Anda di halaman 1dari 14

Lex Crimen Vol.II/No.

1/Jan-Mrt/2013

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK tindakan-tindakan hukum, didalam hal ini


PIDANA ASURANSI1 tindak pidana. Tindak pidana mungkin saja
Oleh: Samsudin Sinubu2 timbul diberbagai sisi suatu penutupan
asuransi, karena sekalipun asuransi itu
ABSTRAK merupakan perjanjian yang bersifat khusus
Tujuan penelitian ini adalah untuk namun tidak terlepas dari aspek hukum
mengetahui tindak pidana apa sajakah yang yang bersifat umum, dengan demikian
ada dalam usaha perusahaan asuransi, perjanjian asuransi tidak dapat hanya
bagaimanakah pertanggungjawaban pidana sekedar dianggap sebagai dokumen polis
usaha perusahaan asuransi, dan yang menjamin kerugian yang mungkin
bagaimanakah pemidanaan terhadap timbul, namun kiranya perlu dicermati
pelaku tindak pidana asuransi. Berdasarkan sejauh mana resiko dimaksud dijamin atau
pendekatan yuridis normatif disimpulkan apa yang tidak dijamin, bagaimana
bahwa: 1. Tindak pidana yang ada dalam pembayaran premi diperjanjikan akan
usaha perasuransian adalah: tindak pidana dilaksanakan, bila ada pialang terlibat
penggelapan premi asuransi dan tindak bagaimana dengan kewajiban tertanggung
pidana penipuan asuransi yang dibagi lagi dan haknya bila terjadi musibah didalam
atas tindak pidana penipuan persetujuan mendapatkan penggantian klaim asuransi.
asuransi dan tindak pidana penipuan klaim Progresivitas perkembangan asuransi
asuransi. 2. Pertanggungjawaban pidana maupun hukum pidana semakin hari
perusahaan asuransi (korporasi) dapat semakin kompleks yang berimplikasi
dimintakan pertanggungjawabannya adanya berbagai macam modus operandi
kepada pelaku, pemberi perintah dan terjadinya tindak pidana dalam dunia
pemimpin dilakukannya tindak pidana asuransi. Permasalahan klaim, subrogasi,
asuransi, tidak terhadap Komisaris dan penipuan premi asuransi dan Iain-lain
Dewan Direksi sebagai penanggungjawab hanyalah sebagian kecil dari permasalahan
korporasi yang seharusnya yang terjadi dalam bisnis asuransi. Dalam
bertanggungjawab. 3. Sedangkan contoh kecil, seorang direktur perusahaan
pemidanaannya menurut Pasal 21 adalah asuransi bahkan seringkali berada dalam
sistem kumulatif antara pidana penjara dan posisi sebagai tersangka dalam suatu tindak
pidana denda dan itu dilakukan terhadap asuransi atau bahkan dirinya tidak
pengurus korporasi tidak terhadap menyadari telah melakukan suatu
korporasinya. Sistem ini berbeda dengan perbuatan yang masuk dalam kualifikasi
sistem pemidanaan yang terdapat dalam perbuatan pidana.
Pasal 10 KUHP, yang hanya mengenal
sistem alternatif untuk pidana pokok. B. Rumusan Masalah
Kata kunci: tindak pidana asuransi 1. Tindak pidana apa sajakah yang ada
dalam usaha perusahaan asuransi?
PENDAHULUAN 2. Bagaimanakah pertanggungjawaban
A. LATAR BELAKANG pidana usaha perusahaan asuransi?
Industri pada umumnya dan industri 3. Bagaimanakah pemidanaan terhadap
perasuransian pada khususnya tidak pelaku tindak pidana asuransi?
terlepas dart kemungkinan adanya
C. Metode Penelitian
1
Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Frans Metode pendekatan yang tepat sesuai
Maramis, SH,MH, Lendy Siar, SH,MH. Selviani dengan permasalahan yang telah dipilih
Sambali, SH,MH.
2 adalah pendekatan yuridis normatif.
NIM: 090711439.

84
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

adalah suatu perbuatan yang hasilnya,


TINJAUAN PUSTAKA mengenai untung ruginya, baik bagi
A. Latar Belakang Timbulnya Asuransi semua pihak maupun bagi sementara
Asuransi merupakan salah satu dari pihak bergantung pada suatu kejadian
buah peradaban manusia dan merupakan yang belum tentu. Demikian adalah
suatu hasil evaluasi kebutuhan manusia perjanjian asuransi; bunga cagak hidup;
yang sangat hakiki ialah kebutuhan akan perjudian dan pertaruhan. Perjanjian
rasa aman dan terlindung terhadap yang pertama diatur dalam Kitab
kemungkinan menderita kerugian. Asuransi Undang-undang Hukum Dagang”.5
merupakan buah pikiran dan akal budi
manusia untuk mencapai suatu keadaan PEMBAHASAN
yang dapat memenuhi kebutuhannya, A. Tindak Pidana Dalam Usaha
terutama sekali untuk kebutuhan- Perasuransian
kebutuhannya yang hakiki sifatnya antara Berkenaan dengan kebijakan kriminal
lain rasa aman dan terlindung seperti yang terhadap berbagai aktivitas kriminal yang
sudah disebutkan di atas. berhubungan dengan usaha perasuransian,
Sejarah asuransi pada hakikatnya maka dalam usaha perasuransian terdapat
bukan merupakan suatu hal yang berdiri beberapa tindak pidana sebagai berikut:
sendiri, melainkan sebuah bagian dari 1. tindak pidana penipuan asuransi;
sejarah perdagangan dan pelayaran pada 2. tindak pidana penggelapan asuransi;
umumnya.3 Cikal bakal dari asuransi 3. Tindak Pidana Penipuan Asuransi
dimulai pada saat para pedagang yang Beberapa tindak pidana yang terkait
merasakan adanya ketidakpastian terhadap dengan usaha perasuransian adalah yang
keselamatan kegiatan perdagangan terdapat dalam Pasal 381 dan Pasal 382
mereka, dan itu terjadi kurang lebih 4000 KUHP tentang “Perbuatan Curang\ Pasal
tahun sebelum Masehi dan dirasakan oleh 381 KUHP merupakan tindak pidana
para pedagang di wilayah sungai Tigris.4 penipuan asuransi yang dilihat dari segi
Para pedagang merasakan ketidakpastian waktu terjadinya pada saat dilakukan
yang ada didukung oleh berbagai faktor perjanjian asuransi, dengan demikian
yang menyebabkan timbulnya rasa tidak merupakan “tindak pidana penipuan untuk
aman merupakan hal yang perlu dihindari: adanya suatu pengikatan antara
Untuk mendapatkan rasa aman maka para penanggung dan tertanggung’ atau ‘tindak
pedagang kemudian melakukan suatu pidana penipuan persetujuan asuransi’,
kegiatan dengan mempergunakan sedangkan Pasal KUHP adalah penipuan
mekanisme ‘semacam’ asuransi. asuransi yang dilihat dari segi waktu terjadi
klaim asuransi atau disebut dengan ‘pidana
B. Dasar Hukum Dan Rumusan Asuransi penipuan klaim asuransi’. Kedua jenis
Pokok-pokok pengaturan dari asuransi penipuan asuransi ini akan dibahas berikut
terdapat dalam KUHD, namun dasar hukum ini.
dari asuransi itu sendiri terdapat dalam a. Tindak Pidana Penipuan Persetujuan
Pasal 1774 KUHPerdata yang menentukan Asuransi
bahwa : Pasal 381 KUHP merupakan salah satu
“Suatu perjanjian untung-untungan tindak pidana penipuan yang mempunyai
sifat kekhususan (dikualifisir) sehubungan
3
Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan
Perasahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 1997,
5
hal-32. Subekti dan Tjitrosudibio, Kamus Hukum,
4
Ibid. Alumni, Bandung, 1984, hal-78.

