Anda di halaman 1dari 16

PELAKSANAAN PRINSIP SUBROGASI PADA

ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR MENURUT


KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG
Selvi Harvia Santri

ABSTRAK Abstrack

Menurut ketentuan Hukum Dagang Pasal Under the provisions of Article 284 of the Commercial Law, in
284, pada Asuransi kendaraan Bermotor, Motorized vehicle insurance, if the insured loss is caused by a third
jika Kerugian tertanggung disebabkan oleh party, the compensation will be transferred to a third party and not
pihak ketiga maka penggantian kerugiannya to the insurance party. In accordance with the application of the
dialihkan kepada pihak ketiga dan bukan principle of subrogation. But in reality the insured party still asks for
kepada pihak asuransi. Sesuai dengan compensation to the insurer and to the third party, so that the insured
penerapan prinsip subrogasi. Namun gets a double benefit that is contrary to the principle of indemnity
kenyataannya pihak tertanggung tetap in the insurance law. With this research is expected to be one of the
meminta ganti kerugian ke pihak asuransi dan readings that can provide knowledge about insurance for the general
kepada pihak ketiga, sehingga tertanggung public and for insurance or insurance customers in particular. Make a
mendapatkan keuntungan ganda yang bright spot for the reason why the insurer does not apply the principle
bertentangan dengan prinsip indemnity pada of subrogation in accordance with the provisions of the Trade Law,
hukum asuransi. Dengan adanya penelitian which results in the insured obtaining a double benefit that is contrary
ini diharapkan dapat menjadi salah satu to the principle of insurance.
bacaan yang bisa memberikan pengetahuan
tentang asuransi bagi masyarakat umum Keywords: Principles of Subrogation, Motor Vehicle Insurance.
dan bagi pihak asuransi ataupun nasabah
asuransi khususnya. Menjadikan titik
terang penyebab kenapa pihak asuransi 1. Pendahuluan
tidak menerapkan prinsip subrogasi sesuai
dengan ketentuan Undang-undang Hukum
Dagang, yang mengakibatkan tertanggung
mendapatkan keuntungan ganda yang
P erkembangan asuransi di Indonesia menunjukkan
angka kemajuan yang cukup baik. Perusahaan asuransi
menunjukkan geliat pertumbuhan di dalam usaha yang mereka
bertentangan dengan prinsip asuransi. jalankan, yang mana semakin hari semakin banyak nasabah yang
mengunakan layanan asuransi di dalam kehidupan mereka.
Kata Kunci: Prinsip Subrogasi, Asuransi
Kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah perlindungan
Kendaraan Bermotor.
atas berbagai macam risiko yang bisa terjadi dan menimpa diri
mereka sewaktu-waktu adalah salah satu penyebab tingginya
jumlah pengguna asuransi belakangan ini.
Risiko dapat terjadi karena faktor kegiatan manusia
sendiri, dapat pula terjadi karena peristiwa alam, seperti banjir
gempa bumi badai. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh manusia untuk mengatasi kemungkinan terjadi risiko
yang merugikan, antara lain, menghindari risiko, mencegah

354 UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

terjadinya risiko, mengalihkan risiko tersebut kepada pihak ketiga dan namun tidak lagi menuntut klaim
perusahaan asuransi. Mengalihkan risiko melalui terhadap pihak asuransi. Tertanggung yang menuntut
asuransi dianggap sebagai cara yang paling baik dalam kepada kedua belah pihak yaitu kepada pihak ketiga
pengelolaan risiko. yang bersalah dan kepada pihak asuransi atau
memperoleh penggantian kerugian ganda termasuk
Pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi
perbuatan yang tidak dibenarkan karena hal tersebut
tidak terjadi begitu saja, tanpa adanya kewajiban
dapat menjadi sebuah keuntungan terhadap pihak
apa - apa kepada pihak yang mengalihkan risiko. Hal
tertanggung dalam hal ini bertentangan dengan asas
tersebut harus diperjanjikan terlebih dahulu. Oleh
keseimbangan atau prinsip indemnity yang dipegang
karena itu diperlukan adanya sebuah perjanjian,
teguh dalam perjanjian asuransi.
dalam perjanjian tersebut diwajibkan pihak yang
bersangkutan memenuhi kewajibannya masing - Namun dalam praktek keseharian, tertanggung
masing. Pihak yang tersangkut adalah pihak asuransi tetap saja meminta ganti kerugian dari pihak ketiga
dan pihak penanggung. dan sekaligus menuntut klaim asuransi hal ini akan
menjadi sarana keuntungan bagi tertanggung dan
Risiko yang timbul diakibatkan oleh suatu peristiwa
banyak juga perusahaan asuransi yang mengetahui
secara kebetulan dan adanya unsur ketidaksengajaan,
hal ini dan tidak mempergunakan hak subrogasi, hal
bisa saja terjadi tidak hanya ditimbulkan dari pihak
ini akan menjadi sarana keuntungan bagi tertanggung.
tertanggung saja melainkan pula dapat timbul
Oleh karena itu, perlu diadakannya suatu penelitian
diakibatkan oleh pihak ketiga. Undang-undang No.
tentang tertanggung yang mengajukan gugatan
40 Tahun 2014 Pasal 1 menyebutkan bahwa dasar
terhadap pihak ketiga yang bersalah dan sekaligus
dari timbulnya penyelenggaraan asuransi terhadap
menuntut klaim terhadap pihak asuransi.
pihak ketiga timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti (evenement.). Peristiwa tidak pasti tersebut
haruslah memenuhi kriterianya yaitu peristiwa itu
II. Pembahasan
menimbulkan kerugian, kejadiannya tidak dapat
diprediksi lebih dahulu, berasal dari faktor ekonomi, A. Pengertian Asuransi
alam, manusia dan menimbulkan kerugian terhadap Di Indonesia selain istilah asuransi digunakan
diri, kekayaan, dan tanggung jawab seseorang. juga istilah pertanggungan. Pemakaian kedua
Tertanggung yang mengasuransikan kendaraan- istilah itu tampaknya mengikuti istiah dalam bahasa
nya kepada asuransi apabila terjadi kerugian namun Belanda yaitu assurantie yang berarti asuransi dan
diakibatkan oleh pihak ketiga maka tertanggung akan verzekering yang berarti pertanggungan, karena
mendapatkan ganti rugi dari asuransi dan asuransi asuransi di Indonesia berasal dari negeri Belanda.
menggunakan hak subrogasi yakni hak tertanggung Pada perkembangan selanjutnya kata insurance,
yang beralih kepada asuransi untuk menuntut ganti asutrantie, atau asuransi lebih tepat digunakan yang
kerugian terhadap pihak ketiga, adanya hak subrogasi secara harfiahnya kata ini dalam bahasa Indonesia
untuk mencegah penggantian kerugian ganda yang berarti Pertanggungan. Berdasarkan Pasal 246 KUHD
akan diperoleh tertanggung. Selain itu tertanggung yang berbunyi sebagai berikut :
bisa juga langsung menuntut kerugian terhadap “Asuransi pertanggungan adalah suatu perjanjian

M. Suparman Sastrawidjaja, 2003, Aspek aspek Hukum dengan mana seorang penanggung mengikatkan
Asuransi dan Surat Berharga, PT. Alumni, Bandung, diri kepada seorang tertanggung dengan
hlm. 9. menerima suatu premi, untuk memberikan

Editorial.” Menanti UU Asuransi yang Inspiratif”. Jurnal suatu penggantian kepadanya atau karena suatu
Hukum Bisnis. Volume 22 Tahun 2003

Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Asuransi Indonesia, 
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia. Cet 1,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1992)

UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018 355
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan sampingan serta kerugian atau kerusakan harta benda
yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya termasuk kerugian karena tidak dapat dipakai lagi
karena suatu peristiwa yang tak tentu” akibat tindakan seseorang atau karena kecelakaan
Apabila ditelaah secara redaksional, rumusan yang setiap waktu selama jangka waktu pertanggungan
terdapat dalam Pasal 246 KUHD lebih mengutamakan tertentu
kepada asuransi kerugian. Disebut asuransi kerugian
karena dalam batas pengertian kerugian, penanggung
hanya membayar ganti kerugian kepada tertanggung B. Pengertian Risiko dan Evenement
sesuai dengan kerugian yang diderita oleh tertanggung 1. Pengertian Resiko
Seharusnya defenisi atau pengertian asuransi yang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
diberikan KUHD berlaku umum untuk semua golongan
mendengar tentang risiko dan sebagai manusia kita
dan jenis asuransi. Hal itu mengingat sifat dan fungsi
akan selalu dihadapkan pada risiko. Pengertian risiko
defenisi itu sendiri. Demikian pula, rumusan tersebut
luas sekali, biasa diartikan sebagai ketidakpastian
terletak dalam Bab atau Title IX dari buku I KUHD
dari pada kerugian (uncertainty of loss) dan bencana
tentang asuransi atau pertanggungan seumumnya
/bahaya (perils) Dalam praktek asuransi, defenisi yang
(van assurantie of verzekering in het algemene).
lebih banyak digunakan adalah Risk is uncertainty
Defenisi asuransi dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang
of Loss, risiko didefenisikan sebagai ketidakpastian
Usaha Perasuransian :
timbulnya suatu kerugian. Menurut Prof. Subekti,
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian kata risiko berarti kewajiban untuk memikul kerugian
antara dua pihak atau lebih, dengan mana jikalau di luar kesalahan salah satu pihak yang
pihak penanggung mengikatkan diri kepada
menimpa benda yang dimaksudkan dalam perjanjian.
tertanggung dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada Sedangkan dalam asuransi kriteria atau ciri-ciri risiko
tertanggung, karena kerugian, kerusakan, atau sebagai berikut :
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau a. Bahaya yang mengancam benda atau objek
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
asuransi;
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk b. Berasal dari faktor ekonomi, alam, atau manusia;
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan c. Diklarifikasi menjadi risiko pribadi, kekayaan, dan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang tanggung jawab;
dipertanggungkan d. Hanya berpeluang menimbulkan kerugian.
Defenisi atau pengertian asuransi dalam Pasal 1
angka (1) UU No. 2 Tahun 1992 diatas lebih luas dari
2. Pengertian Evenement
pada yang terdapat dalam Pasal 246 KUHD karena
tidak hanya mencakup asuransi kerugian tetapi Evenemen Dalam Asuransi adalah istilah yang
mencakup pula asuransi sejumlah uang atau asuransi diapdopsi dari bahasa belanda evenement yang
jiwa atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga. berarti peristiwa tidak pasti. Evenemen atau peristiwa
Defenisi asuransi tanggung jawab hukum adalah suatu tidak pasti adalah peristiwa terhadap mana asuransi
pertanggungan dimana perusahaan asuransi berjanji diadakan tidak dipastikan terjadi dan tidak diharapkan
atas nama tertanggung membayar sejumlah nilai terjadi. Adapun pengertian evenemen jika dirumuskan
dimana tertanggung secara hukum wajib membayar
kerugian keuangan yang diderita oleh seseorang 
Sonni Dwi Harsono, Prinsip-prinsip Dasar dan Praktek
Asuransi, (Jakarta:Yayasan Pengembangan Ilmu Asuransi, 1994),
karena meninggal, sakit, luka-luka ataupun menderita hal 152
Man Suparman Sastrawidjaja, Op. Cit, hal 14
 
P.N.H Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia.
Radiks Purba, Op.Cit, hal 14

Cet.3, (Jakarta: Djambatan, 2007) hal 345

356 UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

adalah : lebih rincinya pengaturan tentang asuransi terdapat


dalam :
Evenemen menurut pengalaman manusia nor-
mal, tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun 1) KUHPerdata
sudah pasti terjadi, saat terjadinya tidak dapat KUHPerdata dalam buku III Bab XV tentang
ditentukan dan juga tidak dapat diharapkan akan persetujuan untung-untungan (konsonvereen-
terjadi, jika terjadi juga akan menyebabkan kerugian komst) Pasal 1774 yang berbunyi :
Dalam hukum asuransi evenemen yang menjadi
Suatu perjanjian untung-untungan adalah suatu
beban penanggung merupakan peristiwa penyebab
perbuatan yang hasilnya mengenai untung
timbulnya kerugian atas obyek asuransi. selama
ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi
belum terjadi penyebab timbulnya kerugian, selama
sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian
itu pula bahaya yang mengancam obyek asuransi
yang belum tentu demikian adalah persetujuan
disebut risiko10. Apabila risiko itu sungguh - sungguh
pertanggungan bunga cegak hidup, perjudian
menjadi kenyataan, maka risiko berubah menjadi
dan pertarungan11.
evenemen,yaitu peristiwa yang menimbulkan
kerugian. Dalam hal ini risiko menjadi beban ancaman 2) KUHD
penanggung. Oleh karena itu dapat kita pahami ciri- Kitab Undang-undang Hukum Dagang mengan-
ciri evenemen adalah sebagai berikut: dung dua bagian pengaturan tentang asuransi,
yaitu pengaturan yang bersifat umum terdapat
a. Peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian
dalam buku I Bab IX dan pengaturan yang bersifat
b. Terjadinya itu tidak diketahui, tidak dapat
khusus terdapat pada buku I Bab X Buku II Bab IX
diprediksi terlebih dahulu
dan Bab X
c. Berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia
d. Kerugian terhadap diri, kekayaan dan tanggung Adapun perincian dari Bab-bab itu adalah :
jawab seseorang Buku I Bab IX : Tentang Asuransi pada umumnya
Kerugian Dalam Asuransi Evenemen erat sekali (Pasal 246-286 KUHD)
persoalannya dengan ganti kerugian. Akan tetapi Buku I Bab X : Meliputi Pasal 287-308 KUHD
tidak setiap kerugian (loss) akibat evenemen harus yang mengatur pertanggungan terhadap bahaya
mendapat ganti kerugian. Antara evenemenyang kebakaran, terhadap bahaya yang mengancam
terjadi dan kerugian yang timbul ada hubungan hasil pertanian dan tentang pertanggungan jiwa.
kausal. Evenemen adalah sebab dan kerugian adalah Buku II Bab IX : Mengatur pertanggungan terhadap
akibat. Jika sudah dipastikan evenemen yang terjadi bahaya laut dan perbudakan
itu dijamin oleh polis dan karenanya menimbulkan Buku II Bab X : Mengatur tentang pertanggungan
kerugian, penanggung terikat untuk membayar ganti terhadap bahaya dalam pengangkutan didarat,
kerugian. disungai dan perairan darat.
3). Pengaturan di luar KUHPerdata dan KUHD
Jenis-jenis pertanggungan khusus yang diatur
C. Pengaturan Asuransi.
diluar KUHPerdata dan KUHD diatur secara
Pengaturan asuransi dapat ditemui dalam kitab tersendiri, seperti dalam Undang-undang,
Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden atau
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) untuk dalam bentuk Peraturan Perundang-undang

Abdulkadir,1999, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya lainnya.
Bakti, Jakarta, hlm. 120
10
Joko Waskito Dewantoro, Klaim Asuransi Jiwa atas Evenemen 11
Djoko Prakoso dan I ketut Murtika, 2004, Hukum Asuransi
yang sengaja dilakukan oleh tertanggung, Sekripsi, ilmu Hukum Indonesia, PT. Rineka Cipta, Bandung.
Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin,
UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018 357
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

