Anda di halaman 1dari 11

Pengertian

HUKUM PERDAGANGANA. Prinsip


ASURANSI Pengaturan
KELOMPOK IV
 MUHAMAD ARIS
MUNANDAR
 ILAN NULHAKIM
 ROSA
 ERIKPENGAMPU
DOSEN SAPARUDIN.
 LINDA Polis &
HINDRIANA,S.H.,M.Kn
pihak
Objek
Pengertian Asuransi
Menurut KUHD
Dalam UU No. 40 Tahun 2014
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh

01
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
1. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa
yang tidak pasti; atau
2. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana
1. M. Nur Rianto
Pengertian Asuransi merupakan sebuah mekanisme
perlindungan terhadap pihak tertanggung apabila
Asuransi mengalami resiko di masa yang akan datang dimana
pihak tertanggung akan membayar premi guna
mendapatkan ganti rugi dari pihak penanggung.

2. Ktut Silvanita
Asuransi merupakan suatu permintaan dimana
satu pihak memiliki intensif untuk mentrasfer
resiko dengan membayar sejumlah dana untuk
menjauhi resiko kehilangan sejumlah harta
yang dimilikinya.
3. Julius R. Latumaerissa
Asuransi sebagai suatu perjanjian dimana terdapat
pihak tertanggung yang membayar premi kepada
Menurut Para pihak penanggung guna mendapatkan penggantian
karena suatu keinginan, kerusakanm atau
Ahli kehilangan keuntungan yang telah diharapkan yang
kemungkinannnya tidak pasti akan terjadi di masa
yang akan datang.
Unsur yang terdapat
Dalam Asuransi, yakni :

Simpulan dari 1. Ada dua pihak yang terkait dalam


asuransi, yakni penanggung dan

pengertiam
tertanggung;
2. Adanya peralihan risiko dari
tertanggung kepada penanggung;

Asuransi 3. Adanya premi yang harus dibayar


tertanggung kepada penanggung
4. Adanya unsur peristiwa yang tidak
pasti (onzeker vooral, evenement); dan
5. Adanya unsur ganti rugi apabila terjadi
sesuatu peristiwa yang tidak pasti.
02 Prinsip
Umum Asuransi
1. Insurable Interest 4. Proximate cause
Para prinsipnya, ada hak berdasarkan hukum untuk Proximate cause adalah suatu sebab aktif, efisien
mempertanggungjawabkan risiko yang berkaitan dengan
keuangan, yang diakui sah secara hukum antara
yang mengakibatkan peristiwa secara berantai atau
tertanggung dan penanggung. Selain itu, sesuatu sesuatu berurutan tanpa intervensi ketentuan lain, diawali
yang dipertanggungkan itu semata-mata menyangkut dan bekerja dengan aktif dari sumber baru dan
kepentingan yang menimbulkan kerugian keuangan independen.
tertanggung atas segala sesuatu yang dipertanggungkan
tersebut.
Utmost Good Faith (Iktikad Baik) 5. Subrogation
2. Subrogation pada prinsipnya merupakan hak
Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak
dilandasi oleh iktikad baik. Pihak penanggung perlu penanggung yang telah memberikan ganti rugi
menjelaskan secara lengkap hak dan kewajibannya selama kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain
masa asuransi. Selain itu, yang sangat perlu diperhatikan yang mengakibatkan kepentingan asuransinya
adalah perlakuan dari penanggung pada saat risiko benar-
mengalami kerugian.
benar terjadi kepada pihak tertanggung.

6. Contribution
3. Indemnity Prinsip kontribusi merupakan salah satu akibat
Konsep indemnity adalah mekanisme wajar dari prinsip indenmity bahwa tertanggung
penanggung untuk mengompensasi risiko yang berhak mengajak penanggung-penanggung lain
menimpa tertanggung dengan ganti rugi yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut
finansial. Prinsip indemnity tidak dapat bersama membayar ganti rugi kepada seorang
dilasanakan pada asuransi kecelakaan dan
tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-
kematian.
masing belum tentu sama besarnya..
1. Ruang lingkup usaha perasuransian; bentuk badan hukum

03.
dan kepemlikan;
2. Perusahaan perasuransian; perizinan usaha;
penyelenggaraan usaha;
3. Tata kelola usaha perasuransian berbentuk koperasi dan
usaha bersama;
Pengaturan Asuransi 4. Peningkatan kapasitas asuransi, asuransi syariah,
reasuransi; dan
Dalam UU No. 40 Tahun 5. Reasuransi syariah dalam negeri;
2014 6. Program asuransi wajib; perubahan kepemilikan,
penggabungan, dan peleburan;
7. Pembubaran, likuidasi, dan kepailitan;
8. Pelindungan pemegang polis, tertanggung, atau peserta;
9. Profesi penyedia jasa bagi perusahaan perasuransian;
pengaturan dan pengawasan; dan
10.Asosiasi usaha perasuransian