85
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

dengan obyeknya. Jika obyek penipuan maupun rangkaian kebohongan, keduanya


secara umum dalam Pasal 381 KUHP adalah merupakan perbuatan, sebab dengan
‘barang sesuatu, menghapuskan hutang mengucapkan kata-kata bohong juga
atau memberi piutang’, maka dalam hal ini merupakan berbuat sesuatu. Dengan
obyek dalam usaha persuransian adalah demikian, perbedaan antara perbuatan tipu
‘menyetujui perjanjian asuransi yang tentu muslihat dan perbuatan menyatakan
tidak akan disetujuinya atau setidak- rangkaian kebohongan, justru pada
tidaknya apabila disetujui tidak dengan bentuknya.
syarat-syarat demikian, jika diketahui Penipuan dalam persetujuan asuransi
keadaan sebenarnya’. Dilihat dari obyek berbeda dengan penipuan pada umumnya
tersebut, kriminalisasi atas perbuatan yang menyandingkan tipu muslihat dengan
tersebut merupakan bentuk perlinduingan rangkaian kebohongan. Dalam hal cara
atas usaha perasuransian dari penyesatan dilakukannya tindak pidana penipuan hanya
mengenai keadaan-keadaan yang dirumuskan melalui perkataan ‘ dengan
seharusnya disampaikan secara jujur oleh jalan tipu muslihat’. Tidak terdapat
calon tertanggung. Dengan kata lain, suatu keterangan yang memadai tentang latar
penipuan asuransi yang dilakukan karena belakang mengapa dalam penipuan
penipuan tertanggung. persetujuan asuransi tidak ditentukan
Adapun unsur-unsur Pasal 381 KUHP bahwa hal ini juga dapat terjadi dengan
adalah: perbuatan rangkaian kebohongan.
1. dengan jalan tipu muslihat; Sekalipun demikian, secara logika hal ini
2. menyesatkan penanggung asuransi berkaitan dengan kenyataan umumnya
mengenai keadaan-keadaan yang bahwa persetujuan atas suatu perjanjian
berhubungan dengan pertanggungan; pertanggungan asuransi hanya dapat
3. sehingga menyetujui perjanjian yang terjadi atas berdasarkan penilaian dan
tentu tidak akan disetujuinya atau penelitian atas dokumen yang disampaikan
setidak-tidaknya apabila disetujui tidak oleh calon tertanggung, dan tidak dapat
dengan syarat-syarat yang demikian; dicapai semata-mata oleh penjelasan-
4. jika diketahui keadaan sebenarnya. penjelasan lisan. Dibutuhkan dokumen-
Unsur ‘dengan jalan tipu muslihat’ dokumen pendukung dalam setiap
adalah unsur yang sangat menentukan penutupan asuransi. Secara ‘a contrario’ hal
dalam setiap tindak pidana penipuan. ini berarti, penipuan persetujuan tidak akan
Mengingat unsur ini menentukan cara pernah terjadi sepanjang calon tertanggung
terjadnya suatu tindak pidana penipuan. hanya menggunakan rangkaian
Dalam penipuan pada umumnya (Pasal 378 kebohongan untuk mendapatkan
KUHP), perkataan ‘dengan jalan tipu persetujuan perjanjian asuransi tersebut.
muslihat’ disandingkan dengan perkataan Oleh karena itu, suatu perbuatan yang
‘rangkaian kebohongan’. sifatnya ‘tipu muslihat’ merupakan
Menurut Adami Ghazawi, di antara perbuatan-perbuatan ‘mempengaruhi’
kedua istilah ini ada perbedaan, yaitu: pada orang lain yang dilakukan dengan cara
tipu muslihat berupa perbuatan, sedangkan apapun sepanjang bukan merupakan
pada rangkaian kebohongan berupa mengemukakan perkataan ataupun
ucapan/perkataan.6 kalimat-kalimat yang mengandung
Menurut penulis, baik tipu muslihat kebohongan. Menurut Wirjono
Prodjodikoro, ‘tipu muslihat’ adalah
6
membohongi tanpa kata-kata, melainkan
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap
dengan misalnya ‘memperlihatkan
Harta Benda, Bayumedia, Malang, 2003, hal.126.