D. Prinsip-prinsip Asuransi 1. Kepentingan sebagai pemilik


2. Kepentingan sebagai wakil pemilik, penyewa,
Suatu perjanjian asuransi harus dibuat berdasarkan
kreditor
pada prinsip-prinsip atau asas-asas Asuransi agar
3. Kepentingan timbul karena suatu persetujuan/
pada akhirnya mencakup segala kepentingan yang
kontrak.
hendak dilindungi. Dalam setiap perjanjian asuransi,
4. Kepentingan yang timbul karena tanggung jawab
ada beberapa prinsip asuransi yang berlaku yaitu :
hukum15
1) Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan
(principle of Insurable Interest)
2) Prinsip itikad yang terbaik dan jujur (principle of
Insurable Interest memberikan kepada sese-
utmost good faith)
orang hak untuk mengasuransikan karena
adanya hubungan keuangan yang diakui oleh Prinsip itikad terbaik dan jujur, para pihak
hukum antara orang tersebut dengan objek baik tertanggung maupun penanggung harus
pertanggungan atau objek yang diasuransikan. memberitahukan semua hal dan keterangan yang
Defenisi Insurable Interest :“The legal right to
sebenar-benarnya, sejujur-jujurnya dan selengkap-
insure out of a financial relationship recognized at
law, between the insured and the subject matter lengkapnya mengenai seluruh informasi pada saat
of insurance” artinya bahwa hak seseorang untuk negosiasi pembuatan perjanjian asuransi. Kewajiban
mengasuransikan timbul karena adanya hubungan tertanggung tersebut harus dilakukan sejak awal
keuangan yang diakui oleh hukum antara orang mengajukan permohonan penutupan maupun selama
tersebut dengan objek pertanggungan12. masa pertanggungan. Apabila pihak tertanggung baik
Adanya prinsip Insurable Interest adalah sengaja maupun tidak sengaja menyembunyikan
dimaksudkan untuk mencegah agar asuransi tidak keterangan-keterangan yang relevan dengan objek
menjadikan moral hazard tinggi dan mencegah yang diasuransikan maka pihak penanggung dapat
perjudian13. Hal itu disebabkan, apabila tidak menyembunyikan hak untuk menghentikan perjanjian
terdapat ketentuan demikian, seseorang yang tidak asuransi.
mempunyai kepentingan terhadap suatu objek Itikad yang terbaik dan jujur tersebut juga harus
asuransi, akan dapat menutup asuransi atas objek ada dipihak penanggung (reciprocal duty), yaitu
tersebut. Akibatnya, tanpa menderita kerugian orang ketika asuransi ditutup, maka penanggung harus
tersebut akan mendapat ganti kerugian apabila memberitahukan dan menjelaskan luas jaminan dan
terjadi peristiwa yang menimpa objek dimaksud, atau hak-hak pihak tertanggung karena yang mengetahui
dengan kata lain dasar pemikiran diperlukan prinsip luas jaminan dan hak-hak tertanggung adalah
Insuranble Interest adalah untuk menghindarkan penanggung. Defenisi itikad yang terbaik dan jujur
lembaga asuransi dijadikan alat sebagai permainan (utmost good faith) yang terdapat dalam Pasal 251
perjudian14. KUHD adalah sebagai berikut :
Insurable interest atau kepentingan yang dapat Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar,
diasuransikan dapat bersumber pada : ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal
yang diketahui oleh sitertanggung, betapapun
itikad baik padanya, yang demikian sifatnya,
sehingga seandainya sipenanggung telah menge-
12
DJ.Ransom, Legal Aspect of Insurance, Cet 3 (Kuala Lumpur. tahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu
The Malaysia Insurance Institute, 1996) hal. 7/2
tidak akan ditutup dengan syarat-syarat yang
13
Insurance Law (new.ed.2004) Hal 6/10 : why does the law
require insurable interest, to reduce moral hazard and to discourge sama, mengakibatkan batalnya pertangungan.
wagering
14
Man Suparman Sastrawijdajaja. Aspek aspek Hukum Asuransi 15
Sonni Dwi Harsono, Prinsip-prinsip Dan Praktek Asuransi,
dan Surat Berharga, hal 69 (Jakarta:Yayasan Pengembangan Ilmu Asuransi, 1994)

358 UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

Berdasarkan ketentuan Pasal 251 KUHD tersebut Dari defenisi Pasal 246 KUHD, perjanjian asuransi
diatas, penanggung dapat membatalkan polis (kerugian) merupakan suatu perjanjian ganti rugi atau
sekalipun premi telah dibayar bahkan sekalipun perjanjian indemnitas. Asuransi dalam hal ini adalah
objek yang diasuransikan telah menderita kerugian, asuransi kerugian yang hanya mengganti kerugian
jika pihak penanggung mengetahui kemudian bahwa yang benar-benar diderita oleh tertanggung, prinsip
data dan keterangan yang diberitahukan oleh pihak ganti kerugian (indemnity) adalah suatu mekanisme
tertanggung berbeda dari data dan keadaan yang tentang pembayaran ganti rugi dengan uang, dimana
sebenarnya dari objek yang diasuransikan itu16 dalam pengertiannya tercakup beberapa hal :
Dalam perjanjian asuransi unsur saling percaya
1. Penggantian keuangan
antara penanggung dan tertanggung itu sangat
penting. Penanggung percaya bahwa tertanggung 2. Menempatkan posisi keuangan tertanggung
akan memberikan segala keterangan dengan benar. sama seperti posisi keuangannya sesaat sebelum
Dilain pihak tertanggung juga percaya bahwa kalau terjadinya kerugian.
terjadi peristiwa, penaggung akan membayar ganti Prinsip ini dimaksudkan agar asuransi tidak
rugi. Saling percaya ini dasarnya adalah itikad baik. disalahgunakan untuk mencari keuntungan, dan
Prinsip itikad baik harus dilaksanakan dalam setiap penggantian yang diberikan oleh penanggung
perjanjian.17 harus seimbang dengan kerugian yang diderita oleh
Dalam hukum perjanjian asuransi ada beberapa tertanggung. Untuk dapat mengadakan keseimbangan
pasal yang dapat disimpulkan mengandung unsur antara kerugian yang diderita oleh penanggung maka
prinsip itikad baik selain Pasal 251 yaitu Pasal 252 harus diketahui berapa nilai atau harga dari objek
KUHD, Pasal 276 KUHD, Pasal 277 KUHD. Dalam asuransi yang diasuransikan. Pasal 252 KUHD yang menyatakan
tanggung jawab hukum kendaraan bermotor, prinsip bahwa :
kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable Kecuali yang disebutkan dalam ketentuan-
interest) itikad yang terbaik dan jujur (Utmost Good ketentuan undang-undang, maka tak bolehlah
Faith) sangat penting karena pihak penanggung tidak diadakan suatu pertanggungan kedua, untuk
jangka waktu yang sudah dipertanggungkan untuk
mengetahui secara rinci jenis atau tipe kendaraan,
harganya penuh dan demikian itu atas ancaman
nomor polisi yang dimiliki oleh tertanggung, batalnya pertanggungan kedua tersebut.
walaupun penanggung dapat melakukan pengecekan
langsung maka penanggung akan mempercai data
dan keterangan yang diberikan oleh tertanggung. 4) Prinsip Subrogasi (Principle of Subrogation)
Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan sebagai
3) Prinsip Ganti Kerugian (Principle of Indemnity) berikut : “Tiap-tiap perbuatan melanggar hukum, yang
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
Fungsi asuransi adalah mengalihkan atau membagi
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Didalam
risiko yang kemungkinan diderita atau dihadapi oleh
pelaksanaan perjanjian asuransi, kemungkinan
tertanggung karena terjadi suatu peristiwa yang tidak
peristiwa kerugian terjadi dapat disebabkan oleh
pasti. Oleh karena itu, besarnya ganti kerugian yang
pihak ketiga. Secara harfiah berdasarkan Pasal 1365
diterima oleh tertanggung harus seimbang dengan
KUHPerdata tersebut diatas, maka apabila tertanggung
kerugian yang dideritanya, hal ini yang merupakan inti
yang telah mendapat ganti kerugian dari penanggung,
dari prinsip ganti kerugian (Indemnity)18
juga diperkenankan menuntut ganti kerugian kepada
16
Radik Purba, Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Udara,
Jakarta:Penerbit Djambatan, 1997) hal 8-9. pihak yang menimbulkan kerugian tersebut, berarti
17
KUHP Perdata.Op.Cit Pasal 1338 dan KUHD Pasal 251. tertanggung dapat menerima ganti kerugian yang
18
Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat melebihi kerugian yang dideritanya.
Berharga, Op.Cit, hal 70.

UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018 359
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

