1. Untuk itu penerima kuasa membela hak, mengatur kepentingan pemohon, melakukan segala
pembayaran, membuat dan menerima kuitansi dan segala kepentingan apapun yang
berhubungan dengan perkara. (tidak usah ditulis apabila yang dminta untu mewakili dalam
pemeriksaan arbitrase dan pelaksanaan putusan arbitrase :langsung sidang pemeriksaan
perkara)
2. Penerima kuasa boleh bertindak dalam hal hukum terhadap semua orang dan dalam segala
persoalan yang berhubungan dengan perkara ini, mewakili tempat kediaman hukum terhadap
hakim arbiter.
3. Penerima kuasa boleh berperkara kemuka sidang arbitrase, mengajukan tuntutan hak,
menrima dan menolak perdamaian, menandatangani surat perdamaian, memberikan jawaban,
mengajukan dan menolak bukti, menandatangani surat putusan arbitrase dan menjalankan
putusan arbitrase. ( hanya pada saat sidang pemeriksaan perkara saja)
Penerima kuasa boleh melakukan segala apa yang perlu guna kepentingan pemberi kuasa asal
tidak bertentangan dengan Undang-Undang. (tidak usah ditulis apabila tidak diminta)
Penerima kuasa dapat memindah tangankan kekuasaannya sebagian atau seluruhnya kepada kuasa
hukum lain (Hak Subtitusi). (kalo disoal tidak ada hak subtitusinya maka tidak usah ditulis)
Materai 6000
Siti Anik Tsania Yuni
CONTOH SURAT PERMOHONAN TUNTUTAN HAK
No : 77/SPTA/XII/2016
Jakarta,..............
di Jakarta.
Dengan hormat,
Selaku Direktur PT Pembangunan Graha Permai dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
perusahaan yang termaksud beralamat di Jalan Senopati No 3 Jakarta
Dalam hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasanya Kantor Advokat dan Pengacara Siti Anik,
S.H., M.H. yang berkedudukan di Jalan Keadilan No 9 Jakarta.
Berdasarkan surat kuasa No 151/SK/XII/2016 tanggal 30 Desember 2016 (terlampir) dengan ini
mengajukan permohonan arbitrase terhadap Yudhistira selaku Direktur PT Wisama Indah yang
beralamat di Jalan Keindahan No 5 Jakarta.
Untuk menyelesaikan perkara wanprestasi dalam pembanguna gedung perkantoran (bukti P1) dengan
menggunakan prosedur dan tata cara BANI.
Permohonan ini disampaikan sesuai syarat arbitrase yang tercantum dalam perjanjian pasal 35 UU No
30 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap masalah atau beda pendapat yang timbul dalam
perjanjian ini diselesaikan secara musyawarah, dalam hal secara musyawarah ini tidak berhasil dan
dalam waktu 30 hari sejak perbedaan pendapat tersebut terjadi akan diselesaikan dan diputus oleh
BANI menurut peraturan dan prosedur arbitrase BANI yang keputusannya mengikat kedua belah
pihak yang berperkara sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir.
Untuk keperluan tersebut kuasa pemohon telah mengirimkan surat pemberitahuan untyk mengadakan
arbitrase (bukti P2) (terlampir) kepada termohon. Dengan pemberitahuanini telah sesuai dengan pasal
8 UU no 30 Tahun 1999.
Adapun alasan-alasan yang menjadi dasar permohonan arbitrase adalah sebagai berikut :
1. Bahwa pada tanggal 20 Desember 2015 pemohon mulai melaksanakan pembanguna gedung
perkantoran yang berlantai 2 yang berlokasi di Jalan Ampera No 30 Jakarta dengan nilai
kontrak Rp 960.000.000 dengan cara pembayaran berdasarkan prestasi pemohon masa
pembanguna 12 bulan atau seluruh pekerjaan akan diselesaikan dan diserahkan kepada
termohon untuk pertama kali pada bulan Desember 2016 atau selambat-lambatnya April
2016.
2. Bahwa pada bulan agustus 2016 prestasipemohon telah mencapai 60 % berdasarkan berita
acara prestasi atau kemajuan pekerjaan (bukti p4) namun prestasi bulan Juni, Juli dan Agustus
2016 belum dibayar termohon kepada pemohon masing-masing Rp 240.000.000,- (bukti P5
dan P6)
3. Bahwa sesuai dengan perjanjian pemohon mulai tanggal 1 September 2016 menghentikan
pekerjaan (Bukti P7) dan pemohon telah memberikan peringatan I tanggal 1 September 2016
kepada termohon selam 3 kali peringatan ( Bukti P8, P9 dan P10) namun termohon tetap tidak
mau melakukan pembayaran kepada pemohon. Akibat tindakan tersebut pemohon mengalami
kerugian yang sangat besar.