86
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

sesuatu’.7 menyetujui menanggung resiko yang


Dalam penipuan persetujuan asuransi, mungkin timbul di kemudian hari terhadap
pembuat yang merupakan calon obyek yang diasuransikan. Dengan
tertanggung, untuk mendapatkan demikian, unsur ‘menyesatkan penanggung
persetujuan asuransinya berbohong kepada asuransi mengenai keadaan-keadaan yang
perusahaan asuransi mengenai keadaan berhubungan dengan pertanggungan’
sesungguhnya dari obyek pertanggungan. berkaitan dengan hal-hal yang sangat teknis
Dalam hal mana pembohongan tersebut tentang persetujuan suatu penutupan
dilakukan bukan dengan menyatakan kata- asuransi.
kata bohong atau suatu perkataaan yang Berbeda dengan tindak pidana
mengandung lebih dari satu kebohongan, penggelapan kekayaan asuransi yang
tetapi misalnya dengan menunjukkan suatu dibatasi hanya berkenan dengan
surat yang isinya suatu keterangan yang perusahaan asuransi jiwa, perusahaan
tidak benar atau bohong. Contoh paling asuransi kerugian atau perusahaan
ekstrim berkenan dengan hal ini adalah reasuransi, tindak pidana penipuan
penggunaan surat palsu atau yang persetujuan asuransi dapat diterapkan
dipalsukan dalam permohonan pengajuan untuk semua jenis usaha perasuransian.
asuransi. Misalnya, seseorang Dengan demikian KUHP memuat tindak
menggunakan surat keterangan dokter pidana asuransi yang sifatnya lebih luas
yang isinya tidak benar tentang tidak daripada tindak pidana di bidang usaha
adanya suatu penyakit, untuk mendapatkan perasuransian yang terdapat dalam UU
persetujuan asuransi jiwa. Padahal itu Usaha Perasuransian.
bertentangan dengan kebenaran, yang Pembuktian atas pemenuhan unsur
dengan itu diadakan persetujuan asuransi ‘sehingga disetujui perjanjian yang tentu
jiwa terhadap yang bersangkutan. tidak akan disetujuinya atau setidak-
Dikaitkan dengan penipuan persetujuan tidaknya apabila disetujui tidak dengan
asuransi, tipu muslihat juga dapat dilakukan syarat-syarat yang demikian’ sangat
dengan menyampaikan data yang tidak ditentukan dari telah dipenuhinya
benar atau palsu di atas formulir yang ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata dan
disediakan. Semua kebohongan tersebut Pasal 257 KUHD. Karena perjanjian asuransi
disampaikan tanpa keharusan yang dilihat dari bentuknya adalah merupakan
bersangkutan mengemukakannya dalam ‘perjanjian konsensual’, sehingga perjanjian
perkataan yang dilihat dari isinya ini sudah terbentuk sejak adanya kata
merupakan rangkaian kebohongan. sepakat (Pasal 1320 KUHPerdata). Yang
Tipu muslihat ditujukan terhadap hal-hal berkenaan dengan perjanjian asuransi
yang berhubungan dengan pertanggungan secara khusus terdapat dalam Pasal 257
dalam suatu asuransi. Tipu muslihat KUHD yang mengatakan bahwa: ‘perjanjian
tersebut menimbulkan ‘kesesatan’ bagi pertanggungan diterbitkan seketika setelah
penanggung, yang dalam hal ini ia ditutup; hak-hak dan kewajiban-
direpresentasikan oleh pegawai asuransi kewajiban bertimbal balik dari penanggung
yang berwenang memutuskan penutupan dan tertanggung mulai berlaku semenjak
suatu asuransi. Hal ini tentunya berkaitan saat itu, bahkan sebelum polisnya
dengan berbagai data yang diperlukan ditandatangani’.
suatu perusahaan asuransi untuk Unsur terakhir “jika diketahui keadaan
sebenarnya’, dalam hal ini jika tipu muslihat
7
yang dilakukan oleh calon tertanggung
Wirjono Prodjodikoro, Tindak Pidana Tertentu di
diketahui sejak awal, maka perjanjian
Indonesia, Eresco, Jakarta, 1974, hal.42.

87
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

asuransi tersebut tidak akan pernah asumsi bahwa seluruh proses yang
ditutup. Unsur ini merupakan petunjuk UU berhubungan dengan penutupan perjanjian
bahwa tindak pidana ini bam sempurna asuransi telah berlangsung sesuai dengan
dilakukan jika telah terjadi penutupan ketentuan yang berlaku, tetapi sifat
asuransi, yang sebenarnya terdorong oleh melawan hukum perbutan ini timbul
tipu muslihat tertanggung. Dengan kata sehubungan dengan pengajuan klaim.
lain, tindak pidana ini selesai secara Pasal 382 KUHP menentukan:
sempurna jika telah terjadi perjanjian “Barangsiapa dengan maksud untuk
asuransi. menguntungkan diri sendiri atau orang lain
Namun demikian, tidak berarti bahwa secara melawan hukum, menimbulkan
tidak terpenuhi unsur ‘jika diketahui kerugian penanggung asuransi atau
keadaan sebenarnya’ dalam tindak pidana pemegang surat bodmerij yang sah,
penipuan persetujuan asuransi maka menimbulkan kebakaran atau ledakan pada
pembuat tidak akan dipidana. Suatu tipu suatu barang yang dipertanggungkan
muslihat yang dilakukan untuk terhadap bahaya kebakaran; atau
mendapatkan persetujuan perjanjian mengaramkan, mendamparkan,
asuransi yang diketahui sejak awal oleh menghancurkan, merusakkan, atau
pejabat perusahaan asuransi, sekalipun membikin tidak dapat dipakai, perahu yang
perjanjian asuransi itu tidak pernah ditutup, dipertanggungkan atau yang mutannya
juga dapat dikatakan merupakan suatu maupun upah yang akan diterima untuk
tindak pidana. pengangkatan muatannya yang
Dalam hal dengan menggunakan Pasal dipertanggungkan; ataupun yang padanya
53 KUHP tentang ‘Percobaan” maka suatu telah diterima uang bodemerij; diancam
percobaan penipuan persetujuan asuransi dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
telah berlangsung. Pasal 53 KUHP: tahun”.
(1) Mencoba melakukan kejahatan Berdasarkan ketentuan di atas, maka
dipidana, jika niat untuk itu telah sepanjang berkenaan dengan tindak pidana
ternyata dari adanya permulaan penipuan klaim asuransi, dapat diurai ke
pelaksanaan, dan tidak selesainya dalam unsur-unsur sebagai berikut:
pelaksanaan itu, bukan semata-mata a. dengan maksud untuk menguntungkan
disebabkan karena kehendaknya diri sendiri atau orang lain;
sendiri. b. secara melawan hukum;
Dikatakan telah memenuhi Pasal 53 c. menimbulkan kerugian penanggung
KUHP, karena mengisi suatu aplikasi asuransi;
permohonan asuransi yang isinya tidak d. menimbulkan kebakaran atau ledakan
benar atau palsu, sudah merupakan pada suatu barang yang
percobaan tindak pidana penipuan dipertanggungkan terhadap bahaya
persetujuan asuransi dan sekaligus telah kebakaran; atau mengaramkan,
melanggar Pasal 381 KUHP. mendamparkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membikin tidak dapat
b. Tindak Pidana Penipuan Klaim Asuransi dipakai, perahu yang dipertanggungkan;
Tindak pidana penipuan asuransi bukan atau yang mutannya maupun upah yang
saja terjadi sehubungan dengan penutupan akan diterima untuk pengangkutan
perjanjian asuransi, tetapi juga muatannya yang dipertanggungkan.
berhubungan dengan klaim asuransi yang Perkataan ‘dengan maksud’ dalam delik
dilakukan dengan indikasi penipuan. ini, mengharuskan adanya harapan pada
Dengan demikian, delik ini berangkat dari diri pelaku ketika melakukan delik ini,