Namun persoalannya menjadi lain dalam kontribusi ini juga hanya berlaku dalam asuransi
perjanjian asuransi karena harus diingat bahwa kerugian (scadeverzekering) dan tidak berlaku dalam
perjanjian asuransi bukan seperti perjanjian biasa asuransi jumlah (sommenverzekering)19 Prinsip
atau umum, dan untuk menghindarkan hal tersebut kontribusi ini berlaku atau timbul apabila dipenuhi
dalam perjanjian asuransi berlaku prinsip subrograsi syarat-syarat sebagai berikut :
dimana prinsip ini merupakan bagian yang tidak
1. Ada 2 (dua) atau lebih polis indemnity
terpisahkan dari prinsip ganti kerugian (indemnity)
2. Polis-polis tersebut menjamin perihal yang
yang pada intinya adalah bahwa tertanggung tidak
sama.
dapat memperoleh ganti kerugian melebihi kerugian
3. Polis-polis tersebut menutup kepentingan
yang dideritanya.Pasal 284 KUHD mengatur mengenai
(interest) yang sama.
subrogasi sebagai berikut :
4. Polis-polis tersebut menutup objek yang sama
Seorang penanggung yang telah membayar 5. Polis-polis tersebut berlaku sah pada waktu yang
kerugian sesuatu barang yang diasuransikan, sama, yakni pada saat kerugian terjadi.20
menggantikan tertanggung dalam segala hak
yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga Prinsip ini berlaku untuk mencegah tertanggung
berhubungan dengan penerbitan kerugian mengambil keuntungan dari asuransi atau dengan kata
tersebut, dan tertanggung itu adalah bertanggung lain agar tertanggung tidak menerima ganti kerugian
jawab untuk setiap perbuatan yang dapat lebih dari kerugian yang diderita.
memberikan hak penanggung terhadap orang-
orang ketiga.”
Dari pasal tersebut, dapat diketahui bahwa 6) Prinsip Sebab Akibat (Principle of Proxima Cause)
subrogasi adalah penggantian kedudukan tertanggung Asuransi memberikan jaminan terhadap kerugian
oleh penanggung yang telah membayar ganti kerugian, yang disebabkan oleh risiko-risiko tertentu yang
dalam melaksanakan hak-hak tertanggung kepada dipertanggungkan atau dengan kata lain dengan
pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya kerugian. adanya perjanjian asuransi menimbulkan kewajiban
Disisi lain, dengan adanya prinsip subrogasi, maka kepada penanggung untuk memberikan ganti kerugian
pihak ketiga yang menimbulkan kerugian tidak akan apabila tertanggung mengalami kerugian. Namun
bebas dari tanggung jawabnya, sebab karna dituntut demikian dalam kenyataan sering kita temui kesulitan
oleh penanggung. Seperti halnya dalam prinsip ganti dalam menentukan sebab-sebab yang menimbulkan
kerugian, prinsip subrogasi ini hanya berlaku dalam kerugian tersebut, karena sering kita jumpai penyebab
asuransi kerugian (scheverzekering) dan tidak berlaku kerugiannya lebih dari satu, yang mungkin merupakan
dalam asuransi jumlah (sommenverzekering) sederetan peristiwa yang terjadi bersamaan.
Prinsip ini berkaitan dengan hubungan sebab
5) Prinsip Kontribusi (Principle of Contribution) akibat, untuk menentukan penyebab apa yang
menimbulkan kerugian tersebut dan apakah
Prinsip ini sebenarnya mendukung prinsip
penyebab itu dijamin oleh polis asuransi. Maksud dari
subrogasi, prinsip kontribusi ini timbul apabila atas
adanya prinsip sebab akibat dalam perjanjian asuransi
suatu objek diasuransikan lebih pada dari suatu
adalah bahwa penanggung akan bertanggungjawab
perusahaan asuransi, maka apabila terjadi kerugian
terhadap kerugian yang diderita oleh tertanggung
yang dijamin dan salah satu perusahaan asuransi
apabila kerugian tersebut memang menjadi tanggung
telah membayar penuh kerugian tersebut maka hak
jawab penanggung. Apabila tidak, maka penanggung
menuntut ganti rugi pada perusahaan lain beralih
dapat dibebaskan dari kewajibannya membayar ganti
kepada perusahaan asuransi yang telah membayar
penuh penggantian kerugian tersebut. Prinsip 19
Harsono, Op.Cit, hal 61
20
Ibid, hal 12/13
360 UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

kerugian yang sebenarnya bukan menjadi tanggung terhadap benda pertanggungan tersebut dan
jawab penanggung. Dengan demikian berdasarkan mengakibatkan pertanggungan menjadi batal.
sebab itulah timbul kerugian yang menjadi tanggungan
4) Sesuatu sebab yang halal
penangung, akan tetapi tidak semua sebab menjadi
Sebab yang halal adalah isi perjanjian asuransi
tanggunggan penanggung. Meskipun polis dengan
tidak dilarang oleh Undang-undang, tidak
klausul All Risk yaitu polis menanggung semua risiko,
bertentangan dengan norma kesusilaan yang
bukan berarti semua risiko dijamin karena tetap selalu
berlaku.
ada pengecualian.
5) Pembayaran premi

E. Syarat Syah Asuransi Asuransi merupakan suatu perjanjian timbal


balik, maka penanggung dan tertanggung harus
Suatu perjanjian pertanggungan haruslah
berprestasi, penanggung menerima peralihan
memenuhi semua syarat-syarat yang disebut dalam
risiko atas benda objek pertanggungan sedangkan
suatu perjanjian agar menjadi sah. Pasal 1320
tertanggung harus membayar sejumlah
KUHPerdata, juga berlaku terhadap perjanjian
premi sebagai imbalan. jika premi dibayar
asuransi. Ada empat syarat untuk sahnya perjanjian
oleh tertanggung maka risiko beralih kepada
menurut Pasal 1320 KUHPerdata :
penanggung dah jika premi tidak dibayar maka
1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri resiko tidak beralih.
Kesepakatan merupakan persetujuan kedua belah
6) Kewajiban pemberitahuan
pihak harus diberikan secara bebas, maksudnya
bahwa kesepakatan itu timbul dari kemauan Yang dimaksud dengan pemberitahuan dari
kedua belah pihak secara sukarela tanpa ada tertanggung adalah21:
paksaan (dwang) dan kekeliruan (dwaling) serta “setiap keterangan yang keliru atau ketidakbenaran
adanya unsur penipuan (bedron) ataupun setiap tidak diberitahukan hal-hal yang
diketahui oleh tertanggung, betapapun tekad
2) Kecakapan para pihak untuk mengikatkan diri baik ada padanya yang demikian sifatnya, sehinga
Maksudnya penanggung dan tertanggung yang seandainya sipenanggung telah mengetahui yang
mengadakan perjanjian asuransi, haruslah sebenarnya perjanjian tidak akan ditutup atau
wenang atau cakap melakukan perbuatan hukum tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama,
artinya penanggung dan tertanggung yang mengakibatkan batalnya pertanggungan.
mengadakan perjanjian tersebut telah desawa, Setelah syarat sah dari perjanjian asuransi
tidak dibawah pengampunan (curatele), tidak tersebut terpenuhi maka sipenanggung atau pihak
dalam keadaan sakit ingatan, tidak dalam keadaan perusahaan asuransi akan menganalisa data dan
pailit. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1329 kemudian menerbitkan polis
dan Pasal 1330 KUHPerdata.
3) Adanya benda pertanggungan (hal tertentu)
F. Tujuan Asuransi
Dalam perjanjian asuransi harus ada benda
pertanggungan yang merupakan objek dari 1) Peralihan risiko
perjanjian asuransi. Pihak tertanggung yang Tujuan pertama dari perjanjian asuransi
mempertanggungkan benda itu haruslah betul- mengalihkan risiko yang ditimbulkan oleh
betul memiliki atau mempunyai kepentingan atas peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan
benda yang dipertanggungkan itu, harus dapat
membuktikan itu, jika tidak dapat membuktikan, Emmy Pangaribuan Simajuntak, Hukum pertanggungan,
21

maka ia dianggap tidak mempunyai kepentingan seksi hukum dagang FH-UGM, 1980 Yogyakarta, hal 8

UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018 361
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

terjadinya kepada orang lain yang mengambil akan suatu risiko yang jumlahnya dapat dikira-
risiko untuk mengganti kerugian. kira sebelumnya, maka suatu perusahaan akan
memperhitungkan adanya ganti rugi dari asuransi
2) Ganti kerugian
didalam ia menilai biaya yang harus dikeluarkan
Bahaya yang mengancam dalam prakteknya oleh perusahaan.
dapat sungguh terjadi, maka kesempatan bagi
4) Asuransi merupakan dasar pertimbangan dari
penanggung mengumpulkan uang premi yang
pemberian suatu kredit, apabila seseorang
dibayarkan oleh tertanggung yang mengikatkan
menjamin kredit bank, maka bank biasanya
diri kepadanya.
meminta kepada debitur untuk menutup asuransi
3) Motif ekonomi Sebagai perjanjian khusus benda jaminan.
pertanggungan berdasarkan motif ekonomi.
5) Asuransi dapat mengurangi timbulnya kerugian.
Artinya tertanggung menyadari betul bahwa
Dengan ditutupnya perjanjian asuransi, maka
adanya ancaman bahaya terhadap harta benda
risiko yang mungkin dialami seseorang dapat
milik dan jiwa raganya. Apabila bahaya itu
ditutup oleh perusahaan asuransi.
menimpa harta benda atau jiwanya maka ia akan
menderita kerugian, secara ekonomis menderita 6) Asuransi merupakan alat untuk membentuk
kerugian materil dan menderita kerugian jiwa modal pendapatan atau untuk harapan masa
akan mempengaruhi jalan hidupnya, orang lain depan. Dalam hal ini fungsi menabung dari
atau ahli warisnya asuransi terutama dalam asuransi jiwa.

