BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Arbitrase
1. Pengertian Arbitrase
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Kata
Arbitrase berasal dari bahasa latin yaitu “arbitrare”. Arbitrase juga dikenal
dengan sebutan atau istilah lainnya yang memiliki maksud yang sama,
33).
25
26
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
Menurut Abdul Bari Azed (Abdul Bari Azed, 2006) yang dimaksud dengan
1) Perniagaan,
Perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang dan jasa atau
keduanya.
2) Perbankan,
Perbankan adalah kegiatan yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk lainnya yang bertujuan meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
3) Keuangan,
Keuangan adalah mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan
organisasi meningkatkan, mengalokasi dan menggunakan sumber daya
moneter sejalan dengan waktu dan juga menghitung resiko dalam
menjalankan proyek mereka.
4) Penanaman modal,
Penanaman modal adalah suatu yang berhubungan dengan keuangan
dan ekonomi, berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan
suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.
5) Industri
Industri adalah kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan
metode yang sama dalam menghasilkan laba.
6) Hak kekayaan intelektual.
Hak kekayaan intelektual (HaKI) adalah hak yang timbul bagi hasil olah
pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna
untuk manusia. Pada intinya HaKI adalah hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual.
Obyek yang diatur dalam HaKI adalah karya-karya yang timbul
mencakup, hak cipta, hak merek, hak paten, hak rahasia dagang, hak desain
industri, hak desain tata letak sirkuit terpadu, dan hak perlindungan varietas
tanaman.
27
2) Para pihak juga dapat menetapkan hukum yang mana yang akan
segala sesuatu hal yang dapat merugikan. Selain itu proses penyelesaian
pertimbangan hukum.
28
adalah arbitrase dapat dikatakan internasional apabila para pihak pada saat
berbeda, misalnya salah satu pihak memiliki tempat usaha di Amerika, dan
29
2. Jenis Arbitrase
(Joni Emirzon 2001: 102). Jenis arbitrase ini merupakan macam arbitrase
ditangani telah diputus, sebaliknya arbitrase ad hoc akan bubar dan berakhir
30
internasional,misalnya:
(ICC) di Paris;
(ICSID);
31
Regional Centre for Arbitration yang didirikan oleh Asia Afrika Legal
dipilih, kecuali ditetapkan lain oleh para pihak. Selanjutnya, yang dimaksud
ini bersifat insidental dan jangka waktunya tertentu sampai sengketa itu
32
arbitrase ad hoc diadakan dalam hal terdapat kesepakatan para pihak dengan
arbitrase disepakati para pihak adalah jenis arbitrase ad hoc, dapat dilihat
arbitrase yang disepakati adalah arbitase ad hoc. Ciri pokok arbitrase ad hoc
arbitrase ad hoc tidak terikat atau terkait dengan salah satu badan arbitrase.
demikian, dapat dikatakan jenis arbitrase ini tidak memiliki aturan atau cara
123).
33
dan Madura. Mengingat HIR dan RBg tidak mengatur arbitrase lebih
jauh lagi, Pasal 377 HIR dan Pasal 705 RBG menunjuk ketentuan-
Pasal 377 HIR dan pasal 705 RBG menyatakan bahwa bilamana orang
34
adalah mulai dari Pasal 615 sampai dengan Pasal 651, yang meliputi
35
Penyelesaian Sengketa
atas perjanjian tertulis dari pihak yang bersengketa. Sengketa yang dapat
36
berikut:
Penanaman Modal
37
tersebut merupakan salah satu asas yang diatur dalam Pasal 25 ayat (1)
Konvensi.
Award.
38
negara Indonesia;
putusan arbitrase yang diminta oleh pihak Indonesia. Dengan kata lain,
arbitrase asing atas permintaan yang datang dari suatu negara lain, harus
39
telah diatur dalam UU No. 5 Tahun 1968 dan juga Keppres No. 34
40
79) Perma No. 1 Tahun 1990 mengatur tentang tata cara pelaksanaan
perlu diatur lebih lanjut meskipun telah ada Keppres No. 34 Tahun 1968
perdagangan internasional.
41
4. Perjanjian Arbitrase
arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para
yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa, atau suatu perjanjian
berikut:
b. Suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat oleh para pihak setelah
timbul sengketa.
42
tidak boleh kabur, tetapi haruslah pasti. Selain itu, bahasa yang dipakai
pun harus bahasa yang jelas, tidak berliku-lik. Pada prinsipnya suatu
putusan arbitrase mempunyai isi yang tidak jauh berbeda dengan isi
43
44
itu putusan arbitrase yang dikeluarkan oleh suatu badan arbitrase asing
dalam hal ini tidak berwenang untuk memeriksa mengenai bentuk dan
isi putusan.