88
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

bahwa perbuatannya akan mendatangkan membantu melakukan (Pasal 56 ke 1 KUHP)


keuntungan bagi dirinya sendiri maupun delik ini.
orang lain. Namun demikian, yang Dengan demikian, melawan hukum disini
bersangkutan atau orang lain itu tidak berarti ‘tanpa hak sendiri’, sehingga
harus benar-benar memperoleh merupakan penegasan bahwa apa yang
keuntungan. Cukup ketika dengan dilakukan bukan dalam rangka pelaksanaan
dipenuhinya unsur-unsur dalam delik ini, suatu hak yang ada padanya, sehubungan
pelaku tau orang lain kemungkinan besar dengan perjanjian asuransi, dan bukan ha
akan memperoleh keuntungan daripadanya yang timbul karena sebab-sebab lain.
(potential benefit), unsur ini telah dikatakan Misalnya berkenaan dengan perbuatan
telah terpenuhi dengan sempurna. Apalagi ‘mengaramkan perahu’, maka tujuan delik
apabila keuntungan tersebut benar-benar ini bukan para pekerja di lapangan yang
telah diperolehnya. pada kenyataannya sebagai pelaku
Unsur ‘melawan hukum’ merupakan penenggelaman sebuah perahu, tetapi
penegasan bahwa ‘menguntungkan diri mereka yang ‘berhak’ menerima klaim
sendiri atau orang lain’ tersebut dilakukan asuransi atas tenggelamnya perahu
bukan sebagai pelaksanaan hak dari yang tersebut. Tertanggung menjadi ‘tidak
bersangkutan. Selain itu, ditambahkannya berhak’ karena hal itu akibat dari suatu
perkataan ‘melawan hukum’ dalam delik perbuatan yang bersifat melawan hukum.
ini, terutama dalam rangka mengarahkan Sementara pembuat materil yang pada
baik pelaku ataupun orang lain yang kenyataannya sebagai pelaku yang
memperoleh keuntungan daripadanya, mengaramkan perahu tersebut, tidak dapat
sama-sama tidak mempunyai hak atas hal dikatakan telah melakukan tindak pidana
tersebut. Ketika delik ini langsung dilakukan penipuan klaim asuransi, kecuali jika sejak
oleh mereka yang benar-benar akan semula mengetahui dan menyadari bahwa
mendapatkan klaim asuransi (tertanggung), perbuatannya dalam rangka mewujudkan
maka unsur yang terpenuhi adalah unsur suatu delik.
‘dengan maksud untung menguntungkan Unsur selanjutnya adalah ‘menimbulkan
diri sendiri secara melawan hukum’. kerugian penanggung asuransi’. Dengan
Sedangkan ketika yang melakukan adalah unsur ini, maka selain melarang kelakuan
bukan tertanggung sendiri, maka unsur tertentu (menimbulkan kebakaran atau
yang terpenuhi adalah ‘dengan maksud ledakan, mengaramkan, mendamparkan,
menguntungkan orang lain secara melawan menghancurkan, merusakkan, atau
hukum’. membikin tidak dapat dipakai, perahu yang
Namun demikian, hams dibedakan antar dipertanggungkan), rumusan tindak pidana
mereka yang mendapat keuntungan karena penipuan klaim asuransi juga berisi
dibayarnya klaim asuransi dan mereka yang larangan timbulnya akibat. Dalam hal ini
mendapat keuntungan dalam arti akibat yang dilarang adalah “timbulnya
menerima upah pelaksanan suatu kerugian penanggung’. Dengan demikian,
pekerjaan. Dalam hal yang terakhir ini, kerugian penanggung harus benar-benar
apabila yang bersangkutan tidak menyadari terwujud, tidak sekedar potensi timbulnya
dan tidak menghendaki (tidak memiliki kerugian (potential loss).
kesalahan) bahwa perbuatannya itu dalam Dikaitkan dengan unsur ‘dengan maksud
rangka mewujudkan suatu tindak pidana, menguntungkan diri sendiri atau orang lain’
maka tidak dapat dipandang bersalah telah yang pada pokoknya hanya potential
melakukan atau turut serta melakukan benefit, maka dengan unsur ini menjadi
(Pasal 55 ayat (1) ke 1 KXJHP) ataupun seolah-olah (seperti) bertolak belakang,

89
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

karena keharusan adanya kerugian- demikian, makna bagian inti atau unsur
kerugian nyata bagi penanggung. ‘menggelapkan’ dalam Undang-Undang
Apakah yang dimaksud dengan ‘kerugian Asuransi harus ditafsirkan sebagai
penanggung’ dalam hal ini tidak terdapat ‘penggelapan’ dalam KUHP.
penjelasannya dalam KUHP. Menurut Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Asuransi
penulis, ‘kerugian penanggung’ disini tidak menentukan:
harus berupa telah adanya pembayaran “Barangsiapa menggelapkan premi
klaim kepada tertanggung, mengingat asuransi diancam dengan pidana penjara
dengan memperhatikan unsur ‘ dengan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
maksud menguntungkan diri sendiri atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00
orang lain’, cukup ketika telah ada potensi (dua milyar rupiah)”.
keuntungan (persetujuan pembayaran Sedangkan Pasal 372 KUHP menentukan:
klaim, tanpa harus benar-benar klaim “Barangsiapa dengan sengaja dan
tersebut telah dibayar), unsur tersebut melawan hukum memiliki barang sesuatu
telah terpenuhi. “Kerugian penanggung” yang seluruhnya atau sebagian adalah
terutama berhubungan dengan biaya-biaya kepunyaan orang lain, tetapi yang ada
yang dikeluarkan sebagai konsekuensi dari dalam kekuasaannya bukan karena
pengajuan klaim, dan berbagai prosedur kejahatan, diancam karena penggelapan,
yang harus ditempuh sebelum orang dari dengan pidana penjara paling lama 4
perusahaan asuransi menetapkan untuk (empat) tahun dan denda paling banyak
membayar suatu klaim. Dengan demikian, sembilan ratus rupiah”.
unsur ini mempunyai keterkaitan yang Berdasarkan kedua ketentuan di atas,
sangat erat dengan teknis pengajuan dan bagian inti atau unsur-unsur tindak pidana
pembayaran klaim dalam hukum asuransi. penggelapan premi asuransi adalah:
Termasuk dalam pengertian ‘kerugian a. dengan sengaja dan melawan hukum;
penanggung’ misalnya, ongkos-ongkos yang b. memiliki premi asuransi yang seluruh
timbul akibat penelitian dan penyelidikan atau sebagian adalah kepunyaan orang
akibat tuntutan klaim, fee atau honorarium lain;
lawyer dan lain sebagainya. Dalam hal ini, c. yang ada padanya bukan karena
pengeluaran-pengeluaran tersebut timbul kejahatan.
akibat perigajuan klaim, yang didalamnya
terdapat indikasi penipuan. B. Pertanggungjawaban Pidana
Perusahaan Asuransi
c. Tindak Pidana Penggelapan Premi Undang-Undang asuransi selain memuat
Asuransi kebijakan legislatif mengenai tindak pidana
Tindak Pidana Penggelapan Asuransi asuransi, juga memuat ketentuan yang
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 21 terdapat dalam Pasal 372 KUHP yang
ayat (2) Undang-Undang Asuransi tidak berbunyi:
dapat dilepaskan dari rumusan tindak “Barangsiapa dengan sengaja dan
pidana penggelapan yang secara umum melawan hukum mengaku sebagai milik
diatur dalam Pasal 372 KUHP atau dalam sendiri barang sesuatu yang seluruhnya
beberapa kasus dapat juga diatur dalam atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
Pasal 378 KUHP. Hal ini dikarenakan dalam tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan
Undang-Undang Asuransi tidak karena kejahatan, diancam paling banyak
menentukan lebih jauh apa yang dimaksud enam puluh rupiah.”
dengan bagian inti (bestanddeel) Dengan melihat pada bunyi Pasal 372
“menggelapkan” tersebut. Dengan KUHP di atas, yang menjadi pertanyaan

