Anda di halaman 1dari 4

Yussuf Prawira

Sandica
20200210100082
PLKH Non-Litigasi (B)

Arbitrase institusional atau yang disebut arbitrase tetap diselesaikan melalui lembaga
permanen yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa secara nasional maupun
internasional.

1. Badan Arbitrase Nasional Indonesia


Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI Arbitration Center) adalah lembaga
independen yang memberikan jasa beragam yang berhubungan dengan arbitrase,
mediasi dan bentuk-bentuk lain dari penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

BANI didirikan pada tahun 1977 oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia
(KADIN) melalui SK No. SKEP/152/DPH/1977 tanggal 30 November 1977 dan
dikelola oleh Dewan Pengurus dan diawasi oleh Dewan Pengawas dan Dewan
Penasehat yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dan sektor bisnis.

Dengan status sebagai lembaga arbitrase Indonesia pertama dan terkemuka di tingkat
nasional dan internasional, dan dengan pengalaman lebih dari 4 dekade kini BANI
telah memiliki lebih dari 160 arbiter profesional yang berlatarbelakang dari berbagai
profesi dan keahlian baik berkebangsaan Indonesia maupun asing.

BANI berkedudukan di Jakarta dan memiliki arbitrase wilayah di beberapa kota besar
di Indonesia, yaitu Surabaya, Bandung, Medan, Denpasar, Palembang, Pontianak dan
Jambi.

Dalam memberikan dukungan kelembagaan yang diperlukan untuk bertindak secara


otonomi dan independen dalam penegakan hukum dan keadilan, BANI telah
mengembangkan peraturan dan prosedur arbitrase, arbitrase elektronik, hybrid
arbitration dan mediasi. Peraturan dan prosedur ini dipergunakan untuk arbitrase
domestik dan internasional.

Di Indonesia minat untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase mulai meningkat


sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase). Perkembangan ini sejalan dengan
arah globalisasi, di mana penyelesaian sengketa melalui arbitrase telah menjadi
pilihan pelaku bisnis untuk menyelesaikan sengketa bisnis mereka. Selain
karakteristik cepat, efisien dan tuntas, arbitrase menganut prinsip otonomi para pihak,
dan tidak bertele- tele karena tidak ada lembaga banding dan kasasi. Biaya arbitrase
juga lebih terukur, karena prosesnya lebih cepat.

Keunggulan lain arbitrase adalah putusannya yang final dan mengikat (binding),
selain sifatnya yang rahasia (confidential), di mana proses persidangan dan putusan
arbitrase tidak dipublikasikan. Berdasarkan asas timbal balik putusan-putusan
arbitrase asing yang melibatkan perusahaan asing dapat dilaksanakan di Indonesia,
demikian pula putusan arbitrase Indonesia yang melibatkan perusahaan asing akan
dapat dilaksanakan di luar negeri berdasarkan Konvensi New York 1958 tentang
Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing.

2. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)

Badan Arbitrase Syariah Nasional atau Basyarnas merupakan lembaga hukum


arbitrase syariah satu-satunya di Indonesia yang berwenang memeriksa dan memutus
sengketa muamalah yang timbul dalam perdagangan, keuangan, industri, jasa, dan
lain sebagainya.

Basyarnas adalah lembaga non litigasi yang dibentuk oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang sebelumnya bernama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia.
Dalam proses penyelesaian sengketa melalui Basyarnas dapat diupayakan oleh para
pihak yang bersengketa, baik sebelumnya telah melakukan perjanjian arbitrase
sebelum terjadi sengketa maupun setelah sengketa terjadi.

Lembaga arbitrase dapat menyelesaikan masalah dengan waktu yang cepat dan tepat,
hasil keputusan dari arbitrase bersifat mutlak tidak dapat diintervensi oleh pengadilan
serta tidak ada batasan wilayah dalam menyelesaikan sengketa.

3. Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI)

Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) atau dalam bahasa


Inggris disebut Indonesian Capital Market Arbitration Board, didirikan oleh
Organisasi Regulator Mandiri (Self Regulatory Organization[1] - SROs) yaitu Bursa
Efek Jakarta(BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), P.T. Kliring Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI), dan P.T. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) serta asosiasi-
asosiasi di lingkungan pasar modal Indonesia untuk menjadi tempat menyelesaikan
persengketaan perdata di bidang pasar modal melalui mekanisme penyelesaian di luar
pengadilan.

BAPMI didirikan dengan akta pendirian berdasarkan akta No. 15 yang dibuat oleh
Notaris Fathiah Helmy SH dan ditandatangani di Jakarta pada tanggal 9 Agustus
2002 dengan disaksikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam suatu
upacara di Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Selanjutnya BAPMI memperoleh pengesahan sebagai badan hukum melalui


Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia No: C-2620
HT.01.03.TH 2002, tanggal 29 Agustus 2002, dan pengesahan tersebut telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 18 Oktober 2002,
Nomor 84/2002, Tambahan Berita Negara Nomor 5/PN/2002.

4. World Intellectual Property Organization (WIPO)

WIPO dibentuk pada tahun 1967 merupakan organisasi kekayaan intelektual dunia
yang memberikan layanan, kebijakan, informasi, dan kerja sama di bidang kekayaan
intelektual. Tujuannya adalah untuk memimpin pengembangan sistem kekayaan
intelektual internasional yang seimbang dan efektif yang memungkina setiap orang
melakukan inovasi dan kreativitas. Kebijakan dan procedural terkait dengan kekayaan
intelektual internasional diatur dalam Konvensi WIPO.

Penyelesaian sengketa intelektual pada WIPO diselesaikan melalui penyelesaian


Arbitrase (Alternative Dispute Resolution) sendiri meliputi bidang-bidang

- Periklanan

- Hak siar

- Hak cipta dan hak terkait

- Manajemen acara

- Hak gambar

- Hak desain industry


- Transaksi pemasaran

- Perjanjian dagang

- Paten yang berkaitan dengan peralatan olahraga

- Pengembangan produk

- Penerbitan

- Perangkat lunak

- Perjanjian sponsorship

- Taruhan olahraga dan permainan

- Kontrak bisnis olahraga

- Streaming olahraga online

Anda mungkin juga menyukai