Anda di halaman 1dari 25

Hukum Pertanggungan atau Asuransi

Nama Kelompok 5 :
1. Lola Andriani Manik / 11190686
2. Lesly Claudia Silalahi / 11190690
3. Bella Ros Grazelya Lauluw / 11190701
4. Danang Adi Yuandita / 11190709
ASURANSI

Secara Etimologis asuransi berasal dari Inggris yaitu reisurance atau reassurance yang berarti per-
tanggungan ulang atau pertanggungan kembali.

Pengertian Asuransi Di Dalam :

1. Pasal 246 KUHD

2. Undang-Undang No. 2 Tahun 1992

3. Undang-Undang No 40 Tahun 2014

4. Menurut pasal 1774 KUH Perdata

Pengertian Asuransi Menurut Para Ahli :

1. Prof. Mehr dan Cammack

2. C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins


Dimasukannya pertanggungan atau asuransi kedalam kelompok
perjudian dan pertaruhan adalah TIDAK TEPAT, karena :

Pada Pertanggungan Pada Perjudian atau Pertaruhan

Hubungan antara untung rugi dengan peristiwa tak Hubungan antara untung rugi dengan peristiwa tak
tertentu masih bisa diperhitungkan. tertentu itu tidak dapat diperhitungkan

Bila kemungkinan timbulnya kerugian itu tidak Dalam pertaruhan, penanggung mengambil alih
jatuh, maka penanggung dapat menolak pertang- resiko tertanggung dan sebagai koutra prestasi.
gungan atau menaikkan premi. Tertanggung berkewajiban membayar uang premi
kepada penanggung.
Penanggung mengikatkan diri untuk mengganti
kerugian kepada tertanggung bila terjadi peristiwa tak
tertentu (evenemen) yang menimpa benda pertanggun-
gan dan merugikan tertanggung.
Unsur-Unsur Asuransi atau Pertanggungan

1 Merupakan suatu perjanjian 5 Benda atau objek pertangungan

2 Adanya premi 6 Jumlah pertanggungan

Adanya kewajiban penanggung


3 untuk memberikan pergantian 7 Waktu pertanggungan
kepada tertanggung

Adanya suatu peristiwa yang 8 Pemberian kepada tertanggung


4 belum pasti terjadi dengan syarat yang di perjanjikan
Sifat-Sifat Asuransi :
Sifat-sifat Asuransi :
a. Merupakan perjanjian timbal balik
b. Merupakan perjanjian bersyarat
c. Merupakan perjanjian untuk mengalihkan dan membagi resiko
d. Merupakan perjanjian konsensual
e. Merupakan perjanjian penggantian kerugian
f. Sifat kepercayaan yang khusus
g. Ansuransi dikelompokkan bersama-sama dengan permainan atau perjudian oleh pasal 1774 KUH
Perdata dikarenakan terdapat unsur “peristiwa yang belum terjadi”
SEJARAH PERTANGGUNGAN

1. Zaman Kebesaran Yunani


2. Zaman Kebesaran Kerajaan Romawi
3. Zaman Abad Pertengahan
4. Zaman Sesudah Abad Pertengahan
PENGATURAN HUKUM PERTANGGUNGAN

Pengaturuan Hukum Pertanggungan :


1. Dalam KUHD
 Buku I, Bab IX, tentang “Pertanggungan pada umumnya” (Pasal 246-286)
 Buku I, Bab X, tenang “Pertanggungan Kebakaran, bahaya hasil panenen dan pertanggungan
jiwa” (Pasal 287-308)
 Buku II, Bab IX, tentang “Pertanggungan terhadap laut” (Pasal 592-685)
 Buku II, Bab X, tentang “Pertanggungan terhadap bahaya dalam pengangkutan darat dan
perairan darat” (Pasal 686-695)
PENGATURAN HUKUM PERTANGGUNGAN

2. Peraturan Pertanggungan di luar KUHD


 Ordonantie op het Levensverzekering bedrijf, S. 1941-101, mulai berlaku pada 1 Mei 1941, Penje-
lasannya dalam Bijblad 15108
 Pertanggungan terhadap pencurian dan pembongkaran (deifstal en inbreak)
 Pertanggungan terhadap kerugian perusahaan (bedrijf schade)
 Pertanggungan terhadap kerugian perusahaan (ongevallen verzekering)
 Pertanggungan terhadap kredit (crediet verzekering)
 Pertanggungan perusahaan (bedrijs verzekering)
 Wettelijk aansprakelijkheids verzekering (WA) atau thirtd party liability (TPL) atau tanggung jawab
menurut hukum (THJ), adalah pertanggungan terhadap tuntutan pihak ketiga mengenai perbuatan
melawan hukum dari tertanggung. Nama penangung itu disingkat menjadi (WA) atau (TPL).
PERTANGGUNGAN SEBAGAI GEJALA EKONOMI DAN HUKUM