90
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

adalah kata ‘barangsiapa’ dalam pasal 5. orang perseorangan dalam badan usaha
tersebut ditujukan kepada siapa untuk perasuransian (badan usaha yang
kasus tindak pidana asuransi? Apakah berbentuk badan hukum atau bukan
ditujukan kepada Direktur Utama badan hukum) yang memberi perintah
Perusahaan Asuransi atau Kepala Divisi dan bertindak sebagai pemimpin
yang menolak klaim atau Kepala Divisi yang dilakukannya tindak pidana.
menerima dan tidak mengembalikan Bila melihat ketentuan di atas,
pembayaran premi? ketentuan tersebut menegaskan bahwa
Dalam hal tindak pidana sebagaimana tindak pidana dalam UU Asuransi, bukan
dimaksud dalam Pasal 21 UU Asuransi hanya dapat diterapkan terhadap orang
dilakukan oleh atau atas nama suatu badan perseorangan dalam kapasitas pribadinya
hukum atau badan usaha yang bukan (no. 1), ataupun orang perseorangan yang
merupakan badan hukum, maka tuntutan bertindak untuk dan atas nama badan
pidana dilakukan terhadap badan hukum usaha perasuransian (no. 3, 4 dan 5), tetapi
tersebut atau terhadap mereka yang juga terhadap badan usaha perasuransian
memberikan perintah untuk melakukan atau koorporasi (no. 2).
tindak pidana itu atau yang bertindak Persoalan yang muncul disini, UU
sebagai pemimpin dalam melakukan tindak Asuransi tidak mengatur lebih lanjut dalam
pidana itu maupun kedua-duanya. hal bagaimana tindak pidana asuransi
Dengan demikian, idiom “Barangsiapa” tersebut dipertanggungjawabkan terhadap
dalam Pasal 21 UU Asuransi jika dikaitkan perusahaan asuransi tersebut. Kapan suatu
dengan ketentuan dalam KUHP, bukan tindak pidana asuransi
hanya ditujukan terhadap orang dipertanggungjawabkan terhadap orang
perseorangan tetapi juga badan usaha perseorangan dan kapan hal itu juga dapat
asuransi, sehingga tuntutan pidana dipertanggungjawabkan terhadap badan
terhadap tindak pidana asuransi dapat usaha (perusahaan) asuransi? Dapatkah
dilakukan terhadap: orang perseorangan
1. orang perorangan tertentu, yang tidak dipertanggungjawabkan bersama-sama
terkait dengan badan usaha dengan perusahaan asuransi? Selain itu,
perasuransian (badan usaha yang jika suatu perusahaan asuransi
berbentuk badan hukum ataupun dipertanggungjawabkan (sendiri) atas suatu
badan usaha yang bukan badan hukum) tindak pidana asuransi, atas dasar apa
atau; pertanggungjawabannya? Apakah berlaku
2. badan usaha perasuransian (badan doktrin strict liability atau vicarious liability,
usaha yang berbentuk badan hukum atau justru mempertanggungjawabkan
atau bukan badan hukum) atau; secara pidana perusahaan asuransi
3. orang perseorangan dalam badan usaha berdasarkan asas kesalahan {liability based
perasuransian (badan usaha yang of fault).
berbentuk badan hukum atau bukan Dalam KUHP hanya ditentukan persoalan
badan hukum) yang memberi perintah pertanggungjawaban pidana orang
dilakukannya tindak pidana atau; perseorangan. Mengingat prinsip ‘lex certa’
4. orang perseorangan dalam badan usaha (hukum pidana harus jelas) dan lex scripta’
perasuransian (badan usaha yang (hukum pidana hams tertulis) yang hingga
berbentuk badan hukum atau bukan kini masih secara konsisten diakui, maka
badan hukum) yang bertindak sebagai pertanggungjawaban pidana bagi badan
pemimpin dilakukannya tindak pidana usaha yang berbentuk badan hukum hams
atau: dicari pada undang-undang di luar KUHP

91
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

yang mengatur secara komprehensif Berkaitan dengan pembahasan


mengenai pertanggungjawaban koorporasi. pertanggungjawaban korporasi, oleh
Di Indonesia, ketentuan yang mengatur Singgih dikatakan bahwa korporasi yang
mengenai badan hukum (rechtpersoori) juga merupakan subyek hukum pidana
sebagai subyek hukum yang dapat dapat dipertanggungjawabkan serta
melakukan perbuatan hukum dengan pihak dikenakan pidana, dimana jika korporasi itu
lain, diatur dalam Kitab Undang-Undang sendiri yang dijatuhi pidana maka pidana
Hukum Dagang yang terdiri dari 3 (tiga) pokoknya adalah pidana denda ditambah
macam bentuk badan hukum, yaitu: dengan sepertiga (1/3).
1. CV (Persekutuan Komanditer); Ketentuan pidana dalam UU Usaha
2. Firma; Perasuransian selain menentukan soal
3. Perseroan Terbatas (PT). tindak pidana (crimen) dan pemidanaan
Dari ketiga bentuk badan hukum (poena), juga menentukan soal
tersebut di atas, khusus untuk Perseroan pertanggungjawaban pidana. Dalam hal ini
Terbatas (PT) diatur secara khusus melalui memuat pengaturan tersendiri tentang
UU RI No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan pertanggungjawaban pidana korporasi
Terbatas (UUPT) yang diganti dengan UU RI (coorporate criminal liability)y sebagaimana
No. 40 Tahun 2007, dimana sesuai dengan ditentukan dalam Pasal 24 UU Usaha
perkembangan bisnis dan kebutuhan pada Perasuransian. Pengaturan ini sangat
saat ini, Perseroan Terbatas (PT) menjadi diperlukan, mengingat asas umum
pilihan utama bagi pelaku bisnis baik dalam pertanggungjawaban pidana dalam Kitab
maupun di luar negeri, untuk menanamkan Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
modalnya. Salah satu alasannya adalah hanya terbatas pada pertanggungjawaban
karena terdapat batasan antara tanggung orang perorangan (natuurlijke per soon).
jawab pribadi (limited liability) untuk Dengan demikian, asas-asas umum
menanggung resiko kerugian perusahaan pertanggungjawaban pidana yang terdapat
dengan harta pribadi para pemegang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
saham, Direksi dan Komisaris, yaitu (KUHP), tidak dapat digunakan untuk
terbatas pada saham yang diambil dalam menuntut pertangungjawaban pidana
perseroan sebagai tanda ikut sertanya korporasi, apalagi tindak pidana korporasi
modal para pemegang saham ke dalam yang diatur oleh Undang-Undang di luar
perseroan. Demikian pula halnya bagi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
pelaku bisnis asuransi, baik itu perusahaan (KUHP). Lebih jauh lagi, tanpa pengaturan
asuransi atau perusahaan pialang asuransi tersendiri mengenai hal ini, maka mustahil
mempunyai badan hukum berbentuk menuntut pertanggungjawaban pidana
Perseroan Terbatas (PT). terhadap korporasi yang menjadi pembuat
Prinsip tanggungjawab terbatas tindak pidana.
pemegang saham ini ditentukan secara Pasal 24 UU Usaha Perasuransian
khusus oleh UU Perseroan Terbatas (PT) menentukan:
dalam Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi “Dalam hal tindak pidana sebagaimana
sebagai berikut: dimaksud dalam Pasal 21 dilakukan oleh
“Pemegang saham perseroan tidak atau atas nama suatu badan hukum atau
bertanggung jawab secara pribadi atas badan usaha yang bukan merupakan badan
perikatan yang dibuat atas nama perseroan hukum, maka tuntutan pidana dilakukan
dan tidak bertanggungjawab atau kerugian terhadap badan tersebut atau terhadap
perseroan melebihi nilai saham yang telah mereka yang memberikan perintah untuk
diambilnya.” melakukan tindak pidana itu atau yang