G. Manfaat Asuransi H. Pengaturan Tanggung Jawab Hukum Pihak


Ketiga
Asuransi selaku lembaga keuangan bukan
bank mempunyai peranan yang cukup besar bagi Terminologi Perbuatan Melawan Hukum
masyarakat maupun bagi pembangunan. Adapun merupakan terjemahan dari kata onrechmatigedaad,
manfaat asuransi antara lain sebagai berikut22 : yang diatur dalam KUHPerdata Buku III tentang
perikatan, Pasal 1365 sampai dengan Pasal 1380,
1) Asuransi dapat memberikan rasa terjamin atau
beberapa sarjana ada yang menggunakan istilah
rasa aman dalam menjalankan usaha. Hal ini
”melanggar” dan ada yang mempergunkana istilah
karena seorang akan lepas dari kekhawatiran
”melawan” Wirjono Projodikoro dan Subekti adalah
akan tertimpa kerugian akibat suatu peristiwa
ahli hukum yang menggunakan istilah ”Perbuatan
yang tidak diharapkan, sebab walaupun tertimpa
melanggar hukum”. Terminologi Perbuatan melawan
kerugian akan mendapatkan ganti rugi dari
hukum juga digunakan oleh Mariam Badrulzaman
perusahaan asuransi.
dimana perbuatan melawan hukum ini mencakup
2) Asuransi dapat menaikkan efesiensi dari kegiatan substansi yang lebih luas yaitu baik perbuatan yang
perusahaan, sebab dengan peralihan risiko didasarkan pada kesengajaan maupun kelalaian23
yang lebih besar kepada perusahaan asuransi, sesuai dengan Pasal 1365 KUHPerdata dikatakan
perusahaan itu akan mencurahkan perhatian dan bahwa setiap perbuatan yang melawan hukum yang
pikirannya pada peningkatan usahanya. membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan
3) Asuransi cendrung kearah perkiraan dan penilaian orang karena salahnya menerbitkan kerugian ini
biaya yang layak. Dengan adanya perkiraan mengganti kerugian tersebut.
22
Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi
Perlindungan Tentang Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, 23
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta:
cet 1 ( Bandung : Alumni, 1993) hal. 70 Universitas Indonesia Fakultas Hukum Pasca sarjana, 2004), hal 6

362 UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

Istilah Perbuatan melawan hukum dalam bahasa korban yang dilanggar28


Inggris disebut dengan “Tort”24. Kata Tort sendiri
Teori ini menimbulkan pro dan kontra, namun
sebenarnya hanya berarti “salah (wrong). Akan
demikian, penerapan teori schutznorm ini sebenarnya
tetapi khususnya dalam bidang hukum, kata tort
dalam kasus-kasus tertentu sangat bermanfaat karena
itu berkembang sedemikian rupa sehingga berarti
alasan-alasan sebagai berikut :
kesalahan perdata dimana seseorang melakukan
suatu perbuatan tertentu yang mengakibatkan a) Agar tanggung gugat berdasarkan Pasal 1365
kerugian pada orang lain dengan melanggar hak KUHPerdata tidak diperluas secara tidak wajar.
dan kewajiban yang telah ditentukan oleh hukum b) Untuk menghindari pemberian ganti rugi terhadap
yang akan timbul dari contrak atau trust, yang dapat kasus dimana hubungan antara perbuatan dengan
dimintakan ganti rugi kerugian yang diakibatkan ganti rugi hanya bersifat normatif dan kebetulan
olehnya. Menurut Rosa Agustina25 dalam mengajukan saja.
gugatan berdasarkan tort harus ada perbuatan aktif c) Untuk memperkuat berlakunya unsur ”dapat
dan pasif yang mengakibatkan kerugian terhadap dibayangkan” (forseeability) terhadap hubungan
kepentingan orang lain yang dilindungi oleh hukum. sebab akibat yang bersifat kira-kira (proxima
Kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan yang causation)29.
harus dipertanggungjawabkan secara hukum. Teori aanprekelijkheid atau disebut teori
Aspek kerugian dari suatu perbuatan melawan ”Tanggung-gugat” adalah teori untuk menentukan
hukum juga mempunyai dasar-dasar teoritis sendiri. siapa yang harus menerima gugatan (siapa yang harus
Dasar-dasar teori ini dapat dilihat dari berbagai macam digugat) karena adanya suatu perbuatan melawan
pemikiran26. Teori Corective Justice mengajarkan hukum. Pada umumnya, tetapi tidak selamanya, yang
bahwa setiap orang harus dilindungi hak-haknya dan harus digugat adalah pihak pelaku perbuatan melawan
dipulihkan keadaanya agar ada keseimbangan antara hukum itu sendiri, tetapi bisa terjadi atas perbuatan
keadilan dan kepastian hukum, yang merupakan yang dilakukan oleh orang lain, dikenal dengan teori
tujuan hukum. tanggungjawab pengganti (vicarious liability). Teori
tanggung gugat ini atas perbuatan yang dilakukan
Dengan alasan moralitas, orang melakukan
oleh orang lain ini, dapat dibagi menjadi 3 kategori
kesalahan harus dipaksa melalui hukum, untuk
sebagai berikut :
memulihkan keadaan sikorban27. Teori Schutznorm
atau disebut juga dengan ajaran ”relativitas” ini 1. Teori tanggung jawab atasan;
berasal dari hukum jerman, yang dibawa kenegeri 2. Teori tanggung jawab pengganti yang bukan atasan
Belanda oleh Gelein Vitinga. Kata ”schutz” secara atas orang-orang dalam tanggungangannya;
harfiah berarti ”perlindungan”. Teori Schutznorm ini 3. Teori tanggung jawab pengganti dari barang-
mengajarkan bahwa seseorang dapat dimintakan barang yang berada dibawah tanggungannya30
tanggung jawabnya karena telah melakukan perbuatan KUHPerdata mengatur beberapa pihak yang harus
melawan hukum sesuai pasal 1365 KUHPerdata, maka menerima tanggung gugat dari perbuatan melawan
tidak cukup hanya menunjukan adanya hubungan hukum yang dilakukan oleh pihak lain dalam Pasal
klausula antara perbuatan bahwa norma atau 1367, 1368, 1369 KUHPerdata. Teori Res Ispa Loquitur
peraturan yang dilanggar tersebut dibuat memang merupakan suatu doktrin dalam bidang pembuktian
untuk melindungi (schutz) terhadap kepentingan perdata yang menentukan bahwa korban dari suatu
24
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan perbuatan melawan hukum dalam bentuk kelalaian
Kontemporer, (Bandung: PT.CitraAditya Bakti, 2002), hal 2
25
Rosa Agustina,Loc.cit. hal 9 28
Munir Fuadi, Op.cit. hal 14
26
Ibid , hal 18 29
Munir Fuadi, Ibid, hal 15
27
Ibid, hal 18 30
Ibid, hal 17

UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018 363
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

