NPM : 14010103011 Fakultas : Hukum Judul Skripsi : Kedudukan Peristiwa Yang Belum Pasti Dalam Unsur Perjanjian Asuransi Dihubungkan Dengan Hukum Positif Dan Hukum Islam
Dalam KUHPerdata Pasal 1774, perjanjian asuransi digolongkan sebagai
perjanjian untung-untungan yang disejajarkan dengan perjudian dan pertaruhan, telah melahirkan interpretasi bahwa perjanjian perasuransian sama dengan perjudian dan pertaruhan. Titik tautnya adalah bahwa dalam perjanjian untung-untungan dan perjanjian asuransi, akad keduanya menggantungkan diri pada peristiwa yang belum pasti. Keberadaan peristiwa yang belum pasti dalam unsur perjanjian asuransi menjadi alasan pula sebagian ulama mengharamkan praktek asuransi karena di sana ada keterkaitan antara gharar dan maisir yang telah jelas-jelas dilarang dalam Islam. Permasalahan yang diangkat adalah dapatkah keberadaan peristiwa yang belum pasti dalam perjanjian asuransi dikategorikan sebagai perjudian dan perasuransian, kemudian bagaimana Islam memandang mengenai hal tersebut. Dalam hal ini penulis mencoba menganalisis dengan menggunakan metode deskriptif-komparatif yakni meninjau peristiwa yang belum pasti dalam unsur perjanjian asuransi dihubungkan dengan hukum positif dan hukum Islam. Hasil analisis yang diperoleh bahwa perjanjian asuransi tidaklah sama dengan perjudian dan pertaruhan. Alasan-alasan tersebut adalah (1) Dalam asuransi berlaku azas lex spesialis derogat lex generalis KUHPerdata dengan KUHD sehingga perjanjian perasuransian diakui sah secara hukum sebagai sebuah perbuatan hukum; (2) Adanya pengalihan risiko murni yang diimbangi dengan premi (bukan risiko spekulatif); (3) Adanya kepentingan yang merupakan syarat mutlak; (4) Asuransi merupakan bentuk manajemen risiko untuk berbagi risiko (sharing of risk); (5) Bila salah satu pihak (penanggung) melakukan wanprestasi dapat dituntut melalui pengadilan. Dari kelima alasan tersebut tidak dimiliki oleh perjanjian untung-untungan lainnya seperti perjudian dan pertaruhan. Dengan alasan-alasan tersebut, dapatlah dibuktikan bahwa perjanjian asuransi tidaklah dapat dikategorikan sebagai perjudian dan pertaruhan. Sementara itu, para ulama melihat dari aspek lain. Melalui pendekatan metode qiyas, dapat disimpulkan bahwa asuransi hukumnya adalah haram. Asuransi dikategorikan sebagai maisir (perjudian) karena di dalamnya (mekanisme premi dan klaim) terdapat unsur gharar yang mengakibatkan lahirnya tindakan spekulatif (gambling) yang telah jelas diharamkan oleh Islam. Memperbaiki akibat-akibat bencana dan menutupi kerugian-kerugiannya sangat relevan dengan maksud-maksud syara’, tetapi wajib ditempuh dengan cara-cara yang disyariatkan. Jadi tidak mengandung gharar, perjudian dan pertaruhan. Dengan demikian, alasan dari hukum positif di atas tidak dapat diterima berdasarkan kaidah- kaidah syara’.