92
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

bertindak sebagai pemimpin dalam pidana pengurus korporasi terhadap tindak


melakukan tindak pidana itu maupun pidana asuransi ‘tidak menjangkau’ Dewan
terhadap kedua-duanya.” Pengurus (Board of Director), baik
Dari ketentuan tersebut di atas, dapat Komisaris maupun Direksi, ataupun mereka
diuraikan beberapa permasalahan yang berkedudukan sebagai pengambil
sehubungan dengan pertanggungjawaban kebijakan dalam korporasi, melainkan
pidana korporasi terhadap tindak pidana hanya para pemimpin lapangan (middle
asuransi, yaitu: manager) baik yang memerintahkan
1. Bilamana suatu tindak pidana asuransi maupun yang memimpin dilakukannya
dikatakan dilakukan oleh korporasi dan tindak pidana tersebut. Dengan kata lain,
apakah yang menjadi ruang lingkup dalam tindak pidana usaha perasuransian,
korporasi dalam hal ini. maka pertanggungjawaban pidana sebatas
2. Bagaimana ruang lingkup pada pelaku, pemberi perintah dan
pertanggungjawaban pidana korporasi pemimpin dilakukannya tindak pidana
terhadap tindak pidana asuransi. asuransi tersebut. Sementara para
3. Dalam hal tuntutan pidana akibat tindak penanggungjawab korporasi (Komisaris dan
pidana asuransi ditujukan terhadap Direksi) yang seharusnya
korporasi, maka jenis dan jumlah bertanggungjawab, justru tidak termasuk
pidana yang bagaimana yang mungkin ruang lingkup pertanggungjawaban pidana
dijatuhkan. korporasi atas tindak pidana asuransi. Dan
Berkenaan dengan tindak pidana ancaman pidana yang dapat dikenakan
asuransi yang subyeknya diperluas sehingga terhadap mereka adalah sebagaimana yang
termasuk korporasi, UU Usaha tercantum dalam Pasal 21 yang
Perasuransian menentukan hal ini dengan menggunakan stelsel kumulatif., dalam hal
anak kalimat, “....dalam hal tindak pidana ini pidana penjara dan pidana denda secara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 sekaligus (kumulasi) untuk setiap tindak
dilakukan oleh atau atas nama suatu badan pidana.
hukum atau badan usaha yang bukan
merupakan badan hukum....”. Kemudian C. Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak
dalam Pasal 24 disebutkan “....tuntutan Pidana Asuransi
pidana dilakukan terhadap badan tersebut Kebijakan legislatif mengenai jenis dan
atau terhadap mereka yang memberikan jumlah pidana yang dapat dijatuhkan
perintah untuk melakukan tindak pidana itu terhadap pelaku tindak pidana asuransi
atau yang bertindak sebagai pemimpin yang menyimpang dari ketentuan Kitab
dalam melakukan tindak pidana itu maupun Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Di
terhadap kedua-duanya....” dalam KUHP jenis pidana yang dapat
Melihat rumusan kedua pasal di atas, dijatuhkan sesuai apa yang tercantum
maka tuntutan pidana asuransi dapat dalam Pasal 10 KUHP. Dari jenis-jenis
dilakukan terhadap korporasinya saja, pidana yang tercantum dalam Pasal 10
pengurusnya saja ataupun korporasi dan KUHP ini maka, dalam Hukum Pidana
pengurusnya sekaligus. Meskipun demikian, Indonesia tidak mengenal penjatuhan
UU Usaha Perasuransian membatasi pidana secara kumulatif untuk pidana
pengertian pengurus sampai dengan pokok, terlebih untuk tindak pidana biasa.
‘mereka yang memberikan perintah atau Untuk pelaku tindak pidana asuransi
yang bertindak sebagai pemimpin dalam sesuai dengan klasifikasi perbuatan yang
melakukan tindak pidana asuransi ini’. dilakukan oleh pelaku maka untuk tindak
Dengan demikian, pertanggungjawaban pidana yang termasuk klasifikasi ‘penipuan’