dalam kasus-kasus tertentu tidak perlu membuktikan membuktikan adanya perbuatan melawan hukum.
adanya unsur kelalaian dari pihak ketiga, tetapi
Pengaturan lebih lanjut tentang dasar timbulnya
cukup dengan pelaku kemungkinan besar melakukan
Tanggung Jawab Hukum Pihak Ketiga yaitu adanya
perbuatan melawan hukum tersebut, bahkan tanpa
perbuatan melawan hukum diatur dalam ketentuan
perlu memberitahukan bagaimana pihak pelakunya
sebagai berikut :
berbuat sehingga menimbulkan perbuatan tersebut31
Pasal 1366 KUHPerdata :
Dengan demikian doktrin res ipsa laquitur sebe-
“setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk
narnya merupakan semacam bukti sirkumstansial, kerugian yang disebabkan perbuatannya tetapi
yakni suatu bukti tentang suatu fakta atau sejumlah juga kerugian yang disebabkan kelalaian atau
fakta dari fakta-fakta mana suatu kesimpulan yang kurang hati-hatinya”
masuk akal dapat ditarik, misalnya dari letak tabrakan
Pasal 1367 KUHPerdata:
dapat ditarik kesimpulan bahwa mobil berlari sangat
‘’Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk
kencang. Akan tetapi, ilmu hukum memberikan kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri
beberapa persyaratan agar dapat diterapkan doktrin tetapi juga kerugian yang disebabkan perbuatan
res ipsa loquitur, sehingga kesimpulan dapat ditarik orang-orang yang menjadi tanggungannya atau
dari suatu fakta yang sebenarnya merupakan presumsi disebabkan oleh barang-barang yang berada
bersalah terhadap pihak pelakunya, sebagai berikut : dibawah pengawasan.
Orang tua dan wali bertanggung jawab tentang
a) Harus ditunjukan bahwa kejadian tersebut kerugian, yang disebabkan oleh anak-anak belum
biasanya tidak terjadi tanpa adanya kelalaian dari dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap
pihak pelakunya. siapa merekka melakukan kekuasaan orang tua
b) Harus ditunjukan pula bahwa kerugian tidak ikut atau wali.
disebabkan oleh tindakan korban atau pihak Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat
ketiga. orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan
c) Dalam kasus-kasus tertentu, pada saat kejadian, mereka, adalah bertanggung jawab tentang
kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan
instrument yang menyebabkan kerugian dalam
atau bawahan-bawahan mereka didalam
control yang ekslusif dari pihak yang dituduh melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang
pelakunya. ini dipakai.
d) Penyebab kelalaian tersebut haruslah dalam Guru-guru sekolah dan kepala-kepala tukang
lingkup kewajiban yang ada oleh pelaku kepada bertanggung jawab tentang kerugian yang
korban. diterbitkan oleh murid-murid dan tukang-tukang
e) Bukan kesalahan dari korban (tidak ada kelalaian mereka selama waktu orang-orang ini berada
kontributif)32 dibawah pengawasan mereka.
Tanggung jawab yang disebutkan diatas berakhir
Dari kesemua teori diatas teori res ispa loquitur jika orang tua-tua, wali-wali guru-guru sekolah
adalah teori yang paling membantu dalam hal sikorban dan kepala-kepala tukang itu membuktikan
yang mengalami perbuatan melawan hukum karna bahwa mereka tidak dapat mencegah perbuatan
korban tidak perlu untuk melakukan pembuktian untuk mana mereka seharusnya bertanggung
adanya unsur kesalahan dari pihak ketiga sendiri jawab itu.
cukup dengan fakta-fakta yang masuk akal seperti Selanjutnya KUHPerdata mengatur, suatu
letak lokasi kejadian, kronologis kejadian, karna kerugian yang disebabkan oleh benda atau barang
pembuktian tidaklah hal gampang dilakukan seperti sebagai berikut :
mendatangkan saksi-saksi atau alat-alat lain untuk (1) Tanggung jawab terhadap barang yang berada
31
Ibid, hal 100 dalam pengawasan secara umum33
32
Ibid, hal 103
33
KUHPerdata. Op.Cit. Pasal 1367
364 UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

(2) Tanggung jawab pemilik gedung atau pemakai Menurut UU No 40 Tahun 2014 Pasal 1 angka (1)
binatang terhadap kerugian yang ditimbulkan hanya menyatakan bahwa tanggung jawab hukum
binatangnya34 terhadap pihak ketiga dapat menjadi objek yang
(3) Tanggung jawab pemilik gedung terhadap dipertanggungkan, seperti halnya Asuransi Kendaran
ambruknya gedung yang dimiliknya35 Bermotor. Pengaturan asuransi tanggung jawab
hukum terhadap pihak ketiga tidak secara khusus
Sedangkan model tanggung jawab hukum yang
diatur dalam KUHD dan UU No. 40 Tahun 2014,
diatur dalam KUHPerdata adalah sebagai berikut36 :
tetapi berkembang dalam praktik perasuransian. Dari
(1) Tanggung jawab dengan unsur kesalahan
defenisis asuransi dalam pasal 1 angka 1 UU No. 40
(kesengajaan dan kelalaian), sebagaimana
Tahun 2014, tanggung jawab hukum kepada pihak
terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata.
ketiga merupakan salah satu dari kepentingan yang
(2) Tanggung jawab dengan unsur kesalahan, khus-
dapat diasuransikan. Dalam ketentuan dimaksud
usnya unsur kelalaian, sebagaimana terdapat
terdapat suatu syarat yaitu :
dalam Pasal 1366 KUHPerdata.
(3) Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) dalam - Harus timbul dari peristiwa yang tidak pasti
arti yang sangat terbatas ditemukan dalam Pasal - Menimbulkan kerugian pada tertanggung karena
1367 KUHPerdata. tuntutan dari pihak ketiga akibat dari kesalahan
Selain KUHPerdata pengaturan tanggung jawab atau kelalaian tertanggung.
hukum terhadap pihak ketiga selanjutnya dapat Dasar dari penyelenggaraan asuransi tanggung
dimasukan ke dalam lingkup asuransi kendaraan jawab hukum terhadap pihak ketiga berdasarkan UU
bermotor yang mana dalam Kitab Undang-undang No 40 Tahun 2014 Pasal 1 angka 1 selain harus timbul
Hukum Dagang (KUHD) mengatur tentang asuransi dari peristiwa yang tidak pasti dan menimbulkan
tidak terdapat pengaturan khusus, seperti halnya kerugian bagi tertanggung harus dapat memenuhi
asuransi kebakaran. Sehingga untuk asuransi asas/prinsip dari asuransi. Mengenai asas dan prinsip
kendaraan bermotor mengacu pada ketentuan asuransi sebagaimana dikemukakan dimuka mengacu
umum asuransi kerugian. Berdasarkan ketentuan pada ketentuan dalam KUHPerdata dan KUHD
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian Pasal 1 angka 1 memberikan pengertian
I. Pengaturannya Prinsip Subrosi di Indonesia
asuransi sebagai berikut :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian Subrogasi diatur dalam 1400-1403 KUHPer
antara dua pihak atau lebih, dengan mana dan 284 KUHD. Namun, pengaturan di dalam
pihak penanggung mengikatkan diri kepada KUHPer berlaku untuk perjanjian pada umumnya,
tertanggung, dengan menerima premi, asuransi sedangkan pengaturan untuk asuransi mengacu
untuk memberikan penggantian kepada kepada pengaturan di KUHD. Karena pengaturan
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
subrogasi pada pasal 284 KUHD lah, penanggung
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggungjawab hukum kepada` pihak ketiga yang dapat melakukan subrogasi, meskipun hal tersebut
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul tidak diperjanjikan dalam perjanjian asuransi dan
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk dicantumkan dalam polis.
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya sesorang yang
dipertanggungkan J. Pengertian Hak subrogasi
34
Ibid Pasal 1368 Hak Subrogasi adalah legitimasi bagi perusahaan
35
Ibid Pasal 1369.
36
Munir Fuadi: Perbuatan melawan Hukum pendekatan
asuransi berdasarkan Pasal 284 KUHD seperti yang
Kontemporer. Op.Cit hal 3 telah disebutkan dalam salah satu prinsip asuransi

UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018 365
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

dan juga polis asuransi Agar kajian dan penelitian debitor (si berutang) yang meminjam uang dari
ini benar–benar didasarkan pada keilmuan, maka pihak ketiga. Pembayaran adalah setiap pemenuhan
mendefinisikan “Hak Subrogasi“ diawali dari menge- prestasi secara sukarela dan mengakibatkan hapusnya
tahui masing-masing makna yang membentuk istilah perikatan antara kreditor dan debitor. Selanjutnya
tersebut. Terdapat 2 kata berbeda yang menyatu pihak ketiga ini menggantikan kedudukan kreditor
dari hak subrogasi, yaitu hak dan subrogasi. Berikut lama, sebagai kreditor yang baru terhadap debitor39
pengertian masing-masing kata tersebut. Sedangkan menurut KUHD Pasal 284, bila
a) Hak penanggung telah membayar ganti rugi kepada
tertanggung, maka penanggung akan menggantikan
Di dalam kamus Bahasa Indonesia, hak memiliki
kedudukan tertanggung akan segala hak yang
pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
diperoleh dari pihak ketiga yang telah menimbulkan
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
kerugian tersebut, dan tertanggung bertanggung
sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang
jawab atas perbuatan yangdapat menghilangkan
aturan)37 Menurut K. Bertens dalam bukunya yang
setiap hak penanggung atas pihak ketiga tersebut.
berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran
Penggantian semacam ini disebut subrogasi.
Romawi Kuno, kata ius-iurus (hak) hanya menunjukkan
Subrogasi tersebut diatur dalam Pasal 1400
hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat
KUH perdata, disebutkan bahwa subrogasi adalah
sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan
penggantian hak -hak si berpiutang oleh seorang
dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan
pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang
masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam
itu, terjadi baik dengan persetujuan maupun
arti Law bukan right)
demi undang-undang. Menurut Kitab Undang–
Pada akhir Abad Pertengahan ius dalam arti Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 1365
subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu dinyatakan, seseorang bertanggung jawab atas setiap
kesanggupan seseorang untuk sesuka hati menguasai perbuatannya yang melawan hukum yang dapat
sesuatu atau melakukan sesuatu (right, bukan law). menimbulkan kerugian pada pihak lain. Oleh karena
Akhirnya hak pada saat itu merupakan hak yang itu, sejalan dengan maksud dari prinsip indemnity
subjektifmerupakan pantulan dari hukum dalam (asas keseimbangan) yang mengandung pengertian
arti objektif. Hak dan kewajiban mempunyai yaitu bahwa asuransi bukan untuk mencari untung, dan
kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak tertanggung tidak diperkenankan menerima ganti
orang lain dan kewajiban tidak sempurna yang tidak rugi melebihi jumlah kerugian yang dideritanya,
terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna maka prinsip subrogasi diperlukan untuk mengatasi
mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban hal tersebut. Atas dasar ini, prinsip subrogasi disebut
tidak sempurna berdasarkan moral38. sebagai pendamping dari prinsip indemnity40.
b) Subrogasi
Pembicaraan Mengenai hak subrogasi tidak K. Tanggung Jawab Perusahaan suransi Atas Hak
dapat dipisahkan dari pembayaran. Karena subrogasi Subrogasi
memang timbul sebagai akibat pembayaran. Subrogasi Kerugian yang disebabkan oleh orang lain disebut
terjadi karena pembayaran yang dilakukan oleh pihak sebagai pihak ketiga. Apabila terjadi kerugian yang
ketiga kepada kreditor (si berpiutang) baik secara disebabkan oleh pihak ketiga tersebut timbulah hak
langsung maupun secara tidak langsung yaitu melalui 39
Suharnoko, Endah Hartati, Op. Cit. Hlm. 1
40
Panduan keagenan PT. Asuransi Jasa Indonesia,2007,
37
Wekipedia, Januari 2011
Jakarta, hlm.12
38
K. Bertens, 1994, Etika, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, hlm. 176,178