• Pertanggungan sebagai gejala ekonomi merupakan alat untuk menampung resiko


dan pertanggungan itu sendiri merupakan suatu sistem untuk meniadakan resiko
yang ditanggungnya dan merupakan alat untuk meniadakan kerugian.
• Penanggungan sebagai gejala hukum dimasukkan kedalam kelompok perjanjian ke-
mungkinan diatur dalam pasal 1774 KUHD perdata, perjanjian timbal balik besifat
konsensual menurut pasal 257 KUHD, dan bersigat melakukan perusahaan yang tun-
tuk pada pasal 6-12 KUHD
Prinsip – Prinsip Dasar Pertanggungan

1 Kepentingan atau pokok 4 Penggantian Kedudukan


1
pertanggungan (Prinsip Tertanggung oleh Pihak
Insurable Interest) Penanggung

2
Ganti Rugi 5 Proximate Cause
(Prinsip Indemnity)
3 Itikad Baik atau Kejujuran 6 Contribution
yang Sempurna
Penggolongan Asuransi

1 3 5
1

1
1
Pertanggungan
Ilmu Pengetahuan Asuransi berdasarkan
Jenis Usaha
Berdasarkan Undang-Un- Jenis Usaha
dang No. 2 Tahun 1992

2 4

1
1

Asuransi Berdasarkan
Asuransi Berdasarkan
Undang-Undang
Keamanan
Pasal 274
Jenis Pertanggungan

Jenis Pertanggungan yang

Jenis Pertanggungan tidak dalam Undang-


Jenis Pertanggungan yang
dalam Undang-Undang Undang
ada di Indonesia
Tujuan Pertanggungan

Tujuan 1 Tujuan 4

Memberikan Jaminan Perlindungan Dasar Bagi Pihak Bank Memberi Kredit

Tujuan 2
Tujuan 5
Meningkatkan Efisiensi
Sebagai Tabungan

Tujuan 3 Tujuan 6

Pemerataan Biaya Menutup Loss of Earning Power


Perantara Dalam Bidang Pertanggungan :

Dalam bidang pertanggungan ada beberapa jenis perantara, yaitu :


 Agen pertanggungan bentuk pertama
 Agen pertanggungan bentuk kedua
 Agen pertanggungan bentuk ketiga
 Pemeriksa
 Makelar
 Penyedia asuransi
Sifat Perjanjian Pertanggungan

Perjanjian pertanggungan bersifat konsensual, artinya perjanjian


itu terjadi bila sudah ada kesepakatan.
Unsur-unsur penting Dalam Perjanjian Pertanggungan

Unsur-unsur penting Dalam Perjanjian Pertanggungan adalah :


 Kepentingan
 Benda pertanggungan
 Jumlah pertanggungan
 Bahaya yang ditanggung oleh penanggung
 Saat mulai yang ditanggung oleh penanggung
 Premi
 Pemberitaan kepada penanggung dan syarat-syarat yang diperjanjikan
Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Pertanggungan

Hak tertanggung yaitu mendapat pergantian dari penanggung atas kerugian,


kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin
akan dihadapi karena suatu peristiwa tertentu, sedangkan kewajiban ter-
tanggung adalah membayar premi kepada penanggung.
JENIS-JENIS POLIS

Ada 3 jenis polis yang dikenal, yaitu :

Polis Maskapai

A
Polis Bursa B C Polis Lloyds
KLAUSULA POLIS

Maksud klausula adalah untuk mengetahui batas tanggung jawab penanggung dalam pembayaran
ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian.

Jenis-Jenis klausula asuransi ditentukan oleh sifat obyek asuransi/bahaya yang mengancam dalam
setiap asuransi, yaitu :
 Klausula Primier Risque
 Klausula All Risks
 Klausula Renusiasi (Renunciation)
 Klausula Free From Particular Average (FPA)
LARANGAN DALAM PERTANGGUNGAN