93
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

diatur/terdapat dalam Pasal 381 KUHP berhubungan dengan obyek yang dilindungi
untuk tindak ‘pidana penipuan persetujuan asiiransi dari resiko terbakar atau meledak.
perjanjian asuransi’ yang berbunyi sebagai Kedua, perbuatan-perbuatan yang dilihat
berikut: dari obyek pertanggungannya berhubungan
“Barangsiapa dengan jalan tipu muslihat dengan pengangkutan barang melalui
menyesatkan penanggung asuransi kapal.
mengenai keadaan-keadaan yang Perkataan ‘menimbulkan kebakaran atau
berhubungan dengan pertanggungan ledakan’ merujuk pada perbuatan-
sehingga disetujui perjanjian hal mana perbuatan yang mengakibatkan terbakar
tentu tidak akan disetujuinya atau atau meledaknya sesuatu. Perbuatan
setidak-tidaknya tidak dengan syarat- ‘menimbulkan kebakaran atau ledakan
syarat yang demikian, jika diketahuinya pada suatu barang yang dipertanggungkan
keadaan-keadaan sebenarnya, diancam terhadap bahaya kebakaran’ berhubungan
dengan pidana penjara paling lama satu dengan tindak pidana pembakaran
tahun empat bulan.”8 dan Pasal 382 sebagaimana ditentukan dalam Pasal 187
KUHP untuk ‘tindak pidana penipuan KUHP yang berbunyi:
klaim asuransi’ yang berbunyi sebagai “Barangsiapa dengan sengaja menimbulkan
berikut: kebakaran, ledakan atau banjir, diancam:
“Barangsiapa dengan maksud untuk Ke-1 dengan pidana penjara paling lama 12
menguntungkan diri sendiri atau orang (dua belas) tahun, jika karenanya timbul
lain secara melawan hukum atas bahaya umum bagi barang;
kerugian penanggung asuransi atau Ke-2 dengan pidana penjara paling lama 15
pemegang surat bodemerij yang sah, (lima belas) tahun, jika karenanya timbul
menimbulkan kebakaran atau ledakan bahaya bagi nyawa orang lain;
pada suatu barang yang Ke-3 dengan pidana penjara seumur hidup
dipertanggungkan terhadap bahaya atau selama waktu tertentu paling lama 20
kebakaran, atau mengaramkan, (dua puluh) tahun, jika karenanya timbul
mendamparkan, menghancurkan, bahaya bagi nayawa orang lain dan
merusakkan atau membikin tidak dapat mengakibatkan matinya orang.”
dipakai, kapal yang dipertanggungkan, Dalam proses penegakan hukum ketika
atau yang muatannya maupun upah hendak menggunakan ketentuan Pasal 382
yang akan diterima untuk pengangkutan KUHP, khususnya berkenaan dengan
muatannya yang dipertanggungkan, pemenuhan unsur ‘menimbulkan
ataupun yang atasnya telah diterima kebakaran atau ledakan pada suatu barang
uang bodemerij, diancam dengan pidana yang dipertanggungkan karena bahaya
penjara paling lama lima tahun.”9 kebakaran’, harus pula diperhatikan
ketentuan Pasal 187 KUHP ini. Perlu dikaji
Dalam Pasal 382 KUHP disebutkan apakah dengan adanya perbuatan tersebut
‘perbuatan-perbuatan yang menjadi kausa justru dapat dikualifikasi sebagai
(sebab) dari timbulnya resiko yang ‘perbarengan perbuatan’ (concursus realis)
diperjanjikan. Secara garis besar, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 65
perbuatan-perbuatan tersebut dapat KUHP yang berbunyi sebagai berikut:
dikelompokkan ke dalam dua bagian. (1) Dalam hal perbarengan beberapa
Pertama, perbuatan-perbuatan yang perbuatan yang harus dipandang
sebagai perbuatan-perbuatan yang
8
berdiri sendiri sehingga merupakan
Ibid, hlm. 243-249.
9 kejahatan, yang diancam dengan pidana
Ibid

94
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

pokok yang sejenis, maka hanya Sedangkan terkandas dilaut adalah


dijatuhkan hanya satu pidana saja. menyebabkan tidak dapat dijalankan lagi.
Dalam hal ini apabila dalam rangka ‘Menghancurkan’ berada pada perbuatan
mendapatkan pembayaran asuransi, membuat hancur secara keseluruhan suatu
pembuat menimbulkan kebakaran atau perahu. ‘Merusak’ adalah perbuatan yang
ledakan terhadap obyek yang menyebabkan bagian-bagian vital dari
diasuransikan, tetapi pada saat yang suatu perahu tidak dapat berfungsi lagi.
bersamaan menimbulkan bahaya bagi Sedangkan ‘membikin tidak dapat dipakai
barang atau nyawa orang lain. lagi’ adalah perbuatan-perbuatan sabotase
Dilihat dari konteks Pasal 382 KUHP jo. suatu perahu sehingga tidak dapat
Pasal 187 ke-1 KUHP, maksud dari ‘suatu dipergunakan untuk berlayar atau
barang’ disini, adalah barang-barang milik mengangkut barang atau penumpang, yang
orang lain yang tidak menjadi obyek sepanjang bukan ‘menenggelamkan’,
pertanggungan (asuransi), atau barang ‘mendamparkan’, ‘menghancurkan’
milik bersama tertanggung dan orang lain. ataupun ‘merusak’ perahu tersebut.
Khusus Pasal 187 ke-2 dan ke-3 KUHP Pengertian perahu dalam Pasal 382
memuat ancaman pidana yang lebih berat KUHP tidak ditentukan KUHP hanya
daripada ketentuan Pasal 382 KUHP. Maka memberi pengertian ‘perahu Indonesia’
sesuai dengan ketentuan Pasal 65 KUHP, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 95
penipuan klaim asuransi yang dilakukan KUHP yang berbunyi sebagai berikut:
dengan membakar atau meledakkan obyek “Yang disebut perahu Indonesia adalah
pertanggungan dan kemudian perahu yang mempunyai surat laut atau pas
menimbulkan bahaya bagi nyawa orang kapal, atau surat izin sebagai penggantinya
lain, dapat dijatuhi pidana penjara sampai sementara, menurut aturan-aturan umum
dengan seumur hidup. Bagi Penuntut mengenai surat laut dan pas kapal
Umum, hal ini memerlukan ketrampilan Indonesia.”
yang memadai, terutama dalam Menurut penulis, pengertian perahu
penyusunan surat dakwaan, sehingga yang disebutkan dalam Pasal 382 KUHP di
secara sekaligus baik Pasal 187 KUHP atas, tidak terbatas pada perahu Indonesia
ataupun Pasal 382 KUHP dapat terbukti sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 95
secara sah dan meyakinkan. KUHP. Melainkan sepanjang perahu
Delik yang sudah disebutkan di atas, juga tersebut menjadi obyek pertanggungan
terkait dengan perahu ataupun asuransi dan dilakukan dalam wilayah
pengangkutan barang melalui perahu perairan Indonesia, sudah termasuk dalam
tersebut. Dalam hal ini, adanya perbuatan- pengertian perahu dalam Pasal 382 KUHP.
perbuatan tertanggung memperoleh Selain itu, penipuan klaim asuransi juga
keuntungan karena terjadinya resiko yang dapat terjadi ketika ‘mengaramkan’ dan
dipertanggungkan terhadap perahu seterusnya itu dilakukan terhadap perahu
tersebut ataupun terganggu atau tidak Indonesia di luar negeri, ataupun terahdap
terlaksananya pengangkutan dengan perahu asing di luar negeri sementara
menggunakan perahu. pelakunya adalah orang Indonesia.
Perbuatan ‘mengaramkan’ atau menurut Perbuatan ‘mengaramkan’,
R. Sugandhi ‘menenggelamkan’ berarti ‘mendamparkan’, ‘mengahncurkan’,
membuat terbenam kedasar laut.10 ‘merusakkan’ atau ‘membikin tidak dapat
dipakai lagi’, perahu yang
10
dipertanggungkan atau yang muatannya
R. Sugandhi, KUHP dan Penjelasannya,
maupun upah yang akan diterima untuk
Usaha Nasional, Surabaya, 1980, hal. 218.