366 UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

subrogasi. Hak subrogasi adalah salah satu prinsip asuransi mengaplikasikan hak tersebut, maka upaya
asuransi yang diatur dalam Pasal 284 kitab Undang- tanggung jawab sebagai pihak asuransi akan tetap
Undang Hukum Dagang, yang berbunyi: Apabila mengcover atau mengganti kerugian yang dialami
seorang penanggung telah membayar ganti rugi oleh tertanggung. Hal ini bersangkutan dengan salah
sepenuhnya kepada tertanggung, maka penanggung satu prinsip asuransi yaitu prinsip itikad baik ( utmost
akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam good faith) selain pada prinsip subrogasi.
segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah
menimbulkan kerugian pada tertanggung.
L. Bentuk Perlindungan Terhadap Pihak Asuransi
Dengan kata lain, apabila Tertanggung mengalami
Atas Pihak Tertanggung yang Melanggar Hak
kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga
Subrogasi
maka Penanggung setelah memberikan ganti rugi
kepada Tertanggung, akan menggantikan kedudukan Apabila pihak tertanggung mengajukan gugatan
Tertanggung dalam mengajukan tuntutan kepada terhadap pihak ketiga dan sekaligus menuntut klaim
pihak ketiga tersebut. Tertanggung berhak mendapat terhadap pihak asuransi tentu telah melanggar prinsip
penggantian tidak lebih dari kerugian yang dialaminya; indemnity atau prinsip keseimbangan dikarenakan
jika setelah penggantian oleh Penanggung ada hak apabila tertanggung menuntut kedua belah pihak
keuangan lain maka menjadi hak Penanggung. Dalam yaitu pihak ketiga dan pihak asuransi dan kedua
hal ini Penanggung bertindak mewakili Tertanggung belah pihak tersebut sama-sama mengganti kerugian
dalam penarikan subrogasi. Tetapi bila kerugian juga tertanggung maka dalam hal ini pihak asuransi akan
melibatkan hal yang tidak tercantum dalam polis dirugikan, yang seharusnya pihak asuransi tidak
asuransi (uninsured perils) maka hak Subrogasi tidak perlu mengganti kerugian tertanggung yang sudah
berlaku untuk uninsured perilstersebut kewajiban dari pihak ketiga.

Hak Subrogasi hanya timbul untuk perjanjian Ditinjau dari prinsip dasar subrogasi itu sendiri
asuransi kebakaran, kendaraan bermotor, dan yaitu penanggung baru dapat menuntut pihak ketiga
lainnya; hak ini tidak berlaku untuk seperti perjanjian bila penanggung sudah melakukan pembayaran atau
asuransi jiwa. Proses yang dilalui untuk proses klaim penggantian terhadap klaim kerugian yang diajukan.
Kerugian yang disebabkan dari pihak ketiga, Yang Penanggung berhak menuntut tertanggung untuk
pertama adalah pihak Asuransi meminta klarifikasi mengembalikan biaya yang telah dibayar bila pihak
dari tertanggung, kedua pihak tertanggung harus ketiga telah membayar biaya terhadap masalah yang
membuat surat pernyataan bahwa tertanggung benar- sama. Penanggung hanya berhak atas uang ganti rugi
benar ditabrak oleh pihak ketiga, ketiga tertanggung dari pihak ketiga sejumlah yang ia bayarkan kepada
harus menyertakan surat keterangan dari kepolisian. tertanggung.
Hak subrogasi akan diberikan kepada Asuransi Dalam proses pengajuan klaim hak subrogasi,
apabila Asuransi telah mengganti kerugian yang telah tertanggung tidak boleh mengajukan klaim kepada
diderita oleh tertanggung. Asuransi berhak menuntut penanggung dan sekaligus menuntut ganti rugi
penggantian kepada pihak ketiga atas sejumlah uang untuk kerugian yang sama dari pihak ketig. Pada saat
atau biaya yang dikeluarkan untuk mengganti kerugian tertanggung mengajukan klaim, maka ia dianggaptelah
yang diderita tertanggung dengan menyertakan surat mengalihkan hak menuntut pihak ketiga kepada
subrogasi. penanggung. Meskipun begitu, pihak asuransi
Meskipun sudah ada undang-undang yang sebelum memberikan persetujuan pertanggungan
mengatur tentang hak subrogasi, ternyata proses terhadap tertanggung, asuransi tersebut dapat
penyelesainnya tak begitu mudah bagi pihak mengetahui tertanggung sudah mendapatkan ganti
kerugian dari pihak ketiga atau belum dapat dilihat

UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018 367
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