Untuk itu berdasarkan dalil-dalil diatas mohon kepada Majelis Arbitrase menerima dan memeriksa
permohona tuntutan arbitrase pemohon dan memutuskan sebagai berikut :
PRIMER
SEKUNDER
Apabila majelis arbitrase berpendapat lain demi keadilan mohon diputus yang seadil-adilnya
Tanggal,
Hormat Kami
Kuasa Hukum
Setelah arbiter atau majelis arbitrase selesai memeriksa perkara kemudian menjatuhkan putusan
guna mengakhiri sengketa disamping memberikan putusan arbiter atau majelis arbitrase dapat
pula memberikan pendapat mengenai suatu persoalan yang berkaitan dengan perjanjian.
Dengan demikian terdapat 2 macam produk yang dibuat oleh arbiter atau majelis arbitrase yaitu
pendapat dan putusan arbitrase.
Putusan arbitrase merupakan suatu putusan yang diberikan oleh arbitrase ad hoc maupun
lembaga arbitrase atas suatu perbedaan pendapat, perselisihan paham maupun persengketaan
mengenai suatu poko persoalan yang lahir dari suatu perjanjian yaitu dasar-dasar yang memuat
klausula arbitrase yang diajukan pada arbitrase ad hoc maupun lembaga arbitrase untuk
diputuskan oleh arbiter. Tanpa adanya suatu sengketa lembaga arbitrase dapat menerima
permohonan yang diajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian untuk memberikan suatu
pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian dalam
hal belum timbulnya sengketa. Dengan diberikannya pendapat oleh lembaga arbitrase tersebut
maka kedua belah pihak terikat dalam suatu perjanjian atau kontrak, bila diantara pra pihak
bertindak bertentangan dengan pendapat yang diberika oleh arbiter atau majelis arbitrase maka
pihak yang bersengketa dianggap melanggar perjanjian (wanprestasi), pad aintinya putusan
maupun pendapat arbitrase berisi pernyataan yang diucapkan arbiter atau majelis arbitrase yang
berbentuk tertulis. Pernyataan arbiter atau majelis arbitrase kan berbentuk putusan arbitrase
apabila didalamnya terdapat unsur sengketa sedangkan kalau pernyataan arbiter atau majelis
arbitrase dituangakn dalam bentuk pendapat bila isinya tidak terdapat sengketa atau dengan kata
lain didalam putusan arbitrase terdapat sengketa diantara para pihak terhadap suatu perjanjian
sebaliknya didalam pendapat arbitrase tidak terdapat sengketa.
Dasar putusan arbitrase
Seorang arbiter atau majelis arbitrase dapat mengambil keputusan berdasarkan dengan ketentuan
hukum.
Ketentuan hukum yang dimaksud adalah ketentuan hukum yang ..... dan peraturan hukum yang
berhubungan dengan bidang yang disengketakan dengan memperhatikan nilai-nilai hukum yang
hidup dalam kehidupan dalam kegiatan ekonomi, sosial, politik, agama dan moral sehingga
menghasilkan putusan yang adil. Dengan adanya ketentuan ini arbiter harus memberikan putusan
berdasarkan hukum dan tidak boleh menyimpang dengan ketentuan hukum yang bersifat
memaksa , oleh karena itu jika para pihak mengadakan suatu perjanjian yang berisikan ketentuan
bahwa arbiter dalam memutus perkara wajib mendasarkan ketentuan-ketentuan hukum maka
arbiter tidak dapat mengesampingkan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hakim PN membuat, menentukan dan menetapkan putusan sedangkan arbiter membuat putusan
saja yang menentukan adalah para pihak dan ditetapkan di PN.
Berdasarkan keadilan dan kepatutan
Pada dasarnya arbiter dalam memutus perkara wajib memutus perkara berdasarkan ketentuan
hukum, hal ini berarti bahwa arbiter tidak dapat memutus berdasarkan keadilan dan kepatutan,
putusan arbitrase yang didasarkan pada keadilan dan kepatutan hanya dapat dilakukan arbiter
apabila ada pihak yang dalam perjanjiannya dengan tegas menyebutkan bahwa para pihak
memberikan kekuasaan atau kewenangan kepada arbiter untuk memberikan putusan, sebaliknya
dalam hal arbiter tidak diberi kuasa dan kewenangan untuk memberikan keputusan berdasarkan
keadilan dan kepatutan maka arbiter hanya dapat memberi putusan berdasarkan kaidah huku
materiil sebagaimana yang dilakukan oleh hakim dalam rangka memberkan putusan arbitrase
yang berdasarkan pada keadilan dan kepatutan maka arbiter mempunyai hak untuk
mengesampingkan hukum fakultatif ( hukum yang tidak memaksa dan dalam hal tertentu hukum
yang bersifat memaksa harus diterapkan.
PELAKSANAAN PUTUSAN