Asuransi rangkap

Tidak beritikat baik

Melanggar Identitas
CONTOH KASUS

Nasib Nasabah Bakrie Life Terlantar,


Pertanyakan Peran OJK
Dikutip dari
https://mnctrijaya.com/news/detail/34857/nasib-nasabah-bakrie-life-te
rlantar-pertanyakan-peran-ojk
diakses tanggal 12 September 2021.
ANALISIS KASUS
1. Kepastian Hukum bagi pemegang polis PT. Asuransi Jiwa Bakrie belum terpenuhi oleh Otoritas Jasa
Keuangan, hal itu dikarenakan kewenangan yang dimiliki oleh Otoritas Jasa Keuangan yang tercantum dalam
Pasal 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor.28/POJK.05/2015 tentang Pembubaran, Likuidasi, dan
Kepailitan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan
Reasuransi Syariah belum dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Akibat hukum dari dicabutnya izin usaha
perusahaan asuransi terdapat dalam Pasal 44 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
yang menyebutkan bahwa perusahaan asuransi yang dicabut izin usahanya paling lama 30 hari setelah tanggal
pencabutan izin usaha wajib melakukan pembubaran disertai dengan pembentukan tim likuidasi. Namun, hal
itu tidak dilakukan oleh PT. Asuransi Jiwa Bakrie. Kesenjangan antara aturan dan praktek tersebut sebenarnya
dapat diatasi sesuai dengan kewenangan OJK dalam Pasal 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuagan Nomor.28/
POJK.05/2015 tentang Pembubaran, Likuidasi, dan Kepailitan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah. Akan tetapi, kewenangan tersebut belum
dilakukan oleh OJK sehingga para nasabah pemegang polis asuransi PT. Asuransi Jiwa Bakrie tidak
mendapatkan kepastian hukum. Walaupun demikian, kepastian hukum itu tetap diperlukan bagi nasabah
pemegang polis agar hak dan kewajibannya dapat terpenuhi.
ANALISIS KASUS
2. Dalam hal tanggung jawab perusahaan asuransi sebagai bentuk kewajiban yang harus
dilakukan perusahaan dapat diacu dari Surat Keputusan Dewan Komisioner OJK tentang
pencabutan izin usaha PT. Asuransi Jiwa Bakrie. Idealitas dari kewajiban yang terdapat dalam
SK tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis hanya terdapat pada poin
pertama yaitu mengenai penurunan papan nama perusahaan asuransi, baik dikantor pusat
maupun di kantor lainnya di luar kantor pusatrunkan papan nama, baik dikantor pusat
maupun di kantor lainnya di luar kantor pusat. Penulis yang berdomisili di Yogyakarta tidak
dapat menemukan lokasi kantor cabang PT. Asuransi Jiwa Bakrie sesuai alamat pada Jalan
May.Jend Panjaitan No. 16, Mantrijeron, Yogyakarta. Kewajiban lain PT. Asuransi Jiwa bakrie
yang tertuang dalam SK Dewan Komisioner OJK hingga saat ini belum dilaksanakan oleh PT.
Asuransi Jiwa Bakrie. Pihak perusahaan telah mengeluarkan pernyataan terkait skema
penyelesaian yang dimiliki sebagai bentuk tanggung jawab kepada nasabah pemegang polis
asuransi, hal itu tinggal menunggu respon OJK terkait skema yang diajukan oleh PT. Asuransi
Jiwa Bakrie. Akan tetapi, hingga 2018 tidak ada kelanjutan mengenai respon OJK terkait
skema penyelesaian yang diajukan oleh PT. Asuransi Jiwa Bakrie.
SOLUSI KASUS
1. Perlu adanya tindak lanjut dari OJK dalam melaksanakan kewenangannya yang terdapat dalam Pasal
6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor.28/POJK.05/2015. Hal itu diharapkan dapat menjadi sebuah
kepastian hukum bagi pemegang polis asuransi PT. Asuransi Jiwa Bakrie. Terlaksananya aturan-aturan
mengenai pencabutan izin usaha perusahaan asuransi sebagai bentuk penegakkan hukum agar nasabah
pemegang polis sudah tidak lagi mengkhawatirkan akan hak dan kewajibannya.

2. Kewajiban PT. Asuransi Jiwa Bakrie perlu segera dilaksanakan sesuai dengan Surat Keputusan Dewan
Komisioner OJK, pemenuhan hak dan kewajiban pemegang polis asuransi PT. Asuransi Jiwa Bakrie
merupakan kewajiban utama yang harus dipenuhi oleh PT. Asuransi Jiwa Bakrie.

3. restrukturasi polis asuransi yang harus disertai publikasi roadmap yang jelas dan perkembangannya
kepada public.

4. Perbaikan pengawasan terhadap produk dan early warning system OJK yang harus lebih tegas dan
juga laporan keuangan perusahaan ansuransi yang harus lebih informatif terhadap nasabah, mencakup
perkembangan investasi, dan kemudian system penjaminan sebagaimana yang telah dilakukan industri
perbankan.

5. Perlu adanya injeksi modal dengan memperhatikan kaidah GCG dan persaingan usaha yang sehat
Thank You

Anda mungkin juga menyukai