dari underwriting penilaian moral hazard (kejujuran) Prinsip Subrogasi adalah Suatu prinsip yang
dari tertanggung mengenai apakah tertanggung sudah mengatur dalam hal seorang Penanggung telah
mendapatkan ganti rugi atau belum dan Asuransi akan menyelesaikan pembayaran ganti-rugi yang diderita
melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga perihal oleh Tertanggung, maka secara otomatis hak yang
apakah tertanggung sudah menerima ganti rugi atau dimiliki Tertanggung untuk menuntut pihak ketiga
belum menerima ganti rugi dari pihak ketiga tersebut. yang menimbulkan kerugian dan atau kerusakan
Akibat hukum pihak tertanggung melanggar hak tersebut beralih ke Penanggung. Pasal 284 Kitab
subrogasi terhadap asuransi, yaitu pihak asuransi yang Undang-undang Hukum Dagang, menyebutkan
dirugikan oleh pihak tertanggung, karena asuransi “Seorang Penanggung yang telah membayar kerugian
harus melakukan survey kembali dan melakukan sesuai barang yang diper-tanggungkan, menggantikan
investigasi untuk melihat kronologis kejadian. si Tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya
terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan
Sebagai konsekwensi logis perbuatan tertanggung
menerbitkan kerugian tersebut; dan si tertanggung
yang melanggar hak subrogasi, pihak asuransi
itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan
dapat melakukan penuntutan kembali terhadap
yang dapat merugikan hak si Penanggung terhadap
tertanggung untuk mengembalikan klaim yang telah
orang-orang ketiga itu.”
diberikan kepada tertanggung, hal ini untuk mencegah
penggantian ganda yang diterima tertanggung dan Jadi dengan adanya prinsip Subrogasi, Tertanggung
penggantian ganda yang diterima tertanggung dan tertanggung dianggap telah melanggar
tertanggung
Pasal 78 polis ganti dianggap
kerugian klaim telah
perbuatan melanggar
melawan Pasal
hukum pasal 136578KUHPerdata.
polis hanya berhak atas ganti rugi (indemnitas), tetapi
ganti kerugian klaim perbuatan melawan hukum pasal tidak lebih dari itu, dan pihak Penanggung berhak
1365 KUHPerdata. mengambil alih setiap keuntungan (profit) yang
diperoleh Tertanggung dari suatu kerugian yang
skema subrogasi dalam perusahaan asuransi sebagai
dijamin polis, dan prinsip ini memperbolehkan pihak
berikut
skema :subrogasi dalam perusahaan asuransi sebagai berikut :
penanggung melakukan tuntutan kepada pihak ketiga
Penanggung/ yang bertanggung jawab atas kerugian yang dijamin
Asuransi
Subrogasi Klaim polis dalam usaha Penanggung untuk meminimize
atau memperkecil kerugian yang terjadi, dengan
catatan bahwa tuntutan itu dilakukan Penanggung
Ganti Kerugian Polis
atas nama Tertanggung.
Pihak Ke 3 Tertanggung
Tertanggung yang mengasuransikan kendaraan-
Perbuatan Melawan Hukum
nya kepada asuransi apabila terjadi kerugian namun
diakibatkan oleh pihak ketiga maka tertanggung akan
III. Penutup mendapatkan ganti rugi dari asuransi dan asuransi
III. Penutup
Prinsip Subrogasi dalam Asuransi diatur dalam Pasal 1400-1403 KUHPerdatamenggunakan
dan hak subrogasi yakni hak tertanggung
Pasal 284 KUHD. Namun, pengaturan di dalam KUHPerdafa berlaku untuk perjanjian pada
umumnya, sedangkan Prinsip Subrogasi
pengaturan dalammengacu
untuk asuransi Asuransi diatur
kepada dalamdi KUHD.
pengaturan
yang beralih kepada asuransi untuk menuntut ganti
Karena pengaturan
Pasalsubrogasi
1400-1403pada pasal 284 KUHD
KUHPerdata danlah,Pasal
penanggung kerugian terhadap pihak ketiga, adanya hak subrogasi
dapat melakukan
284 KUHD.
subrogasi, meskipun hal tersebut tidak diperjanjikan dalam perjanjian asuransi dan
Namun,
dicantumkan dalam polis.pengaturan di dalam KUHPerdafa berlaku un-
untuk mencegah penggantian kerugian ganda yang
tuk perjanjian pada umumnya, sedangkan pengaturan akan diperoleh tertanggung. Selain itu tertanggung
Prinsip Subrogasi adalah Suatu prinsip yang mengatur dalam hal seorang Penanggung
untukpembayaran
telah menyelesaikan asuransiganti-rugi
mengacu yang kepada pengaturan
diderita oleh Tertanggung, di
bisa juga langsung menuntut kerugian terhadap
maka secara
otomatis hak yang
KUHD. dimiliki Tertanggung
Karena untuk menuntut
pengaturan subrogasi pihak
padaketiga yang284
pasal pihak ketiga dan namun tidak lagi menuntut klaim
menimbulkan
kerugian dan atau kerusakan tersebut beralih ke Penanggung. Pasal 284 Kitab Undang-
undang HukumKUHD Dagang,lah, penanggung
menyebutkan dapat
“Seorang melakukan
Penanggung subrogasi,
yang telah
terhadap pihak asuransi. Tertanggung yang menuntut
membayar kerugian
sesuai barang yang diper-tanggungkan,
meskipun menggantikan
hal tersebut tidak sidiperjanjikan
Tertanggung dalam segala hak kepada
dalam yang kedua belah pihak yaitu kepada pihak ketiga
diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan menerbitkan kerugian tersebut;
perjanjian
dan si tertanggung asuransi
itu adalah dan dicantumkan
bertanggung jawab untuk dalam polis. yang dapat
setiap perbuatan
yang bersalah dan kepada pihak asuransi atau
merugikan hak si Penanggung terhadap orang-orang ketiga itu.” memperoleh penggantian kerugian ganda termasuk

Jadi dengan adanya prinsip Subrogasi, Tertanggung hanya berhak atas ganti rugi
368 tidak
(indemnitas), tetapi UIR lebih
Law dari
Review
itu, danVolume 02, Nomorberhak
pihak Penanggung 02, Oktober 2018alih setiap
mengambil
keuntungan (profit) yang diperoleh Tertanggung dari suatu kerugian yang dijamin polis, dan
prinsip ini memperbolehkan pihak penanggung melakukan tuntutan kepada pihak ketiga yang
bertanggung jawab atas kerugian yang dijamin polis dalam usaha Penanggung untuk
meminimize atau memperkecil kerugian yang terjadi, dengan catatan bahwa tuntutan itu
Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...

perbuatan yang tidak dibenarkan karena hal tersebut


dapat menjadi sebuah keuntungan terhadap pihak hazard and to discourge wagering
tertanggung dalam hal ini bertentangan dengan asas K. Bertens, 1994, Etika, PT. Gramedia Pustaka Utama,
keseimbangan atau prinsip indemnity yang dipegang Jakarta, hlm. 176,178
teguh dalam perjanjian asuransi. Joko Waskito Dewantoro, Klaim Asuransi Jiwa
atas Evenemen yang sengaja dilakukan oleh
Meskipun begitu pihak asuransi tetap bertanggung
tertanggung, Sekripsi, ilmu Hukum Fakultas
jawab mengganti kerugian tertanggung berdasarkan
Hukum, Universitas Hasanuddin
prinsip utmost good faith, sesuai perjanjian asuransi
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan
kendaraan bermotor selama pihak asuransi tidak
Kontemporer, (Bandung: PT. CitraAditya Bakti,
memperoleh informasi bahwa kerugian yang dialami
tertanggung semata-mata bukan dari kesalahan pihak Man. Suparman sastrawidjaja, 2003, Aspek aspek
Hukum Asuransi dan Surat Berharga, PT. Alumni,
ketiga.
Bandung, hlm. 9.
Bentuk perlindungan terhadap pihak asuransi
P.N.H Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata
atas pihak tertanggung yang melanggar hak subrogasi
Indonesia. Cet.3, (Jakarta:Djambatan, 2007) hal
yaitu dengan menuntut ganti kerugian terhadap 345
pihak asuransi dan pihak ketiga yakni penanggung
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia. Cet 1,
atau pihak asuransi dapat menuntut kembali kepada
(Jakarta:PT.Pustaka Binaman Pressindo, 1992)
tertanggung kapan saja selama benar terbukti bahwa
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta:
pihak tertanggung telah menuntut ganti kerugian
Universitas Indonesia Fakultas Hukum Pasca
terhadap pihak ketiga dan sekaligus menuntut klaim
sarjana, 2004), hal 6
terhadap pihak asuransi dan tertanggung berkewajiban
Soejoedi. Diktat Hukum dan Dasar-dasar Asuransi,
mengembalikan sejumlah ganti kerugian yang telah
(Jakarta: Lembaga Pendidikan Asuransi
didapatkan dari klaim asuransi kendaraan yang Indonesia), hal 33.
asuransi berikan, sesuai dengan keterkaitan prinsip
Sonni Dwi Harsono, Prinsip-prinsip Dan Praktek
keseimbangan atau indemnity.
Asuransi, (Jakarta: Yayasan Pengembangan
Ilmu Asuransi, 1994)
Daftar Pustaka Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat
Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Asuransi Berharga, Op.Cit, hal 70.
Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Suharnoko, Endah Hartati, 2002.
Djoko Prakoso dan I ketut Murtika, 2004, Hukum
Asuransi Indonesia, PT. Rineka Cipta, Bandung. Undang-undang .
DJ.Ransom, Legal Aspect of Insurance, Cet 3 (Kuala Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Lumpur. The Malaysia Insurance Institute,
Kitab Undang-undang Hukum Dagang.
1996) hal 7/2
Undang-undang No 40 Tahun 2014. LN No. 13
Deposito Usaha Perasuransian, cet 1 (Bandung :
Tahun 1992, TLN. No 3467 Tentang Usaha
Alumni, 1993) hal. 70
Perasuransian.
Editorial.” Menanti UU Asuransi yang Inspiratif”. Jurnal
Undang-undang No 22 Thn 2009 Tentang Undang-
Hukum Bisnis. Volume 22 Tahun 2003
undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Emmy Pangaribuan Simajuntak, Hukum Pertang-
Undang- undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
gungan, seksi hukum dagang FH-UGM, 1980
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Yogyakarta, hal 8
Undang-undang No. 8 Tahun 1999, Tentang
Insurance Law (new.ed.2004) Hal 6/10 : why does the
Perlindungan Konsumen.
law require insurable interest, to reduce moral

UIR Law Review Volume 02, Nomor 02, Oktober 2018 369

Anda mungkin juga menyukai