Undang-Undang Nomor 40
tahun 2014 tentang
Perasuransian mengatur
tentang:
Polis Fungsi polis bagi nasabah pengguna asuransi
(tertanggung):
04. Asuransi 1. Menjadi alat bukti tertulis atas jaminan penanggungan atas
berbagai risiko dan penggantian kerugian yang mungkin
terjadi pada tertanggung, di mana kerugian tersebut tertulis
di dalam polis.
2. Menjadi bukti pembayaran premi yang diberikan kepada
pihak perusahaan asuransi selaku penanggung.
“Polis asuransi merupakan sebuah 3. Menjadi bukti paling otentik untuk menuntut penanggung,
jika sewaktu-waktu lalai atau tidak memenuhi jaminan yang
bukti perjanjian tertulis yang menjadi tanggungannya
dilakukan oleh pihak perusahaan
asuransi (penanggung) dengan Fungsi polis bagi perusahaan asuransi (penanggung):
nasabah pengguna layanan
asuransi (tertanggung), yang isinya 1. Menjadi alat bukti atau tanda terima premi asuransi yang
dibayarkan oleh pihak tertanggung.
menjelaskan segala hak dan 2. Menjadi bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya
kewajiban antara kedua belah kepada tertanggung untuk membayar ganti rugi yang
pihak tersebut”. mungkin diderita oleh tertanggung.
3. Menjadi bukti paling otentik untuk menolak tuntutan
ganti rugi atau klaim yang diajukan oleh tertanggung, jika
penyebab kerugian tersebut tidak memenuhi syarat polis
yang dimiliki.
05.
Pihak-Pihak dalam Asuransi
1. Nasabah. Yaitu orang/badan yang
mengalihkan/transfer risiko terhadap pihak lain
dengan pembayaran berupa premi kepada
perusahaan asuransi.
2. Perusahaan Perasuransian. Dalam UU No. 2 Tahun
1992 Perusahaan Perasuransian adalah Perusahaan
Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa,
Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang
Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Agen
Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, dan
Perusahaan Konsultan Akturia.
3. Pemerintah. Pemerintah berperan sebagai regulator
(pembuat kebijakan) untuk menciptakan usaha yang
sehat dan bertanggung jawab, yang sekaligus
mendorong kegiatan perekonomian pada umumnya.
“Adapun kepentingan yang dapat diasuransikan berdasar Pasal 268 KUHD

07
adalah semua kepentingan yang dapat dinilai dengan sejumlah uang, dapat
diancam oleh suatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.
Jadi, pada hakekatnya, setiap kepentingan itu dapat diasuransikan, baik
kepentingan yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat hak sepanjang
Objek kepentingan yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan Pasal 268 KUHD tersebut di atas.596
Berdasarkan Pasal 250 KUHD di atas kepentingan yang diasuransikan itu harus dapat di asuransikan.
ada pada saat ditutupnya perjanjian asuransi. Apabila syarat tersebut tidak
dipenuhi, maka penanggung akan bebas dari kewajibannya untuk membayar
ganti kerugian.
Berlainan dengan Pasal 250 KUHD tersebut di atas, Pasal 6 Marine Insurance
Art Inggris, menentukan bahwa kepentingan tersebut harus ada pada saat
terjadinya kerugian. Demikian juga dalam sejumlah kasus asuransi, hakim
menyatakan pula bahwa kepentingan itu ada pada saat terjadinya
kerugian.597 Dengan demikian seorang tertanggung dapat mengasuransikan
sesuatu walaupun pada saat ditutupnya perjanjian asuransi belum
mempunyai kepentingan terhadap yang diasuransikan itu.
Ketentuan yang kedua ini banyak mendapat dukungan dari beberapa pakar
seperti Molengraff dan Volmar sebagaimana disitasi Emmy Pangaribuan
Simanjuntak berpandangan bahwa yang terpenting pada waktu terjadinya
peristiwa yang tidak tentu, kepentingan itu dapat dibuktikan.598 Sri Redjeki
Hartono juga berpendapat, bahwa kepentingan yang diasuransikan, pada saat
ditutupnya asuransi secara yuridis dan riil belum ada atau melekat pada
tertanggung, tetapi sudah dapat dideteksi lebih awal adanya kemungkinan
keterlibatan seseorang terhadap kerugian ekonomi yang dapat dideritanya
karena suatu peristiwa yang tidak pasti.”
TERIMAKSIH.

Anda mungkin juga menyukai