B. Putusan
1. Pengertian Putusan
sengketa antara para pihak. Bukan hanya yang diucapkan saja yang disebut
45
suatu putusan hakim yang tidak dapat diubah lagi. Dengan putusan ini,
2. Kekuatan Putusan
atau diadili, maka hal ini mengandung arti bahwa pihak-pihak yang
46
tentang sesuatu. Pasal 1916 ayat (2) nomor 3 BW maka putusan hakim
isinya benar yaitu apa yang telah diputuskan oleh hakim dianggap benar
paksa. Untuk itu apa yang telah ditentukan majelis hakim dalam
47
dengan pengertian putusan arbitrse asing dalam Perma No. 1 Tahun 1990,
48
asing didasarkan pada faktor wilayah atau territory. Ciri putusan arbitrase
pihak yang terlibat dalam putusan terdiri dari orang-orang Indonesia, dan
49
tersebut dikualifikasi putusan arbitrase asing (M. Yahya Harahap 1997: 336-
337).
tetap dan mengikat para pihak. Lebih lanjut dalam penjelasan Undang-
final dan dengan demikian tidak dapat diajukan banding, kasasi atau
peninjauan kembali. Sifat final and binding dari putusan arbitrase diatur
bersifat final dan mengikat para pihak. Dalam putusan tersebut, Majelis
menetapkan suatu batas waktu bagi pihak yang kalah untuk melaksanakan
denda dan/atau tingkat bunga dalam jumlah yang wajar apabila pihak yang
kalah lalai dalam melaksanakan putusan itu. Dari ketentuan tersebut, BANI
konsekuensinya bagi para pihak. Sifat yang seperti ini merupakan salah satu
dan cepat. Putusan dapat langsung dieksekusi dengan cara menutup upaya
50
itikad baik dari para pihak yang bersengketa. Pada Pasal 61 UU No. 30
putusan arbitrase secara sukarela tidak dapat dilakukan. Dalam hal ini,
final dan mengikat. Adapun dalam suatu putusan arbitrase internasional, sifat
final and binding dapat disimpulkan dari Pasal 68 UU No. 30 Tahun 1999.
dapat diajukan kasasi. Hal ini adalah sesuai dengan prinsip final and binding
51
5. Pendaftaran Putusan
1) Pendaftaran Putusan
52
C. Landasan Teori
pihak adalah:
dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini syarat pokok
lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan
dan Soerjono Soekanto tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi
yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi.
kepastian hukum meliputi dua hal yang pertama kepastian hukum adalah hal
apakah hukum dalam suatu keadaan atau hal tertentu, sebelum ia memulai
dengan perkara dan yang kedua kepastian hukum berarti pula keamanan
53
Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menentukan bahwa setiap
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Dengan demikian
pendukungnya.
2. Teori Keadilan
dan isi hukum ditentukan oleh keyakinan kita yang etis tentang yang adil dan
tidak. Dengan kata lain, menurut teori ini hukum bertujuan merelisir atau
mewujudkan keadilan. Keadilan meliputi dua hal yaitu hakekat keadilan dan
isi atau norma untuk berbuat secara konkrit dalam keadaan tertentu.
menerima perlakuan saja contohnya dalam perkara perdata pihak yang kalah
54
menilai putusan hakim tidak adil dan buruh yang diputuskan hubungan
tidak harus hanya dilihat dari satu pihak saja, tetapi harus dilihat dari dua
menjadi hak atau jatahnya, jatah ini tidak sama untuk setiap orang,
sebagainya yang sifatnya proporsional. Nilai adil disini ialah apabila setiap
undang-undang. Keadilan ini memberi kepada setiap orang menurut jasa dan
55
adalah kesamaan. Adil ialah apabila setiap orang diperlakukan sama tanpa
Teori ini menurut Prof. van Apeldoorn (C.S.T. Kansil dan Christine
umum. Tertib hukum yang tidak mempunyai peraturan hukum, tertulis atau
56
adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu
dengan benar dan adil serta memberi manfaat bagi pencari keadilan dan
masyarakat pada masa kini dan masa yang akan datang. Berdasarkan Pasal 1
57
berikut :
tidak mampu dan pengaturan mengenai pos bantuan hukum pada setiap
pengadilan.
58
mempunyai kekuatan tetap dan mengikat berlaku bagi para pihak yang