95
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

pengangkutan muatannya yang rangkaian kebohongan, menggerakkan


dipertanggungkan, berhubungan dengan orang lain untuk menyerahkan barang
ketentuan Pasal 198 KUHP yang berbunyi sesuatu kepadanya, atau supaya
sebagai berikut: memeberi hutang maupun menghapus
“Barangsiapa dengan sengaja dan piutang, diancam karena penipuan
melawan hukum mengaramkan atau dengan pidana penjara paling lama
mendamparkan, menghancurkan, empat tahun”12
membikin tidak dapat dipakai atau merusak
perahu, diancam: ke-1 dengan pidana Dalam Undang-Undang Asuransi sendiri,
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun, para pelaku tindak pidana asuransi diatur
jika karenanya timbul bahaya bagi nyawa dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang
orang lain; Ke-2 dengan pidana penjara Asuransi menentukan:
seumur hidup atau penjara selama waktu “Barangsiapa menggelapkan premi
tertentu paling lama 20 (dua puluh) tahun, asuransi diancam dengan pidana penjara
jika karenanya timbul bahaya bagi nyawa paling lama 15 (lima belas) tahun dan
orang lain dan diakibatkan matinya orang.” denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00
Dengan menggunakan konstruksi (dua milyar rupiah)”.
perbarengan perbuatan, upaya penipuan Bila melihat rumusan Pasal 21 ayat (2) di
klaim asuransi, dapat berbuntut panjang atas maka, hal ini dirumuskan sistem
dan dipidana penjara sehingga seumur pengancaman kumulasi. Penggunaan
hidup, jika karenanya menimbulkan bahaya pengancaman kumulasi sebenarnya
nyawa atau kematian orang lain. mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Sedangkan untuk tindak pidana yang Kelebihannya adalah ancaman sifat nestapa
termasuk klasifikasi ‘penggelapan’ diatur yang komplit, yang dapat menimbulkan
dalam Pasal 372 dan 378 KUHP untuk efek jera secara efektif. Namun demikian,
‘tindak pidana penggelapan premi kesulitan utama berkenaan dengan
asuransi’, yang masing-masing berbunyi: digunakannya sistem ini dalam hal
Pasal 372 KUHP: pemidanaan terhadap korporasi
“Barangsiapa dengan sengaja dan (perusahaan asuransi). Dalam hal ini,
melawan hukum memiliki barang kesulitan akan timbul dalam hal
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian menentukan jenis pidana yang dapat
adalah kepunyaan orang lain, tetapi dijatuhkan terhadap korporasi dalam hal
yang ada dalam kekuasaannya bukan melakukan tindak pidana asuransi.
karena kejahatan, diancam karena Ancaman pidana dalam rumusan tindak
penggelapan, dengan pidana penjara pidana dalam Undang-Undang Asuransi
paling lama empat tahun atau pidana yang bersifat ‘kumulatif, yaitu
denda paling banyak sembilan ratus mengancamkan secara sekaligus pidana
rupiah.”11 penjara dan pidana denda sebagai pidana
pokok, memang dapat diterapkan terhadap
Pasal 378KUHP: orang perseorangan, namun demikian,
“Barangsiapa dengan maksud untuk bagaimana mungkin badan usaha hukum
menguntungkan diri sendiri atau orang dapat dikenakan pidana ‘penjara dan
lain secara melawan hukum, dengan denda’.
memakai nama palsu atau martabat
palsu, dengan tipu muslihat, ataupun PENUTUP

11 12
Ibid, hlm. 229. Ibid, hlm. 229.

96
Lex Crimen Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013

A. Kesimpulan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika,


1. Tindak pidana yang ada dalam usaha Jakarta, 1997.
perasuransian adalah: tindak pidana Huda. Chairul dan Lukman Hakim., Tindak
penggelapan premi asuransi dan tindak Pidana Dalam Bisnis Asuransi, Lembaga
pidana penipuan asuransi yang dibagi Pemberdayaan Hukum Indonesia,
lagi atas tindak pidana penipuan Jakarta, 2006.
persetujuan asuransi dan tindak pidana Maramis. Frans., Hukum Pidana Umum dan
penipuan klaim asuransi. Tertulis Di Indonesia, RajaGrafindo
2. Pertanggungjawaban pidana Persada, Jakarta, 2012.
perusahaan asuransi (korporasi) dapat Marpaung. Leden., Azas-Teori-Praktik
dimintakan pertanggungjawabannya Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,
kepada pelaku, pemberi perintah dan 2005.
pemimpin dilakukannya tindak pidana Moeljatno., Azas-Azas Hukum Pidana, Bina
asuransi, tidak terhadap Komisaris dan Akasara, Jakarta, 1983.
Dewan Direksi sebagai Muladi., Demokrasi, Hak Azasi Manusia dan
penanggungjawab korporasi yang Reformasi Hukum Di Indonesia, Jakarta,
seharusnya bertanggungjawab. 2002.
3. Sedangkan pemidanaannya menurut
Pasal 21 adalah sistem kumulatif antara Poernomo. Bambang., Azas-Azas Hukum
pidana penjara dan pidana denda dan Pidana, Ghalia Indonesia, Yogyakarta,
itu dilakukan terhadap pengurus 1985.
korporasi tidak terhadap korporasinya. Prasetyo. Teguh, Hukum Pidana,
Sistem ini berbeda dengan sistem RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010.
pemidanaan yang terdapat dalam Pasal Prodjodikoro. Wirjono., Tindak Pidana
10 KUHP, yang hanya mengenal sistem Tertentu Di Indonesia, Eresco, Jakarta,
alternatif untuk pidana pokok. 1974.
Subekti dan Tjitrosudibio.. Kamus Hukum,
B. Saran Alumni, Bandung, 1984.
Dengan semakin kompleksnya dunia Sudarto., Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto,
usaha dimana sejalan dengan itu kesadaran FH UNDIP, Semarang, 1990.
akan pentingnya perlindungan hukum dan Soesilo. R., KUHP, Politeia, Bogor, 1996.
keamanan harta benda yang menjadi milik Soenarto. Soerodibroto., KUHP dan KUHAP,
atau tanggungjawabnya meningkat dengan ED. Vt RajaGrafindo Persada, Jakarta,
tajam, dimana keamanan tersebut dapat 2003.
berbentuk dokumen hukum, berupa UU No. 2 Tahun 1992 tentang Ausransi.
perjanjian usaha dan lainnya hingga UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
dokumen perjanjian asuransi, maka sudah Terbatas.
sepatutnya pemilik, pemberi dan penentu UU No. 73 Tahun 1992 tentang
keputusan di dalam industri perasuransian Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
serta pihak yang menentukan atau terlibat Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
dalam tindak pidana asuransi harus di Permata Press, Jakarta, 2010. Kitab
pidana juga. Undang-Undang Hukum Dagang.

DAFTAR PUSTAKA
Chazawi. Adam., Kejahatan Terhadap Harta
Benda, Bayumedia, Malang, 2003.
Hartono. Sri Rejeki., Hukum Asuransi dan

97

Anda mungkin juga menyukai